Anda di halaman 1dari 14

Hak Asasi Manusia ( HAM ) adalah hak dasar atau hak pokok yang dibawa manusia sejak

lahir sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa. Sedangkan menurut Meriam Budiardjo menegaskan
bahwa hak asasi manusia sebagai hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan di bawanya
bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam masyarakat.

Secara definitif hak merupakan unsur nominatif yang berfungsi sebagai pedoman berprilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga
harkat dan martabatnya.

Dalam Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia ( HAM ) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya dan keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa, dan merupakan Anugerah-Nya yang wajib
dihormati, di junjung tinggi dan di lindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang,
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

A. HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

Pada dasarnya, semua Rasul dan Nabi Allah adalah pejuang-pejuang penegak hak asasi
manusia yang paling gigih. Mereka tidak hanya sekedar membawa serangkaian pernyataan akan
hak-hak asasi manusia sebagaimana termuat dalam Kitab-kitab Suci, seperti Zabur, Taurat, Injil,
dan al-Qur'an, akan tetapi sekaligus memperjuangkannya dengan penuh kesungguhan dan
pengorbanan.

AI-Qur'an menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sempurna (QS. 5:3). Di samping
mengajarkan hubungannya dengan sang Pencipta ( Hablummin Allah) juga menegaskan tentang
pentingnya hubungan antar manusia (hablum min al-nas) (QS. 3:112). Pengakuan ini bukan hanya
berdasarkan truth claimumat Islam, tetapi kaum orientalis pun mengakui kesempurnaan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia itu, sebagaimana V.N. Dean menyatakan bahwa
"Islam adalah perpaduan yang sangat sempu agama, sistem politik, pandangan hidup, dan
penafsiran sejarah." Islam adalah peradaban yang sangat sempurna.

Dalam hubungan dengan HAM, dari ajaran pokok tentang hablum min Alllah dan hablum
min al-nas, muncul dua konsep hak, yakni : manusia (haq a -insan) dan hak Allah. Setiap hak
saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi hak manusia dan juga sebaliknya. Konsep
Islam mengenai kehidupan manusia ini didasarkan pada pendekatan teosentris atau yang
menempatkan Allah melalui ketentuan syari at-Nya sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan
kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau warga negara.

Oleh karena itu, konsep Islam tentang HAM berpijak pada Tauhid, yang pada dasarnya;
didilamnya mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia yang oleh Harun Nasution
disebut sebagai ide perkemakhlukan. Ide perikemakhlukan memuat nilai-nilai kemanusiaan dalam
arti sempit. Ide perikemakhlukan mengandung makna bahwa manusia tidak boleh
sewenang-wenang terhadap sesama makhluk termasuk juga pada binatang dan alam sekitar.

B. BENTUK HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM ISLAM

Berdasarkan tingkatannya, Islam mengajarkan tiga bentuk hak asasi manusia, yaitu:

1. Hak darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan
hanya mernbuat manusia sengsara, tetapi juga hilang eksistensinya, bahkan hilang harkat
kemanusiaannya, misalnya mati.
2. Hak hajy (hak sekunder), yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada
hilangnya hak-hak elementer, misalnya hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan
yang layak, maka akan rnengakibatkan hilangnya hak hidup.
3. Hak tahsiny, yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder.

Dengan demikian, HAM dalam Islam lebih dulu muncul. Tepatnya, Ma-gna Charta tercipta
600 tahun setelah kedatangan Islam. Di samping nilai--nilai dasar dan prinsip-prinsip HAM itu
ada dalam sumber ajaran Islam, yakni Al--Qur'an dan Hadis, juga terdapat dalam praktik-praktik
kehidupan Islam. Tonggak sejarah keberpihakan Islam terhadap HAM yaitu pendeklarasian
Piagam Madinah yang dilanjutkan dengan deklarasi Kairo.

Dalam Piagam Madinah, paling tidak ada dua ajaran pokok yang berhu-bungan dengan HAM,
yaitu pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku bangsa; dan hubungan
antara komunitas muslim dengan nonmuslim didasarkan pada prinsip:

1. berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga


2. saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
3. membela mereka yang teraniaya
4. saling menasehati
5. menghormati kebebasan beragama.

C. RUMUSAN HAM DALAM ISLAM

Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah keharusan
(dharurat) yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim
mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams,
dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syari’ah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa,
kehormatan dan harta benda manusia.

Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada
haji wada’. Dari Abu Umamah bin Tsa’labah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak
seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki
bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau menjawab: "Walaupun
hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim).

Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah
tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua
harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana
hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang
buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..."
(QS. 2: 267).

1. Hak-hak Alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia sebagai makhluk
yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama pula (lihat QS. 4: 1, QS.
3: 195).
a) Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan meng-
qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh
Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat saudaranya,
hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki orang
yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya
HR. Bukhari).
b) Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi
Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci
adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu
hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).

Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara, Allah memerintahkan
memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak
beribadah kalangan non-muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin
pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam
dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah mereka." Khalid bin
Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah untuk tidak mengganggu tempat
peribadahan (gereja dan sinagog) mereka serta tidak melarang upacara-upacaranya. Kerukunan
hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam
beragama." (QS. 2: 256).

Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal syakhsiyah) bagi mereka diatur
syari’at Islam dengan syarat mereka bersedia menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah:
"Apabila mereka (orang Yahudi) datang kepadamu minta keputusan, berilah putusan antara
mereka atau biarkanlah mereka. Jika engkau biarkan mereka, maka tidak akan mendatangkan
mudharat bagimu. Jika engkau menjatuhkan putusan hukum, hendaklah engkau putuskan dengan
adil. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka tidak
mengikuti aturan hukum yang berlaku di negara Islam, maka mereka boleh mengikuti aturan
agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli. Firman Allah: "Dan bagaimana
mereka mengangkat kamu sebagai hakim, sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya
ada hukum Allah? Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu. Sesungguhnya mereka
bukan orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).
c) Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban. Bekerja
merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada makanan
yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang dihasilkan dari usaha
tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti
terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR.
Ibnu Majah).
2. Hak Hidup
Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyari’atkan oleh Allah.
Diantara hak-hak ini adalah :
a) Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun
untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah:
"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu
dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar
kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa
padahal kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba
dan setiap upaya yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan dalam
perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan
pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka mereka diberkahi.
Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)
Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang halal,
kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran ganti yang setimpal
bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa mengambil hak tanah orang lain
secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat."
Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan sanksinya akan lebih berat, karena itu
berarti pelanggaran tehadap masyarakat secara keseluruhan.
b) Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan Allah
memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah
perwaliannya (QS. 24: 32). Allah menentukan hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah
yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga yaitu
kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-laki atas wanita (QS.
4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing memiliki beban yang sama.
"Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma’ruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari
istrinya." (QS. 2: 228)
c) Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan
jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).

Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. 24: 27). Jika
warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban menyediakan baginya.
Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan
yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial
kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah
yang tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku
beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang
Yahudi tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan dari jizyah.

Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk tidak disiksa atau
diperlakukan semena-mena. Peringatan rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-
orang yang menyiksa manusia di dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap
keputusan yang diambil dari pengakuan kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw:
"Sesungguhnya Allah menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa serta perbuatan yang
dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).

Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika ada warga tertindas yang
mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi
suaka dan jaminan keamanan kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah: "Dan jika
seorang dari kaum musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia
sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang aman baginya." (QS. 9:
6).

d) Hak Keadilan
Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari’ah dan diberi putusan
hukum sesuai dengan syari’ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap orang untuk
membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah swt: "Allah tidak
menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang dianiaya."
(QS. 4: 148).

Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah yang
dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi
penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup.
Sabda nabi saw: "Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga mempunyai kewajiban
membela hak orang lain dengan kesadarannya. Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri
tahu saksi yang palng baik? Dialah yang memberi kesaksian sebelum diminta kesaksiannya." (HR.
Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi). Tidak dibenarkan mengambil hak orang lain untuk
membela dirinya atas nama apapun. Sebab rasulullah menegaskan: "Sesungguhnya pihak yang
benar memiliki pembelaan." (HR. Al-Khamsah). Seorang muslim juga berhak menolak aturan
yang bertentangan dengan syari’ah, dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap
sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan hak.

e) Hak Saling Membela dan Mendukung


Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada
pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan
mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan sesama muslim,
memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim
terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke
kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari).
f) Hak Keadilan dan Persamaan
Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan
persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-A’raf:
157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata hukum. Sabda nabi saw:
"Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR.
Bukhari dan Muslim).

Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini. Misalnya kasus
putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah
bin Zaid, sampai kemudian rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara
kalian melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan
pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah raja Jabalah Al-Ghassani masuk
Islam dan melakukan penganiayaan saat haji, Umar tetap memberlakukan hukum meskipun ia
seorang raja. Atau kisah Ali yang mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya,
dimana Yahudi akhirnya memenangkan perkara.

Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asy’ari ketika mengangkatnya sebagai Qadli:
"Perbaikilah manusia di hadapanmu, dalam majlismu, dan dalam pengadilanmu. Sehingga
seseorang yang berkedudukan tidak mengharap kedzalimanmu dan seorang yang lemah tidak
putus asa atas keadilanmu."Atas dasar itu, Islam sejak jauh-jauh hari mengajarkan bahwa
pandangan Allah semua manusia adalah sama derajat. Yang membedakan manusia adalah tingkat
kesadaran moralitasnya, yang dalam perspektif Islam disebut "nilai ketaqwaannya". Apalagi,
manusia diciptakan untuk merepresentasikan dan melaksanakan ajaran Allah di muka bumi, sudah
barang tentu akan semakin memperkuat pelaksanaan HAM.

Oleh karena itu, jika harkat dan martabat setiap perorangan atau manusia harus dipandang dan
dinilai sebagai cermin, wakil, atau representasi harkat martabat seluruh umat manusia, maka
penghargaan dan penghormatan kepada harkat masing-masing manusia secara pribadi adalah suatu
amal kebajikan yang memiliki nilai kemanusiaan universal. Demikian pula sebaliknya
pelanggaran dan penindasan kepada harkat dan martabat seorang pribadi adalah tindak kejahatan
kepada kemanusiaan universal, suatu dosa kosmis (kemanusiaan) yang amat besar. Harkat dan
martabat itu merupakan hak dasar manusia, tentu dengan pemenuhan keperluan hidup primerya
berupa sandang, pangan, papan. Tetapi, terpenuhinya segi kehidupan lahiri tidaklah akan dengan
senrinya berarti menghantar manusia kepada dataran kehidupan yang lebih tinggi. Kehidupan
material dan kemakmuran hanyalah salah satu prasarana meskipun amat penting, jika bukannya
yang paling penting, bagi pencapaian kehidupan yang lebih tinggi.

Mengenai Hak Asasi manusia yang berkaitan dengan hak-hak warga Negara, al-Maududi
menjelaskan bahwa dalam Islam, hak asasi pertama dan utama warga Negara adalah :

1. Melindungi nyawa, harta dan martabat mereka bersama sama dengan jaminan bahwa hak
ini tidak akan dicampuri, kecuali dengan alasan-alasan yang sah dan legal
2. Perlindungan atas kebebasan pribadi. Kebebasan pribadi tidak bias dilanggar , kecuali
setelah melalu proses pembuktian yang meyakinkan secara hokum dan memberi
kesempatan kepada tertuduh untuk mengajukan pembelaan.
3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing.
4. Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi semua warga Negara tanpa membedakan kasta
atau keyakinan. Salah satu diwajibkan zakat kepada umat Islam, salah satunya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pokok warganegara.

D. PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI

Masyarakat Madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun,
menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa Inggris yang
artinya civil atau civilized (beradab). Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau
civilized society, yang berarti masyarakat yang berperadaban. Untuk pertama kali istilah
Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia.
Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat. Pengertian masyarakat Madani menurut Rumusan PBB:

Pengertian masyarakat madani menurut PBB, adalah masyarakat yang demokratis dan menghargai
human dignity atau hak-hak tanggung jawab manusia. Pengertian masyarakat Madani menurut
para ahli sebagai berikut :
1. Thomas Paine: Menurut Thomas Paine bahwa arti masyarakat madani adalah suatu ruang
tempat warga dapat mengembangkan kepribadiannya dan memberi peluang bagi pemuasan
kepentingan secara bebas dan tanpa paksaan.

2. Nucholish Madjid: Pengertian masyarakat madani menurut Nurcholis Madjid yang


mendefinisikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang merujuk pada masyarakat islam yang
perna dibanguna Nabi Muhammad Saw. di negeri Madinah.

3. Gellner: Menurutnya, pengertian masyarakat madani adalah sekelompok institusi/lembaga


dan asosiasi yang cukup kuat untuk mencegah tirani politik, baik oleh negara maupun
komunal/komunitas.

Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang
berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu. Masyarakat madani tidak
muncul dengan sendirinya. Ia menghajatkan unsur- unsur sosial yang menjadi prasayarat
terwujudnya tatanan masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang dimiliki oleh masyarakat
madani adalah:

1. Adanya Wilayah Publik yang Luas

Free Public Sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat
warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua warga Negara memiliki posisi dan hak yang
sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa takut dan terancam oleh kekuatan –
kekuatan di luar civil society.

2. Demokrasi

Demokrasi adalah prasayarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni
(genuine).Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud. Demokrasi tidak akan
berjalan stabil bila tidak mendapat dukungan riil dari masyarakat.[5] Secara umum demokrasi
adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga
Negara.

3. Toleransi

Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.


4. Pluralisme

Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasayarat lain bagi civil society. Pluralisme tidak
hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan menerima kenyataan sosial yang beragam,
tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai sesuatu
yang alamiah dan rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.

5. Keadilan social

Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak dan
kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi, politik,
pengetahuan dan kesempatan. Dengan pengertian lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli
dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongsn tertentu.

Ciri-ciri Masyarakat Madani:

Merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa ciri-ciri masyarakat madani, antara lain:

1. Terintegrasinya individu – individu dan kelompok – kelompok eksklusif ke dalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan – kepentingan yang mendominasi dalam


masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan – kekuatan alternatif.

3. Terjembataninya kepentingan – kepentingan individu dan negara karena keanggotaan


organisasi – organisasi volunter mampu memberikan masukan – masukan terhadap keputusan –
keputusan pemerintah.

4. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu – individu


mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri (individualis).

5. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga – lembaga sosial dengan berbagai
perspektif.

Pilar Penegak Masyarakat Madani:

Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari sosial kontrol
yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu
memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Pilar-pilar tersebut antara lain:
1. Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyarakat
yang tugas utamanya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat
yang tertindas. LSM dalam konteks masyarakat madani bertugas mengadakan pemberdayaan
kepada masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
mengadakan pelatihan dan sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.

2. Pers

Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari sosial kontrol yang
dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berhubungan
dengan warga negaranya. Selain itu, pers juga diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif
dan transparan.

3. Supremasi Hukum

Setiap warga negara , baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat harus tunduk kepada
aturan atau hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan kebebasan antar warga negara dan antar
warga negara dengan pemerintah melalui cara damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Supremasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan
individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk penindasan hak
asasi manusia.

4. Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus (dosen dan mahasiswa) yang menjadi
bagian kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak melalui jalur moral porce untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah.
Namun, setiap gerakan yang dilakukan itu harus berada pada jalur yang benar dan memposisikan
diri pada real dan realitas yang betul-betul objektif serta menyuarakan kepentingan masyarakat.
Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat madani, maka Perguruan Tinggi memiliki tugas
utama mencari dan menciptakan ide-ide alternatif dan konstruktif untuk dapat menjawab
problematika yang dihadapi oleh masyarakat.
5. Partai Politik

Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi politiknya.
Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi politik warga negara sehingga partai politik menjadi
prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.Banyak ilmuwan yang mendefinisikan pengertian
masyarakat madani (civil society). Macam-macam pengertian masyarakat madani menurut salah
satu ahli adalah sebagai berikut:

Menurut W.J.S Poerwadarminto:

Menurut W.J.S Poerwadarminto, kata masyarakat berarti suatu pegaulan hidup manusia,
sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan dan aturan
tertentu.Sedangkan kata madani berasal dari bahasa Arab yaitu madinah, artinya kota. Jadi secara
etimologis, masyarakat madani berarti masyarakat kota. Meskipun demikian, istilah kota tidak
merujuk semata-mata kepada letak geografis, tetapi justru kepada karakter atau sifat-sifat tertentu
yang cocok untuk penduduk kota. Dari sini masyarakat madani tidak asal masyarakat perkotaan,
tetapi memiliki sifat yang cocok dengan orang kota, yaitu berperadaban.

KESIMPULAN

Dari penjelasan materi di atas mengenai HAM dan Masyarakat Madani dapat disimpulkan bahwa
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara. Sedangkan masyarakat Madani
masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Istilah
Masyarakat madani diperkenalkan oleh mantan wakil perdana meteri Malaysia yakni Anwar
Ibrahim.

Menurut Anwar Ibrahim, arti masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat. Hak Asasi Manusia telah di atur dalam Al-Qur’an dan Hadist dan umat islam harus
benar-benar mengetahui hak-hak yang diberikan kepadanya dan menggunakan haknya tersebut
sebaik-baiknya selama tidak bertentangan dan melanggar hak orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.angelfire.com/id/sidikfound/ham.html

https://www.kompasiana.com/munajat/550b4eb2a3331151102e3ca2/hak-asasi-manusia-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai