Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENEGAKAN HUKUM KEADILAN HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Islam & Iptek

Dosen Pengampu : Mujeni Mursaha.,LC.,MA

Disusun Oleh

Kelompok 9

Septiana Nur Wachidah 2211102422054


Devi Apriliana 2211102422023
Atikawati fhadillah 2211102422045
Sulaiman 2211102422011
Ali Sunan 2211102422044
Nadiva Nur’Aini Dyah Winanta 2211102422007
Rahmat Aidil Pratama 2211102422021

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


2023

I. PENDAHULUAN

Agama Islam adalah agama terakhir yang diturunkan oleh Allah melalui Rasulullah
SAW di tengah masyarakat Quraisy yang sangat bobrok norma dan akhlaknya ketika
itu.Kondisi masyarakat Arab Jahiliyah dengan tradisi perang antar suku, menganggap remeh
wanita berhasil dituntaskan oleh Rasulullah SAW dengan berpedoman kepada al-Quran.
Islam agama yamg mengakui persamaan hak manusia dalam penciptaan. Islam juga
mengakui adanya perbedaan dalam hal-hal tertentu. Karena perbedaan merupakan
sunnatullah yang menjadikan manusia saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.
Pengakuan, penghormatan, keadilan1 dan kerja sama adalah unsur-unsur penting dalam
konsep Hak Asasi Manusia (HAM). Unsur-unsur tersebut terdapat dalam sumber Islam
(Syari'ah) yaitu alQuran dan as-Sunnah. Hak asasi manusia dalam Al-Qur'an tidak disebutkan
secara spesifik. Namun Al-Qur'an memuat kandungan tentang hal-hal yang prinsip dalam
keberlangsungan hidup manusia, seperti: keadilan, musyawarah, saling menolong, menolak
diskriminasi, menghormati kaum wanita, kejujuran, dan lain sebagainya. Hak asasi yang ada
pada manusia seperti kebebasan, persamaan, keadilan, perlindungan, dan sebagainya bukan
merupakan pemberian seseorang, organisasi, atau Negara, tapi adalah anugerah

1
Masykuri Abdillah, PENEGAKAN HUKUM KEADILAN HAK ASASI MANUSIA
DALAM ISLAM (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah), hal, 375
II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN & SEJARAH HAK ASASI MANUSIA

HAM pada hakikatnya merupakan hak moral dan bukan hak politik. Oleh karenanya,
seseorang bisa hidup meski tanpa adanya organisasi politik, seperti yang terjadi pada
komunitas nomeden dan pemburu, yang sampai kini masih bisa dijumpai di sejumlah tempat
yang terisolasi. Berbagai definisi tentang HAM ini, baik dalam konteks akademik murni
maupun dalam konteks penyesuaian dalam filosofi atau ideologi suatu negara. Salah satu di
antaranya adalah definisi yang kamukakan oleh A.J.M. Milne,yakni :

gagasan bahwa ada hak-hak tertentu yang, apakah diakui atau tidak, menjadi milik
seluruh umat manusia sepanjang waktu dan di semua tempat. Ini adalah hak-hak yang mereka
miliki hanya dalam sifat mereka menjadi manusia, terlepas dari kebangsaan, agama, seks,
status sosial, jabatan, kekayaan, atau perbedaan karakteristik etnis, kultur atau sosial lainnya.

Secara historis, gagasan tentang HAM ini berasal dari gagasan tentang hak-hak
alamiah (natural rights). Hak-hak alami ini sering dihubungkan dengan konsep hukum alam
(natural law), sebagaimana yang dikemukakan oleh John Locke (1632-1705).3 Sedangkan
hukum alam ini digali dari filosofi tentang kebutuhan dasar (basic needs) manusia. Dalam
bentuknya yang lebih kongkret seperti sekarang, HAM ini bermula dicantumkan dalam
Declaration of Independence Amerika Serikat pada tahun 1776 : “... that all men are created
equal, that they are endowed by their Creator by certain unalienable Rights, that among these
are Life, Liberty and pursuit of Happiness...”. Hak-hak ini juga dinyatakan dalam Deklarasi
Hak-Hak Manusia dan Warganegara (Declaration des Droits de l’Homme at du Citoyen)
Prancis pada tahun 1789, dengan slogannya yang populer pada waktu itu, yakni:liberté
(kebebasan), egalité (persamaan) dan fraternité (persaudaraan). Baru pada 10 Desember 1948
lahir Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi
Manusia), yang disetujui oleh Majelis Umum PBB dengan hasil perhitungan suara 48 negara
menyetujui, 8 negara abastain dan tidak ada satu pun negara yang menolaknya
Konsep HAM kemudian berkembang, tidak hanya berkaitan dengan hak-hak sipil dan
politik secara tradisional, tetapi juga dengan hak-hak ekonomi dan sosial. Memang gagasan
2
HAM pada waktu itu muncul sebagai penolakan campur tangan terhadap kepentingan
individu, terutama yang dilakukan oleh negara, yang kini dikenal dengan istilah “negative

B. HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

Berbeda dengan istilah dan sistem demokrasi yang sampai kini masih diperdebatkan
di antara ulama serta intelektual dan aktivis Muslim, hampir semua mereka setuju dengan
istilah hak-hak asasi manusia (HAM) ini, meskipun konsep yang mereka kemukakan tidak
sepenuhnya sama dengan konsep liberal. Penerimaan ini disebabkan karena essensi dari
HAM ini sudah diakui oleh Islam sejak masa permulaan sejarahnya. Di dalam Al-Quran dan
Hadits disebutkan bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah Allah di atas bumi, yang
dikaruniai kemuliaan dan martabat yang harus dihormati dan dilindungi. Di antara ayat Al-
Quran yang menunjukkan hal ini adalah : Q.S. Al-Isra’: 70, yakni “Dan sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak Adam

Hal ini mengandung pengertian bahwa manusia secara fitrah (natural) memiliki
kemulian (karamah) dan oleh karenanya kemulian ini harus dilindungi.8 Di antara Hadits
yang menunjukkan persamaan umat manusia dan penghormatan martabat mereka adalah
“Manusia pada dasarnya adalah sama dan sederajat bagaikan gigi-gigi sisir, tidak ada
keistimewaan bagi orang Arab atas orang non-Arab kecuali karena ketaqwaannya”

Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ada tiga karamah (kemuliaan) yang dianugerahkan


Tuhan kepada manusia terlepas dari latar belakang etnik, agama dan politik mereka, yakni:
(1) karamah fardiyyah (kemuliaan individual) yang berartti bahwa Islam melindungi aspek-
aspek kehidupan manusia baik aspek spiritual maupun meterial., (2) karamah ijtima’iyyah
(kemuliaan kolektif) yang berarti bahwa Islam menjamin sepenuhnya persamaan di antara
individu-individu, dan (3) karamah siyasiyyah (kemuliaan secara politik) yang berarti bahwa
Islam memberi hak politik pada individu-individu untuk memilih atau dipilih pada posisi-

2
Masykuri Abdillah, PENEGAKAN HUKUM KEADILAN HAK ASASI MANUSIA
DALAM ISLAM (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah), hal, 376-379
posisi politik, karena mereka adalah wakil Allah. Dikutip dalam Ahmad Syafii Maarif, Islam
dan Masalah Kenegaraan

C. KEBIJAKAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

3
Terdapat perbedaan penafsiran pemerintah terhadap HAM, yang terkait dengan
kecenderungan politiknya. Pemerintahan Orde Baru memahami HAM dalam konteks
masyarakat Indonesia yang “integralistik”, yang tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
membatasi hak-hak sipil dan politik warga negara. Karakterisasi ini pertama kali
diungkapkan Soepomo pada sidang BPUPKI tahun 1945 untuk menyatakan bahwa
masyarakat Indonesia itu merupakan kesatuan hidup, yang antara lain termanifestasi dalam
bentuk tiadanya dualisme antara negara dan Masyarakat,) serta antara hak-hak asasi dan
kebebasan individual berhadapan dengan negara.23 Namun gagasan Soepomo ini ditolak
sidang dengan diterimanya usul Mohammad Hatta memasukkan hak-hak dan kewajiban
warga negara dalam UUD 1945. Dengan lengsernya Soeharto dari jabatannya sebagai
presiden, maka konsep masyarakat integralistik ini pun ikut menghilang.

Banyak negara Muslim telah berupaya melakukan penyesuaian praktik HAM yang
dimaksudkan agar sesuai dengan budaya masyarakatnya. Namun dalam kenyataannya,
penyesuaian ini lebih banyak dimaksudkan untuk menjustifikasi sistem politik yang
dipromosikan oleh pemerintah negara itu, bukan untuk mendekatkan konsep HAM ini kepada
doktrin Islam

3
Masykuri Abdillah, PENEGAKAN HUKUM KEADILAN HAK ASASI MANUSIA
DALAM ISLAM (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah), hal 384-388
D. HAK ASASI MANUSIA MENURUT AL-QURAN

4
Agama Islam tidak mempunyai piagam khusus untuk Hak Asasi Manusia. Namun al-
Quran dan as-Sunnah memberikan perhatian yang sanagt besar terhadap hak-hak asasi
manusia. Ayat ayat yang memuat tentang hak asasi manusia antara lain:

1) Al-Quran memuat 40 ayat lebih yang menjelaskan tentang paksaan dan kebencian.
Ada sekitar10 ayat lebih yang melarang pemaksaan dalam menjamin kebebasan
berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi.

2) Al-Quran menentang kezhaliman dan orang-orang yang berbuat zalim . Terdapat


sekitar 320 ayat dan memerintahkan berbuat adil 54 ayat yang diungkapkan dengan
kata-kata; ‟adl, dan qisth.

3) 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana hidup termuat
dalam al-Quran.

4) 150 ayat al- Quran tentang ciptaan dan makhluk serta persamaan penciptaan

Al-Qur‟an sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah meletakkan dasar dasar
HAM serta kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut
pada masyarakat dunia. Hal ini dapat dilihat ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam al-
Qur‟an, antara lain:

a. Hak Hidup Hak hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada
manusia. Untuk menjamin keberlangsungan hidup dengan tentram dan damai, Islam
menerapkan hukum Qishash sebagai balasan untuk pembunuh yang melenyapkan
nyawa manusia atau membuat manusia lainnya cacat. Allah yang memberi manusia
hidup dan mati sebagaimana firman Allah

4
Masykuri Abdillah, PENEGAKAN HUKUM KEADILAN HAK ASASI MANUSIA
DALAM ISLAM (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah), hal, 375
Q.S. al-Hijr/15: 23. َّّ‫ (ٖٕ نِ إَ اوُ ْ ن َلن يَ حِ ي يتُُ ْن ُ ِ ُُ نَ وُ َُ ْننَ وِ ارُث َ ونَ اْلو )ا‬Artinya: “Dan
sungguh, Kamilah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang
mewarisi.”

Di antara hikmah dipenerapan hukum Qishash dalam pembunuhan adalah untuk


menjamin kehidupan manusia yang aman dan tentram sebagaimana. dalam Q.S. al-
Baqarah/2: 179 Allah berfirman: ْ ‫َل ُ كم افِ اصَ و اِاَ ِ ص اٌة اْلقَ يَ َ ح ااِ اب ايِ ُأولَ ْ ْاَلْلبْ ُ كم َّل‬
71 ٔ‫( َُ َ ون َل عَّ ت قَ ت )ا‬Artinya: “Dan dalam qishas itu ada (jaminan) kehidupan
bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa”

Hak asasi manusia yang berkaitan dengan kehidupan dalam hal ini hak untuk hidup,
menurut Musthafa Husni Assiba‟i dalam bukunya “Kehidupan Sosial Menurut Islam
Tuntunan Hidup Bermasyarakat” mengatakan bahwa: seluruh syariat Islam yang ada
dalam Al-Quran, hadits maupun ijtihad [para imam madzhab, telah memberikan
ketentuan mengenai hukum-hukum yang bercabangcabang perihal “Hak Hidup” ini,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan cara pemeliharaan Kesehatan

Beberapa contoh hukum-hukum yang ditetapkan yang berhubungan dengan hak


hidup, di antaranya:
1) Haram membunuh sesama manusia, di dalam Q.S. Al-An‟am/6: 151.
2) Memberlakukan hukum Qishash dalam pembunuhan: Q.S. Al-Baqarah/2: 178.
3) Haram bunuh diri dengan alasan apapun: Q.S. An-Nisa‟/4: 29.
4) Melarang berspekulasi dengan nyawa. Q.S. Al-Baqarah/2: 195.
5) Boleh melakukan peperangan bila diserang musuh: Q.S.Al-Hujarat: 9.

b. Hak untuk merdeka (bebas) Kemerdekaan adalah hak untuk bebas dari segala bentuk
ikatan, perbudakan, dan kekangan merupakan salah satu hak asasi manusia untuk
dihargai dan dihormati. Kemerdekaan adalah salah satu cara manusia untuk
memperoleh kemuliaan hidup. Menurut Vatin sebagaimana dikutip oleh Harun
Nasution mengatakan bahwa: Setiap manusia dilahirkan merdeka. Tidak ada
pencabutan hak atas kemerdekaan. Setiap individu mempunyai hak yang tidak
terpisahkan atas segala bentuk kemerdekaan. Oleh karena itu, manusia perlu berjuang
dengan segala cara untuk melawan pelanggaran atas pencabutan hak itu.
E. HUKUM DAN KEADILAN DALAM ISLAM

Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu penegasan,
ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyatanyata berlaku dalam kehidupan
manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang maju dalam
berjama’ah (Society). Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup
bermasyarakat berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial harus
berhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga, hidup
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan sebagainya,
semuanya problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad
Saw, meletakkan beberapa kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna
memecahkan persoalan-persoalan. Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya
keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian
masyarakat, maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di
tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan.
Semua anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum
semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi dalam
Negara.

“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan kamu tidak
berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada
Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS.5:8).
“Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang menjalankan hukum atasmu seseorang
budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis selama dijalankannya hukum Allah Swt”.
(H.R.Buchori dari Anas)

Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak berdiri
kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum di masyarakat
dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan lebih terhadap orang
yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat banyak telah
menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh
kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political Science and Government dalam
Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan Demokrasi (1999) yaitu, yakni:

a. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality)

b. Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil c. Semua warga negara memiliki hak
yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan

d. Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik. QS.4:135.”Wahai orang-orang


yang beriman jadilah kamu orang yang tegak menegakkan keadilan, menjadi saksi
kebenaran karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau
kerabatmu”.
F. KONSEP KEADILAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Adil pada hakkekatnya bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan


memberikan kepada siapa saja apa saja yang menjadi haknya, didasarkan pada suatu prinsip
bahwa semua orang sama kedudukannya. Dengan demikian. Tuntutan yang paling mendasar
dari keadian adalah perlakuan yang sama terhadap setiap orang. Oleh karenanya seseorang
yang melaksanakan tugas atau profesi di bidang peradilan harus berperilaku adil dengan tidak
membeda-bedakan orang. Kejujuran bermakna biasa dan berani menyatakan bahwa yang
benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentukanya pribadi
yang kuat, dan membangkitkan kesadaran akan hakekat tentang yang hak dan yang batil.
Sejarah adanya peradilan telah dikenal sejak masa silam, karena didorong oleh kebutuhan
kemakmuran hidup dan kejadian manusia itu sendiri, oleh karena itu, peradilan telah dikenal
sejak masa-masa pertama, dan tidak mungkin suatu pemerintahan didunia ini, apapun
bentuknya, yang akan dapat berdiri tanpa menegakkan keadilan, persengketaan, oleh karena
itu pula maka peradilan dipandang suci oleh semua bangsa, dalam berbagai tingkat
kemajuannya. Karena menegakkan peradilan berarti memerintahkan kebaikan dan mencegah
bahaya kezaliman, menyampaikan hak kepada yang punya, mencegah tindakan kezaliman,
mengusahakan ishlah di antara manusia, menyelamatkan sebagaian mereka dari
kesewenangwenangan sebagian yang lain, karena manusia tidak mungkin memperoleh
kestabilan urusan mereka tanpa adanya peradilan. Dengan adanya peradilan, maka darah
manusia dilindungi, dan pada suatu saat terpaksa ditumpahkan,dan dengan peradilan manusia
diperjodohkan, dan perzinaan diharamkan, dan harta benda ditetapkan pemiliknya, dan juga
suatu ketika dicabut hak pemilikan itu, dan muamalat dapat diketahui mana yang boleh, mana
yang dilarang, mana yang makruh dan mana yang disunnatkan. Kehidupan manusia pada
setiap masanya selalu membutuhkan peradilan10, sebab kalau tidak, maka kehidupan mereka
akan menjadi likar, dan kalau telah dimaklumi perlunya undang-undang bagi kehidupan
masyarakat, sedang sekedar menetapkan susunan undangundang belumlah cukup untuk
menyelematkan kehidupan sosial dan menertibkannya, karena manusia kadang-kadang
berselisih tentang makna rumusan tentang undang-undang, tentang tunduk kepada undang-
undang itu serta kewajiban menghormatinya, dan kadang-kadang perselisihan mereka itu
terletak pada penerapan rumusan undang-undang itu terhadap kasus yang terjadi, baik yang
menyangkut makna undang-undang itu sendiri maupun segi lainnya, dan kadang-kadang ada
yang secara terang-terangan menentang rumuasan undang-undang itu atau memungkirinya,
maka peradilanlah yang akan berperan menentukan makna undangundang dengan secara
sempurna, karena menentukan yang lebih nyata dari kekhususankekhususan rumusan
undang-undang adalah termasuk sifat suatu penetapan.

Anda mungkin juga menyukai