Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH

Lapangan Pendidikan Islam

DOSEN PEMBIMBING

Wildana, S.Pd.I., M.Pd.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

ASMIRA

A. RESKI PRAMANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

2020
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan saat ini dapat dipengaruhi oleh pesatnnya perkembangan
zaman. Peningkatan pelaksanaan pendidikan baik pendidikan formal, informal dan
nonformal. Pendidikan formal memberikan peranan yang besar bagi seseorang dalam
hal mencapai kemampuan akademis sehingga perlu mengembangkan upaya untuk
meningkatkan kuantitas maupun kualitas pendidikan. Pendidikan sebagai bagian
integral kehidupan masyarakat di era global harus dapat member dan memfasilitasi
bagi tumbuh kembangnnya keterampilan melalui intelektual, social dan personal.

1
2

Pendidikan harus menumbuhkan berbagai kompetensi peserta didik. Keterampilan


intelektual, social dan personal dibangun tidak hanya dengan landasan rasio dan
logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral intuisi dan spiritual.
Sekolah sebagai intuisi pendidikan dan miniature masyarakat perlu
mengembangkan pembelajaran sesuai tuntutan kebutuhan era global. Salah satu
upaya yang dapat dikembangkan oleh sekolah adalah pembelajaran aktif, inovatif
kreatif dan menyenangkan. Pendidikan harus mengembangkan keterampilan peserta
didik dalam pembelajaran. Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyebutkan; pendidikan adalah
usaha sadar dan terencvana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki nkekuatan spiritual keagamann, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan, yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan
bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian lembaga pendidikan
2. Macam macam lembaga pendidikan
3. Kurikulum pendidikan islam

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui lembaga pendidikan
2. Untuk mengetahui macam lembaga pendidikan
3. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Lapangan pendidikan islam


Pendidikan islam adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan seluruh
potensi manusia baik lahir maupun batin agar terbentuknya pribadi Muslim seutuhnya.
Manusia adalah makhlukyang memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain,dia tidak
bisa hidup sendiri tanpa pertolongan. Pertolongan sejak awal kepadanya adalah bagian

2
3

dari pendidikan. Ketika orang tuannya pertama kali memeberi pertolongan


kepadanya,maka itulah awal pendidikan baginya setelah dia lahir.

Pertolongan yang diberikan kepadanya ada dalam dua bentuk pertolongan


yaitu;perawatan fisik,kedua pertolongan dalam pembentukan rohani. Pertolongan dalam
bentuk fisik adalah memberinya makanan yang bergizi,merawat fisiknya dengan sebaik-
baiknya, memeriksa kesehatan dan merawatnya, menyediakan tempat tinggal yang
layak,pakaian yang pantas untuk dipakainya;demikianlah seterusnya,dan selanjutnya
memberikan pendidikan jiwanya.1

Lembaga pendidkan adalah suatu wadah yang berguna untuk membina manusia,
membawa ke arah masa depan yang lebih baik. Setiap orang yang berada pada wadah
tersebut akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut warna dan corak
institusi tersebut. Dimana lembaga pendidikan tersebut (keluarga, sekolah dan
masyarakat) K.H. Dewantara menyebut “tri pusat pendidikan” Sementara Undang-
Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyebutnya dengan jalur pendidikan informal,
formal dan non formal. Dalam sistem pendidikan nasional, masing-masing lembaga
tersebut, mempunyai kaitan tanggung jawab yang terpadu dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan nasional.2

B. Macam-macam Lembaga Pendidikan

Lembaga Pendidikan Secara garis besar, ada tiga macam lembaga pendidikan:

1. Lembaga Pendidikan Formal


Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa
lembaga pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Lembaga pendidikan jalur normal terdiri dari lembaga pendidikan prasekolah,

1
Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (cetakan.1;Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group,2014),hal.11-12.
2
1 Marlina Gazali “Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan Untuk Mencerdaskan Bangsa”, Jurnal Al-
Ta’dib Vol. 6 No.1 Januari-Juni,2013, hal. 128.

3
4

lembaga pendidikan dasar (SD/SMP), lembaga pendidikan menengah


(SMA/SMK), dan lembaga pendidikan tinggi. Dalam sistem pendidikan nasional
juga dinyatakan bahwa setiap warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal
minimal sampai selesai tingkat SMP. Lembaga pendidikan formal berorientasi pada
pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Adapun ciri-ciri pendidikan formal
adalah :
a. Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh lembaga
pendidikan formal
b. Guru adalah orang yang ditetapkan secara resmi oleh lembaga.
c. Memiliki administrasi dan manajemen yang jelas.
d. Adanya batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan.
e. Memiliki kurikulum formal.
f. Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi pembelajaran.
g. Adanya batasan lama studi.
h. Kepada peserta yang lulus diberikan ijazah.
i. Dapat meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi.

Sedangkan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal antara lain:

a. Taman Kanak-kanak (TK)


b. Raudatul Athfal (RA)
c. Sekolah Dasar (SD)
d. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
e. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
f. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
g. Sekolah Menengah Atas (SMA)
h. Madrasah Aliyah (MA)
i. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
j. Perguruan Tinggi, meliputi; Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan
Universitas.

2. Lembaga Pendidikan Non formal

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa


lembaga pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Lembaga pendidikan non formal adalah
lembaga pendidikan yang disediakan bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti
atau menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal.
5

Kini, pendidikan non formal semakin berkembang karena semakin dibutuhkannya


keterampilan pada setiap orang untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Faktor
pendorong perkembangan pendidikan nonformal cukup banyak, diantaranya ialah:

a. Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak dapat melanjutkan


sekolah.
b. Lapangan kerja, khususnya sektor swasta mengalami perkembangan cukup pesat
dan lebih dibandingkan perkembangan sektor pemerintah.

Adapun program-program pendidikan nonformal yang disetarakan dengan pendidikan


formal, contohnya kejar paket A, kejar paket B, kejar paket C. Pendidikan nonformal ada
pula yang diselenggarakan oleh organisasi masyarakat seperti organisasi keagamaan,
sosial, kesenian, olah raga, dan pramuka. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Dengan kata lain, pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik melalui pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
anak usia dini, pendidikan kemudaan, pendidikan pembedayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta pendidikan lainnya.
Adapun ciri-ciri pendidikan nonformal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan masyarakat.

b. Guru adalah fasilitator yang diperlukan.

c. Tidak adanya pembatasan usia.

d. Materi pelajaran praktis disesuaikan dengan kebutuhan pragmatis.

e. Waktu pendidikan singkat dan padat materi.

f. Memiliki manajemen yang terpadu dan terarah.

g. Pembelajaran bertujuan membekali peserta dengan keterampilan khusus untuk


persiapan diri dalam dunia kerja.

Sedangkan lembaga penyelenggara pendidikan nonformal antara lain;

a. Kelompok bermain (KB)

b. Taman penitipan anak (TPA)

c. Sanggar

e. Lembaga pelatihan
6

f. Kelompok belajar

g. Pusat kegiatan belajar masyarakat

h. Majelis taklim

i. Lembaga ketrampilan dan pelatihan3

Prinsip-prinsip Lembaga Pendidikan Islam

Bentuk lembaga pendidikan Islam apapun dalam Islam harus berpijak pada prinsip-
prinsip tertentu yang telah disepakati sebelumnya,sehingga antara lembaga satu dengan
lembaga lainnya tidak terjadi semacam tumpang-tindih. Prinsip-prinsip pembentukan
lembaga pendidikan islam adalah;

a. Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang menjerumuskan


manusia pada api neraka(QS. at-Tahrim:6)
b. Prinsip pembinaan umat manusiamenjadi hamba-hamba Allah yang memiliki
keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan akhirat,(QS.al-
Baqarah:201)
c. Prinsip pembentukan pribadi manusiayang memancarkan sinar keimanan yang
kaya dengan ilmu pengetahuan,yang satu sama lain saling mengembangkan
hidupnya untuk menghambakan diri pada Khaliknya.
d. Prinsip amar ma’ruf dan nahi mungkar dan membebaskan manusia dari
belenggu-belenggu kenistaan(QS.ali Imran:104,110).
e. Prinsip pengembangan daya pikir,daya nalar,daya rasa sehingga dapat
menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat mengfungsikan daya cipta,rasa,
dan karsanya.4

Tanggung Jawab Lembaga Pendidikan Islam

Seorang ahli filsafat,antropologi, dan fenomenologi bernama Langeveld menyatakan


bahwa yang bertanggung jawab atas penyelanggaran prndidikan adalah;

a. Lembaga keluarga yang mempunyai wewenang bersifat kodrati;


b. Lembaga negara yang mempunyai wewenang berdasarkan undang-undang;
c. Lembaga gereja yang mempunyai wewenang berasal dari amanat Tuhan.

Sebaliknya Ki Hajar Dewantara(RM Soewardi Soejaningrat) memfokuskan


penyelanggaran lembaga pendidikan dengan Tricentra yang merupakan tempat
pergaulan anak didikdan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya.
Tricentra itu ialah;
3
Bukhari Umar,Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Amzah,2010 ),hal.149-150.
4
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam (cetakan.1; Jakarta:Kencana Prenada
Media,2006),hal.223.
7

1. Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga;


2. Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah;
3. Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat.5

Sementara menurut Sidi Gazalba6, yang berkewajiban menyelanggarakan lembaga


pendidikan adalah ;

1. Rumah tangga,yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dab fase kanak-kanak
sampai usia sekolah. Pendidikannya adalah orang tua,sanak
kerabat,famili,saudara-saudara,teman sepermainan dan kenalan sepergaulan;
2. Sekolah, yaitu pendidikan skunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk
sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang
profesional.
3. Kesatuan sosial,yaitu pendidikan tersier yang merupakan pendidikan yang
terakhir tapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan,adat istiadat,dan
suasana masyarakat setempat.

Islam mengajarkan agar seorang muslim harus mencari ilmu secara


individual,karena ilmu merupakan syarat mutlak bagi kehidupan muslim sejati,baik
untuk kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Islam juga mengajarkan untuk
amar ma’ruf(tindakan proaktif) dan nahi mungkar(tindakan reaktif)terhadap
lingkungan sekitarnya. Ajaran ini berimplikasikan bahwa pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama,yang mencakup tanggung jawab
keluarga,sekolah,pemerintah,dan lingkungan sosial.

C. Kurikulum Pendidikan Islam


1) Pengertian kurikulum

Kurikulum (manhaj/curriculum)adalah seperangkat perencanaan dan media untuk


mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan. Konsep dasar kurikulum sebenarnya tidak sesederhana itu,tetapi kurikulum
dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian berikut;7

a. Kurikulum sebagai program studi. Pengertiannya adalah seperangkat mata


pelajaran yamh mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di
institusi pendidikan lainnya.

5
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: Renika Cipta,1991),hal.171-172.
6
Sidi Gazalba, Pendidikan Umat Islam:Masalah Terbesar Kurun Kini Menentukan Nasib Umat,
(Jakarta:Bhratara,1970),hal.26-27.
7
Muhammad Ansyar,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,(Jakarta: Dirjen PT-PPLPTK
Depdikbud,1089),hal. 8-20
8

b. Kurikulum sebagai konten. Pengertiannya adalah data atau informasi yang


tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau
informasi lain yang memungkinkan timbulnnya belajar.
c. Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Pengertiannya adalah transfer dan
refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat,agar dimiliki dan dipahami
anak-anak generasi muda masyarakat.
2) Komponen kurikulum

Mengingat fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka hal ini berarti sebagai alat pendidikan, kurikulum memiliki
bagian bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik.
Bagian-bagian ini disebut komponen yang saling berkaitan, berinteraksi dalam upaya
mencapai tujuan. Kurikulum suatu sekolah mengandung 3 komponen yaitu:

tujuan, isi, dan strategi. Ada 2 jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu
sekolah yaitu :

a) Tujuan kurikulum

1. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan Selaku lembaga pendidikan,
sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya yang digambarkan dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki siswa
setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

2. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi Setiap bidang studi dalam
kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya.
Tujuan inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mempelajari suatu bidang studi pada sekolah
tertentu.8

b) Isi kurikulum Berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.

c) Media (sarana dan prasarana) Sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk
menjabarkan kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

d) Strategi Merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar yang digunakan.

e) Proses Pembelajaran Komponen ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses
pembelajaran akan terjadi perubahan tingkah pada diri peserta didik sebagai indikator
keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

f) Evaluasi Dengan evaluasi (penilaian) dapat diketahui cara pencapaian tujuan.


8
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hal. 52
9

Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum yaitu:

a. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan.

b. Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktivitas, dan pengalaman-


pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu

. c. Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guruguru untuk mengajar dan
memotivasi murid untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh
kurikulum.

d. Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum
dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut.

3). Peran dan Fungsi Kurikulum

a) Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan,


yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat.
Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, paling tidak kurikulum
memiliki tiga peran, yaitu peran konservatif, peran kreatif, serta peran kritis dan
evaluatif.

1. Peran Konservatif (melestarikan) Maksud dari peranan ini adalah melestarikan


berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi
sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan
mudahnya pengaruh budaya asing masuk dalam budaya lokal. Melalui peran
konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat
merusak nilai luhur mayarakat.

2. Peran Kreatif Peran kreatif kurikulum maksudnya dimana kurikulum harus mampu
menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang
cepat berubah. Jadi apabila kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka
pendidikan selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang akan diberikan di sekolah
pada akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan
tuntutan sosial masyarakat.

3. Peran Kritis dan Evaluatif Kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya
baru yang mana harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif
kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi
segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

b) Fungsi kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan.
10

b. Pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan

c. Fungsi kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah berikutnya dan penyiapan


tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan

d. Standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau sebagai
batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada semester maupun pada tingkat
pendidikan tertentu9.

4) . Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan seperangkat rencana dan


pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan, serta cara pembelajaran yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ia merupakan sekumpulan studi keislaman yang meliputi al-Qur’an
Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Tarikh, dan Kebudayaan Islam10. Sama halnya dengan
kurikulum mata pelajaran lain, kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah juga
menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran PAI.

Kurikulum PAI dicantumkan dalam kesatuan yang integral bersama–sama dengan


bidang studi lainnya dalam satuan kurikulum untuk sekolah. Setiap guru agama
sebagai pelaksana kurikulum PAI diharapkan dapat mempelajari dengan sebaik–
baiknya dan kemudian dapat menggunakannya sesuai dengan teknik pengajaran
berdasarkan prinsip interaktif dan komunikatif dengan memperhatikan kegiatan
murid, akan tetapi harus bertindak sebagai pembimbing dan dapat mengkoordinir
lingkungan serta menyediakan fasilitas agar anak belajar sendiri11. PAI di sekolah
dimaksudkan agar peserta didik berkembang sebagai manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan agama yang luas, dan
berakhlaqul karimah.12 Untuk itu, dibutuhkan kurikulum PAI yang kontekstual dan
dapat melayani harapan masyarakat. Kegiatan pembelajaran PAI dan evaluasi hasil
belajar PAI harus dirancang secara kontekstual. Mata pelajaran PAI masuk pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada TuhanYang
Maha Esa serta berakhlak mulia, cakupan materinya meliputi etika, budi pekerti, atau
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.Guna mewujudkan harapan
tersebut, kurikulum disusun dengan berpedoman pada SI-SKL, SK-KD, serta

9
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam (Cetakan.1;Jakarta:Kencana Prenada
Media,2006),hal.134.
10
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
11
Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bulan Bintang, t.t), hal. 12.
12
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010),
hal. 35.
11

panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional


Pendidikan dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Kurikulum PAI yang telah dikembangkan di sekolah selanjutnya dilaksanakan oleh


guru PAI pada setiap satuan pendidikan dengan menggunakan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.

5). Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam
adalah yang bersifat intergrated dan komprehensif serta menjadikan al-Qur’an dan hadis
sebagai sumber utama dalam penyusunan. Didalam al-Quran dan hadis ditemukan
kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam penyusunan
dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka dasar tersebut adalah tauhid
dan perintah membaca.

1. Tauhid Tauhid sebagai dasar utama kurikulum harus dimantapkan semenjak masih
bayi. Dimulai dengan menperdengarkan kalimat-kalimat tauhid seperti azan atau
iqamah terhadap anak yang baru lahir. Tauhid sebagai falsafah dan pandangan hidup
umat Islam meliputi konsep ke Maha Esaan Allah, serta ke unikan Allah atas semua
makhluknya, Allah SWT, unik dan Esa dalam perbuatan. Tauhid merupakan prinsip
utama dalam seluruh dimensi kehidupan manusia baik hubungan vertikal dengan
Allah maupun hubungan horizontal dengan manusia dengan alam. Tauhid seperti
inilah yang dapat menyusun pergaulan yang harmonis sesamanya. Kita dapat
mewujudkan tata dunia yang harmonis kosmos yang penuh tujuan, persamaan sosial,
persamaan kepercayaan, persamaan jenis dan ras, persamaan dalam segala aktivitas
dan kebebasan bahkan seluruh masyarakat dunia adalah sama yang disebut “ummatan
wahidah”.

2. Perintah Membaca Perintah membaca ayat-ayat Allah meliputi 3 macam yaitu:

1. Ayat Allah yang berdasarkan wahyu

2. Ayat Allah yang ada pada diri manusia, dan

3. Ayat Allah yang terdapat di alam semesta di luar diri manusia

6). Dasar Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan dalam
mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan, harus mempunyai dasar-
dasar yang merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk materi
kurikulum, susunan dan organisasi kurikulum. Yang menjadi dasar-dasar dalam
penyusunan kurikulum pendidikan Islam adalah :
12

1. Dasar Agama Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem
pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan,dan kurikulumnyapada ajaran
Islam yang mel puti aqidah, ibadah, muamalat, dan hubungan-hubungan yang berlaku
didalam masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus
mengacu pada dua sumber utama syariat Islam yaitu al-Quran dan Sunnah.

2. Dasar Falsafah Dasar ini memberikan arah dan tujuan pendidikan Islam, dengan dasar
filosofis sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu
kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini
kebenarannya.

3. Dasar Psikologis Asas ini memberikan bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya
disusun dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang
sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangan bakat-bakat
jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan sosial, kebutuhan dan keinginan, minat,
kecakapan, dan perbedaan individual antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya.

4. Dasar Sosial Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan Islam yang
tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri masyarakat Islam dan
kebudayaannya. Baik segi dari pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir dan adat
kebiasaan, serta seni. Sebab tidak ada suatu masyarakat yang tidak berbudaya dan
tidak ada suatu kebudayaan yang tidak berada pada masyarakat. Kaitannya dengan
kurikulum pendidikan Islam sudah tentu kurikulum ini harus mengakar terhadap
masyarakat dan perubahan serta perkembangan.

5. Dasar Organisatoris Dasar ini memberikan landasan dalam penyusunan bahan


pembelajaran beserta penyajiannya dalam proses pembelajaran.

7.) Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam Dalam penyusunan


kurikulum, kita harus memper hatikan prinsip-prinsip yang dapat mewarnai
kurikulum pendidikan.

1. Prinsip berasaskan Islam termasuk ajaran dan nilainilainya.


13

2. Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.

3. Prinsip (integritas) antara mata pelajaran, pengalamanpengalaman, dan aktivitas yang


terkandung di dalam kurikulum.

4. Prinsip relevansi adalah adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup


murid.

5. Prinsip fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan
dalam bertindak.

6. Prinsip integritas adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya.

7. Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana,
dan sumber lain secara cermat dan tepat.

8. Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri
dari bagian yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya.

9. Prinsip individualitas adalah, bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan


pembawaan dan lingkungan anak.

10. Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan dan demokratis adalah bagaimana


kurikulum dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sangat diutamakan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,Jakarta: Renika Cipta,1991.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam cetakan.1; Jakarta:Kencana


Prenada Media,2006.

Ali Muhammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1992.

Ansyar, Muhammad,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,Jakarta: Dirjen PT-PPLPTK


Depdikbud,1089.

Gazalba, Sidi,Pendidikan Umat Islam:Masalah Terbesar Kurun Kini Menentukan Nasib


Umat,Jakarta:Bhratara,1970.

Gazali, Marlina, “Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan Untuk Mencerdaskan Bangsa”,


Jurnal Al-Ta’dib Vol. 6 No.1 Januari-Juni,2013.

Mujib,Abdul, dan Jusuf Mudzakkir,Ilmu Pendidikan Islam. Cetakan.1;Jakarta:Kencana


Prenada Media,2006.

Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Raharjo,Rahmat, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam,Yogyakarta: Magnum


Pustaka, 2010.

Putra, Haidar Daulay,Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat,cetakan.1;Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group,2014.

Shaleh, Rachman, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar, Jakarta: Bulan Bintang.
Umar,Bukhari,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah,2010.

Anda mungkin juga menyukai