Anda di halaman 1dari 44

TINJAUAN

HAK ASASI MANUSIA 2021


PERGOLAKAN DINAMIKA HAK ASASI MANUSIA SATU PERIODE

Oleh :
TIM KHUSUS IMM FH UMY
POLA GERAKAN SOSIAL IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
KOMISARIAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

KAJIAN
KEISLAMAN

ISU KAJIAN ANALISIS AKSI


PEMIKIRAN
STRATEGIS METODOLOGI

RISET

“TUJUAN KADERISASI ADALAH GERAKAN SOSIAL DAN TUJUAN GERAKAN


SOSIAL ADALAH KADERISASI”
HASIL ANALISIS PENENTUAN ISU STRATEGIS

Strengh :kekuatan yang dimiliki oleh komisariat Fakultas Hukum dalam mengangkat
HAM sebagai Isu Strategis adalah basic keilmuan yang dimiliki oleh kader
IMM FH UMY yaitu hukum, sehingga dalam hal ini menunjang dan
mempermudah dalam melakukan Aktivitas gerakan sosialnya.
Permasalahan Hak Asasi Manusia banyak terjadi di Indonesia, baik
pelangagran HAM dan Pelanggaran HAM berat yang masih belum
terselesaikan dan juga terus terjadi hingga saat ini.
Weaknesses :Kurangnya Pengetahuan Kader tentang Hak Asasi Manusia, padahal Isu Hak
Asasi Manusia menjadi hal yang cukup populis di bahas dan diperjuangkan di
Nasional maupun daerah.
Opportunities :Banyaknya Organisasi yang bergerak dalam isu-isu Hak Asasi manusia.
Threats :Banyak kasus pelanggaran HAM berat, melibatkan Negara berserta
aparaturnya yang kemudian di duga sebagai Pelaku pelanggaran HAM.
Ancaman terhadap kebebasan Berekspresi di tengah rezim Oligarki,
menyebabkan upaya-upaya dalam memperjuangkan HAM turut terancam,
yang kemudian dapat kita lihat dengan banyaknya akitivis HAM yang di
represi, Intimidasi, serta di bungkam.
Berangkat dari analisis Swot tersebut, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyab Yogyakarta mengangkat isu Hak Asasi
Manusia sebagai Isu Strategis dan juga sebagai kacamata pandang dalam melihat
isu/permaslahan yang terjadi (Isu Taktis).
KAJIAN METODOLOGI TERHADAP ISU STRATEGIS
Untuk menjalankan Aktivitas Gerakan Sosialnya isu Hak Asasi Manusia yang
menjadi Isu Strategis IMM FH UMY Periode 2020/2021 perlu dirumuskan dan dijalankan
dengan mengacu pada Arah gerak sebagai peta jalan Komisariat. Sehingga, yang pertama kali
dilakukan adalah melakukan kajian metodologis secara keislaman, pemikiran, dan data
(Riset):

1. KAJIAN KEISLAMAN
Kajian keislaman adalah kajian yang didasarkan pada penafsiran terhadap
nilai-nilai yang terdapat di Al-Qur’an dan As Sunah. Kajian keislaman ini kemudian
dijadikan sebagai sebuah landasan dalam menggarap isu sentral PK. IMM FH UMY.
HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Problem Hak Asasi Manusia di lingkungan masyarakat Indonesia bukanlah
suatu permasalahan yang baru. Posisi tertinggi konstitusi Islam pertama berada pada
Hak Asasi Manusia. Syariat Islam menjelaskan tentang prinsip dasar persamaan Hak
Asasi Manusia dan kebebasan. Sejarah perkembangan berlakunya hukum Islam
dipengaruhi oleh dinamika sosial budaya dan politik hukum dalam masyarakat Islam.
Ada dua bentuk implikasi ajaran tauhid yaitu diakuinya semua makhluk ciptaan Allah
dan menegaskan bahwasannya sesama manusia harus menjunjung tinggi persamaan
derajat, harkat dan martabat.1
Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan salah satu bagian umum dari
syariat. Hak tersebut sama seperti hukum syariat lainnya sehingga tidak bisa
mengurangi dan membatasi ketetapan Allah. 2 Islam memandang bahwa manusia
merupakan makhluk paling mulia sehingga manusia mempunyai posisi tertinggi juga
dalam kosmologi, oleh karena itu Allah telah menganugerahkan kepada manusia 3
kemulian yaitu:
a. Karamah Fardiyah: Islam melindungi aspek- aspek kehidupan manusia, baik
aspek spiritual maupun aspek material.
b. Karamah Ijtima’iyah: Islam menjamin sepenuhnya persamaan diantara individu-
individu.

1
Rusjidi Ali Muhammad, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Syari’at Islam, (Aceh: Ar- Raniri Press, 2004),
hlm. 93.
2
Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Penerjemah: Abdul Rochim, (Jakarta: Gema Insani press,
1996), hlm. 100.
c. Karamah Siyasiah: Islam memberi hak politik kepada individu untuk memilih
atau dipilih pada posisi politik.
Hak Asasi Manusia di dalam Islam merupakan hak yang semata-mata
diberikan Allah sehingga individu tidak memiliki wewenang untuk mencabut hak
tersebut. Ada 3 kategori tentang pandangan beberapa pemikir Islam yang berkaitan
dengan Hak Asasi Manusia, yaitu:
1. Beberapa tanggapan tentang pasal- pasal yang ada dalam deklarasi PBB, yaitu:
prinsip – prinsip Islam lebih baik daripada prinsip yang disusun PBB, kemudian
ada beberapa ketentuan tertentu yang dapat diterima oleh semua orang akan tetapi
tidak semua ketentuan dapat diterima oleh orang Islam. Contohnya Al- Qur’an
sudah jelas menyebutkan bahwa seorang muslim tidak boleh menikah dengan
non- muslim. Jadi kebebasan menikah seperti yang tertera dalam pasal 16
Deklarasi HAM PBB sangat tidak sesuai dengan konsep yang tertuang di dalam
Al- Quran.
2. Sekelompok yang menganjurkan adanya reformasi dan transformasi melalui
peraturan Islam yang diperbarui secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan
revolusioner.
3. Adanya kecenderungan untuk memunculkan suatu ijtihad baru tentang Hak Asasi
Manusia seperti reformisme internasional.
Dasar-dasar HAM dan kebenaran serta keadilan sudah diletakkan di dalam Al-
Qur’an jauh sebelum adanya pemikiran masyarakat. Hal ini dilihat dari ketentuan
yang terpampang di dalam Al- Qur’an yang menjelaskan tentang:
a. Pemeliharaan dan penyediaan sarana kehidupan.
b. Ciptaan dan makhluk- makhluk serta persamaan dalam penciptaan.
c. Sikap menentang kezaliman dan orang yang berbuat zalim dan memerintahkan
berbuat adil.
d. Larangan memaksa untuk menjamin kebebasan berfikit, berkeyakinan dan
mengutarakan pendapat.
e. Penghormatan HAM dalam ajaran Islam.
Beberapa teori yang terpampang di dalam Al- Qur’an, telah membawa
pemahaman bahwa akal pikiran berada di posisi tertinggi sebagai sumber gagasan
tentang HAM. Kemudian sumber tersebut diidentifikasi menjadi 2 ruang gagasan
tentang HAM yaitu hak asasi bersifat individual dan hak asasi yang bersifat sosial.
Untuk mengetahui lebih detail, berikut penjelasannya:
1. Hak Asasi Individual
a. Hak Hidup
Dalam Q.S Al- Maidah (5): 32 menjelaskan Allah menyetarakan satu
nyawa dengan seluruh nyawa jikaa dihilangkan secara semena- mena,
demikian sebaliknya jika menyelamatkan satu nyawa maka setara dengan
menyelamatkan sejagad nyawa.
Salah satu penjagaan terhadap hak hidup agar tidak dihilangkan semena-
mena yaitu dengan disyariatkan qishash atau seseorang yang membunuh maka
akan dibunuh pula. Sehingga dalam Q.S Al- Baqarah: 179 bahwa dalam
qishash kehidupan menjadi hal yang sangat penting. Untuk memahaminya
dibutuhkan seorang yang berakal untuk mengetahui hakikat kehidupan,
persyariatan qishash dan implikasi.
b. Hak Memilih Agama
Islam memberikan penghormatan dan kebebasan beragama. Tidak
seorangpun boleh memaksa dan menekan orang lain untuk berpindah dari
keyakinannya. Kebebasan beragama di dalam Islam dijelaskan di dalam Q.S
Al- Kahfi ayat 29 yaitu bahwa kebenaran dari Allah oleh karena itu setiap
insan berhak memilih untuk mengikuti kebenaran atau mengingkari dengan
konsekuensi dari setiap pilihan.
c. Hak Memperoleh Kemerdekaan
Hak kemerdekaan didasarkan pada prinsip al-karamah al-insyaniyah.
Kemuliaan insani merupakan hal yang sakral dalam pribadi manusia dan
setiap makhluk diakui eksistensinya 3. Oleh karena itu, praktik perbudakan
harus dihancurkan, meskipun kita mengetahui bahwa Al- Quran masih belum
tegas dalam mengahpuskan perbudakan, akan tetapi banyak nash yang
menjelaskan bahwa praktek perbudakan merupakan hal yanag dibenci Allah
dan manusia. Kemudian salah satu cara Allah guna menghapus perbudakan
yaitu dengan memberikan sanksi berupa memerdekakan budak bagi orang
yang melanggar larangan tertentu.
2. Hak Asasi Sosial
Persamaan derajat manusia merupakan salah satu permasalahan HAM
yang berimplikasi sosial. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al- Isra (17):70

3
Hj. Sitti Aminah, 2013, Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Prespektif Al- Quran, Jurnal Hukum Diktum, Vol.
8, No. 2, hlm. 165.
bahwa prinsip al-karamah al-insyaniyah dapat juga diterapkan di dalam kasus ini.
Moralitas dan kewibawaan biasanya berkaitan dengan kehormatan bukan dengan
material. Tetapi jika dikaitkan dengan hak persamaan derajat, kehormatan terletak
diatas nilai moralitas tanpa menghubungkannya dengan kelebihan material.
Dengan pemahamaman tersebut diharapkan manusia untuk lebih bisa menghargai
persamaan martabat sesama manusia.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip-
prinsip HAM dalam Al- Quran dapat ditegaskan kepada tiga kata kunci, yaitu hidup di
bumi hingga ajal menjemput (al-istiqrar) yang bermetamorposa kepada hak hidup dan
kebebasan beragama yang kemudian kesejahteraan (al-istimta’) akan mengeksplorasi
daya dukung kehidupan, dan kehormatan (al-karamah) yang melahirkan hak atas
kemerdekaan dan persamaan derajat, yang dimana kemudian filsafat kosmopolitan
menegaskan bahwa tidak seorangpun berhak merendahkan harga diri orang lain.

2. KAJIAN PEMIKIRAN
Kajian pemikiran adalah kajian yang di dasarkan pada pemikiran tokoh
maupun dasar-dasar filofosif maupun yuridis yang dilakukan untuk menunjang
pemahaman tentang Hak Asasi Manusia. Sehingga dalam hal ini PK IMM FH UMY
merumuskan kajian pemikiran menjadi beberapa kajian penting sebagai dasar dalam
membaca dan memahami Hak Asasi Manusia.
A. PENGANTAR HAM
a. Pengertian HAM
 Tidak ada Definisi Resmi tentang Hak Asasi Manusia‖ dalam
Instrumen HAM Internasional
 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia; (pasal 1
ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak asasi
Manusia).
b. Sejarah HAM Internasional
 Magna Charta
Magna Carta merupakan piagam yang dikeluarkan di Inggris
pada 15 Juni 1215 yang membatasi monarki Inggris, Raja John, dari
kekuasaan absolut. Magna Carta lahir dari hasil perselisihan antara
Paus, Raja John, dan baronnya atas hak-hak raja. Magna Carta
mengharuskan raja untuk membatalkan beberapa hak dan menghargai
beberapa prosedur legal.
Magna Carta diawali pemberontakan Lord atas pajak yang
penuh dengan jargon feodalisme dan berlangsung hanya berlaku
sampai September 1215, yaitu ketika surat dari Paus tiba untuk
melepaskan John dari sumpahnya dan menjerumuskan Inggris
kembali ke perang saudara. Magna Carta juga menuntut agar
keinginan raja dapat dibatasi oleh hukum. Magna Carta juga disebut
sebagai langkah pertama dalam proses sejarah yang panjang menuju
ke pembuatan hukum konstitusional. Selain disebut sebagai awal
mula hukum konstitusional, Magna Carta ini juga dianggap sebagai
lambang perjuangan hak-hak asasi manusia, dan tonggak perjuangan
lahirnya hak asasi manusia.
Magna Carta terdiri dari beberapa aturan sebagai berikut:
1. Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati
kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris.
2. Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk
memberikan hak-hak.
3. Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan
menghormati hak-hak penduduk.
4. Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa
bukti dan saksi yang sah.
5. Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan,
ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa perlindungan negara
dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
6. Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah
terlanjur ditahan, raja berjanji akan mengoreksi
kesalahannya.
7. Kekuasaan raja harus dibatasi.
8. Hak Asasi Manusia (HAM) lebih penting daripada
kedaulatan, kekuasaan, politik dan hukum
(https://tekno.tempo.co/read/1472931/magna-carta-sebagai-langkah-
awal-terciptanya-hak-asasi-manusia/full&view=ok)
 Petition Of Right
Dokumen Petition of Rightas berisi pernyataan-pernyataan mengenai
hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi tersebut diajukan oleh para
bangsawan kepada raja di depan parlemen pada 1628. Petition of
Rights ditandatangani oleh Raja Charles 1. Isi Dokumen Petition of
Rights secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut: Pajak dan
pungutan istimewa harus disertai persetujuan. Warga negara tidak
boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya. Tentara tidak boleh
meggunakan hukum perang dalam keadaan damai.
(https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/20/184500069/4-
dokumen-ham-di-inggris?page=all.)
 Bill of Rights
Bil Of Rights muncul sebagai akibat dari ―Glorius Revolution‖
(revolusi tanpa pertumpahan darah) pada tahun 1688 yang merupakan
hasil perjuangan parlemen melawan raja-raja pemerintahan Dinasti
Stuart dan menundukan Monarki di bawah kekuasaan parlemen
Inggris. Inti yang terdapat dalam Bil Of Rights adalah sebuah undang-
undang regulasi yang menyatakan tentang hak-hak dan kebebasan
warga negara dan menentukan pergantian raja. (H.A Prayitno dan
Trubusrahardiansah (Kebangsaan, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia,
Universitas Tri Sakti Jakarta, Juni 2008). h.129.)
Dokumen Bill of Rights merupakan undang-undang yang
dicetuskan pada 1689 dan diterima oleh parlemen Inggris. Isi Bill of
Rights adalah:
1. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
2. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
3. Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus
seizin parlemen.
4. Hak warga negara untuk memeluk agama menurut
kepercayaan masing-masing.
5. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
(https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/20/184500069/
4-dokumen-ham-di-inggris?page=all)
 Konstitusi Amerika
Deklarasi kemerdekaan merupakan alasan masyarakat Amerika
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris yang terjadi pada Tahun
1776. Isi dari deklarasi ini sebenarnya diambil dari ajaran John Locke
(1689- 1755), dan JJ.Rosusseau (1712-1778). Perumus deklarasi ini
adalah Thomas Jefferson, seseorang yang kemudian menjadi presiden
Amerika Serikat, yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
“Kami menganggap kebenaran-kebenaran (berikut) ini sudah
jelas dengan sendirinya: bahwa semua manusia di ciptakan
sama; bahwa penciptanya telah menganugerahi mereka hak-
hak tertentu yang tidak dapat di cabut; bahwa di antara hak-
hak ini adalah hak untuk hidup, bebas dan mengejar
kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-hak ini orang
mendirikan pemerintahan, yang memperoleh kekuasaan yang
benar berdasarkan persetujuan (kawula) yang di perintahnya.
Bahwa kapan saja suatu bentuk pemerintahan merusak tujuan-
tujuan ini, rakyat berhak untuk mengubah atau
menyingkirkannya.”
 Revolusi Prancis
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara (Perancis: La
Déclaration des droits de l'Homme et du citoyen) yaitu aib satu
dokumen fundamental dari Revolusi Perancis, menetapkan
sekumpulan hak-hak individu dan hak-hak kolektif manusia. Diadopsi
pada 26 Agustus 1789, oleh Majelis Konstituen Nasional (Assemblée
nationale constituante), sebagai langkah awal untuk penulisan sebuah
konstitusi. Ini menetapkan hak-hak fundamental tidak hanya untuk
warga negara Perancis tetapi memperuntukan hak-hak ini untuk
seluruh manusia tanpa terkecuali:
"Manusia dilahirkan bebas dan tetap setara di dalam hak. Perbedaan
sosial mampu ditemukan hanya pada kebutuhan umum."
Prinsip-prinsip yang diputuskan dalam deklarasi menjadi nilai
konstitusional dalam hukum Perancis kala ini dan mungkin
dipergunakan untuk menentang perundang-undangan dan programa
pemerintah lainnya.
kelima belas inti deklarasi Perancis yaitu:
1. Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.
2. Manusia mempunyai hak yang sama.
3. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak
lain.
4. Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai
letak serta pekerjaan umum.
5. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut
undang-undang.
6. Manusia mempunai kemerdekaan agama dan keyakinan.
7. Manusia merdeka mengeluarkan daya upaya.
8. Telah tersedianya kemerdekaan surat kabar.
9. Telah tersedianya kemerdekaan bersatu dan berapat.
10. Telah tersedianya kemerdekaan berserikat dan bersama-
sama menjadi satu kelompokan.
11. Telah tersedianya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan
menerapkan kerajinan.
12. Telah tersedianya kemerdekaan rumah tangga.
13. Telah tersedianya kemerdekaan hak milik.
14. Telah tersedianya kemedekaan lalu lintas.
15. Telah tersedianya hak hidup dan mencari nafkah.
c. Sejarah HAM Indonesia
Periode perkembangan HAM di Indonesia dipaparkan sebagai berikut:
1. Periode 1908-1945
Konsep pemikiran HAM telah dikenal oleh Bangsa Indonesia
terutama sejak tahun 1908 lahirnya Budi Utomo, yakni di tahun mulai
timbulnya kesadaran akan pentingnya pembentukan suatu negara
bangsa (nation state) melalui berbagai tulisan dalam suatu Majalah
Goeroe Desa. Konsep HAM yang mengemuka adalah konsep-konsep
mengenai hak atas kemerdekaan, dalam arti hak sebagai bangsa
merdeka yang bebas menentukan nasib sendiri (the rights of self
determination). Namun HAM bidang sipil, seperti hak bebas dari
diskriminasi dalam segala bentuknya dan hak untuk mengeluarkan
pikiran dan pendapat mulai juga diperbincangkan. Bahkan konsep
mengenai hak untuk turut serta dalam pemerintahan telah
dikemukakan oleh Budi Utomo.
Perkembangan HAM di Indonesia selanjutnya tumbuh seiring
dengan kemunculan berbagai organisasi pergerakan yang intinya
sebagaimana diperjuangkan oleh Perhimpunan Indonesia yaitu hak
menentukan nasib sendiri. Pada masa-masa selanjutnya, pemikiran
tentang demokrasi asli Bangsa Indonesia yang antara lain
dikemukakan Hatta, makin memperkuat anggapan bahwa HAM telah
dikenal dan bukanlah hal baru bagi Bangsa Indonesia. Perkembangan
pemikiran HAM mengalami masa-masa penting manakala terjadi
perdebatan tentang Rancangan UUD oleh BPUPKI.
Supomo mengemukakan bahwa HAM berasal dari cara berpikir
yang liberal dan individualistik yang menempatkan warga negara
berhadapan dengan negara, dan karena itu, paham HAM tidak sesuai
dengan ―ide integralistik dari Bangsa Indonesia‖. Menurut Supomo
manusia Indonesia menyatu dengan negaranya dan karena itu tidak
masuk akal mau melindungi individu dari negara. Debat ini muncul
kembali pada pertengahan Juli 1945. Sukarno mengemukakan bahwa
keadilan yang diperjuangkan bagi Bangsa Indonesia bukanlah
keadilan individual, melainkan keadilan sosial dan karena itu HAM
dan hak-hak dasar warga negara tidak pada tempatnya dalam UUD.
Sebaliknya, Muhammad Hatta dan Muhammad Yamin
memperingatkan bahwa bisa saja negara menjadi negara kekuasaan
dan karena itu hak-hak dasar warga negara perlu dijamin. Akhirnya
tercapailah Pasal 28 UUD 1945, dimana hak-hak dasar demokratis
seperti hak untuk berserikat dan berkumpul dan untuk menyampaikan
pendapat diatur.
Hak asasi barulah mendapatkan tempat yang penting utamanya
pada masa KRIS 1949 dan UUDS 1950, karena kedua UUD atau
konstitusi itu memuat HAM secara terperinci. Hal itu disebabkan
KRIS 1949 dibuat setelah lahirnya Declaration of Human Right 1948,
sedangkan UUDS 1950 adalah perubahan dari KRIS 1949 melalui
UU Federal No. 7 tahun 1950.
2. Periode 1950- 1959
Meskipun usia RIS relatif singkat, yaitu dari tanggal 27
Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, namun baik sistem
kepartaian multi partai maupun sistem pemerintahan parlementer
yang dicanangkan pada kurun waktu pertama berlakunya UUD 1945,
masih berlanjut. Kedua sistem yang menumbuhkembangkan sistem
politik demokrasi liberal/parlementer tersebut semakin berlanjut
setelah Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan
berlakunya UUDS 1950 pada periode 17 Agustus 1950- 5 Juli 1959.
bahkan pada periode ini suasana kebebasan yang menjadi semanggat
demokrasi liberal sangat ditenggang, sehingga dapat dikatakan bahwa
baik pemikiran maupun aktualisasi HAM pada periode ini
mengalami ―pasang‖ dan menikmati ―bulan madu‖. 12 Karena:

semakin banyaknya tumbuh partai politik dengan beragam
ideologinya masing-masing;

kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul
menikmati kebebasannya;

Pemilihan Umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung
dalam suasana kebebasan, fair dan demokratis;

Parlemen atau Dewan perwakilan rakyat sebagai representasi dari
kedaulatan rakyat menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakil-
wakil rakyat dengan melakukan kontrol atau pengawasan;

Wacana dan pemikiran tentang HAM memperoleh iklim yang
kondusif.
Satu hal yang penting adalah bahwa semua partai, dengan
pandangan ideologis yang berbeda-beda, sepakat bahwa HAM harus
dimasukan ke dalam bab khusus yang mempunyai kedudukan sentral
dalam batang tubuh UUD.
3. Periode 1959-1966
Memasuki periode kedua berlakunya UUD 1945 yaitu sejak
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, gagasan atau konsepsi
Presiden Soekarno mengenai demokrasi terpimpin dilihat dari sistem
politik yang berlaku yang berada di bawah kontrol/kendali Presiden.
Dalam perspektif pemikiran HAM, terutama hak sipil dan politik,
sistem politik demokrasi terpimpin tidak memberikan keleluasaan
ataupun menenggang adanya kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Di bawah naungan demokrasi
terpimpin, pemikiran tentang HAM dihadapkan pada restriksi atau
pembatasan yang ketat oleh kekuasaan, sehingga mengalami
kemunduran (set back) sebagai sesuatu yang berbanding terbalik
dengan situasi pada masa Demokrasi Parlementer.
4. Periode 1966-1998
Pemberontakan G30S/PKI tanggal 30 September 1966 yang
diikuti dengan situasi chaos mengantarkan Indonesia kembali
mengalami masa kelam kehidupan berbangsa. Presiden Soekarno
mengeluarkan Supersemar yang dijadikan landasan hukum bagi
Soeharto untuk mengamankan Indonesia. Masyarakat Indonesia
dihadapkan kembali pada situasi dan keadaan dimana HAM tidak
dilindungi. Hal ini disebabkan oleh pemikiran para elite kekuasaan
terhadap HAM. Umumnya era ini ditandai oleh pemikiran HAM
adalah produk barat. Pada saat yang sama Indonesia sedang memacu
pembangunan ekonomi dengan mengunakan slogan ―pembangunan‖
sehingga segala upaya pemajuan dan perlindungan HAM dianggap
sebagai penghambat pembangunan. Hal ini tercermin dari berbagai
produk hukum yang dikeluarkan pada periode ini, yang pada
umumnya bersifat restriktif terhadap HAM.
Pada pihak lain, masyarakat umumnya diwakili LSM dan
kalangan akademisi berpandangan bahwa HAM adalah universal.
Keadaan minimnya penghormatan dan perlindungan HAM ini
mencapai titik nadir pada tahun 1998 yang ditandai oleh turunnya
Soeharto sebagai Presiden.
5. Periode 1998-Sekarang
 Di tetapkannya Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia yang mengamanahkan Presiden
dan DPR untuk meratifikasi konvenan-Konvenan HAM
Internasional
 Disahkan nya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
 Dimasukannya prinsip-prinsip HAM dalam Amandemen ke-II
UUD 1945
 Disahkannya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM.
d. Hubungan HAM dan Negara
 Negara mempunyai Kewajiban untuk Menghormati, Memajukan,
Memenuhi, Menlindungi dan menegakkan
 Terhadap Penghormatan HAM, Negara berkewajiban menahan diri
untuk tidak melakukan Intervensi kecuali atas hukum yang sah
 Terhadap Pemajuan HAM, Negara berkewajiban menciptakan
situasi yang kondusif bagi penyebarluasan (Promoting) dan
penegakan (enforcement).
 Terhadap Pemenuhan HAM, Negara berkewajiban mengambil
langkah-langkah legislatif, administrative, yudikatif, dan praktis
yang perlu untuk menjamin pelaksanaan HAM seluas mungkin.
 Terhadap Perlindungan HAM, Negara berkewajiban untuk
melindungi semua manusia tidak hanya terhadap pelanggaran yang
dilakukan oleh Negara, namun juga pelaggaran atau tindakan yang
dilakukan oleh entitas atau pihak lain (Non-Negara) yang
mengganggu upaya perlindungan HAM.
 Terhadap Penegakan HAM, Negara berkewajiban untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan, di
pengadilan dan perkara kemudian diputus oleh majelis hakim
Pengadilan HAM Ad Hoc maupun pengadilan HAM terhadap
kasus pelanggaran HAM Berat.

B. KARAKTERISTIK HAM
Hak asasi manusia tersebut memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik hak yang dimiliki manusia ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri,
tidak ada yang paling penting antar karakteristiknya, oleh karenanya
karakteristik HAM bersifat saling mengikat antar komponen.
1. Hak asasi manusia tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik
hak yang dimiliki manusia ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tidak ada
yang paling penting antar karakteristiknya, oleh karenanya karakteristik
HAM bersifat saling mengikat antar komponen
2. Kedua, martabat manusia (human dignity). Hak asasi merupakan hak yang
melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia tanpa terkecuali, dari dalam
kandungan hingga manusia tersebut mati. Prinsip HAM ditemukan pada
pikiran setiap individu, tanpa memperhatikan umur, budaya, keyakinan,
etnis, ras, gender, orientasi seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial
lainnya. Setiap manusia, oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak
asasinya. Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan
sederajat dan tidak bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis
3. Ketiga, kesetaraan (equality). Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan
menghormati harkat dan martabat yang melekat pada setiap manusia.
Secara spesifik pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
menyatakan bahwa ‖setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat
dalam harkat dan martabatnya‖.
4. Keempat, Non diskriminasi (non-discrimination). Non diskriminasi
terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak
seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor
luar, seperti misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik
atau pandangan lainnya, kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau
lainnya
5. Kelima, Tidak dapat dicabut (inalienability). Hak-hak individu tidak dapat
direnggut, dilepaskan dan dipindahkan. Namun, hak asasi manusia dapat
dibatasi sepanjang untuk alasan yang dibenarkan menurut hukum yang
berlaku pada suatu negara, misalnya apabila seseorang melakukan tindak
pidana, dengan ancaman kurungan penjara. Artinya, hak-hak asasi warga
binaan yang dipenjara tidak lantas tidak dapat dikurangi, seperti hak
mendapat hiburan, berwisata, bahkan makan dan minum-pun semua
dibatasi.
6. Keenam, Tak bisa dibagi (indivisibility). HAM-baik hak sipil, politik,
sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat inheren, yaitu menyatu dalam
harkat martabat manusia. Pengabaian terhadap satu hak akan menyebabkan
pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa
memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-
tawar lagi. Hak tersebut merupakan hak dasar bagi setiap orang agar bisa
menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas
pendidikan.
7. Ketujuh, Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and
interdependence). Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada
pemenuhan hak lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Contohnya, dalam situasi tertentu, hak atas pendidikan atau hak atas
informasi adalah saling bergantung satu sama lain. Misalnya, apabila hak
terhadap pendidikan tidak didapat seseorang, maka akan berdampak pada
hak memperoleh pekerjaan, berimplikasi terhadap hak atas kesejahteraan
dan tentu berpengaruh terhadap hak hidup secara layak. Oleh karena itu
pelanggaran terhadap suatu hak akan saling bertalian, hilangnya satu hak
mengurangi hak lainnya.
8. Kedelapan, Tanggung jawab negara (state responsibility). Negara dan para
pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati hak asasi.
Bahkan, di Indonesia sendiri hal ini ditegaskan lagi melalui kebijakan
Presiden Jokowi melalui Nawacita, bahwa negara harus hadir kepada
segenap warga negaranya, melalui serangkaian instrumen HAM yang
disahkan melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karenanya, masyarakat dalam hal ini, harus tunduk pada norma-norma
hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM.
Seandainya pemerintah gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya,
pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara
layak, sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan yang
kompeten atau adjudikator (penentu) lain yang sesuai dengan aturan dan
prosedur hukum yang berlaku.

C. INSTRUMEN HAM
a. Instrumen HAM Internasional
 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
 Konvenan hak sipil dan politik
 Konvenan Hak ekonomis, sosial dan budaya
 Konvensi Hak Anak
 konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan
 konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain
yang kejam
 Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
 Prinsip-Prinsip Konvensi Internasional Labour Organisation
 Statuta Roma
b. Instrumen HAM Nasional
 UUD 1945 Pasal 28, 28A-28J
 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
 Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia
 UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
 UU No. 11 tahun 2005 tentang tentang Pengesahan International
Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
 UU No. 12 tahum 2005 tentang Pengesahan International Covenant on
Civil and Political Rights
 UU No 40 tahun 2008 tentang penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
 UU No. 7 tahun 2012 tentang penangganan konflik sosial
D. DIMENSI HAM
a. Hak Sipil, dan Politik
 Disahkan oleh perserikatan bangsa-bangsa pada tanggal 16 Desember
1966
 Terdiri dari pembukaan, terbagi menjadi 6 Bab dengan 53 pasal
 Terdapat dua optional Protocols
 Ada hak yang tidak bisa di batasi (Non-Derogable Rights)
 Hak yang tidak di batasi dengan alasabn apapun adalah: hak untuk
hidup, hak untuk tidak dikenakan penyiksaan atau perlakuan atau
hukuman lain yang keji, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk tidak
diperhambakan, hak untuk tidak dipenjara semata-mata atas dasar
ketidak mampuannya untuk memenuhi suatu kewajiban yang muncul
dari perjanjian, hak untuk tidak dapat dinyatakan bersalah atas suatu
tindak pidana karena melakukan atau tidak melakukan tindakan yang
bukan merupakan tindak pidana pada saat dilakukannya, hak untuk
untuk tidak dijatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukuman
yang berlaku pada saat tindak pidana tersebut dilakukan, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak atas kebebasan
berpikir, keyakinan dan beragama
 Ada hak yang bisa di batasi dengan syarat dalam keadaan darurat dan
di atur dengan hukum (Derogable Rights) yaitu selain hak yang di atur
di atas.
 Pemenuhannya terhadap hak nya adalah adalah ketika negara tidak
mengambil tindakan untuk membatasi (Negatif Rights)
b. Hak Ekonomi, sosial, dan Budaya
 Disahkan oleh Perserikatan bangsa-bangsa pada tanggal 16 Desember
1966
 Merupakan Anti tesis dari Konvenan Hak sipil dan politik
 Terdiri dari 5 Bab/Bagian dengan 31 Pasal
 Pemenuhan terhadap hak nya adalah ketika negara mengambil peran
aktif untuk memenuhi (Positif Rights)
E. PELANGGARAN HAM
a. Pelanggaran HAM
 Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian, membatasi, dan atau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. (pasal 1 ayat 6 UU nomor 26 tahun
1999)
 Dalam hal di atas, maka pelanggaran ham tergantung pada perbuatan,
peristiwa atau tindakan yang dilakukan.
 Pelanggaran Hak sipil dan politik adalah ketika hak tersebut dibatasi,
dirampas, dan atau dicabut baik oleh individu maupun negara
 Pelanggaran Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya adalah ketika negara
tidak mengambil tindakan aktif untuk memenuhi hak Ekonomi, sosial
dan budaya.
b. Pelanggaran HAM Berat
 Kejahatan Ham berat meliputi: genosida, Kejahatan terhadap
kemanusiaan, Kejahatan perang, Kejahatan agresi (Pasal 5 Statuta
Roma)
 Namun di Indoensia hanya mengenal 2 pelanggaran ham berat.
Pelanggaran hak asasi manusia berat meliputi, kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan (pasal 7 Undang-Undang Nomor 26
tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
 Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
menghancurkan, seluruhnya atau untuk sebagian, suatu kelompok
nasional, etnis, ras atau keagamaan, seperti misalnya: (a) Membunuh
anggota kelompok tersebut; (b) Menimbulkan luka fisik atau mental
yang serius terhadap para anggota kelompok tersebut; (c) Secara
sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok tersebut yang
diperhitungkan akan menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan
atau untuk sebagian; (d) Memaksakan tindakan-tindakan yang
dimaksud untuk mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut; (e)
Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok itu kepada
kelompok lain. (pasal 6 Statuta Roma)
 ―kejahatan terhadap kemanusiaan‖ yang di maksud berarti salah satu
dari perbuatan berikut ini apabila dilakukan sebagai bagian dari
serangan meluas atau sistematik yang ditujukan kepada suatu
kelompok penduduk sipil, dengan mengetahui adanya serangan itu: (a)
Pembunuhan; (b) Pemusnahan; (c) Perbudakan; (d) Deportasi atau
pemindahan paksa penduduk; (e) Pemenjaraan atau perampasan berat
atas kebebasan fisik dengan melanggar aturan-aturan dasar hukum
internasional; (f) Penyiksaan; (g) Perkosaan, perbudakan seksual,
pemaksaan prostitusi, penghamilan paksa, pemaksaan sterilisasi, atau
suatu bentuk kekerasan seksual lain yang cukup berat; (h)
Penganiayaan terhadap suatu kelompok yang dapat diidentifikasi atau
kolektivitas atas dasar politik, ras, nasional, etnis, budaya, agama,
gender sebagai didefinisikan dalam ayat 3, atau atas dasar lain yang
secara universal diakui sebagai tidak diizinkan berdasarkan hukum
internasional, yang berhubungan dengan setiap perbuatan yang
dimaksud dalam ayat ini atau setiap kejahatan yang berada dalam
jurisdiksi Mahkamah; (i) Penghilangan paksa; (j) Kejahatan apartheid;
(k) Perbuatan tak manusiawi lain dengan sifat sama yang secara
sengaja menyebabkan penderitaan berat, atau luka serius terhadap
badan atau mental atau kesehatan fisik. (pasal 7 ayat 1 Statuta Roma)
 Dalam hukum Indonesia yang di atur dalam UU No.26 tahum 2000
tentang Pengadilan HAM tidak menyebutkan semua jenis Kejahatan
terhadap kemanusiaan sebagaimana di atur di dalam pasal 9 UU No. 26
tahun 2000 yaitu ―a. pembunuhan; b. pemusnahan; c. perbudakan; d.
pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; e. perampasan
kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional; f. penyiksaan; g. perkosaan, perbudakan seksual,
pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang
setara; h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan,
etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional; i. penghilangan orang secara paksa; atau j. kejahatan
apartheid.‖
c. Pengadilan HAM
 Pengadilan HAM di atur di dalam UU Nomor 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM
 Pengadilan HAM berperan mengadili kasus pelanggaran HAM berat
 Komnas HAM berperan sebagai penyelidik
 Jaksa Agung berpesan sebagai penyidik
 Untuk kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, dapat di adili dengan
membentuk pengadilan HAM Ad Hoc
 Pengadilan HAM Ad Hoc di buat berdasarkan usul DPR dengan
keputusan Presiden
 Indonesia pernah memiliki Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sebagai
salah satu upaya penyelesaian pelanggaran HAM non yudisial melalui
UU No. 27 tahun 2004 tentang Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi
 UU No. 27 tahun 2004 di batalkan oleh MK dengan putusan
Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 006/PUUIV/2006
d. Kasus pelanggaran HAM
 Ada 15 kasus pelanggaran HAM yang di tetapkan sebagai pelanggaran
ham berat oleh Komnas HAM
 Semua berkas penyelidikan sudah selesai dan sudah diserahkan kepada
jaksa agumg sebagai penyidik
 3 kasus pelanggaran HAM berat sudah selesai mekanisme peradilannya
yaitu: Peristiwa Tanjung Priuk, Peristiwa Abepura 2000, Peristiwa
Timur-timur
 Ada putusan pengadilan yang menetapkan pelaku tidak bersalah
(Tanjung Pruik)
 12 kasus pelanggaran HAM berat yang masuk tahap penyidikan oleh
jaksa agung dan sampai saat ini tidak ada kejelasan kasusnya yaitu:
 Peristiwa 65-66
 Penembakan Misterius 1982-1985
 Peristiwa Talangsari Lampung 1998
 Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II
 Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa 1997-1998
 Kerusuhan Mei 1998
 Peristiwa Simpang KKA Aceh 3 Mei 1999
 Peristiwa Jambu Keupok Aceh 2003
 Peristiwa Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999
 Peristiwa Rumah geudong Aceh 1998
 Peristiwa Paniai 2014
 Peristiwa Wasior dan Wamena 2001

F. KEADILAN TRANSISI
Keadilan Transisi adalah sebuah Rangkaian lengkap berupa Proses dan
mekanisme terkait dengan upaya mayarakat untuk menyelesaikan pelanggaran
HAM di masa lampau, dengan tujuan untuk memastikan akuntabilitas,
menyediakan keadilan, dan mencapai rekonsiliasi.
 Hak atas pemulihan
 Hak atas kebenaran
 Hak atas keadilan
 Jaminan ketidak-Berulangan

G. HAM dan MAHASISWA


alam literatur ilmu politik, mahasiswa merupakan salah satu aktor yang
dapat digolongkan ke dalam pressure group (kelompok penekan). Mahasiswa
merupakan aktor penting dalam perubahan-perubahan sosial dan politik.
Sejarah perubahan politik besar di negeri ini selalu diwarnai oleh peran
mahasiswa yang sangat menonjol. Perubahan politik besar pada 1965—1966,
Peristiwa Malari 1974, Peristiwa 1978, Gerakan Kelompok Diskusi 1980-an
Pasca-NKK/BKK, Gerakan Mahasiswa pada 1998, dan terakhir gerakan
parlemen jalanan menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 2012
telah menunjukkan dengan gamblang kepada kita semua betapa mahasiswa
merupakan kelompok penekan yang kekuatan politiknya tak bisa dipandang
remeh. Jadi, jargon bahwa mahasiswa adalah agent of change bukan lagi
mitos.
Mahasiswa, sebagai kelompok intelektual dan wakil dari kelompok
anak muda dari warga, secara naluriah memiliki tingkat kepekaan yang tinggi
pada persoalan- persoalan sosial di sekitarnya. Tak heran Bung Karno pernah
berujar, ‖Sediakan aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia!‖
Secara kelembagaan politik, mahasiswa memang bukan aktor politik
yang terlembaga secara mapan. Di samping itu, unsur-unsur kekuatan politik
mahasiswa tidak ajeng karena mahasiswa selalu datang dan pergi dengan
wajah baru dari satu generasi ke generasi berikutnya. Konsistensi gerakan
mahasiswa sangat longgar dan tergantung pada pola kaderisasi di lembaga
lembaga kemahasiswaan. Di samping itu, kekuatan politik mahasiswa juga
sangat rentan pada fragmentasi ideologi gerakan, dari ujung Kiri hingga ujung
Kanan. Kemapanan ideologi gerakan juga ditentukan oleh tradisi yang
tumbuh pada masing-masing universitas. Dengan demikian, mahasiswa
sebagai kekuatan politik memang menyisakan persoalan soliditas gerakan.
Selama ini, satu-satunya isu yang dapat menyatukan mahasiswa dalam
satu platform gerakan adalah isu kegagalan pemerintah dalam memihak
kepentingan warga atau kelompok warga yang dimarjinalkan oleh proses
pembangunan. Demonstrasi dan parlemen jalanan kemudian menjadi pilihan
paling taktis ketika, sebagai sebuah kekuatan politik, mahasiswa tidak
diintegrasikan ke dalam pelembagaan politik.
Kewajiban penegakan HAM yang ada di tangan aparat Negara. Negara
disebut melanggar HAM atau melanggar norma-norma dalan prinsip-prinsip
hukum perjanjian HAM internasional ketika Negara melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
HAM memiliki dua rumpun, yaitu hak-hak sipil dan politik (sipol) dan
hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (ekosob). Hak sipol disebut juga hak
negatif dimana negara tidak boleh melakukan intervensi. Semakin negara
bertindak, maka potensi pelanggaran HAM makin besar. Kebebasan
berpendapat dan berekspresi termasuk rumpun hak sipol, sehingga semakin
kecil intervensi negara dalam penghormatan hak ini, maka peluang
penikmatan HAM makin besar. Sebaliknya, hak ekosob disebut sebagai hak
positif dimana pemenuhan hak ini sangat tergantung pada seberapa besar
intervensi negara. Pemenuhan hak ekosob akan makin terjamin jika negara
mengambil langkah-langkah yang memadai dengan cara realisasi progresif.
Dalam hukum HAM nasional, tepatnya UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM, dibentuk Komnas HAM yang bertugas sebagai pemantau
pelaksanaan kewajiban HAM oleh negara. pemerintah untuk memastikan
bahwa negara memenuhi kewajiban-kewajibannya di bidang HAM.
Komnas HAM tak dapat bekerja sendiri dalam pemajuan dan
penegakan HAM di tanah air. Keterlibatan kelompok-kelompok dalam ruang
sosial yang ada, termasuk mahasiswa, kemudian menjadi penting. Apalagi
peran mahasiswa dalam perubahan politik di negeri ini, sebagaimana
diuraikan di atas, sangat signifikan.
Sebagai kekuatan penekan, mahasiswa dapat memainkan peran dalam
penegakan HAM dengan pilihan strategi dan taktik berikut:
a. Menggunakan parlemen jalanan sebagai sebuah taktik gerakan ketika
pelanggaran HAM terjadi. Demonstrasi dapat menjadi pilihan sejauh
ditempuh dengan cara-cara damai dan beradab. Sebagai bagian dari
HAM, demonstrasi merupakan ekspresi ketidakpuasan warga yang
harus dihormati Negara. Namun pembatasan atas pelaksanaan hak dan
kebebasan berekspresi—termasuk demonstrasi—diijinkan. Dalam Pasal
28J UUD 1945 dinyatakan bahwa pembatasan hak diijinkan jika
ditetapkan dengan Undang-Undang untuk menjamin penghormatan atas
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan
nasional, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Spirit pasal ini diturunkan dari Pasal 19 DUHAM dan Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang sudah diratifikasi
melalui UU No. 12 Tahun 2005. Semangat yang sama ditegaskan Pasal
73 UU No. 39/1999 tentang HAM
b. Membangun jejaring gerakan HAM dengan lembaga-lembaga yang
relevan dan penting, misalnya Komnas HAM, Komisi Hukum DPR RI,
Mahkamah Konstitusi, LSM, dan kelompok-kelompok mahasiswa di
berbagai universitas
c. Melakukan advokasi kebijakan untuk memastikan bahwa pola, struktur
dan kelembagaan negara betul-betul ramah terhadap penghormatan
HAM. Kelompok-kelompok mahasiswa yang belajar di Fakultas Hukum
lebih mudah mengaplikasikan hal ini. Namun mereka tak dapat bekerja
soliter. Mereka harus membangun jejaring dan sinergi dengan
mahasiswa dari berbagai fakultas untuk melakukan tinjauan-tinjauan
kritis-akademik terhadap berbagai UU atau RUU yang sedang dibahas di
DPR RI untuk memastikan bahwa regulasi yang telah atau sedang
disusun oleh lembaga legislatif itucomplay dengan norma dan prinsip
HAM. Kemudian hasil telaah kritis-akademik itu disebarkan,
didialogkan, dan dikampanyekan ke lembaga-lembaga yang relevan
(Komnas HAM, DPR, MK) dan jejaring HAM yang dibentuk. Model
gerakan semacam ini lebih elegan dan strategis, namun hingga kini
belum dilakukan secara massif dan terorganisir oleh kelompok-
kelompok dan gerakan mahasiswa pada umumnya. Model ini
sesungguhnya dapat menjadi alternatif dari gerakan parlemen jalanan
yang cenderung lebih reaksioner, temporer, sporadis, dan kurang
menusuk pada akar persoalan. Model ini memang tidak populer dan
tidak menarik perhatian media. Namun model gerakan semacam ini lebih
strategis karena bekerja untuk perubahan-perubahan mendasar pada
tingkat pola (kebijakan) dan struktur (lembaga, ideologi, kultur, dan
nilai).

3. DATA (RISET)
Data ini adalah hasil riset yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Mahasiswa Muhamamdiyah yang digunakan sebagai alat baca
dan alat ukur untuk membaca Isu Strategis.

Hasil olah data kuisioner pemahaman HAM Angkatan 2020 FH UMY

A. Teknik pengumpulan data


Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya berupa tanggapan atau
pendapat responden mengenai suatu permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Dalam hal ini data yang diambil berupa kuisioner tentang tingkat pemahaman
mahasiswa tentang HAM di lingkungan kampus. Kuisioner ditujukan kepada
mahasiswa aktif FH UMY Angkatan 2020.

B. Populasi dan sampel


Jumlah populasi secara keseluruhan mahasiswa FH UMY 2020 adalah 475
orang. Jumlah responden yang mengisi google form sebanyak 333, namun terdapat
beberapa respon ganda atau lebih dari 2. Sehingga total menjadi 294. Penentuan
jumlah sampel berdasarkan populasi secara keseluruhan dapat dihitung
menggunakan rumus slovin yaitu

Dengan menggunakan tingkat kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan


pengambilan sample sebesar 5% maka jumlah sampel yang harus diambil adalah
217.

C. Rujukan Penilaian
untuk mecari tahu jawaban yg benar utk menentukan bobot poin.

Pertanyaan 1: Apa yang kamu ketahui tentang HAM


UU No. 39 Tahun 1999 berbunyi HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada semua manusia, tanpa
memandang ras, jenis kelamin, kebangsaan, suku, bahasa, agama, atau status
lainnya. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata
karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya
oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata- mata
berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Dalam arti ini, maka meskipun setiap
orang terlahir dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan
kewarganegaraan yang berbeda-beda, ia tetap mempunyai hak-hak tersebut. Inilah
sifat universal dari hak-hak tersebut. Selain bersifat universal, hak-hak itu juga
tidak dapat dicabut (inalienable).
Pertanyaan 2: Hak-hak apa saja yang dimiliki oleh manusia pada umumnya?
Menurut pasal 4 UU 39/1999, ada 7 hak dasar yang dimiliki oleh manusia
yaitu Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.
30 hak asasi manusia menurut Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(UDHR) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, ditandatangani di Paris pada 10
Desember 1948:
1. Semua manusia bebas dan setara
2. Tidak ada diskriminasi
3. Hak untuk hidup
4. Tidak ada perbudakan
5. Tidak ada penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi
6. Hak yang sama untuk menggunakan hukum
7. Sama di depan hukum
8. Hak untuk diperlakukan adil oleh pengadilan
9. Tidak ada penahanan yang tidak adil
10. Hak untuk diadili
11. Tidak bersalah sampai terbukti bersalah
12. Hak atas privasi
13. Kebebasan untuk bergerak dan bertempat tinggal
14. Hak untuk mendapatkan suaka
15. Hak atas kewarganegaraan
16. Hak untuk menikah dan berkeluarga
17. Hak untuk memiliki barang
18. Kebebasan berpikir dan beragama
19. Kebebasan berpendapat dan berekspresi
20. Hak untuk berkumpul
21. Hak untuk berdemokrasi
22. Hak atas jaminan sosial
23. Hak untuk bekerja
24. Hak untuk beristirahat dan berlibur
25. Hak pelayanan sosial social
26. Hak atas pendidikan
27. Hak budaya dan seni
28. Kebebasan di seluruh dunia
29. Tunduk pada hukum
30. Hak Asasi Manusia tidak bisa dicabut
Pertanyaan 3: Indonesia sebagai negara hukum sudah sepantasnya segala
sesuatu di landaskan pada hukum yang berlaku. Coba anda sebutkan
landasan hukum apa saja yang menunjang jalanya penegakan HAM di
indonesia ?
- Pancasila
- UUD 1945 pasal 27 ayat 2
- UUD 1945 pasal 28A-28J
- UU 39 tahun 1999 tentang HAM
- UU no 26 tahun 2000 ttg pengadilan HAM
- Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
- UU Nomor 11 Tahun 2005
- UU Nomor 12 Tahun 2005
Pertanyaan 4: Coba anda uraikan secara singkat terkait sejarah perjuangan
HAM
Meskipun beberapa pakar menyatakan konsep hak asasi manusia secara
sederhana sampai kepada filsafat stoika di zaman kuno lewat yurisprudensi hukum
kodrati (natural law) Grotius dan Ius naturale dari undang-undang romawi.
Tampak jelas bahwa asal usul konsep hak asasi manusia yang modern dapat
dijumpai dalam revolusi inggris (magna Charta), amerika serikat dan prancis pada
abad ke17 dan ke-18.
Sedangkan di Indonesia, Pada masa penjajahan banyak sekali pelanggaran
HAM seperti penculikan, kerja paksa, pembantaian, penyiksaan, pemindasan,
kesewang-wenangan, tidak ada kebebasan, keadilan, perasaan, rasa aman, yang
terjadi adalah ekploitasi besar-besaran terhadap manusia dan kekayaan alam
Indonesia untuk kepentingan penjajah. Terlebih masyarakat Indonesia dibedakan
menjadi tiga strata sosial, dimana hal tersebut menyebabkan diskriminasi di segala
bidang kehidupan ekonomi, politik, soaial, pendidikan dan hukum.
HAM mulai dikumandangkan dalam sidang BPUPKI ketika Mr. Moh.
Yamin bersama Drs. Moh. Hatta berbeda pendapat dengan Ir. Soekarno dan Mr.
Supomo terkait pentingnya nilai-nilai HAM masuk dalam konstitusi. Hingga
adanya pengadilan ham yang di bentuk berdasarkan UU no. 26 tahun 2000.
Pertanyaan 5: Dalam pelaksanaan HAM tentunya ada pihak yang kemudian
bertanggung jawab, coba anda sebutkan pihak-pihak yang bertanggung
jawab terkait pemenuhan HAM.
Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Negara merupakan subyek
utama hukum internasional dan dengan demikian juga merupakan subyek hukum
hak asasi manusia. karena negara merupakan entitas utama yang bertanggung
jawab melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia, setidaknya
untuk waga negaranya masing-masing.
Pertanyaan 6: Apa yang anda ketahui tentang hak atas pendidikan?
Hak atas pendidikan tercantum dalam Pasal 13 Kovenan Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (KIHESB). Kemudian terdapat pula
dalam pasal 26 DUHAM. Pendidikan mencakup berbagai elemen baik hak
ekonomi, sosial dan budaya dan juga hak sipil dan politik. Hak atas pendidikan itu
sendiri adalah hak asasi manusia dan merupakan suatu sarana yang mutlak
diperlukan untuk mewujudkan hak-hak lain.
Hak atas Pendidikan artinya Pendidikan harus dapat diakses oleh semua
orang, terutama oleh kelompok-kelompok yang rawan, secara hukum dan fakta,
tanpa diskriminasi terhadap kawasan-kawasan yang dilarang manapun. Pendidikan
harus tersedia untuk semua tanpa diskriminasi. Konsep nondiskriminasi dalam
pendidikan juga dijelajahi dengan lebih rinci di Konvensi UNESCO tahun 1960
yakni Konvensi Menentang Diskriminasi dalam Pendidikan. Pasal 2 Konvensi
UNESCO ini membolehkan dipertahankannya sekolah yang dikhususkan untuk
satu jenis kelamin dalam suatu situasi tertentu dan mengakui bahwa kelompok
agama dan bahasa yang berbeda-beda dalam suatu negara dapat dididik secara
terpisah. Konvensi ini juga membolehkan diadakan dan dipertahankannya lembaga
pendidikan swasta.
Pada instrumen hukum nasional, hak atas pendidikan telah menjadi satu
perhatian khusus. Upaya pemenuhan hak atas pendidikan dalam batang tubuh
yakni pada pasal 28c ayat 1 dan pasal 31. Produk legislasi nasional, seperti UU
Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia turut menekankan pentingnya
pemenuhan hak atas Pendidikan yang tercantum pada pasal 12. Kemudian
diperjelas lagi dalam Pasal 5 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pertanyaan 7: Hak-hak atas pendidikan apa saja yang harus di penuhi negara
kepada warga negaranya?
Pasal 5 ayat 1 UU no 20/2003 menyebutkan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh Pendidikan yang bermutu.
Kemudian dalam UU no 39 tahun 1999 tentang HAM. Pemerintah melindungi
warga negaranya untuk memperoleh hak-haknya untuk memperoleh Pendidikan
setinggi-tingginya bagi dirinya sendiri (pasal 12 dan 60). Selanjutnya hak untuk
memperoleh Pendidikan dasar dengan penyelenggaraan satu system Pendidikan
nasional sebagai jenjang Pendidikan yang melandasi jenjang Pendidikan menengah
dengan pemerintah yang membiayainya (pasal 31 UUD 1945) untuk meingkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdasakan
kehidupan bangsa seperti yang tertuang dalam preambule alinea ke empat UUD
1945.
Pertanyaan 8: Hak-hak apa saja yang dimiliki mahasiswa dalam institusi
pendidikan?
Menurut pasal 109 dan PP. No. 60 tahun 1999 mahasiswa memiliki hak:
1. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk
menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku
dalam lingkungan akademik;
2. Memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan bidang akademika
sesuai dengan minat, bakat, kegemaran dan kemampuan;
3. Memanfaatkan fasilitas perguruan tinggi dalam rangka kelancaran proses
belajar;
4. Mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program
studi yang diikutinya dalam penyelesaian studinya;
5. Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang
diikutinya serta hasil belajarnya;
6. Menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku;
7. Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
8. Memanfaatkan sumber daya perguruan tinggi melalui
perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk mengurus dan mengatur
kesejahteraan, minat dan tata kehidupan bermasyarakat;
9. Pindah keperguruan tinggi lain atau program studi lain, bilamana memenuhi
persyaratan penerimaan mahasiswa pada perguruan tinggi atau program studi
yang berhak dimasuki, dan bilamana daya tamping perguruan tinggi atau
program studi yang bersangkutan memungkinkan.
10. Ikut serta dalam kegiatan organisasi mahasiswa pada perguruan tinggi
yang bersangkutan;
11. Memperoleh pelayanan khusus bilamana menyandang cacat.
12. Menjadi anggota perpustakaan setelah memenuhi ketentuan khusus
tentang keanggotaan perpustakaan
13. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh
pimpinan masing-masing perguruan tinggi.
Kemudian pada pasal 13 ayat 3 dan 4 UU no 12/2012 yang berbunyi,
Mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan
akhlak mulia serta bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik;
Mahasiswa berhak mendapatkan layanan Pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
potensi, dan kemampuannya.
Dan juga mahasiwa berhak memperoleh gelar sesuai dengan tingkatan strata
saat sudah lulus (bagian ke empat program Pendidikan tinggi UU no 12/2012) dan
memperoleh ijazah sebagai peengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau
penyelesaian suatu program studi (pasal 42)
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Perguruan Tinggi berkewajiban
memenuhi hak Mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi untuk dapat
menyelesaikan studinya sesuai dengan peraturan akademik dengan cara
memberikan beasiswa kepada Mahasiswa berprestasi; bantuan atau membebaskan
biaya Pendidikan; dan/atau pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi
setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan (pasal 76 ayat 2)
D. Bobot penilaian
Riset ini diberi bobot per-soal 0 sampai 2 poin, dimana pemberian bobor
disesuaikan dengan rujukan penilaian. Kecuali pertanyaan nomor 9 dan 10 masing-
masing bobot nilainya adalah 0 sampai 1 poin.
Keterangan bobot jawaban:
2 poin: menyebutkan dan/atau menjelaskan secara lengkap
1 poin: menyebutkan dan/atau menjelaskan kurang lengkap atau kurang tepat 0
poin: tidak memberikan jawaban

E. Hasil
1. pertanyaan no.1 rata rata 1,67 memberikan gambaran bahwa mahasiswa
Angkatan 2020 mengetahui apa itu HAM, hal ini dapat terlihat dari jumlah
responden yang mendapatkan 2 poin sebanyak 147 responden sedangkan yang
mendapatkan 1 poin 70 responden. Maka perhitungan diagramnya sebagai
berikut:
70/217 x 100% = 0,32%
147/217 x 100%= 0,67%

PERTANYAAN NOMOR 1
1 poin 2 poin

32%

2. pertanyaan no.2 rata rata 1,95 memberikan gambaran bahwa mahasiswa


Angkatan 2020 mengetahui Hak-hak apa saja yang dimiliki oleh manusia pada
umumnya, hal ini dapat terlihat dari jumlah responden yang mendapatkan 2
poin sebanyak 207 responden sedangkan yang mendapatkan 1 poin 10
responden. Maka perhitungan diagramnya sebagai berikut:
10/217 x 100% = 0,46%
207/217 x 100%= 0,95%

PERTANYAAN NOMOR 2
1 poin 2 poin

33%

3. pertanyaan no.3 rata rata 1,60 memberikan gambaran bahwa mahasiswa


Angkatan 2020 mengetahui landasan hukum yang menunjang jalanya
penegakan HAM di indonesia, hal ini dapat terlihat dari jumlah responden yang
mendapatkan 2 poin sebanyak 133 responden sedangkan yang mendapatkan 1
poin 83 responden dan yang mendapatkan 0 poin 1 responden. Maka
perhitungan diagramnya sebagai berikut:
1/217 x 100% = 0,004%
84/217 x 100% = 0,38%
133/217 x 100%= 0,61

PERTANYAAN
NOMOR 3

1
%

38
%

61
%
4. pertanyaan no.4 rata rata 1,82 memberikan gambaran bahwa mahasiswa
Angkatan 2020 mengetahui sejarah perjuangan HAM, hal ini dapat terlihat dari
jumlah responden yang mendapatkan 2 poin sebanyak 181 responden
sedangkan yang mendapatkan 1 poin 34 responden dan yang mendapatkan 0
poin 2 responden. Maka perhitungan diagramnya sebagai berikut:
2/217 x 100% = 0,009%
36/217 x 100% = 0,16%
181/217 x 100%= 0,83%

PERTANYAAN NOMOR 4
poin 0 1 poin 2 poin

0%
16%

5. pertanyaan no.5 rata rata 1,67 memberikan gambaran bahwa mahasiswa


Angkatan 2020 mengetahui pihak-pihak yang bertanggung jawab terkait
pemenuhan HAM, hal ini dapat terlihat dari jumlah responden yang
mendapatkan 2 poin sebanyak 148 responden sedangkan yang mendapatkan 1
poin 68 responden dan 0 poin sebanyak 1 responden. Maka perhitungan
diagramnya sebagai berikut:
1/217x 100% = 0,004%
69/217 x 100% = 0,31%
148/217 x 100%= 0,68%
PERTANYAAN
NOMOR 5
poin 0 1 poin 2 poin

0%

31%

6. pertanyaan no.6 rata rata 1,84 memberikan gambaran bahwa mahasiswa


Angkatan 2020 mengetahui tentang hak atas pendidikan, hal ini dapat terlihat
dari jumlah responden yang mendapatkan 2 poin sebanyak 185 responden
sedangkan yang mendapatkan 1 poin 31 responden dan poin 0 sebanyak 1
responden. Maka perhitungan diagramnya sebagai berikut:
1/217 x 100% = 0,004%
32/217 x 100% = 0,14%
185/217 x 100%= 0,85%

PERTANYAAN
NOMOR 6

0
% 14
%

86
%

7. pertanyaan no.7 rata rata 1,86 memberikan gambaran bahwa mahasiswa


Angkatan 2020 mengetahui tentang Hak-hak atas pendidikan apa saja yang
harus di penuhi negara kepada warga negaranya, hal ini dapat terlihat dari
jumlah responden yang mendapatkan 2 poin sebanyak 188 responden
sedangkan yang mendapatkan 1 poin 28 responden dan poin 0 sebanyak 1
responden. Maka perhitungan diagramnya sebagai berikut:
1/217 x 100% = 0,004%
29/217 x 100% = 0,13%
188/217 x 100%= 0,86%

PERTANYAAN
NOMOR 7

2
%

98
%

8. pertanyaan no.8 rata rata 1,93 memberikan gambaran bahwa mahasiswa


Angkatan 2020 mengetahui tentang Hak-hak yang dimiliki mahasiswa dalam
institusi pendidikan, hal ini dapat terlihat dari jumlah responden yang
mendapatkan 2 poin sebanyak 204 responden sedangkan yang mendapatkan 1
poin 13 responden dan poin 0 sebanyak 1 responden. Maka perhitungan
diagramnya sebagai berikut:
1/217 x 100% = 0,004%
13/217 x 100% = 0,059%
204/217 x 100%= 0,94%
PERTANYAAN NOMOR 8
0 poin 1 poin 2 poin

0% 6%
HASIL ANALISIS PENELITIAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

Hak Asasi Manusia sejatinya lahir secara Prinsip pemikiran berawal dari peristiwa Magna
Charta yang kemudian secara pemikiran lahir oleh John Locke mempengaruhi peristiwa-
peristiwa lain yang puncaknya adalah di sahkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
pada tanggal 10 Desember 1948. Nilai-nilai dari prinsip dasar Hak Asasi Manusia
dirumuskan dari kebebasan individu manusia yang kemudian di rumuskan dalam nilai-nilai
Hak Asasi Manusia. Dimasukan atau di aturnya prinsip hak asasi manusia kedalam Deklarasi
Universa Hak Asasi Manusia bukan menandakan bahwa HAM itu diberikan oleh DUHAM,
namun ini hanya untuk melindungi hak tersebut agar tidak di langgar oleh yang lainnya.
Prinsip yang ada dalam DUHAM berbeda dengan yang di atur dalam Islam, karena prinsip
HAM di dalam DUHAM menitikberatkan pada konsepsi Inti kebebasan Individu yaitu Hak
itu sudah melekat pada manusia karena semata-mata ia manusia, dan hak tersebut bukan
pemberian siapapun. Sedangkan dalam Islam, prinsip hak tersebut bukan sudah dimiliki oleh
manusia tapi merupakan pemberian Allah. Sejatinya Hak Asasi Manusia dalam Islam melekat
pada individu manusia serta tidak dapat dirampas atau direnggut oleh siapapun kecuali Allah
SWT, kemudian prinsip tersebut sama dengan yang diatur dalam instrument HAM
internasional.
Riset yang dilakukan oleh bidang RPK Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta melalui program Study Skill yang
diberikan oleh Pimpinan Fakultas Hukum Universitas Muhamamdiyah Yogyakarta kepada
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Hukum UMY dimanfaatkan untuk
melakukan Riset terhadap pemaham Hak Asasi Manusia, sebab kami menilai bahwa salah
satu permasalahan yang menyebabkan langgengnya permasalahan Hak Asasi Manusia adalah
ketidaktahuan kita terhadap Prinsip-prinsip dasar Hak Asasi Manusia itu sendiri. Sebagai
contoh, banyak orang yang tidak mendapatkan akses terhadap pekerjaan merasa biasa
terhadap hal tersebut padahal sejatinya itu merupakan bentuk pelanggaran Hak Asasi
Manusia sebab Negara sebagai pemangku kewajiban seharuanya mengambil peran aktif
dalam memberikan akses pekerjaan kepada semua pihak.
Berangkat dari itu, sebagai upaya untuk mengukur pemahaman terhadap hak asasi
manusia terhadap mahasiswa fakultas Hukum, dalam riset ini kita menjadikan angkatan 20
sebagai sample dalam penelitian yang dilakukan, kami menyadari bahwa pemilihan Sample
yang dilakukan tidak bisa merepresentasikan Mahasiswa fakultas hukum secara keseluruhan.
Tapi hal ini menjadi bentuk gambaran umum terhadap pemahaman Mahasiswa fakultas
Hukum Terhadap hak asasi manusia. Pada riset yang dilakukan, kami menggunakan metode
Kuisioner untuk mengumpulkan data dari mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 20 yang
berjumlah 475 orang. Kami mendapatkan jumlah responden yang mengisi google form
sebanyak 333, namun terdapat beberapa respon ganda atau lebih dari 2. Sehingga total
menjadi 294. Sehingga populasi yang tidak menjadi responden berjumlah 181. Dalam Riset
ini kami menanyakan pertanyaan tentang beberapa dasar Hak Asasi Manusia.
Beberapa pertanyaan yang di angkat dalam riset ini merupakan hal paling mendasar
dari Hak Asasi Manusia, Pengertian Hak Asasi Manusia yang ditanyakan dalam pertanyaan
pertama secara Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia tidak ada penjelasan tentang apa
itu HAM, namun dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 menjelaskan, yang tepatnya
di atur dalam pasal 1 ayat 1. dalam hal ini, jawaban dari Responden tidak merujuk pada pasal
1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, namun jawaban-jawaban dari responden
tidaklah salah sebab jika kita dapat menyimpulkan dari Hak yang ada di dalam Instrumen-
Instrumen Internasional bahwa Hak Asasi Manusia adalah Hak yang dimiliki manusia karena
Semata-mata ia manusia. Adapun penambahan diksi seperti yang ada dalam Instrumen
Hukum Nasional merupakan penambahan dimana pada Intinya adalah sama. Sehingga, kita
dapat melihat bahwa Mahasiswa Fakultas Hukum secara rata-rata mengetahui apa itu Hak
Asasi manusia. Namun kita akan menemukan hal yang berbeda pada pertanyaan kedua,
walaupun secara Statistik banyak yang mengetahui perihal hak-hak dasar yang dimiliki
namun pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki tidaklah utuh, padahal pemahaman dan
pengetahuan hak-hak yang dimiliki ini berpengaruh pada pemenuhan hak yang ada. kita
melihat bahwa pemenuhan terhadap hak asasi manusia tidak bisa hanya beberapa hak saja,
karena hak asasi manusia mempunyai karakter yang saling berkaitan dan bergantung
sehingga pemenuhannya harus secara keseluruhan dan tidak bisa dipilih-pilih.
BENTUK AKSI

DIKHAM (Pendidikan Hak Asasi Manusia)


Pendidikan Hak Asasi Manusia menjadi bentuk aksi berdasarkan hasil analisis yang
dibangun, bahwasanya hasil riset menunjukan bahwa mahasiswa fakultas hukum belum
memahami HAM secara utuh dimana Hak Asasi Manusia memiliki sifat saling tidak dapat
dipisahkan dan relasi pemahaman serta pengetahuan HAM secara utuh adalah dengan
pemenuhan hak yang ada. DIKHAM menjadi modal awal dalam penanaman pemahaman
serta pengetahuan terkait dengan Hak Asasi Manusia pada lingkup Fakultas Hukum UMY.
Seiring berjalannya waktu, maka berdasarkan kesepakatan yang hadir dibuat menjadi terbuka
untuk umum dimana presentasi peserta 59. 30 Peserta berasal dari Mahasiswa Fakultas
Hukum UMY, sisanya tersebar di beberapa fakultas dan beberapa universitas di Indonesia.
Lantas kemudian, kita mencoba untuk membuat suatu rumusan dari Pendidikan Hak Asasi
Manusia dengan peserta yang kemudian disepakati secara bersama sebagai follow up bentuk
tulisan gagasan masing masing . Hasil dari itu semua diwujudkanlah Majalah Digital yang
bertajuk ―Menggugat Mitos Hak Asasi Manusia‖ sebagai bentuk salah satu penyebarluasan
kampanye isu Hak Asasi Manusia.

AKSI DIAM (USUT TUNTAS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA)


Pada hal ini sebagai wujud dalam aksi Kampanye Isunya terkait dengan isu strategis HAM
dan juga bentuk respon terhadap rentenan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di bulan
September kemudian disebut sebagai September Hitam. Maka diwujudkanlah AKSI DIAM :
USUT TUNTAS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA, dimana kita pusatkan di
Pertigaan Ringroad Gamping sebagai representative jalur penghubung antar daerah dan
sebagai jalur lintas industrial dilihat cocok untuk kampanye isu menyoal Hak Asasi Manusia.
Dalam kajian yang kita susun maka menghasilkan tuntutan aksi sebagai berikut :
1. Selesaikan kasus pelanggaran HAM Berat
2. Adili pelaku Pelanggaran HAM Berat
3. Berikan akses keadilan dan pemulihan untuk korban kasus pelanggaran HAM
4. Bentuk kembali Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
5. Berikan kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi kepada korban dan keluarga korban
pelanggaran HAM
6. Hentikan pembungkaman kebebasan Berekspresi
7. Hentikan Kriminalisasi Aktivis pejuang HAM
Berikut beberapa dokumentasi aksi diam :

Selengkapnya bisa diakses pada link drive berikut :


https://drive.google.com/folderview?id=1Qb2c2YA1qBEiSqihhMy1hNOx9Sa1qdvr
MAKAR (Malam Apresiasi Karya)
Rumusan awal perancangan bentuk aksi ini kemudian diberi bertajuk ―Refleksi Pelanggaran
HAM dan Pelestarian Budaya Indonesia‖ sebagai wujud apresiasi terhadap karya kader PK
IMM FH UMY, pelestarian budaya-budaya yang ada di Indonesia dan kampanye isu terkait
Pelanggaran Hak Asasi Manusia sebagai berikut :
 Peristiwa 65-66
 Penembakan Misterius 1982-1985
 Peristiwa Talangsari Lampung 1998
 Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II
 Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa 1997-1998
 Kerusuhan Mei 1998
 Peristiwa Simpang KKA Aceh 3 Mei 1999
 Peristiwa Jambu Keupok Aceh 2003
 Peristiwa Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999
 Peristiwa Rumah geudong Aceh 1998
 Peristiwa Paniai 2014
 Peristiwa Wasior dan Wamena 2001

Dimana dalam implementasinya SBO menjadi penyelenggara utama. Lebih jauh dari itu kita
mencoba untuk senantiasa berkolaborasi dengan bidang-bidang lain supaya Kampanye Isu
terkait pelanggaran HAM yang ada di Indonesia mejadi massif dalam penyebarannya. Disisi
lain juga kampanye isu terkait HAM pada acara Makar tidak kemudian mereduksi esensial
apresiasi karya kader IMM FH UMY dan bentuk bentuk pelestarian budaya di Indonesia.
Berikut link google drive dokumentasi MAKAR (Malam Apresiasi Karya) :

https://drive.google.com/folderview?id=1Ert7hQdL_YFhJ_ylXLaX0W6uKmlYdGak

Anda mungkin juga menyukai