Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era modern ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi kehidupan suatu bangsa, tidak
terkecuali dengan islam. Islam tentunya sedikit banyak mengalami perubahan
cara pandang dari masa ke masa akibat dari modernisasi. Sekarang banyak
muncul suatu pemikiran-pemikiran dalam islam, seperti Islam dalam HAM,
islam liberal, pluralisme, kesetaraan gender dan islam demokrasi. Gerakan-
gerakan seperti itu sudah keluar dari budaya islam yang asli.
Dalam perkembangannya upaya reaktualisasi diharapkan dapat
menjawab problematika kemasyarakatan dan sebagai manifestasi agama yang
rahmatan lil ‘alamin. Islam dinamis yanng diharapkan mampu mengatasi
masalah-masalah kontemporer.
Pendidikan Islam telah berjalan setua agama Islam itu sendiri, kurang
lebih 14 abad. Apa yang dialami oleh generasi terdahulu harus menjadi
pelajaran berharga bagi generasi Islam sekarang. Kesadaran terhadap
kemunduran keilmuan sebenarnya telah lama tumbuh dikalangan Islam.
Namun upaya-upaya yang ditempuh ini seolah masih berjalan ditempat.
Kesadaran itu seolah terus berputar pada dataran keinginan atau bahkan
keprihatinan. Kebangkitan Islam tentu harus segera diwujudkan jika kita tidak
ingin semakin tergilas oleh umat lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam dalam HAM?
2. Bagaimana Demokrasi dalam islam?
3. Bagamana Islam dalam Pluralisme?
4. Bagaimana Islam Dalam Gender?

1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Islam dalam HAM
2. Mengetahui Demokrasi dalam islam
3. Mengetahui Islam dalam Pluralisme
4. Mengetahui Islam Dalam Gender

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dalam HAM


Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah
meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum
timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia. Ini dapat
dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an, antara lain :
1.) Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan
hidup dan penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat
32. Di samping itu, Al-Qur’an juga berbicara tentang kehormatan dalam 20
ayat. 2.) Al-Qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat tentang ciptaan
dan makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya
dalam Surat Al-Hujarat ayat 13. 3.) Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap
menentang kezaliman dan orang-orang yang berbuat zalim dalam sekitar 320
ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang diungkapkan dengan
kata-kata : ‘adl, qisth dan qishash. 4.) Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10
ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa untuk menjamin kebebasan
berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya yang
dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29.1
Syariat Islam dibangun diatas bangunan yang kokoh dan lengkap karena
berasal dari Allah yang maha perkasa lagi maha terpuji. Tidak ada satu
kemaslahatan dunia dan akherat kecuali telah ditunjukkan dan disampaikan
dalam syariat. Oleh karena itu syariat sangat memperhatikan 5 dharuraat :
Menjaga agama, jiwa, akal, nasab keturunan dan harta. Kelima dharurat ini
yang menjadi tiang kehidupan manusia. Tidak akan hidup baik kehidupan
manusia kecuali dengan menjaga lima perkara ini. Bukan kelima hal ini adalah
HAM yang dijamin syariat Islam.

1
Adian dan Nuim Hidayat, Husaini, ,Islam Liberal, (Jakarta: Gema Insani Press. 2002)h.77

3
Islam mengakui adanya HAM namun memiliki karakteristik dan
maqaashid yang jelas, diantaranya:
1. Karakteristik Versi Islam
a. Rabbaniyyah. Semua hak telah di jelaskan dalam al-Qur`an dan sunnah.
Sumbernya berasal langsung dari Allah. Oleh karena ia lepas dan bebas
dari kezhaliman dan kesesatan.
b. Tsabat (tidak berubah-rubah). Walaupun banyak usaha penyesatan dan
perancuan kebenaran islam dengan kebatilan namun tetap hujjah
kebenaran kuat dan tidak goyah.
c. Al-Hiyaad, sehingga jauh dari rasisme dan mengikuti hawa nafsu.
d. Asy-Syumul (universal). Karena mencakup seluruh kepentingan dan
kemaslahatan manusia sekarang dan masa depan.
e. ‘Alamiyah (bersifat mendunia), karena cocok untuk segala waktu dan
tempat, karena mampu memenuhi kebutuhan manusia dan bisa menjadi
solusi terbaik semua masalah mereka.2
2. Maqaashid HAM dalam Islam
a. Mewujudkan kesempurnaan ibadah kepada Allah.
b. Menjaga kehidupan manusia dalam semua marhalahnya.
c. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh dunia melalui pembinaan dan
pendidikan manusia. Juga memberikan solusi atas perbedaan yang ada
dengan cara yang efektif dan efesien.
d. Mewujudkan keadilan sosial dengan menyebarkan keadilan dimuka
bumi dan menghilangkan kasta sosial yang ada.
e. Menjaga kepentingan dan kemashlahatan manusia dengan menjaga
lima dharuraat.
f. Memuliakan manusia
Islam juga telah mengatur Islam telah mengatur dan melindungi hak-hak
asasi manusia, beberapa contoh sebagai berikut :
1. Hak hidup dan memperoleh perlindungan
Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi manusia, yang
merupakan karunia dari Allah bagi setiap manusia. Perlindungan hukum
islam terhadap hak hidup manusia dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan
syari’ah yang melinudngi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa manusia,
melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri.
Membunuh adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan balasan

2
Ibid.h.79

4
neraka, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Nisa’ ayat 93 yang
artinya sebagai berikut :
       
        

Artinya : dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan


sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya
dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.
2. Hak kebebasan beragama
Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM,
termasuk di dalamnya kebebasan menganut agama sesuai dengan
keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras adanya pemaksaan
keyakinan agama kepada orang yang telah menganut agama lain. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat AL-Baqarah ayat 256, yang artinya:
            
       
      

Artinya : tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);


Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.

3. Hak atas keadilan


Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan merupakan disiplin
mutlak untuk menegakkan kehormatan manusia. Dalam hal ini banyak
ayat-ayat Al-Qur’an maupun Sunnah ang mengajak untuk menegakkan
keadilan, di antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat 90, yang artinya :
4. Hak persamaan
Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat mutlak di antara
manusia tanpa memndang warna kulit, ras atau kebangsaan, melainkan
menjadikannya realitas yang penting. Ini berarti bahwa pembagian umat
manusia ke dalam bangsa-bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok dan suku-

5
suku adalah demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras
atau suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang berasal dari
ras atau suku lain. Al-Qur’an menjelaskan idealisasinya tentang persamaan
manusia dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya :
5. Hak mendapatkan pendidikan
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan
kesanggupan alaminya. Dalam Islam, mendapatkan pendidikan bukan
hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban bagi setiap manusia
6. Hak kebebasan berpendapat
Setiap orang mempunyai hak untuk berpendapat dan menyatakan
pendapatnya dalam batas-batas yang ditentukan hukum dan norma-norma
lainnya. Artinya tidak seorangpun diperbolehkan menyebarkan fitnah dan
berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan mencemarkan nama
baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah
mengemukakan ide atau gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Kebebasan berpendapat dan mengeluarkan
pendapat juga dijamin dengan lembaga syura, lembaga musyawarah
dengan rakyat, yang dijelaskan Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 38

7. Hak kepemilikan
Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan mengharamkan
penggunaan cara apa pun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan
haknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 188, yang
artinya :
       
       
 
Artinya: dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.

8. Hak mendapatkan pekerjaan


Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak, tetapi juga sebagai
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin.

6
B. Demokrasi dalam islam
Pemahaman umat islam terhadapnya mewujudkan pemikiran yang
terkadang bersebrangan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain,
terlebih lagi jika diingat bahwa demokrasi secara bahasa terdiri atas dua kata,
yaitu demos dan kratos yang berarti “kekuasaan di tangan rakyat”. Ada yang
memaknai bahwa kekuasaan hanya di tangan Tuhan, sedangkan manusia tidak
sedikit pun mempunyai kekuasaan itu. Karena itu, demokrasi tidak diajarkan
oleh islam.3
Esposito dan Piscatori, mengidentifikasi adanya tiga varian pemikiran
mengenai hubungan islam dan demokrasi.
1. Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena konsep syura, ijtihad, dan ijma’
merupakan konsep yang sama dengan demokrasi.
2. Islam tidak berhubungan dengan demokrasi. Menurut pandangan ini
kedaulatan rakyat tidak bisa disamakan antara muslim dan non muslim dan
antara laki-laki dan perempuan. Ini bertentangan dengan kualitas
demokrasi.
3. bahwa Islam merupakan dasar demokrasi. Meskipun kedulatan rakyat tidak
bisa bertemu dengan kedaulatan Tuhan. Tetapi perlu diakui bahwa
kedaulatan rakyat merupakan subordinasi kedaulatan Tuhan.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
          
           
  

Artinya :dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.

Meski telah terjadi polarisasi pandangan seputar relasi Islam dan


demokrasi, namun masih diperlukan pengkajian yang cermat untuk
3
Ahmad. Kosasih, HAM Dalam Perspektif Islam.( Jakarta:Salemba Diniyah 2003)h.45

7
memperoleh pemahaman yang tepat tentang makna demokrasi, agar dapat
ditarik benang merah yang menghubungkan antara Islam dan demokrasi.
Terlebih, jika diingat bahwa dari sekian banyak sumber syara’ tidak satupun
ayat atau hadist yang mencamtumkan kata dimoqrodyah (demokrasi).
Dahl mengatakan, “Semua individu yang telah dewasa bisa terlibat dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan”. Karena,
itu prinsip utama demokrasi adalah persamaan. Setiap anggota masyarakat
mempunyai hak yang sama untuk dipilih dan memilih, serta mendapat
privilege dalam berpartisipasi dalam pemerintahan. Di sini, rakyat secara
lansung atau tidak (melalui perwakilannya) ikut menentukan kebijakan-
kebijakan pemerintah atau yang dikenal dengan pemerintahan rakyat (people’s
rule). Dalam demokrasi, keputusan apapun sepenuhnya berada di tangan
rakyat, bukan di tangan pemimpin.

Uraian di atas menunjukkan peran masyarakat luas dalam memutuskan


kebijakan-kebijakan yang menyangkut seluruh aspek seluruh kehidupan
mereka. Dalam hal ini, Islam menganjurkan agar dilakukan musyawarah,
dengan memberikan hak yang sama bagi setiap individu sehingga rakyat
mempunyai kedaulatan untuk menentukan cita-cita dan harapan mereka.
Kedaulatan mutlak dan ke–Esaan Tuhan terkandung dalam konsep tauhid
dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah, memberikan
kerangka yang dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan
teori politik tertentu yang dianggap demokratis. Di dalamnya, tekanan pada
kesamaan derajat manusia, dan kewjiban rakyat sebagai pengemban
pemerintahan. Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual
Islam banyak memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus diranah
sosial dan politik. Sistem demokrasi dipandang sebagai suatu sistem politik
yang lebih dekat dengan Islam dibandingkan dengan liberalisme atau otrokasi.
Terlebih jika diperhatikan, secara doktrinal tidak ada teks-teks agama yang bisa
ditafsirkan sebagai justifikasi sikap sewenang-wenang dan otoritarian.

C. Islam dalam Pluralisme

8
1. Pengertian Pluralisme
Secara etimologis, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu
“pluralisme” dan “agama”. Dalam bahasa arab diterjemahkan “al-
ta’addudiyah al-diniyah” dan dalam bahasa Inggris “religius pluralism” .
Oleh karena istilah pluralisme agama ini berasal dari bahasa inggris, maka
untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus
bahasa tersebut. Pluralisme berarti “jama'” atau lebih dari satu. Dan jika
“pluralisme” dirangkai dengan “agama” sebagai predikatnya, maka
berdasarkan pemahaman tersebut bisa dikatakan bahwa “pluralisme
agama” adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam
arti yang luas) yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap
mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing agama.
Sedangkan menurut John Hick, menegaskan bahwa pluralisme agama
adalah suatu gagasan bahwa agama-agama besar dunia merupakan persepsi
dan konsepsi yang berbeda yang secara bertepatan merupakan respon yang
beragam.
2. Islam dan Pluralisme Agama
Ada satu fakta yang tidak dapat diingkarani, bahwa terminologi
pluralisme atau dalam bahasa arabnya, “al-ta’addudiyyah”, tidaklah
dikenal secara populer dan tidak banyak dipakai di kalangan Islam kecuali
sejak kurang lebih dua dekade terakhir abad ke-20 yang lalu. Yaitu ketika
terjadi perkembangan penting dalam kebijakan internasional Barat yang
baru memasuki sebuah fase yang dijuluki Muhammad ‘imarah sebagai
“marhalat al-ijtiyah” (fase pembinasaan). Yakni sebuah perkembangan
yang prinsipnya tergurat dan tergambar jelas dalam upaya Barat yang
habis-habisan guna menjajakan ideologi modernnya yang dianggap
universal, seperti demokrasi, pluralisme, HAM dan pasar bebas, dan
mengekspornya untuk konsumsi luar dalam rangka mencapai berbagai
kepentingannya yang sangat beragam
Suatu kebijakan yang telah dikemas atas dasar “superioritas” ras dan kultur
Barat, Islam khususnya, dengan berbagai macam tuduhan yang

9
menyakitkan, seperti intoleran, anti-demokrasi, fundamentais, sektarian dan
sebagainya. Maka sebagai respons terhadap perkembangan politis baru ini,
masalah “pluralisme” mulai mencuat dikalangan cendekia Islam, yang pada
giliranya menjadi komoditas paling laku di pasar pemikiran Arab Islam
kontemporer
3. Sejarah dan Perkembangan Pluralisme Agama
Pemikiran pluralisme agama muncul pada masa yang disebut
pencerahan, tepatnya pada abad ke-18 Masehi, masa yang sering disebut
sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern. Yaitu masa
yang diwarnai dengan wacana-wacana baru pergolakan pemikiran manusia
yang berorientasi pada akal dan pembebasan akal.
Ketika memasuki abad ke-20, gagasan pluralisme agama telah semakin
kokoh dalam wacana pemikiran filsafat dan teologi Barat.
Amengedepankan gagasan ini adalah seorang Ernt Troeltsch (1865-1923).
Troeltsch melontarkan gagasan pluralisme agma secara argumentatif bahwa
dalam semua agama, selalu mengandung elemen kebenaran dan tidak satu
agama pun yang memiliki kebenaran mutlak. Selama dua dekade terakhir
abad ke-20, gagasan pluralisme agama telah mencapai fase kematangannya,
dan pada gilirannya, menjadi sebuah dikursus pemikiran tersendiri pada
dataran teologi modern.
Berangkat dari pemikiran tersebut, dapat dipahami bahwa pluralisme
merupakan suatu pandangan yang meyakini akan banyak dan beragamnya
hakikat realitas kehidupan, termasuk realitas keberagamaan manusia.
Pluralisme agama diartikan sebagai pandangan dan sikap bahwa hakikat
agama di dunia ini tidak hanya satu, tetapi banyak atau beragam. Sejak
akhir abad ke-18, pada umumnya negara-negara Eropa mengakui
kemajemukan agama dalam masyarakat dan menghilangkan rintangan-
rintangan sosio-politik bagi agama-agama. Secara filosofis, pluralisme
agama dapat diartikan sebagaisuatu teori yang merujuk pada hubungan
antaraberbagai tradisi agama. Dengan demikian, pluralisme telah menjadi

10
sebuah kenyataan sejarah uang menuntut pengakuan, dan karenanya
menjadi perbincangan, tidak saja oleh para teolog tetapi juga para filosof.

D. Islam dalam Gender


1. Pengertian Gender
Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
Sejauh ini persoalan Gender lebih didominasi oleh perspektif perempuan,
sementara dari perspektif pria sendiri belum begitu banyak dibahas.
Dominannya perspektif perempuan sering mengakibatkan jalan buntu
dalam mencari solusi yang diharapkan, karena akhirnya berujung pada
persoalan yang bersumber dari kaum laki-laki. Ada beberapa fenomena
yang sering kali muncul pada persoalan Gender.4
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin
(John M. Echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256). Secara umum, pengertian
Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies
Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural,
berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang dalam masyarakat
2. Faktor yang Menghambat Perjuangan Gender
a. Faktor Internal yang merupakan faktor dari dalam diri perempuan itu
sendiri, misalnya perempuan selalu mempersiapkan status dirinya
berada di bawah status laki-laki, sehingga tidak mempunyai keberanian
dan kepercayaan diri untuk maju.
b. Faktor Ekternal yaitu faktor yang berada diluar diri perempuan itu
sendiri, dan hal yang paling dominan adalah terdapatnya nilai-nilai

4
Moch. Faisal, Salam, Motivasi Tindakan Terorisme, (Bandung: Mandar Maju. 2005)h.76

11
budaya patriarki yang mendominasi segala kehidupan di dalam
keluarga masyarakat, sehingga menomor duakan peran perempuan
c. Islam dan Gender
Berbicara tentang gender, sama artinya berbicara tentang
hubungan laki-laki dan perempuan. Hubungan laki-laki dan perempuan
dalam islam pada prinsipnya dapat disebut dengan berbicara sekitar
kesejajaran tentang laki-laki dan perempuan. Sebab dalam Islam secara
prinsip hubungan kedua jenis kelamin ini adalah sejajar dihadapan
Allah SWT.
Ada sejumlah nash yang berbicara tentang kemitrasejajaran laki-
laki dan perempuan yang dapat dikelompokkan minimal menjadi
delapan, yakni:
1) Statement umum tentang kesetaraan wanita dan pria.
2) Asal usul.
3) Amal.
4) Saling kasih dan mencintai.
5) Keadilan dan persamaan.
6) Jaminan sosial.
7) Saling tolong menolong.
8) Kesempatan mendapat pendidikan.
Adapun sebab-sebab lahirnya konsep bias gender dalam Islam
adalah sebagai akibat dari sepuluh faktor yakni :
1) Studi Islam yang parsial.
2) Belum ada kesadaran pentingnya pembedaan nash.
3) Normatif universal dengan praktis temporal.
4) Terkesan sejumlah nash memarginalkan perempuan, sebagai akibat
penggunaan parsial
5) Budaya-budaya muslim merasuk terhadap ajaran Islam.
6) Dominasi teologi laki-laki dalam memahami nash.
7) Kajian Islam dengan pendekatan agama murni.

12
8) Generalisasi dari kasus-kasus, mengambil hukum sebagai produk
hukum dari penetapan hukum.
9) Kajian Islam yang literalis dan historis.
10) Peran kekuasaan.
d. Upaya Penanggulangan Dampak Negatif Dari Gender Dalam Islam
1) Reintrepasi ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang bias gender
dilakukan secara kontinu agar ajaran agama tidak dijadikan
justifikasi sebagai kambing hitam untuk memenuhi keinginan
segelintir orang.
2) Muatan kurikulum nasional antara laki-laki dan perempuan,
demikian pula kurikulum lokal dengan berbasis kesetaraan, keadilan
dan keseimbangan. aKurikulum disusun sesuai dengan kebutuhan
dan tipologi daerah yang dimulai dari tngkat pendidikan Taman
Kanak-kanak sampai ke tingkat perguruan tinggi.
3) Pemberdayaan kaum perempuan di sector pendidikan informal
seperti pemberian fasilitas belajar mulai di tingkat kelurahan sampai
kepada tingkat kabupaten disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
4) Pemberdayaan disector ekonomi untuk meningkatkan pendapatan
keluarga terutama dalam kegiatan industri rumah tangga. Dengan
demikian akan menghilangkan ketergantungan ekonomi kepada
laki-laki karena salah satu terjadinya marginalisasi pada perempuan
adalah ketergantungan ekonomi keluarga kepada laki.
5) Pendidikan polotik bagi perempuan agar dilakukan secara intensif
untuk menghilangkan melek politik bagi perempuan. Karena masih
ada anggapan bahwa politik itu hanya miliki laki-laki dan politik itu
adalah kekerasan, padahal sebaliknya politik adalah seni untuk
mencapai kekuasaan. Degan deikian kuota 30% sesuai dengan
amanah Undang-Undang segera terpenuhi, mengingat pemilih
terbanyak adalah perempuan.Pemberdayaan disektor keterampilan,
baik keterampilan untuk kebutuhan rumah tangga maupun yang
memiliki nilai jual ditingkatan, terutama kaum perempuan di

13
pedasaan agar terjadi keseimbangan antara perempuan yang tinggal
di perkotaan dengan pedesaan sama-sama memiliki keterampilan
yang relative bagus.
6) Sosialisasi Undang-Undang Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga
lebih intens dilakukan agar kaum perempuan mengetahui hak dan
kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan amahan dari UUK

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah
meletakkan dasar-dasar HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum
timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat dunia.
Pluralisme agama adalah suatu gagasan bahwa agama-agama besar dunia
merupakan persepsi dan konsepsi yang berbeda yang secara bertepatan
merupakan respon yang beragam.
Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan
(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional
antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menambah
pengetahuan, wawasan serta bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari akan
ketidak sempurnaan makalah ini, untuk itu kritik dan saran dari teman-teman
yang membangun sangat bermanfaat untuk memperbaiki makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Husaini, Adian dan Nuim Hidayat, 2002, Islam Liberal, Jakarta: Gema Insani
Press.
Karim, M. Abdul, 2007, Wacana Politik Islam Kontemporer, yogyakarta: suka
press..
Salam, Moch. Faisal,2005, Motivasi Tindakan Terorisme, Bandung: Mandar
Maju.
Thoha, Anis Malik , 2005, Tren Pluralisme Agama: Tinjaun Kritis, Jakarta
Perspekti.

15
16

Anda mungkin juga menyukai