LANDASAN
Pimpinan Komisariat IMM merupakan level kepemimpinan dibawah PC
(Pimpinan Cabang) IMM yang memiliki wilayah kerja di level Fakultas, kampus atau
akademi dan atau tempat tertentu. Mengingat pentingnya level kepemimpinan
Komisariat yang merupakan bagian dari kaderisasi level Dasar sekaligus menjalankan
tugas kegiatan Perkaderan, maka diperlukan landasan yang jelas dalam merumuskan
arah gerak Pimpinan Komisariat. Dalam arah geraknya, IMM PK. Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merujuk pada redaksi tujuan IMM dalam
mukaddimah Anggaran Dasar IMM, yakni: Mengusahakan terwujudnya akademisi
Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah, yang
kemudian ditafsirkan menjadi dua tugas pokok dalam agenda IMM. Pertama, tugas
kaderisasi (mengusahakan terbentuknya akademisi Islam berakhlak mulia). Kedua,
tugas untuk membentuk masyarakat Islam sebenar-benarnya (dalam rangka mencapai
tujuan muhammadiyah). Tugas kaderisasi berarti peran IMM dalam mencetak individu
yang sesuai dengan pandangan ideal Muhammadiyah (ideologisasi). Sementara tugas
mengupayakan masyarakat Islam adalah peran sosial IMM. Dimana dalam
menjalankan tugas-tugas tersebut IMM berlandaskan pada Islam yang
berinstrumenkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Dalam pemaknaan Islam sendiri, IMM
memakai identitas Islam berkemajuan (dengan berpijak pada Islam progresif)
Muhammadiyah.
2
Sebuah Risalah: Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, adalah sebuah organisasi gerakan sosial dan perkaderan
yang mempunyai jati diri sebagai wadah pengembangan keilmuan dan aktualisasi nilai,
dalam segi moral dan fisiki untuk tetap memberikan sumbangsih kepada umat. Islam
sebagai nalar perjuangan tentunya menjadi kewajiban kita untuk tetap
memperpanjang nilai perjuangan yang telah diberi oleh Tokoh heroik kita yaitu Nabi
Muhammad SAW, begitu pula dengan memajukan sebuah bangsa yang besar yang
kita sebut Indonesia perlu kita refleksikan lagi sebagaimana tokoh-tokoh besar sejarah
Indonesia dalam perjuangan melepas perbudakan dan memerdekakan sebuah bangsa
ini dan seudah menjadi ketentuan wajib kita sebagai warga negara untuk tetap
melestarikannya dan tetap memperjuangkannya. K.H Ahmad Dahlan dalam melakukan
perjalanan panjang membentuk organisasi yang bernama Muhammadiyah di
Yogyakarta adalah sebuah jati diri utama IMM dalam merefliksikan kembali nalar
perjuanggannya sebagaiman IMM dalam akhir tujuannya mengatakan “Tercapainya
cita-cita Muhammadiyah” dalam hal ini ditegaskan bahwa kedua organisasi tersebut
bersekokoh dan tentunya hal tersebut disebut sebagai “Ortom” dimana perjuangan
muhammadiyah agar “Menegakan dan Menjunjung Tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. hal ini menegaskan bahwa umat
muslim dalam sebuah bangsa dan berproses dalam garis gerakan muhammadiyah
mempunyai tugas dan kewajiban agar memperbaiki umat dan memperjuangkan umat
hingga detik dan untuk kelestarian cinta dalam sebuah bangsa dan perjuangan sebuah
negara.
3
DAFTAR ISI
b) Data Base…………………………………………………………………..9
B. Peran IMM sebagai Gerakan Sosial: Social Movement Modern & Classic……….…10
5. Basis Massa: Sekutu Dekat dan Sekutu Jauh…………………….......10
6. Isu-Taktis……………….…….……………………………………………..11
7. Analisis Pra-isu……………………………………………………………..11
a) Analisis SWOT……………..……………………………………………………11
b) Analisis Situasi: Daerah & Kampus………………….…………………………11
8. Isu-Strategis…………………………………………………………………11
9. Metodologi…………………….…………………………………………….15
a) Kajian Islam…………………….……………………………………..………….15
b) Kajian Hukum…………...……………………………………………..…………15
c) Riset……………………….……………………………………………..………..15
10. Data Isu-strategis………………………………..………………………….16
11. Wacana Aksi….........…………………………………………………….…16
12. Media……...…………………………………………………………………16
13. Monev & Rakor……………………….……………………………………..17
a) Monitoring Evaluasi………………………………..……………………………..17
b) Rapat Kordinasi………………………………..…………………………………17
4
ARAH GERAK
Untuk menerjemahkan dua tugas diatas, maka IMM PK. Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai komisariat IMM di level fakultas
bergerak dan melakukan aktivismenya di wilayah Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta perlu menemukan rumusan perkaderan dan bentuk peran
sosialnya. Maka, dalam rancangan arah gerak Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta akan dikategorikan menjadi
peran kaderasisasi IMM dan peran sosial IMM.
Menurut bahasa kader berasal dari bahasa Perancis yaitu “cadre” yang berarti
bingkai. Bila dimaknai secara luas kader adalah ujung tombak sekaligus tulang
punggung dalam organisasi. Muhammadiyah memaknai kader sebagai penerus,
pelangsung dan penyempurna dalam menegakkan dan menjunjung tinggi agama
islam sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
5
1. Jenjang Perkaderan
Sebagai salah satu bagian dari gerakan kader dalam Muhammadiyah orientasi
perkaderan IMM diarahkan pada terbentuknya kader yang siap berkembang sesuai
dengan spesifikasi profesi yang ditekuninya, kritis, logis, trampil dan progresif. Kualitas
kader yang demikian ditransformasikan dalam tiga ranah, yakni: persyarikatan, ummat
dan bangsa.
Secara substansial, arah perkaderan IMM adalah penciptaan sumber daya manusia
yang memiliki kapasitas akademik memadai sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan zaman, berakhlak karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri,
6
bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetensi perjuangan dakwah
Islam amar ma’ruf nahi munkar. Sebagai sebuah proses organisasional, perkaderan
IMM diarahkan pada upaya transformasi ideologis dalam bentuk pembinaan dan
pengembangan kader, baik kerangka ideologis maupun teknis manajerial. Dalam
tahapan yang lebih praktis, akumulasi proses perkaderan diarahkan dalam rangka
transformasi dan regenerasi kepemimpinan IMM di setiap level kepemimpinan.
Profil kader ikatan merupakan representasi kader yang diharapkan hadir dalam
mencapai tujuan arah perkaderan Ikatan mahasiswa Muhammadiyah. Profil Kader
Ikatan dalam lingkup Komisariat FH. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terafiliasi
dalam 1 tahapan, yaitu: Kader Dasar. Kader Dasar adalah kader yang baru memasuki
ikatan dengan mengikuti jenjang perkaderan Darul Arqom Dasar (DAD). Kader yang
masih mencari identitas diri sehingga proses perkaderan yang dilakukan terhadap
kader dasar adalah bagaimana perkaderan harus mampu membimbing mereka
sehingga mampu mengenal dirinya. Mengenal diri dimaknai sebagai terbentuknya
kesadaran bahwa manusia sebagai khalifatulloh dimuka bumi yang dengan ruh suci,
akal dan iradahnya dititipkan oleh Allah kepadanya bumi beserta isinya untuk
dipelihara, dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Adapun profil kader ikatan yang
telah mengikuti perkaderan dasar terlampir dalam tabel berikut:
KADER
Aspek Tahun I Tahun II Tahun III
(Pembekalan) (Pembiasaan) (Pengabdian)
Belajar mengaji Memebiasakan
Fasilitator mengaji
(Tahsin) tadarus setiap rapat
Mengaplikasikan
Religiusitas
7
Belajar Memiliki target Fasilitator dalam
menghafal Al hafalan Al Qur’an hafalan Al Qur’an dan
Qur’an dan muroja’ah sholat berjam’ah
Mengaplikasikan
Sebagai role model
Belajar materi dalam kehidupan
kader dalam
akhlak sehari-hari untuk
berakhlakul karimah
berakhlakul karimah
Kesadaran akan Motivator dan
Terbiasa membaca buku
pentingnya inspiratori dalam
Intelektualitas
Sebagai penyelenggaran
Kesadaran akan Selalu mengikuti
agenda kemasyarakatan
pentingnya kegiatan
permasalahan kemasyarakatan
sosial
Evaluasi Perkaderan (Rekam Kader) merupakan salah satu alat untuk mengukur
ketercapaian profil kader yang diharapkan dalam rentan waktu 1 tahun kepemimpinan.
Sebelumnya IMM selalu mementingkan gagasan untuk membangun profil kader
dalam ikatan akan tetapi tidak ada penilaian yang objektif dalam ketercapaianya,
sehingga tidak ada sinkronisasi perkaderan antara priode kepemimpinan lama dengan
kepemimpinan yang baru. Sistem perkaderan yang berkelanjutan adalah tujuan utama
dalam pembentukan rekam kader. Selain itu rekam kader juga dapat digunakan
8
sebagai observasi kader yang berkelanjutan setelah Darul Arqom Dasar (DAD)
mengingat dalam tampuk kepemimpinan IMM dibutuhkan pemetaan kader untuk
menempatkan kader pada bidang yang sesuai dengan kapasitas dan minatnya. Rekam
jejak kader diharapkan juga dapat mendeteksi secara dini terhadap kader-kader yang
bermasalah, sehingga pimpinan komisariat atau bidang kader dapat melakukan hal-
hal yang bersifat preventif untuk mengantisipasi adanya kegagalan perkaderan
komisariat dalam membentuk profil kader ikatan yang diharapkan. Selain kader yang
bermasalah, Rekam kader juga dapat dijadikan pendeteksian untuk mencari kader
yang berpotensi diberbagai bidang garapan IMM, sehingga dapat teroptimalkan.
Tidak hanya itu adanya peran Instruktur dalam mengontrol perkembangan kader,
melewati Observasi akhir. Ini bisa menjadi landasan dalam mengukur tingkat
keberhasilan perkaderan kader. Penilaian atau evaluasi dalam rekam jejak kader
tentunya akan membantu bidang kader dalam memberikan penilaian terhadap diri
kader untuk mewujudkan itu pastinya harus memiliki konsep dan indikator penilaian
yang jelas dan tepat, sehingga hasil penilaian tersebut dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin oleh bidang kader Komisariat maupun bidang-bidang lain untuk mencapai
profil kader ikatan yang sudah di rumuskan. Pemanfaatan dari rekam kader tersebut
tidak hanya menjadi pedoman perkaderan saja, namun dapat dimanfaatkan kepada
analisis awal dan salah satu pertimbangan kader dalam hal diaspora kader. Agar
harapannya pen- diasporaan menjadi tepat dan sesuai dengan tujuan awal seorang
kader di- diasporakan.
b) Data Base
Data base kader adalah sebuah data identitas kader yang berada di PK IMM FH
UMY yang kemudian akan dijadikan satu data dalam prosesnya menjalani
perkembangan selama di komisariat, hal ini digunakan sebagai bahan acuan
utama Pimpinan Komisariat dalam menimbang atau merekomendasikan kader. Hal ini
juga sebagai bahan utama kita dalam merekap akan hadirnya kader di PK IMM FH
UMY.
B. Peran IMM sebagai Gerakan Sosia: Social Movement Modern & Classic
9
berimbas langsung dalam masyarakat, persoalan agraria, ekonomi pembangunan.
Dengan itu semangat dan cita cita ikatan dapat tersampaikan untuk mencari dan
membawa bangsa kearah “Baldatun thoyibatun wharobun ghafur”. Permasalahan
sosial yang berangkat dari paket kebijakan politik tak lain adalah warisan dari system
jajahan seperti, imperialisme, kalpitalisme dan neoliberarisme. Yang muncul dan
berjalan pada kisaran awal abad ke 18-20, hingga hari ini masih terasa menyelimuti
dan menghujani kondisi pelik kebangsaan dan kemasyarakatan.
6. Isu-Taktis
10
agar meningkatkan daya kritis setiap kader yang menjalankan status akademik dan
merespon secara non-akademiknya.
7. Analisis Pra-isu
a) Analisis SWOT
Dalam hal ini pembacaan situasi dilakukan melalui teritorial komisariat dan di
analisis melalui lingkungannya yaitu melalui pembacaan situasi Daerah Yogyakarta
dan Desa Binaan (Desa Kaliwinongo), kemudian disertakan akan pembacaan
situasi Kampus (UMY) dan Fakultas (Fakultas Hukum).
8. Isu Strategis
11
Sehingga dapat ditinjau evaluasi dan solusi yang relevan terhadap PK IMM FH UMY
dalam menggariskan isu strategis selama satu periode mendatang.
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi kebijakan
atau organisasi dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung
dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan
dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat
faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matriks SWOT, dimana
aplikasinya adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang
yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari
peluang yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman
yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu
membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Maka
setelah konsep SWOT sudah diaplikasikan kedalam suatu strategic plan, maka dapat
diteruskan kepada penyusunan isu strategis.
Ciri-ciri dari isu strategias menurut Roem Topatimassang, antara lain: pertama,
bersifat penting dan mendesak, dalam artian tuntutan memang semakin luas di
masyarakat agar isu tersebut segera ditangani, jika tidak akan membawa dampak
negatif lebih besar bagi masyarakat. Kedua, penat dengan kebutuhan dan aspirasi
sebagian besar anggota masyarakat awam, khususnya lapisan mayoritas yang selama
ini paling terabaikan kepentingannya. Ketiga, berdampak positif pada perubahan
kebijakan-kebijakan publik lainnya yang mengarah pada transformasi sosial. Keempat,
sesuai dengan visi agenda perubahan sosial yang lebih besar. tersebut kemudian
dijalankan dengan data dan metodologi. Untuk menggarap isu strategis itupun
diperlukan data dan metodologi sebagai bahan dan alat baca dalam menganalisis
fenomena. Seletah dianalisis, produk keluaran dari Pimpinan Komisariat berupa
wacana dan aksi. Wacana disebarkan melalui saluran diskusi dan publikasi berupa
literasi, sementara Aksi dapat dilakukan dalam bentuk: advokasi kebijakan publik,
pemberdayaan, people organizing, dan riset. Setiap produk dari Pimpinan Komisariat
akan didokumentasikan dalam bentuk literasi, baik ilmiah maupun opini
menggunakan saluran-saluran yang telah ada, selain diskusi yang bersifat akademis
maupun non akademis, bahkan media. Dengan begitu, hasil dari produk analisis
Pimpinan Komisariat dalam satu periode dapat diwariskan ke periode berikutnya untuk
dievaluasi.
12
13
14
9. Metodologi
Lalu, perlunya menyimak, membaca data pola gerak gerakan sosial IMM dalam
kurun waktu 3-4 tahun terdahulu. Ini supaya bisa dijadikan embrio dalam bergerak.
Untuk lebih mengkonkretkan tentang data, IMM perlu mengadakan riset yang
bercorak partisipatoris. Riset dapat dipelajari dengan pengadaan pelatihan – pelatihan
juga dengan fasilitator dari lembaga- lembaga riset di Yogyakarta. Metode yang
nantinya ditempuh oleh Pimpinan Komisariat Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta adalah Riset. Riset disini dartikan menjadi tiga bagian;
a) Kajian Islam
Kajian islam disini merupakan sebuah riset atau kajian yang mengkaji tentang
Ayat-ayat Alqur’an maupun Hadis. tujuannya bagaimana membaca isu strategis yang
dibawa melalui ayat-ayat Al- qur’an dan hadis, yang dimana dalam ayat tersebut
banyak menceritakan peristiwa-peristiwa masa lalu yang bisa saja sama dengan isu
yang kita bawa, dan tentunya tidak hanya menceritakan tetapi juga menyampaikan
pesan-pesan moral atau bahkan solusi dari peristiwa itu. Maka akhirnya kajian islam
menjadi penting dalam membaca isu strategis yang dibawa. Adapun pendekatan yang
dapat dipakai adalah pendekatan Sintetik Analitik.
b) Kajian Hukum
Riset atau kajian pemikiran juga menjadi hal yang penting untuk dikaji dan
dijadikan alat untuk membaca isu strategis yang ada. Kajian pemikiran ini mengkaji
pemikiran tokoh-tokoh sosial maupun Hukum terdahulu. Pendekatan yang dapat kita
gunakan dalam kajian pemikiran ini aalah pendekatan melalui tinjauan Hukum secara
filosofis, sosiologi dan Yuridis.
c) Riset
Riset pada kali ini adalah menjadi bahan utama dalam mendeteksi dan
menentukan relevansi isu sesuai dengan bahan analisis yang digunakan yang nantinya
bisa menjadi acuan data untuk menjalankan isu strategis selama satu periode
pimpinan komisariat.
15
10. Data Isu-Strategis
Data ini adalah data-data yang sudah ada yang kemudian diolah yang juga
menjadi alat baca utnuk isu strategis yang ada. Data sendiri kita bisa memilih
pendekatan kualitatif atau kuantitatif. Kedua cara tersebut merupakan metode yang
diharpkan dapat berintegrasi satu dengan yang lainnya yang kemudian di
Dialektikakan untuk menentukan langkah yang jelas dan kongkrit. Ketiga itulah yang
dipakai sebagai alat baca untuk bisa menjadi modal untuk menganalisis isu yang
dibawa nantinya.
Dari hasil analisinya, IMM mampu menghasilkan dua produk, yakni Wacana dan
Aksi. Wacana merupakan penyebaran gagasan IMM, baik bersifat akademis dan non
akademis termasuk didalamnya adalah pernyataan sikap IMM terhadap suatu bentuk
kebijakan publik atau wacana pemerintah. Wacana diisebarluaskan melalui saluran
diskusi dan publikasi. Diskusi akan menyasar pada mahasiswa secara umum dan
masyarakat secara luas, disisi lain diskusi juga dilangsungkan melalui saluran
komunitas-komunitas dalam berbagai bentuk, diharapkan agar wacana yang
dibangun tidak hanya beredar di kalangan aktivis mahasiswa.
Sementara produk aksi dibagi menjadi dua, yakni advokasi kebijakan publik dan
pengorganisiran masyarakat. Advokasi kebijakan publik merupakan bentuk
pembelaan secara strategis yang dilakukan untuk melakukan perubahan secara
terorganisir dan sistematis. Pengorganisiran masyarakat merupaka aksi dalam bentuk
practical need, namun bukan dalam bentuk karitatif seperti baksos, akan tetapi bentuk
kerjasama dengan masyarakat di suatu lokasi yang bermassalah, bersama-sama
memecahkan solusi persoalan tersebut. Dalam prakteknya, pengorganisiran tersebut
sekaligus bisa dalam bentuk riset partisipatoris.
12. Media
16
ikatan. Peran ini dilaksanakan dalam rangka mendukung aksi gerakan IMM AR
Fakhrudin. Agitasi dan Propaganda dijadikan sebagai media menyebar luaskan
gerakan dan “menghasut” untuk ikut dalam perubahan yang dilaksanakan.Dengan
adanya media sebagai alat perjuangan IMM, maka orientasi gerakan IMM diharapkan
mampu membumi dengan tepat dan cepat. Perihal yang mesti dipikirkan adalah
konten media IMM tidak diorientasikan pada publikasi simbolik belaka, namun juga
mampu menjadi pendidikan bagi publik.
a) Monitoring Evaluasi
Dalam hal ini Monitoring dan Evaluasi menjadi satu kunci Pimpinan Komisariat
dalam merefleksikan kembali kinerjanya dan juga saling mengevaluasi secara bersama
antara anggota maupun kabid dan sekbid dalam menjalankan program pimpinan
komisariat.
b) Rapat Kordinasi
Dalam hal ini Rapat Kordinasi sebagai sebuah forum yang berkesinambungan
dengan jalannya pimpinan komisariat setelah melakukan Monitoring Evaluasi,
sehingga Monev menjadi refleksi dan Rapat Kordinasi adalah pusat pembangunan
berupa program dan kegiatan yang membangun dalam pimpinan komisariat
17
18
19