Anda di halaman 1dari 91

DESAIN PERKADERAN

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BOGOR

A. PENDAHULUAN
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi yang berada
dalam naungan Muhammadiyah sebagai organisasi induknya. IMM dalam melakukan
aktivitasnya tetap mengacu kepada tujuan organisasinya yaitu Mengusahakan
terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai
tujuan muhammadiyah. Serta dalam pembinaan terhadap kadernya tetap mengacu
pada pada Tri Kompetensi Dasar atau tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
kader yaitu: Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas, serta dalam bentuk
implementasinya tetap melihat lahan garapnya yaitu : Keagamaan, Kemahasiswaan dan
Kemasyarakatan. Itulah aktivitas konkret yang harus dilakukan IMM.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi perkaderan yang
bergerak sesuai dengan tujuan organisasi induknya, yaitu Muhammadiyah. Sesuai
dengan yang ada di SPI, Perkaderan dalam ikatan merupakan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh kader dalam kehidupan, baik bersama ikatan maupun ketika sudah
berada diluar struktural, sedangkan kaderisasi itu sendiri yaitu melaksanakan proses
perkaderan sesuai dengan tujuan organisasi. Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI),
secara akumulasinya proses perkaderan yang dilakukan akan diarahkan dalam rangka
transformasi dan regenerasi kepemimpinan IMM disetiap level kepemimpinannya,
sesuai dengan spesifikasi profesi yang ditekuni, kritis, logis, terampil dinamis dan utuh.
Dan dalam menjalankan kaderisasi haruslah secara berkesinambungan (Kontinyu) dan
mengikat, karena dalam proses kaderisasi ini berjalan secara terus menerus sesuai
dengan sistem perkaderan yang ada saat ini.
Jika kita melihat situasi yang ada di IMM Bogor, bahwa permasalahan
kaderisasi kalau di tinjau dari beberapa periode terakhir yaitu terkait dengan Arah
Perkaderan yang berbeda dalam setiap komisariat-komisariat dan bahkan ada
komisariat yang belum mempunyai arah perkaderan secara konkret, perbedaan arah
perkaderan ini yang justru menjadi penyebab ketimpangan kualitas kaderisasi yang ada
karena arah perkaderan ini yang akan mendeterminasi sampai ke metodologi
perkaderan sehingga kualitas kader yang dihasilkan pun berbeda-beda, ini dikarenakan
terlalu umumnya arah perkaderan yang ada di SPI. Berkaca dari permasalahan tersebut
maka dirasa perlu untuk menyusun suatu panduan perkaderan di IMM Bogor dengan
terstruktur, sistematis, dan masif. Sehingga, bisa terbentuknya arah perkaderan yang
jelas dan selaras pada tiap komisariat nya.
Kalau kita melihat paragraf sebelumnya bahwa esensi perkaderan adalah
diarahkan pada proses transformasi dan regenerasi kepemimpinan disetiap level
kepemimpinan, namun realitas yang terjadi dilapangan hal ini belum bisa maksimal
terwujud dikarenakan ketimpangan kualitas kaderisasi yang ada di 5 komisariat yang
ada di Bogor. Secara fakta, regenerasi yang ada ditataran komisariat masih tersendat,
bahkan ada beberapa komisariat yang belum melaksanakan perkaderan dengan teratur,
apalagi secara kualitas belum lah maksimal dikarenakan ketimpangan kualitas serta
kuantitas yang terjadi dan penyebabnya adalah arah Perkaderan yang berbeda-beda,
materi-materi yang diberikan juga berbeda, dan pendampingan yang masih belum
maksimal. Permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut sangatlah
mendeterminasi dari satu hingga ke yang lainnya, arah Perkaderan menjadi hal yang
paling pokok dan fundamental karena dari arah perkaderan ini yang akan melahirkan
materi-materi atau wacana-wacana yang akan di berikan kepada kader. Kemudian
untuk menjalankan materi itu dibutuhkanlah perangkat kaderisasi atau komposisi-
komposisi yang akan menjalankan tugas dalam menjalankan konsepsi-konsepsi
kaderisasi mulai dari arah dan juga materi-materi yang akan diberikan. Itulah konsepsi
perkaderan, semuanya saling berhubungan dalam rangka membentuk kader agar
mencapai tujuan organsisasi.
Desain Perkaderan IMM Bogor merupakan sebuah panduan khusus kaderisasi
yang ada di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bogor untuk mengatur terkait
dengan konsep-konsep Perkaderan atau pola kaderisasi yang akan dijalankan sebagai
bentuk atau langkah konkret untuk mejalankan kaderisasi yang sesuai dengan
kebutuhan atau kondisi yang ada dan tetap mengacu kepada tujuan organisasi. Hal ini
dilakukan untuk memperbaiki kaderisasi yang ada di IMM Bogor di karenakan Sistem
Perkaderan Ikatan (SPI) yang sampai saat ini dirasa masih terlalu umum dan tidak
konkret dalam menjawab permasalahan kaderisasi yang ada. Desain Perkaderan IMM
Bogor ini sebagai bentuk kontekstualisasi Konkret Perkaderan yang ada di SPI dan
tentunya melihat situasi konkret perkaderan yang ada di Bogor.
Maka dari itu kedudukan Desain Perkaderan ini berada di bawah SPI,
karena Desain Perkaderan ini merupakan turunan atau terjemahan dari SPI yang
kemudian di benturkan dengan kondisi perkaderan yang ada di Bogor sehingga mampu
menjawab permasalahan-permasalahan kaderisasi di IMM Bogor.
Desain Perkaderan ini berisi :
1. Islam sebagai ideologi
2. Esensi kelahiran Organisasi
a. Kajian Historis Muhammadiyah
b. Kajian Historis IMM
3. Situasi umum Masyarakat Indonesia
4. Perkaderan dalam Muhammadiyah dan IMM serta situasi Perkaderan
IMM Bogor
a. Perkaderan Muhammadiyah
b. Perkaderan Ikatan
c. Situasi Perkaderan IMM Bogor
5. Pola Perkaderan IMM Bogor
a. Arah Perkaderan IMM Bogor
b. Target Perkaderan IMM Bogor
c. Strategi Pencapaian
d. Muatan Perkaderan
e. Metodologi Strategi Pencapaian
f. Prinsip Kaderisasi
6. Perangkat Kaderisasi IMM Bogor
7. Pedoman Pelaksana Perkaderan
a. Utama : Darul Arqam Dasar (DAD),
b. Khusus : Pelatihan Pendamping Kader (PMK)
c. Pendukung : Diklat Manajemen Organisasi(DMO),
dan IDEOPOLITOR
BAB I
ISLAM SEBAGAI IDEOLOGI

A. PENDAHULUAN
Ideologi Muhammadiyah dan IMM secara spiritual dapat menguatkan ghiroh, azam
atau tekad bermuhammadiyah yang kuat dan ikhlas untuk mendapat ridho Allah SWT.
Dan tidak dapat digoyahkan oleh kekuatan-kekuatan yang semata-mata bersifat
manusiawi; kedua, ideologi Muhammadiyah dan IMM berfungsi untuk membentuk
karakter kolektif yang bersih, yang nantinya akan sangat menentukan terwujudnya
kolegisitas yang kuat, nyaman dan damai dalam menggerakkan Muhammadiyah dan
IMM; Ketiga, ideologi Muhammadiyah dan IMM berfungsi menyusun dan menerbitkan
langkah-langkah Muhammadiyah dan IMM, serta seluruh amal usaha yang dimiliki
oleh Muhammadiyah; Keempat, ideologi Muhammadiyah dan IMM berfungsi dalam
membentengi Muhammadiyah dan IMM dari pengaruh aliran pemikiran agama yang
sesat. Dari situlah sangat penting sekali dalam mengkaji islam sebagai ideolgi untuk
merumuskan desain perkaderan, agar setiap kader mengetahui apa? bagaimana? untuk
apa? kita berjuang.
Maka dari itu mengkaji islam sebagai ideologi adalah suatu keharusan dikarenakan
ini menjadi pegangan utama atau prinsip dalam setiap aktivitas kaderisasi yang
dijalankan nantinya.

B. KAJIAN ISLAM SEBAGAI IDEOLOGI


Di hadapan kemiskinan dan merebaknya teror kemanusiaan dalam wajah
penindasan, sebagai individu beragama dan sehat dengan keberagamaannya tentu akan
tergerak nurani dan rasio akal budinya untuk ikut terlibat dalam sebuah refleksi dan
pilihan perjuangan membebaskan mereka yang teraniaya secara sosio-eko-pol tersebut.
Dalam konteks Indonesia saat ini, kemiskinan, keterbelakangan, minimnya akses
pengetahuan karena mahalnya biaya pendidikan, dan korupsi, telah menjadi halaman
depan kebudayaan kita yang tak berkesudahan. Banyak pihak saling tuding, saling
menyalahkan, dan saling gebuk satu sama lain sebagai biang dari kegagalan masa transisi
demokrasi yang disebut dengan era reformasi. Namun pertanyaan mendasar kita
sesungguhnya adalah dimana posisi dan rasa keberagamaan kita ditengah huru- hara
sosial politik tersebut? Di wajah-wajah yang diseka air mata, luka yang terlanjur
menganga, ratapan derita anak bangsa, dan perempuan-peremuan yang disetrika dan
diperkosa di luar negri, dimanakah agama? Apakah agama (Islam) adalah sebuah entitas
yang terlahir sebagai pengalaman iman yang suci-soliter dengan tuhan ataukah agama
tersebut bagian dari dialektika-resiprokal antar berbagai pengalaman dan kepentingan
dunia? Apakah teologi yang membebaskan itu ada dalam Islam?
Ada dua pernyataan yang datang dari sosiolog jerman yang menggambarkan
pernyataan-pernyataan diatas, setiap ritual-ritual agama pasti ada korelasinya dengan
sosial (Max Weber). Kedua, agama adalah candu masyarakat (Karl Marx). Dua
pernyataan sangat kontradiksi sekali Weber menggambarkan agama yang seharusnya,
sedangkan Marx menggambarkan agama secara realita yang terjadi pada waktu itu.
Pernyataan-pernyataan di muka lah yang akan menuntun tulisan ini selanjutnya.
Agama sebagai ideologi sering kali diartikan sebagai suatu keyakinan yang dipilih
secara sadar untuk menjawab keperluan-keperluan yang timbul dan memecahkan
masalah- masalah dalam masyarakat. Ideologi dibutuhkan, untuk mengarahkan suatu
masyarakat atau bangsa dalam mencapai cita-cita dan alat perjuangan. Ideologi dipilih
untuk mengubah dan merombak status quo secara fundamental. Munculnya agama
sebagai ideologi dimulai ketika para Nabi muncul di tengah-tengah suku-suku dan
pemimpin gerakan-gerakan historis untuk membangun dan menyadarkan masyarakat.
Ketika para nabi itu memproklamirkan semboyan- semboyah tertentu dalam membantu
massa kemanusiaan, maka para pengikut Nabi kemudian mengelilingi nabi dan
menyatakan untuk turut bersama-sama Nabi dengan sukarela. Islam sebagai ideologi
yang diusung oleh Muhammad membawa orde sosial baru yang disandarkan kepada
prinsip keadilan dan persamaan dalam struktur sosial masyarakat. Islam yang demikian
sangat menarik masyarakat Arab yang sudah lama muak dengan bentuk aristokrasi lama
yang memerintah dengan tirani, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan
monopolisme. Masyarakat kala itu, mulai menemukan semboyan-semboyan ideologi
sebagai obat penyembuhan dari penderitaan dan kesulitan akibat sistem tirani. Islam
sebagai ideologi mampu memberikan keyakinan baru yang berbasis kepada kemauan
bebas manusia untuk melepaskan diri dari jeratan sistem sosial dan politik tiranik.
Islam lahir secara progresif dalam upaya merespon problem-problem masyarakat
dan memimpin masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan dan cita-cita yang berharga.
Dalam hal ini, Islam dipahami sebagai sebuah pandangan dunia yang komprehensif, dan
diposisikan sebagai “agama pembebasan” yang concern dengan isu-isu sosial-politik
seperti penindasan, diskriminasi, ketidakadilan dan sebagainya. Semangat Islam
sebagai ideologi pembebasan mendorong terjadinya revolusi masyarakat Islam untuk
membangun konstruksi peradaban baru yang progresif, partisipatif, tanpa penindasan
dan ketidakadilan. Untuk membebaskan massa dari krisis yang membawa mereka
mencapai negara yang merdeka dan berkeadilan sosial- ekonomi, bukan melalui
Liberalisme, Kapitalisme, ataupun Sosialisme, namun yang bisa mengobati penyakit ini
hanyalah Islam. Islam merupakan satu-satunya solusi yang akan menyelamatkan negeri
Muslim dari segala bentuk tekanan dan penindasan. Hal ini sangat masuk akal jika Eko
Prasetyo mengartikan Islam sebagai gerakan alternatif. Dengan latar belakang historis
pada waktu itu ketimpangan sosial dimana-mana, sistem sosial-politik yang menindas
dengan kondisi yang seperti itu islam datang dengan solusi, serta mampu membawa
perubahan terhadap masyarakat lebih beradab.
Untuk mengkonstruksi Islam sebagai sebuah ideologi, mula-mula harus melakukan
redifinisi tentang pemahaman ideologi itu sendiri bahwa ideologi terdiri dari kata “ideo”
yang berarti pemikiran, gagasan, konsep, keyakinan dan lain-lain, dan kata “logi” yang
berarti logika, ilmu atau pengetahuan. Sehingga ideologi dapat diartikan sebagai ilmu
tentang keyakinan dan cita-cita. Menurut pengertian ini seorang ideolog adalah seorang
pembela suatu ideologi atau keyakinan tertentu. Dalam kaitan ini, ideologi terdiri dari
berbagai keyakinan dan cita-cita yang dipeluk oleh suatu kelompok tertentu, suatu kelas
sosial atau suatu bangsa.
Ideologi meliputi suatu kepercayaan dan pengetahuan tentangnya. Ideologi
diperlukan agar seseorang mempunyai kesadaran dan sikap khusus dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri, posisi kelasnya, dasar sosial, situasi nasional, dunia dan tujuan
sejarah seperti halnya tujuan masyarakat sebagai tempat bergantung. Oleh karena itu,
ideologi adalah suatu sistem kepercayaan yang menginterpretasikan kondisi sosial,
rasionalitas dan orientasi kelas seseorang seperti halnya sistem nilai, orde sosial, format
individu ideal, hidup manusia dan situasi sosial dalam berbagai dimensinya. Ideologi
menjawab pertanyaan: Apa yang kamu sukai? Apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu
harus lakukan? Harus menjadi apa?
Di sisi yang berbeda, ideologi menuntut seorang cendekiawan untuk memihak.
Bagi seorang ideolog, ideologinya adalah suatu kepentingan yang mutlak. Setiap
ideologi memulai dengan tahap kritis, kritis terhadap status quo, kritis terhadap
masyarakat dengan berbagai aspek kultural, ekonomi, politik dan moral yang cenderung
melawan perubahan-perubahan yang diinginkan. Berbeda dengan filsafat maupun ilmu
yang sama sekali tidak mempunyai komitmen seperti itu, ia hanya menggambarkan
realitas seperti apa adanya dengan tidak membedakan apakah ia menolak atau menerima
realitas tersebut. Inilah perbedaan yang menyolok antara ilmu, filsafat dan ideologi.
Dengan kata lain, agar ideologi mampu memposisikan dirinya menjadi landasan
perjuangan, maka keberpihakannya harus jelas. Pada wilayah politik, ia harus mengabdi
sehingga mampu memberikan doktrin-doktrin politik. Pada kekuasaan politik ia harus
bisa menyerang. Inilah sebenarnya makna sesungguhnya dari ideologi, yang berarti
bukan konsep, landasan berfikir, filsafat, apalagi ilmu. Ideologi adalah kata lain dari
keberpihakan.
Baik ilmu maupun filsafat tidak pernah melahirkan revolusi dalam sejarah
walaupun keduanya selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan dalam perjalanan waktu.
Adalah ideologi- ideologi, yang senantiasa memberikan inspirasi, mengarahkan dan
mengorganisir pemberontakan-pemberontakan menakjubkan yang membutuhkan
pengorbanan-pengorbanan dalam sejarah manusia di berbagai belahan dunia. Hal ini
karena ideologi pada hakekatnya mencakup keyakinan, tanggungjawab, keterlibatan
dan komitmen. Ideologi menuntut agar kaum intelektual bersikap setia (commited).
Ideologilah yang mampu merubah masyarakat, sementara ilmu dan filsafat tidak, karena
sifat dan keharusan ideologi meliputi keyakinan, tanggungjawab dan keterlibatan untuk
komitmen. Sejarah mengatakan, revolusi, pemberontakan hanya dapat digerakkan oleh
ideologi.
Urgensi perubahan hanya dapat digerakkan oleh masyarakat yang mempunyai
ideologi kokoh. Dalam kondisi keterpurukan untuk konteks Indonesia, Seharusnya
Islam mampu menjadi penggerak kesadaran masyarakat. Islam perlu lebih dipahami
sebagai sebuah pandangan dunia komprehensif, sebuah rencana untuk merealisasikan
potensi manusia sepenuhnya, baik secara perseorangan maupun kolektif, untuk tujuan
makhluq secara keseluruhan. Di sinilah letaknya bahwa Islam berfungsi sebagai
ideologi.
Biasanya ideologi-ideologi yang berbasis agama memiliki akar pada teologi dari
agama- agama yang bersangkutan. Dilingkungan umat islam dikenal ideologi Islam,
yang memiliki keterkaitan dengan karakter islam sebagai agama. Ideologi Islam berbeda
dengan Marxisme, Sosialisme dan Kapitalisme, maupun ideologi yang lainnya yang
tidak memiliki basis teologis. Pandangan tentang kebebasan, persaudaraan, kesamaan,
kemanusiaan dan relasi-relasi sosial dalam ideologi Islam memiliki basis pada
pandangan filosofis tentang teologi Islam, sehingga memiliki pijakan yang kokoh.
Ada dua watak islam yang nyaris dilupakan oleh ummat islam dewasa ini yaitu,
pertama al-Islam ad-Diinu al-Hadharah (islam adalah agama peradaban), kedua al-
Islam ad-Diinu as- Syahadah (Islam adalah agama kesaksian, pembuktian). Kalau kita
perhatikan salah satu ayat suci al-Qur’an yang terkait ibadah maka akan terlihat jelas
adanya pesan islam yang sangat kuat bagi kita ummat islam untuk menampilkan dalam
dua watak tadi yaitu, al-Islam ad-Diinu al-Hadharah & al-Islam ad-Diinu as-Syahadah,
yang terkandung dalam surat al-Jum’ah ayat 9- 10 maknanya secara ringkas adalah,
bahwa kita perlu menegakkan hablunminallah dengan ibadah-ibadah yang kita lakukan
seperti shalat, tetapi setelah itu kita harus mengembangkan kebudayaan
(hablunminannas), hablunminannas tidak hanya sekedar berhubungan baik dengan
sesama manusia dalam kesopanan, kesantunan, interaksi dan relasi sosial kita, tapi
hablunminannas juga mengandung arti kerjasama dan kebersamaan dalam membangun
kebudayaan. Maka harus ada korelasi positif antara ibadat dan muamalat, antara ibadat
dan kebudayaan yang kita bangun, dan inilah masalah besar ummat islam dewasa ini.
Kita tidak mampu menghubungkan, menarik korelasi positif antara ibadat dan
muamalat. Sering ibadat kita seolah-olah intensif, seolah-olah tinggi, namun tidak
menjelma dalam kehidupan berbagai aspeknya baik sosial, ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya.
BAB II
ESSENSI KELAHIRAN MUHAMMADIYAH DAN
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
A. PENDAHULUAN
Sebagai organisasi perkaderan tentunya aktivitas yang dilakukan haruslah sesuai dengan
khittah organisasinya, mulai dari sejarah atau historis lahirnya organisasi ini pun harus kita
ketahui bersama. Muhammadiyah merupakan induk organisasi dari Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, maka sudah pasti bahwa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah lahir untuk
membantu perjuangan dari Muhammadiyah.
Untuk itu dalam pembahasan esensi kelahiran ini kita mulai dari organisasi induknya
yaitu Muhammadiyah. Orientasi mencari essensi kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yakni untuk mendapatkan gambaran apa yang seharusnya dilakukan oleh
organisasi ini. Sehingga dalam aktivitas perkaderan yang dilakukan akan tetap
berkesinambungan atau berkesesuaian. Hal ini tentu harus kita pahami bahwasanya
perkaderan berlangsung adalah tetap linier menuju arah gerak organisasi. sehingga aktivitas
yang dilakukan pun untuk mencapai tujuan organisasi.

B. KAJIAN HISTORIS LAHIRNYA MUHAMMADIYAH


Kemegahan peradaban Islam berakhir bersamaan dengan serbuan tentara Mongol pada
pertengahan abad ke-13 yang meluluhlantahkan kota Baghdad dan seiring dengan
tumbuhnya benih-benih kebangkitan kembali Eropa melalui aliran ‘renaissance’nya.
Adapun umat Islam memasuki masa-masa kegelapan sampai pada awal abad ke-19 karena
sebagian besar daerah kekuasaan Islam telah menjadi daerah kekuasaan imperialisme Eropa
sebagai wujud dari kebangkitan Eropa.
Masa kegelapan Islam baru berakhir pada awal abad ke-19 dan tanda-tanda kebangkitan
itu akhirnya muncul kembali. Hal itu seiring dengan lahirnya tokoh-tokoh pembaharu Islam
dan berbagai gerakan Islam di semenanjung Arab. Gerakan ini muncul di Negara Mesir
(Afrika) yang dipelopori tiga tokoh, yaitu (1) Jamaluddin al-Afghani yang berkebangsaan
Afghanistan dijuluki sebagai ‘tokoh Renaissance Islam’; (2) Muhammad Abduh yang
berkebangsan Mesir dengan cita-cita mewujudkan kejayaan dan kemuliaan umat Islam di
negeri mana pun; serta (3) Rasyid Ridho dan Muhammad Iqbal. Namun demikian, sebelum
keberadaan tokoh-tokoh tersebut terlebih dahulu tumbuh benih-benih kebangkitan Islam
melalui tokoh-tokoh lain seperti Ibnu Taimiyah dan Abdul Wahab dengan gerakan
wahabinya (Islam murni).
Mata rantai pembaharuan Islam tersebut akhirnya sampai juga ke penjuru nusantara
melalui pemikiran para ulama yang belajar di Arab. Gerakan pembaharuan Islam yang
berkembang di Arab mengusung cita-cita mengembalikan ajaran Islam ke jalan
sesungguhnya dengan merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Tujuan ini sebagai solusi
keterbelakangan terhadap umat Islam. Dengan kembali kepada sumber ajaran Islam yang
sesungguhnya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, umat Islam di seluruh dunia bisa keluar dari
perbedaan interpretasi ajaran yang bias dengan beberapa aliran teologi yang menjadi sumber
perpecahan umat Islam.
Uraian histori tersebut di atas menjadi salah satu dorongan atau tumpuan berdirinya
Persyarikatan Muhammadiyah. Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang mengharuskan
lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah, antara lain dipaparkan sebagai berikut.
1. Kondisi internal
a. Keinginan KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang dapat dijadikan
sebagai alat perjuangan dan dakwah untuk menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, terutama dalam Surat Ali Imron ayat
104 dan surat Al-Ma’un sebagai sumber bagi gerakan sosial-praktis untuk
mewujudkan gerakan tauhid.
b. Ketidakmurnian ajaran Islam yang dipahami oleh sebagian umat Islam Indonesia
sebagai bentuk ‘adaptasi tidak tuntas’, yaitu antara tradisi Islam dan tradisi lokal
nusantara awal yang bermuatan paham animisme (kepercayaan pada roh-roh halus
yang mendiami semua benda mati) dan dinamisme (kepercayaan bahwa segala
sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup). Hal ini
menyebabkan umat Islam di Indoneia dalam praktiknya memperlihatkan hal-hal
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, terutama yang
berhubungan dengan prinsip aqidah Islam yang menolak segala bentuk
kemusryikan, taqlid, bid’ah dan khurafat. Oleh karena itu, purifikasi
(pemurnian) ajaran menjadi pilihan mutlak bagi umat Islam Indonesia.
c. Keterbelakangan umat Islam Indonesia di segala segi kehidupan menjadi sumber
keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar dari keterbelakangan.
Keterbelakangan umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama
keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap
menjadi sumber lahirrnya generasi baru muda Islam yang berpikiran modern.
Kesejahteraan umat Islam akan tetap berada di bawah garis kemiskinan jika
‘kebodohan’ masih melingkupi umat Islam Indonesia. Gerakan tajdid
(pembaharuan) menjadi cara agar umat Islam menjadi umat yang berkemajuan,
menjadi masyarakat madani yang mendasarkan pada permasalahan kekinian.
2. Kondisi eksternal
a. Maraknya kristenisasi di Indonesia sebagai efek domino dari imperialisme Eropa
ke dunia timur yang mayoritas beragama Islam. Proyek kristenisasi satu paket
dengan proyek imperialisme dan modernisasi bangsa Eropa. Hal ini menjadi
tendensi lain di samping keinginan untuk memeperluas daerah koloni dalam
memasarkan produk- produk hasil revolusi industri yang melanda Eropa.
b. Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para
penginjil untuk menyampaikan ‘ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia di
seluruh dunia untuk ‘mengikuti’ ajaran jesus, akan tetapi juga membawa angin
modernisasi yang sedang melanda Eropa. Modernisasi yang berhembus melalui
model pendidikan barat (Belanda) di Indonesia mengusung paham-paham yang
melahirkan modernisasi Eropa, seperti sekulerisme, individuisme, libelarisme, dan
rasionalisme. Jika penetrasi ini tidak dihentikan maka akan lahir generasi baru
Islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler. Mereka akan ‘memminggirkan’ Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup paling utama.

Arti Muhammadiyah
KH. Ahmad Dahlan (semasa kecil bernama Darwis) bersama anak didiknya mendirikan
Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 M. (8 Dzulhijjah 1330 H.) di Kauman,
Yogyakarta. Secara etimologis Muhammadiyah diartikan sebagai “pengikut Nabi
Muhammad SAW”, yang terdiri dari kata ‘Muhammad’ dan ‘ya nisbiyah’ yang artinya para
pengikut. Dengan demikian, secara tersirat pada dasarnya setiap orang yang meyakini dan
menjadi pengikut Muhammad SAW adalah orang Muhammadiyah tanpa dibatasi oleh
ideologi golongan, bangsa, dan organisasi.
Sementara itu secara terminologi, Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar berasas Islam dan bersumber Al Qur’an dan As-Sunnah demi terwujudnya baldhatun
thayibatun warobbul ghofur, yang bersumber pada QS. Ali Imron: 104.

Maksud dan Tujuan Muhammadiyah


Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah secara lengkap terdapat dalam anggaran dasar
(AD) Muhammadiyah yang berbunyi:
“Menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran agama islam sehingga terwujudnya
masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhoi Allah SWT”

Maksud dan tujuan Muhammadiyah tersebut diwujudkan secara praksis dalam realita
kehidupan keagamaan dan sosial umat, antara lain dijabarkan sebagai berikut.
1. Bidang Keagamaan
Tantangan modernitas dan tradisi (bermuatan tahayul, bid’ah, dan kurafat) menjadi dua
persoalan keagamaan yang dihadapi oleh Muhammadiyah. Purifikasi atau pemurnian dan
gerakan tajdid adalah 2 hal yang menjadi ciri gerakan dakwah keagamaan
Muhammadiyah. Dengan demikian, Muhammadiyah juga merumuskan pedoman
ubudiyah, muamalah, hisab, dan sebagainya melalui keputusan tarjih Muhammadiyah
yang berisikan para ulama andal.
2. Bidang Pendidikan
Kepedulian Muhammadiyah terhadap dimensi pendidikan dibuktikan dengan mendirikan
lembaga pendidikan formal dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Konsep
yang dianut Muhammadiyah yakni dengan menggabungkan (mengintegrasikan) antara
pendidikan agama dan pendidikan umum sebagai jembatan untuk menuntaskan kebodohan
yang sedang diidap oleh umat Islam Indonesia. Tujuan mulianya tidak lain untuk
menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad SAW, “tuntutlah ilmu pengetahuan (dunia) seolah-olah kamu
hidup selama-selamanya dan tuntutlah ilmu agama (akhirat) seolah-olah kamu akan mati
esok hari.”
3. Bidang Sosial Kemasyarakatan

Salah satu peran umat Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah bergerak di dunia
muamalah (sosial kemasyarakatan). Demi memenuhi kebutuhan umat dan untuk keperluan
dakwah, maka Muhammadiyah menjadi pelopor pergerakan dengan mendirikan rumah
sakit, panti asuhan, balai pengobatan, klinik, apotek, percetakan, lembaga peyuluhan, dan
lain-lain. Tujuannya tentu ingin mensejahterakan umat manusia di muka bumi.
4. Bidang Politik Kenegaraan
Muhammadiyah berperan besar dalam pergerakan menjelang kemerdekaan,
pascakemerdekaan, maupun dalam menjaga kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam negara kesatuan republik Indonesia. Namun, Muhammadiyah secara
organisasi tidak terlibat dalam agenda politik praktis. Inilah yang oleh pimpinan
Muhammadiyah disebut sebagai politik tingkat tinggi (high politic) yaitu kemampuan
berpolitik di atas politik praktis. Muhammadiyah selalu mengawal dan mengkritisi arah
kebijakan politik pemerintahan dengan sebutan pressure politic.

Ciri Perjuangan Muhammadiyah


1. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
Gerakan Islam dijadikan sebagai ciri perjuangan Muhammadiyah sebagai telaah terhadap
QS Ali Imron: 104 serta 17 ayat Al-Qur’an lainnya yang di dalamnya tergambar dengan
jelas asal-usul roh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiannya kepada
Allah SWT. Segala hal yang dilakukan oleh Muhammadiyah di segala bidang semata-mata
untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam menuju masyarakat utama yang
rahmatan lil‘alamin (rahmat bagi seluruh alam raya dan seisinya).
2. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar
QS. Ali Imron: 104 menjadi khittah dan sumber strategi perjuangan Muhammadiyah,
yakni dakwah (amar ma’ruf nahi munkar, dengan masyarakat sebagai objek
perjuangannya). Semua amal usaha Muhammadiyah merupakan media gerakan dakwah
Islamiyah.

3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid (Pembaharuan) dan Purifikasi (Pemurnian)


Gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidaklah hanya sebatas upaya memurnikan ajaran
Islam dari berbagai penyimpangan ajaran Islam yang sesungguhnya, tetapi juga upaya
melakukan berbagai pembaharuan tata cara pelaksanaan ajaran Islam, dalam realita sosial
kemasyarakatan, dan lain sebagainya dalam konteks kekinian (kontemporer). Hal ini
dikarenakan kondisi dan situasi zaman dahulu dan sekarang sudah banyak mengalami
perubahan dan perkembangan. Oleh karenanya, perlu adanya pembaharuan tetapi tetap
bersifat purifikasi. Kedua hal tersebut menjadi satu kesatuan utuh yang tidak dapat
dipisahkan oleh warga Muhammadiyah dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.

C. Ideologi Muhammadiyah
K.H Ahmad Dahlan, dalam “falsafah ajaranya,” berpesan,” Kita, manusia ini, hidup di
dunia hanya sekali, kita akan mendapatkan kebahagiankah atau kesengsaraankah ?”. Lalu
beliau mengutip ujaran klasik, yang artinya “ Manusia itu semua mati ( mati perasaanya)
kecuali para ulama, yaitu orang-orang yang berilmu. Dan para ulama pun itu dalam
kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramal pun dalam
kekhawatiran, kecuali mereka yang ikhlas atau bersih ”. Falsafah ajaran K.H Ahmad Dahlan
di atas menggambarkan bahwa dalam menjalani hidup manusia haruslah memiliki sikap
yang jelas dan mendasar.bahwa dalam kehidupan, apapun yang dilakukan harus jelas
bingkai dan arahnya, tidak hidup asal hidup, tidak beraktivitas asal beraktivitas. Itulah hidup dengan
idealisme bukan hanya kegiatan praksis.
Bagi siapapun yang mengkalim bahwa dirinya adalah seorang muslim, harus jelas apa yang
menjadi pijakan dan arahnya atu tujuanya. Secara sederhana untuk menggambarkan uraian di atas
Allah bertanya pada kalimat “ Fa’aina tadzhabun? (maka kemana kalian akan pergi?)”, dimana hidup
manusia itu lebih-lebih seorang muslim adalah menjalankan fungsi ibadah (QS. Al-Jariyat:56) dan
kekhalifahan (QS. Al-Baqarah:30) agar selamat dunia dan ahirat (QS. Al-Baqarah) untuk meraih
keridhaan dan karunia Allah (QS. Al-Fath:29). Disini jelas bahwa bagi setiap muslim apapun yang
dilakukan menurut perspektif Islam haruslah jelas idealisme atau filosofinya, sihingga hidup itu
bermakna, maslahat, dan meraih keutamaan sebagaimana diamanatkan Allah. Tak terkecuali bagi
Muhammadiyah yang menyatakan diri sebagai gerakan Islam itu sendiri.
Sebagai organisasi yang telah menyataka diri sebagai gerakan Islam, sudah semestinya aktivis
atau anggota Muhammadiyah dalam melaksnakan segala aktivitasnya memiliki pijakan dan tujuan
yang jelas. Bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan
hingga saat ini dan masa yang akan datang memiliki idealisme atau filosofi yang jelas dalam seluruh
aktifitasnya. Muhammadiyah itu gerakan Islam yang menjalankan gerakan dakwah tajdid melalui
berbagai usaha yang terorganisasi, sehingga seluruh lini dan proses geraknya bersandar pada
idealisme atau filosofi yang jelas sebagai gerakan sosial- keagamaan. Seperti jamak kita ketehui
bahwa tujuan Muhammadiyah adalah menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam yang sebenar-
benarnya. Adapun untuk menjalankan maksud dan tujuan yang mulia itu dilakukan dengan berbagi
usaha, program, dan kegiatan yang tersistemasi. Semua itu tidak lain sebagai pengejawantahan
mengemban misi untuk kejayaan Islam dan umat Islam, serta menjadikan Islam sebagai rahmat bagi
semesta alam di muka bumi.
Meningat demikaian mendasar, penting, dan strategis gerakan Muhammadiyah maka,
Muhammadiyah dalam gerakanya memiliki sistem yang jelas, di mana dicerminkan melalui ideologi.
Sebagi mana dituliskan ketua umum PP Muhammadiyah (Dr. H Haedar Nashir, M.Si) ideologi
Muhammadiyah adalah paham agama dan sistem perjuangan yang bertumpu pada Al- Quran dan
Sunnah Nabi yang sahis atau makbulah,dibingkai memlaui pemikiran-pemikiran yang mendasar
seperti Muqaddimah Anggaran Dasar, Kepribadian, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Khittah,
Pedoman Hidup Islami, dan sebagainya yang menjadi prinsip gerakan Muhammadiyah.

A. Bagian 1
Apa ideologi Muhammadiyah? Pertanyaan tersebut hampir pasti ada dalam setiap
diskusi ketika mengangkat tema “ ber-Muhammadiyah”. Haedar Nashir (2007, bagian
II:17) menjelaskan bahwa secara subtansi (isi) banyak pernyataan pikira formal dalam
Muhammadiyah yang bersentuhan atau mengandung ideologi Muhammadiyah, lebih
khusus dalam langkah-langkah per-periode. Dalam “naskah akademik” makalah pada
Muktamar ke-37 tahun 1968 bahkan ideologi Muhammadiyah dikaitkan langsung dengan
pemikiran dan idealisme K.H Ahmad Dahlan ketika melahirkan Muhammadiyah. Adapun
secara formal yang mengandung pemikiran yang lengkap mengenai ideologo
Muhammadiyah ialah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang disusun oleh
Ki bagus Hadikusuma dengan bantuan para sahabatnya pada tahun 1945, yang kemudian
sisahkan pada Tanwir tahun 1961. Sedangkan konsep yang secara lebih jelas menyatakan
ideologi tetapi dengan istilah “keyakinan dan cita-cita hidup” ialah Matan Keyakinan dan

Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) yang dibahas dalam Muktamar ke-37 tahun
1968 dan kemudian ditindaklanjuti dan dihasilkan dalam Tanwir di Ponorogo tahun 1969.

B. Bagian 2
Kelahiran Muhammadiyah memiliki persentuhan dengan “ ideologi”, yakni ide dan cita-cita
tentang Islam dari K.H Ahmad Dahlan, yang membentuk alam pikiran sekaligus usaha untuk
mewujudkanya dalam kehidupan. Idiologi adalah” ajaran atau ilmu pengtahuan yang secara
sistematis dan menyeluruh membahas mengenai gagasan, cara- cara, angan-angan atau gambaran
dalam pikiran untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat”.
Dinyatakan pula bahwa ideologi merupakan “keyakinan hidup” yang mencangkup : 1) Pandangan
hidup. 2) Tujuan hidup, dan 3) Ajaran dan cara yang dipergunakan untuk melaksanakan pandangan
hidup dalam mencapai tujuan hidup tersebut”. (Rumusan Pokok-Pokok Persoalan tentang Ideologi
Keyakinan Hidup Muhammadiyah yang disusun oleh Panitia Tajdid seksi “Ideologi Keyakinan
Hidup Muhammadiyah” dalam Muktamar ke-37 tahun 1968).
Dari pemaknaan di atas maka ideologi bukan hanya sekedar seperangkat “paham” atau pemikiran
belaka, tetapi juga “teori dan strategi perjuangan” untuk mewujudkan paham tersebut dalam
kehidupan. Sehingga jika dikatakan “Ideologi Muhammadiyah”, maka yang dimaksudkan ialah “
sistem keyakinan, cita-cita, dan perjuanan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Adapun isi atau kandungan ideologi
Muhammadiyah tersebut adalah : 1) Paham Islam atau paham agama dalam Muhammadiyah, 2)
Hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dan 3) Misi dan strategi perjuangan
Muhammadiyah. Dalam Muhammadiyah, ideologi memiliki kedudukan dan fungsi yang penting
dalam geraknya, yaitu:
1. Menjalankan dan menanamkan pandangan dunia (world view), sebutlah idiom yang
selama ini berlaku dalam Muhammadiyah tentang “Islam Agamaku, Muhammadiyah
Gerakanku”
2. Membangun komitmen idealisme untuk menjalankan misi dan cita-cita gerakan;
sehingga anggota Muhammadiyah tidak hanya sekedar aktif dan berada dalam
lingkungan Persyarikatan secara fisik, dan praktis (prakmatis)
3. Mengingat solidaritas kolektif yang kokoh, sehingga tampak satu kesatuan sistem
gerakan Muhammadiyah
4. Menyusun dan melaksanakan garis perjuangan dan strategi perjuanan sesuai dengan
sistem paham atau ideologi Muhammadiyah
5. Mobilisasi angoota untuk mencapai tujuan Muhammadiyah melalui bebagai usaha,
dan
6. Membelala atau menjaga keutuhan (eksistensi) organisasi dari berbagai pengeroposan
paham dari dalam maupun dari luar sesuai dengan prinsip Muhammadiyah.
Ideologi Muhammadiyah sebagimana dibahas dalam “Suara Muhammadiyah”
nomor 16/2007 secara subtansi mengandung tiga unsur penting yaitu:
1. Paham Agama dalam Muhammadiyah
Dilihat dari aspek kesejarahan, paham agama dalam Muhammadiyah memiliki
akar pada K.H Ahmad Dahlan tentang Isalam. Setelah Tarjih dibentuk tahun 1927,
paham agama dalam Muhammadiyah dikodifikasi menjadi pandangan resmi
organisasi, yang menjadi rujukan warga Muhammadiyah. Dari berbagai rujukan yang
diperoleh, dapat ditemukan butir-butir mendasar dari paham agama dalam
Muhammadiyah sebagai unsur penting dalam Muhammadiyah : Pertama:
Muhammadiyah memandang Islam sebagai satu mata-rantai ajaran Allah yang dibawa

oleh para Nabi hingga Nabi Muhammad yang mengoreksi dan menyempurnakan
sehingga menjadi risalah Islam yang terahir hingga ahir zaman, sebagai satu-satunya
agama yang benar dan diridhai Allah. Kedua: Muhammadiyah memiliki pandangan
yang luas tentang kandungan ajaran Islam yaitu sebagaimana disebutkan dalam kitab
Masalah Lima bahwa agama, yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
ialah apa yang diturunkan Allah dalam Al-Quran dan yang disebut dalam Sunnah yang
shahih, berupa perintah-perintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Ketiga: Muhammadiyah dalam paham
agamanya bersumberkan pada Al-Quran dan As-Sunnah yang makbulah dengan
menggunakan akal pikiran yang sesuai jiwa ajaran Islam. Keempat: Muhammadiyah
memandang Islam sebagai agama yang komprehensif atau menyeluruh.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang : a) Aqidah, b) Akhlak, c) Ibadah, dan d) Mu’amalah Duniawiyat. Islam
adalah agama untuk menyerahkan diri semata-mata karena Allah, agama semua Nabi,
agama yang sesuai fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk bagi manusia, agama
yang mengatur hubungan, dan agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Kelima: Muhammadiyah dalam memaknai Tajdid mengandung dua pengertian, yakni
pemurnian (purifikasi) dan pembaharuan (dinamisasi).
2. Hakikat Muhammadiyah
Menurut Pak AR Fakhruddin, Muhammadiyah adalah organisasi Islam di
Indonesia yang mempunyai dasar Islam dan sifatnya sebagai gerakan. Hal tersebut
mempertegas bahwa Muhammadiyah bukan hanya sekedar paham agama tertapi juga
sistem gerakan. (Islam Agamaku, Muhammadiyah Gerakanku). Setidaknya ada lima
poin untuk menguraiakan hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam : Pertama:
Muhammadiyah sejatinya merupakan gerakan Islam yang bersumber pad Al-Quran
dan As-Sunnah, dengan mengembangkan ijtihad atau akal pikiran yang sesui jiwa
ajaran Islam, yang membedakanya dari gerakan Islam lain yang bermadzab maupun
yang tidak mengembangkan ijtihat atau akal pikiran, juga berbeda dengan gerakan
yang sekuler. Kedua: Muhammadiyah berasas Islam, sehingga Islam menjadi sumber
nilai, landasan, dan pusat orientasi seluruh gerakanya. Ketiga: Muhammadiyah
bergerak Melaksanakan dakwah sekaligus tajdid dari seluruh usahanya, karena itu
sealin dakwah tajdidpun menjadi komitmen utama gerakan Muhammadiyah.
Keempat: Muhammadiyah begerak untuk membentuk masyarakat dan bukan
membentuk negara, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Kelima:
Muhammadiyah dalam gerakanya memiliki prinsip-prinsip dan identitas diri yang
kuat bagaimana tercantum dalam Muqaddimh Anggaran dasar, Kepribadian, khittah,
pedoman hidup islami, dan pemikiran-pemikiran formal lainya termasuk AD/ ART
Muhammadiyah serta peraturan-peraturan organisasi lainya yang menjadi tatanan
resmi gerakan Muhammadiyah.
3. Fungsi-strategi Muhammadiyah
Berangkat dari misi ideal gerakan Islam yaitu menegakan tauhid yang murni
dengan menyebarkan Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah untuk
mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan Masyarakat maka
Muhammadiyah Menyatakan bahwa “Muhammadiyah mengajak segenap lapisan
bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang
mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik
Indonesia yang berfalsafah Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu
negara yang adil, makmur dan diridhai Allah : “Baldatun Thayyi-batun Wa Rabbun
Ghafur”. Kendatipun Muhammadiyah bergerak dalam segala bidang, dalam
strategi Muhammadiah tidak menempuh jalur politik praktis. Hal ini berdasarkan
Khittah pejuangan Muhammadiyah, yakni kebulatan sikap (tekat) Muhammadiyah
sesuai dengan hasil Tanwir tahun 1967 untuk menetapkan diri sebagai “Gerakan
Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar di dalam bidang Masyarakat”. Khittah
perjuangan tahun 1971 di Ujung Pandang yang kemudian disempurnakan dan menjadi
satu kesatuan dengan Khittah Perjuangan Muhammadiyah tahun 1978 di Surabaya
dalam Muktamar ke-40 mengandung dua esensi perjuangan Muhammadiyah :
Pertama: Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan dan tidak merupakan afiliasi dari suatu Partai Politik atau organisasi apapun.
Kedua: setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat memasuki
atau tidak memasuki organisasi lain sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan lainya yang belaku dalam
persyarikatan Muhammadiyah.
C. Bagian 3
Dengan ideologi Muhammadiyah yang mengandung paham agama, hakikat
gerakan, serta fungsi, misi dan strtegi perjuangan sebagaimana terjabarkan di atas,
maka jelaslah karakter, posisi dan fungsi Muhammadiyah. Pertanyaan tentang “apa”
ideologi Muhammadiyah perlahan harus bergeser kepada pemaknaan “bagaimana”.
Bukan untuk menghindari sebuah pertanyaan, namun jelas pertanyaan “apa” hanya
akan mendapat jawaban definitif-normatif yang tidak berdampak apapun dan bahkan
hanya akan menunjukan jadi diri. Jati diri sebagai “pemalas” karna hanya ingin tahu
yang berhenti pada alam pikir, jika kita merubah pertanyaan menjadi “bagaimana”
maka refleksi kita akan mengarah pada bentuk gerak dan segala hal tentang upaya dan
kerja.
Dalam menjawab “bagaimana” ideologi Muhammadiyah maka kita akan
melihat berbagai rumusan seperti Muqaddimah AD, MKCH, AD/ ART, dan lain-lain
yang mana dari kesemuanya akan menjadi pondasi sekaligus pagar dalam usaha
mencapai tujuan. Menjadi- Muhammadiyah memang bukan perkara mudah, seperti
yang diungkapkan Panglima Besar Tentara Keamanan ke-1 (12 November 1945 – 29
Januari 1950) Jendral Besar Raden Soedirman yang menyatakan “sungguh berat
menjadi kader Muhammadiyah, ragu dan bimbang lebih baik pulang”.

Buku Rujukan:
- Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah. Edisi 16-31 Desember 2012.
- Hambali, Hamdan. 2010. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara
Muhammdiyah-PT Surya Sarana Utama.
- Nugroho, Adi. 2010. Biografi Singkat K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Garasi House
of Book-Ar-Ruz Media Group.
D. KAJIAN HISTORIS IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan sebuah organisasi otonom
(ortom) muhammadiyah yang telah berkembang pesat hingga saat ini. Dalam
perjalanannya pun lahirnya IMM tidak pernah lepas dari proses perjalanan yang telah
dilakukan oleh induk IMM itu sendiri yaitu Muhammadiyah. Sehingga setiap kegiatan yang
dilakukan oleh IMM pun juga merupakan perwujudan dari cita-cita muhammadiyah.
Dalam kelahiranya, IMM yang merupakan organisasi otonom dalam wilayah
kemahasiswaan ini tidak lepas dari aspek-aspek sosio politik yang terjadi saat itu. Karena
dipungkiri atau tidak, IMM lahir untuk merespon permasalahan-permasalahan umat dan
keadaan kebangsaan pada saat itu. Untuk itu, cepat atau lambat sebuah wadah kemahasiswaan
yang terdiri dari kader-kader Muhammadiyah dari kalangan Mahasiswa pun pasti akan
terbentuk. Karena IMM adalah respon dari sebuah masalah keummatan maka kelahiran IMM
merupakan sebuah keharusan sejarah, ditengah keadaan yang serba problematis. Keadaan-
keadaan yang mengharuskan kemunculan IMM pada waktu itu digolongkan menjadi 3 hal,
yaitu :
1. Keadaan kehidupan umat dan bangsa.
2. Keadaan kehidupan kemahasiswaan.
3. Keadaan kehidupan Muhammadiyah
Kemudian dalam bukunya, farid fatoni menjabarkan keadaan tersebut menjadi 8 poin yang
merupakan faktor-faktor yang mendsak kelahiran IMM, yaitu2 :

1. Situasi bangsa yang tidak adil , pemerintahan yang otoriter dan tunggal di Indonesia.
2. Terpecahnya umat islam dan bentuk saling curiga dan fitnah serta kondisi politik umat
islam yang semakin buruk.
3. Terbingkainya kehidupan mahasiswa yang berorientasi pada kepentingan politik
praksis.
4. Masih membekasnya imbas dari Imperialisme yaitu kebodohan dan kemiskinan.
5. Merosotnya kehidupan beragama dan akidah ummat serta kehidupan materialistik-
individualis.
6. Sedikitnya pembinaan agama di lingkup kampus dan masih tingginya budaya sekuler.
7. Masih maraknya praktik-praktik bid’ah, syirik dan misionaris kristen.
8. Kehidupan ekonomi sosial dan politik semakin memburuk.
Beberapa faktor di atas menjadi semangat mengapa IMM harus lahir dan diadakan untuk
menjawab permasalahan yang ada. Meski pada mulanya mahasiswa anggota Muhammadiyah
cukup dimasukan dalam wadah Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul aisyiah , namun hal itu
dirasa kurang karena memang lahan garapan yang berbeda dan tidak langsung menyentuh
dalam area masyarakat mahasiswa secara umum. Sehingga pada muktamar ke 25 di jakarta
pada tahun 1936 yang diketuai KH. Hisyam (1934-1937) mulai muncul bibit untuk diadakanya
organisasi otonom dalam tataran masyarakat mahasiswa. Ide itu dimunculkan karena adanya
keinginan Muhammadiyah untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Maka pasca
muktamar ke-25 tersebut dikatakan adanya penghimpunan mahasiswa yang sehaluan dengan
arah dan tujuan muhammadiyah.3 Adapun maksud dan tujuan berdirinya organisasi
kemahasiswaan yang searah dengan muhammadiyah (nantinya disebut IMM ) adalah :4

1. Turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa.


2. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam.
3. Sebagai upaya menopang melangsungkan dan meneruskan cita-cita pendirian
Muhammadiyah.
4. Sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha amal usaha
Muhammadiyah.
5. Membina, meningkatkan dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan
bangsa umat dan persyarikatan.
6.

Namun demikian upaya untuk menghimpun dan membina mahasiswa muhammadiyah itu
vakum, dan tidak berjalan dengan lancar karena Muhammadiyah belum memiliki perguruan
tinggi Muhammadiyah. Sehingga para kader Muhammadiyah yang sekolah diperguruan tingi
negeri maupun swasta tetap diwadahi oleh ortom yang sudah ada yaitu Pemuda
Muhammadiyah (PM), Nasyiatul Aisyiah (NA) maupun hisbul wathan (HW). Kemudian pada
perkembanganya, para mahasiswa yang tergabung dalam ke-3 ortom tersebut merasa perlu
untuk berkumpul dengan kalangan mahasiswa tersendiri. Sehingga alternatif yang dijalankan
adalah bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sehingga sempat terdapat isu
yang bergulir bahwa HMI adalah anak dari Muhammadiyah yang membawa misi kusus dari
Muhammadiyah, karena pada waktu itu di tubuh HMI di pimpin dan banyak di isi oleh tokoh-
tokoh muhammadiyah dan kader-kader muhammadiyah.5

Serta kalau kita tilik sejarahnya,ada satu hubungan yang tidak kentara anta HMI dan
Muhammadiyah, hubungan dekat yang tak kentara ini selanjutnya sangat mempengaruhi
terhadap perjalanan IMM. Hubungan kedua organisasi ini bisa dilihat dalam perjalanan
organisasinya, misal sewaktu lafrane pane mau menjajaki pendirian HMI, dia bertukar pikiran
dengan prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokoh muhammadiyah pusat) dan beliau sangat setuju.
Pendiri HMI yang lain adalah maisarah hilal (cucu KHA. Dahlan) juga aktivis Nasyiatul
Aisyah, yusdi Ghozali, anton timur jaelani, dll. Bila praduga ini benar adanya maka benar
asumsinya “bila muhammadiyah pada waktu itu tidak perlu menghimpun atau membina
langsung sebab sudah ada HMI, artinya pengkaderan itu bisa dititipkan HMI.6

Namun seiring perkembangan zaman dengan adanya aliran-aliran isma seperti pemikiran
asy syari’at, syiah, muktazillah, nasionalisme, sekularisme, pluralisme yang mewarnai tubuh
HMI. Dan di dukung dengan kondisi terdesaknya HMI setelah adanya CGMI yang dianggap
underbow dari PKI untuk memaksa untuk HMI dibubarkan. Melihat fenomena tersebut maka
Pimpinan pusat Muhammadiyah membuat sebuah kebijakan untuk menarik semua kader-kader
muhammadiyah dari HMI, dalam upaya menyelamatkan kader muhammadiyah di tingkatan
sekolah menegah atas dan perguruan tinggi.7

Kelahiran IMM memang cukup panjang dan pada saatnya memang tidak dapat ditunda
lagi kelahirannya, setelah melihat beberapa faktor yang melingkupinnya. Muhammadiyah
mulai sadar, bahwa HMI yang semula wadah alternatif dari penitipan pembinaan kadernya
secara tidk langsung ternyata mempunyai arah tersendiri. Kesimpulannya bahwa proses
kaderisasi ternyata tidak dapat dititipkan begitu saja kepada pihak lain. Bahwa bagaimana pun
proses kaderisasi pada akhirnya melahirkan satu proses kristalisasi pemikiran, sikap sebagai
akibat dari proses pengumulan ide dan perilaku.8

Sehingga pada 18 juli 1955 keinginan muhammadiyah untuk membentuk perguruan tinggi
Muhammadiyah melalui struktur kepemimpinan membentuk departemen pelajar dan
mahasiswa yang menampung aspirasi aktif dari pelajar dan mahasiswa telah terwujud yaitu
dengan didirikanya PTM di Padang Panjang yang memiliki dua fakultas yaitu hukum dan
filsafat, namun karena pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia)
maka ke-dua fakultas tersebut vakum. Kemudian berdiri kembali PTM di jakarta yang
kemudian diganti nama menjadi IKIP. Diteruskan pada 1958 mulai dirintis fakultas serupa di
Surakarta, di Yogyakarta dan Jakarta berdiri juga fakultas ilmu sosial. Karena semenjak tahu
1958 perguruan tinggi Muhammadiyah mulai berkembang pesat maka ide-ide untuk
mengembangkan IMM semakin kuat pada tahun 1960 an.

Ketika Pemuda Muhammadiyah melakukan muktamar pertama di palembang pada tahun


1956, PP Muhammadiyah memberikan amanah untuk membuat study group untuk mahasiswa-
mahasiswa dari Malang, Yogya, Surabaya, Padang, Ujung Pandang, dan Jakarta . menjelang
muktamar muhammadiyah muhammadiyah di Jakarta pada tahun 1962, sekaligus diadakan
kongres mahasiswa muhammadiyah di yogyakarta pasca muktamar jakarta untuk melepaskan
departemen kemahasiswaan untuk berdiri sendiri. Pada tahun 15 desember 1963 Djzas Al-
kindi menggagas untuk adanya penjajagan kepada mahasiswa-mahasiswa yang searah dengan
muhamadiyah, hal itu dimulai dengan didirikanya dakwah mahasiswa yang dikordinir oleh :
1. Ir. Margono
2. Dr. Sudibyo Markoes
3. Drs. Rosyad Saleh
Kemudian adanya desakan-desakan untuk membentuk organisasi Muhammadiyah dalam
tataran Mahasiswa di Jakarta, semakin memperkuat PP Muhammadiyah untuk segera
membentuk Organisasi ke-Muhammadiyahan yang berbasis pada mahasiswa. Setelah beberapa
desakan dari kalangan mahasiswa, maka dengan restu PP Muhammadiyah yang waktu itu
diketuai oleh H. A. Badawi, mengizinkan untuk didirikan organisasi Mahasiswa
Muhammadiyah yang diketuai oleh Drs. Moh. Dzazman Al-Kindi, dan beranggotakan M.
Husni Tamrin, Rosyad Shaleh, Sudibjo Markoes, Moh. Arief , dan lain-lain. Kemudian pada
tanggal 14 maret 1964 Dzazman Al-Kindi menetapkan nama untuk organisasi mahasiswa
muhammadiyah dengan nama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Yogyakarta yang
diresmikan oleh PP Muhammadiyah yang diketuai H. A. Badawi dan disaksikan oleh badan
pembantu pemerintahan DIY yaitu H. Tanhawi.
Adapun peresmian tersebut ada dengan ditanda tanganinya 6 penegasan IMM oleh H. A.
Badawi, yang berisi :
1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam.
2. Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM.
3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam
muhammadiyah.
4. Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum,
undang-undang, peraturan, dan falsafah negara yang berlaku.
5. Menegaskan bahwa Ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah.
6. Menegaskan bahwa amal IMM dilahirkan dan di abdikan untuk kepentingan rakyat.
Kemudian pada tanggal 1-5 Mei 1965 dilakukan Muktamar pertama kali IMM di kota
Barat, Solo dan menghasilkan deklarasi Solo, yang berisi prinsip gerakan IMM sebagai berikut:
1. IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam.
2. Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM.
3. Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam muhammadiyah.
4. Ilmu adalah amaliah IMM, dan amal adalah ilmiah IMM.
5. IMM adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang,
peraturan, dan falsafah negara yang berlaku.
6. Amal IMM dilahirkan dan di abdikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Identitas IMM
- Ikatan mahasiswa muhammadiyah adalah organisasi kader yang bergerak di bidang
keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan dalam rangka mencapai tujuan
muhammadiyah.
- Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah, maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
memantapkan gerakan dakwah ditengah-tengah masyarakat khususnya kalangan
mahasiswa.
- Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu memadukan
kemampuan ilmiah dan akidahnya
- Oleh karena itu setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun dalam studi dan
mengamalkan ilmunya untuk menyatalaksanakan ketakwaan dan pengabdiannya
kepada Allah SWT.

Trilogi IMM
- Keagamaan
- Kemahasiswaan
- Kemasyarakatan
Tri kompetensi dasar
- Religiusitas
- Intelektualitas
- Humanitas
Nilai dasar Ikatan
- IMM adalah gerakan mahasiswa yang bergerak tiga bidang keagamaan,
kemahasiswaan, dan kemasyarakatan
- Segala bentuk gerakan IMM tetap berlandaskan pada agama islam yang hanif dan
berkarakter rahmat bagi sekalian alam
- Segala bentuk keadilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalah lawan besar
gerakan IMM perlawanan terhadapnya adalah kewajiban kader IMM.
- Sebagai gerakan mahasiswa yang berlandaskan islam dan berangkat individu-individu
mukmin, maka kesadaran melakukan syariat islam adalah suatu kewajiban dan
sekaligus mempunyai tanggung jawab untuk mendakwahkan kebenaran di tengah
masyarakat.
- Kader IMM merupakan inti masyarakat utama yang selalu menyebarkan cita-cita
kemerdekaan, kemuliaan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat
pembebasan dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah Muhammad Saw.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui, bahwa IMM lahir adalah sebagai gerakan
yang menjadi respon atas permasalahan bangsa pada waktu itu. Dan dengan adanya berbagai
permasalaha baik di kalangan mahasiswa, masyarakat dan agama, maka maksud IMM
didirikan adalah sebagai alat pembebas dan perjuangan dakwah untuk membela bangsa, negara,
agama dan persyarikatan.

2 Farid Fathoni : Kelahiran Yang dipersoalkan, 1990: 102


3 NoorChozin Idgham : Trikopentesi dasar, Peneguhan Jati Diri Ikatan ,2007 : 3
4 Farid Fathoni : Kelahiran Yang dipersoalkan, 1990: 10
5 NoorChozin Idgham : Trikopentesi dasar, Peneguhan Jati Diri Ikatan ,2007 : 4
6 Farid Fathoni : Kelahiran yang dipersoalkan, 1990 : 94
7 NoorChozin Idgham : Trikopentesi dasar, Peneguhan Jati Diri Ikatan ,2007 : 5
8 Farid Fathoni : kelahiran yang dipersoalkan, 1990 : 105
BAB III
SITUASI UMUM MASYARAKAT INDONESIA

A. PENDAHULUAN
Setelah mengkaji terkait essensi kelahiran organisasi Muhammadiyah dan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, tentunya kita sudah mengetahui bagaimana khittah organisasi
kita yang sebenarnya. Namun setelah kita tuntas di wilayah essensi kelahiran organisasi kita
harus melihat situasi masyarakat indonesia saat ini, ini bertujuan agar aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berkesesuain dengan realita yang
ada. Melihat situasi umum masyarakat indonesia saat ini merupakan sebuah keharusan bagi
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. karena kalau kita lihat dari essensi kelahiran dari
Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sangat di pengaruhi oleh kondisi
sosial masyarakat.
Dalam menentukan arah gerak perkaderan, selain pemahaman mengenai essensi
kelahiran Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Pemahaman mengenai
situasi masyarakat indonesia benar-benar menjadi kebutuhan, karena bagaimana pun
permasalahan- permasalahan yang ada IMM haruslah ikut andil dalam menyelesaikan
problem masyarakat itu.
Hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam perkaderan, dan yang pasti sesuai dengan
kelahirannya IMM bukan hanya berperan untuk dirinya sendiri akan tetapi IMM juga
berperan terhadap permasalahan sosial. Begitu juga dengan perkaderan, aktivitas konkret
yang dilakukan dalam kaderisasi haruslah lah sesuai dengan realitas kehidupan saat ini,
dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat.

B. Situasi Umum Masyarakat Indonesia


 Keadaan Alam Indonesia
Indonesia adalah sebuah negeri yang terdapat dalam gugusan kepulauan berpegunungan besar
yang terbentang di antara 6 LU - 11 LS dan 95 - 141 BT. Dengan kedudukannya di sepanjang
khatuliswa, maka Indonesia tergolong sebagai negeri tropis yang mengalami dua musim dalam
satu tahun. Keadaan iklim yang demikian membuat kepulauan Indonesia sangat bersahabat
dengan segala macam jenis tanaman pangan dan non-pangan untuk hidup dan berkembang.
Disamping itu, terdapat tiga negara yang berbatasan langsung dengan daratan Indonesia, yaitu:
Papua New Guinea di Pulau Papua, Malaysia (Sabah dan Serawak) di Pulau Kalimantan, dan
Timor Leste di Nusa Tenggara Timur. Sementara wilayah Indonesia yang berbatasan dengan
negeri lain di wilayah perairan adalah: Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut Cina Selatan
(utara); Australia dan Samudra Indonesia (selatan); Samudra Indonesia (barat); dan Samudra
Pasifik (timur). Dua samudra besar dunia, Samudra Pasifik dan Indonesia, dan dua benua, Benua
Asia dan Australia, juga mengapit Kepulauan Indonesia. Posisi ini yang membuat negeri
Indonesia memiliki nilai penting strategis dalam tata lalu lintas dunia (terutama angkutan
maritim). Di Indonesia terdapat lima pulau besar, yaitu: Papua, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi,
dan Jawa, beserta ribuan pulau lain (baik yang berpenghuni manusia atau tidak) dengan jumlah
total 17.508 pulau.1
Indonesia adalah negeri kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai terpanjang di
dunia, yaitu: 54.716 km.2 Dari lima pulau terbesar tersebut terdapat beberapa gunung besar yang
aktif maupun tidak aktif, yaitu: Sumatra dengan Pegunungan Barisan, Jawa dengan Pegunungan
Sewu dan Semeru, Papua dengan Pegunungan Jaya Wijaya, Kalimantan dengan Pegunungan
Kapuas Hulu dan Sulawesi dengan Pegunugan Latumojong11. Total secara keseluruhan
pegunungan besar di Indonesia berjumlah 102 dimana 45 diantaranya merupakan gunung berapi.
Jumlah pegunungan dan gunung tersebut membawa sebagian besar pulau di Indonesia memiliki
tanah daratan yang subur dan cocok sebagai areal pertanian bagi berbagai macam jenis tanaman
pangan dan non-pangan. Indonesia berada dalam posisi pertemuan sejumlah lempeng tektonik,
meliputi Lempeng Eurasia, Indo-Asutralia dan Lempeng Pasifik. Kedudukan yang demikian itu,
menempatkan wilayah Indonesia berada dalam kawasan dengan potensi dan intensitas gempa bumi
yang tinggi. Pertemuan tiga lempeng tektonik tersebut juga mendatangkan kekayaan alam yang
berlimpah. Busur magmatik di sepanjang Sumatera-Jawa- Nusa Tenggara mengandung
penyebaran kekayaan tembaga, timbal, emas, perak, molybdenum, seng, timah, dan tungsten.
Ofiolit di bekas-bekas jalur subduksi atau obduksi seperti di Sulawesi dan Halmahera kaya akan
nikel dan kromium. Emas, polymetallic suphide, platinum, perak benar-benar tersebar mengikuti
tepi lempeng. Gejala volkanisme dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Utara
membawa energi geotermal. Lempeng tektonik juga menghadirkan kekayaan akan minyak dan
gasbumi, serta batubara di cekungan-cekungan sedimen di Indonesia Barat maupun Indonesia
Timur. Lempeng tektonik juga menyebabkan diversitas fauna dan flora di Indonesia menjadi
begitu memukau.
Indonesia memiliki luas daratan sebesar 1.811.569 km212 dan perairan 3.257.483 km2, dengan
total luas wilayah adalah 5.069.051 km2. Dari total luas daratan yang digunakan untuk lahan
pertanian 485.000 km2, hutan 847.522 km213 dan perkebunan yang diperkirakan mencapai 20
juta Ha (200.000 km2)14. Di pegunungan, baik pulau besar maupun pulau kecil memiliki jalur-
jalur sungai panjang dan lebar. Kesuburan tanah dan keramahan iklimnya membuat tanah-tanah
subur cocok untuk pertanian pangan dan bahan baku industri. Hutan menyediakan disamping
perkayuan, cadangan oksigen untuk keseimbangan iklim juga meliputi cadangan minyak dan
mineral yang luar biasa. Garis pantai dan perairan laut disamping memiliki cadangan sumber daya
maritim juga menyimpan sumber daya minyak dan mineral yang besar. Sungai-sungai besar di
Indonesia (lebih kurang 350 sungai besar) saat ini utamanya hanya untuk digunakan sebagai
transportasi, belum dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk irigasi bagi pertanian dan sumber

1
CIA - The World Factbook
2
CIA - The World Factbook
11 Wikipedia
12 CIA - The World Factbook
13 Badan Pusat Statistik tahun 2010
14 Release Bappenas tahun 2008
tenaga listrik bagi setiap pelosok negeri. Ratusan pelabuhan di seluruh pulau kecil dan besar di
Indonesia, dimasa depan seharusnya bisa diubah sebagai pusat-pusat industri maritim.Semua
kekayaan alam di Indonesia seharusnya tidak memberikan syarat-syarat objektif bagi keadaan
Indonesia hari ini yang miskin dan terbelakang. Namun pada kenyataannya, bagi rakyat indonesia
dari kalangan buruh, tani, pemuda, nelayan serta kaum miskin kota yang menghuni nusantara
Indonesia saat ini, kekayaan alam yang berlimpah ruah tersebut ternyata tidak mendatangkan
kemakmuran bagi mereka.

 Masyarakat Indonesia
Jumlah masyarakat indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap tahunnya,
hingga bulan juli 2015 jumlah masyarakat indonesia sebesar 255. 993. 674 jiwa,3 yang
terdiri dari :

Usia Laki-Laki Perempuan


0-14 tahun : 25,8 % 33.651.533 jiwa 32.442.996 jiwa
15-24 tahun : 17,07 % 22.238.735 jiwa 21.454.563 jiwa
25-54 tahun : 42,31 % 55.196.144 jiwa 53.124.591 jiwa
55-64 tahun : 8.18 % 9.608.548 jiwa 11.328.421 jiwa
65 tahun – keatas : 6,62 % 7.368.764 jiwa 9.579.379 jiwa
TOTAL 128.063.724 jiwa 127.929.920 jiwa

*) sumber: CIA The World Factbook

Dengan komposisi buruh sebanyak 20%, kaum tani sebanyak 65%, dan rakyat pekerja
di luar buruh dan kaum tani sebanyak 10%. Jumlah Pemodal Sedang sekitar 4% dan
Pemodal Besar dan Tuan Tanah Besar hanya 1%. Jumlah rakyat pekerja ini menunjukkan
besarnya cadangan tenaga produktif untuk membangun negeri ini menjadi lebih maju dan
sejahtera. Namun kehidupan klas-klas pekerja yang menjadi tenaga produktif utama
teresebut pada kenyataannya menderita dalam kemiskinan dan keterbelakangan yang
mendalam. Sementara segelintir klas penguasa, borjuasi besar dan tuan tanah besar, hidup
dalam gelimang kemewahan dengan menindas dan menghisap klas pekerja.
16
Jumlah sukubangsa yang mendiami Indonesia sebanyak 1.128 suku bangsa
dengan 746 Bahasa Daerah 17 atau sekitar 10 persen dari 7000 bahasa di dunia. Terdiri
dari suku bangsa Jawa 40,1 %, Sunda 15,5 %, Malayu 3,7 %, Batak 3,6 %, Madura 3 %,

15 CIA - The World Factbook


16 Badan Pusat Statistik 2010
17 Pusat Bahasa Depdiknas 2011
18 CIA. Fatcbook
19 CIA. Fatcbook
Betawi 2,9 %, Minangkabau 2,7 %, Bugis 2,7 %, Banten 2 %, Banjar 1,7 %, Bali 1,7 %,
Aceh 1,4 %,, Dayak 1,4 %, Sasak 1,3 %, Tionghoa 1,2 % suku bangsa lainnya 15 %. 18
Terdapat beberapa agama dan kepercayaan yang dianut penduduk Indonesia, meliputi:
Islam 87,2 %, Kristen Protestan 7 %, Kristen Katholik 2,9 %, Hindu 1,7 %, sisanya 0,9
% (sudah termasuk budha).19 Jumlah suku bangsa, pemeluk agama dan bahasa yang
sedemikian itu, rentan terhadap provokasi klas penguasa untuk memecah belah rakyat,
walaupun suku bangsa terbesar (suku bangsa Jawa) telah tersegregasi ke dalam
komunitas-komunitas sosial di berbagai pulau, berikut penggunaan Bahasa Indonesia
yang berbasiskan Bahasa Melayu membuat persatuan suku bangsa (nasional) menjadi
lebih mudah. Namun, sekali lagi provokasi klas penguasa untuk memecah persatuan
rakyat dapat terjadi dalam bentuk sentimen chauvisme suku bangsa besar, chauvinisme
suku bangsa kecil maupun sentimen keagamaan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan secara umum, bahwa Indonesia adalah
negeri yang kaya raya, namun klas pekerjanya hidup menderita oleh kemiskinan dan
terpecah- pecah akibat dari dominasi klas penguasa asing dan dalam negeri yang
menindas dan menghisap. Bila seluruh rakyat Indonesia bisa merdeka tanpa adanya
penindasan dan penghisapan, maka seluruh kekayaan bumi Indonesia akan dikuasai dan
digunakan dengan sepenuh-penuhnya untuk membangun keseluruhan negeri.

 Kedudukan Indonesia dan Problem Pokoknya


Keadaan Indonesia hari memiliki kedudukan sebagai negeri Semi Kolonial (Setengah
Jajahan) dan Semi Feudal (Setengah Feodal). Sebuah keadaan dimana basis feodalisme
masih meluas di seleuruh negeri yang dicirikan dengan praktek monopoli tanah dan
bersamaan dengan itu industri dan klas proletariat tumbuh secara terbatas. Belum
beranjak dari kedudukannya di masa kolonialisme, keadaan Setengah Jajahan dan
Setengah Feodal ini menempatkan Indonesia sebagai :
1.Daerah sumber bahan mentah.
2.Sumber penyedia tenaga kerja murah.
3.Pasar bagi produk-produk imperialis.
4.Sasaran ekspor kapital
o Setengah Jajahan
Karakter setengah jajahan muncul sebagai akibat dominasi imperialisme20—
khususnya imperialisme Amerika Serikat—terhadap rakyat Indonesia baik secara
ekonomi, politik, militer dan kebudayaan yang bersandarkan kekuasaan monopoli tanah
oleh borjuasi besar komprador dan tuan tanah besar. Negara Republik Indonesia
mendapatkan kemerdekaan formil dalam menyelenggarakan sendiri pemerintahannya,
melaksanakan Pemilu, membentuk tentaranya sendiri, mempunyai bendera dan lagu
kebangsaannya sendiri. Namun demikian Republik Indonesia berada dalam dominasi
dan kontrol Imperialisme -khususnya Imperialisme AS- dalam lapangan ekonomi,
politik, militer dan kebudayaan. Aspek setengah jajahan ini diperkuat dengan banyaknya
perusahaan imperialis –termaksud Amerika Serikat- di Indonesia. Diantara perusahaan-
perusahaan itu adalah:
No Nama Perusahaan Bidang Asal Perusahaan
1 Exxon Pengeboran Minyak Amerika Serikat
Pertambangan Emas dan
2 Freeport McMoran Amerika Serikat
Tembaga
4 Adidas Sepatu Jerman
5 Carrefour Ritel Perancis
6 Honda Transportasi Jepang

Minyak/Gas Bumi&panas
7 Conoco Phillips Amerika Serikat
bumi
8 Avon Kosmetik Perancis
9 The Coca-Cola Company Minuman Bersoda Amerika Serikat
10 Virginia Indonesia Company Pengeboran Minyak Virginia
11 Chevron Pengeboran Minyak Amerika Serikat
12 Unilever Manufaktur Belanda

(dari berbagai Sumber)4

Keberadaan perusahaan-perusahaan Imperialis ini berkesesuaian dengan fungsi


Indonesia dalam menyediakan tenaga kerja murah, pasar-pasar produk imperialis
serta sebagai sasaran ekspor kapital. Politik upah murah yang dijalankan klas
penguasa sejak di era lampau ditujukan untuk melapangkan masuknya investasi ke
dalam negeri. Ekonomi Indonesia sudah sejak lama bergantung pada masuknya investasi
asing atau ekspor kapital dari negeri-negeri imperialis. Demi melayani kepetingan
imperialis tersebut, Republik Indonesia (RI) secara kontinu mempertahankan politik
upah murah bagi klas buruh. Disamping itu, dengan berbagai kesepakatan perdagangan,
RI menyediakan pasar dalam negerinya sebagai sasaran produk-produk Imperialis.
Maka membanjirlah berbagai merk produk Imperialis di seluruh jenis kebutuhan dalam
negeri, mulai dari kebutuhan pangan, semisal kedelai yang diimpor dari Amerika,
barang-barang elektronik, ponsel, kebutuhan sehari-hari, sampai dengan otomotif.
Dominasi imperialisme Amerika Serikat (AS) dapat terjadi karena persekutuan mereka
dengan klas reaksioner lokal dalam bentuk kediktatoran bersama antara Borjuasi Besar
Komprador dan Tuan Tanah, yang menjadi boneka dan penjaga kepentingan mereka.

4
Tahapan tertinggi dari kapitalisme, dengan salah satu ciri utamanya adalah monopoli seluas-
luasnya segala aspek komoditi.
Imperialisme bersekutu dengan tuan tanah besar—yang juga borjuasi komprador—
untuk mendapatkan penguasaan secara monopoli atas tanah dan kekayaan alam lainnya.
Negara Republik Indonesia sebagai negara klas Borjuasi Besar Komprodor dan Tuan
Tanah menyediakan regulasi dan aturan hukum untuk melapangkan jalan Imperialisme
di Indonesia. Semisal Undang-Undang Penanaman Modal Asing, Undang-Undang
Migas, Undang-Undang Sumber Daya Air, Undang-Undang Perbankan, Undang-
Undang Ketenagakerjaan dan lain- lain. Menurut pernyataan salah satu legislator pada
Agustus 2010215 terdapat 76 Undang- Undang yang draftnya dilakukan untuk
kepentingan pihak asing.
Imperialisme sendiri merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kapitalisme.
Imperialisme mengakhiri peridode pasar persaingan sempurna dimasa lampau menjadi
era kapitalisme monopoli. Adapun ciri-ciri dari Imperialisme adalah sbb:
1) Konsentrasi produksi dan kapital telah berkembang pada tahapan tertinggi sehingga
menciptakan monopoli yang memegang peran penting dalam kehidupan ekonomi.
2) Perpaduan antara kapital bank dengan kapital industri dan penciptaan basis bagi
apa yang dinamakan kapital finans.
3) Ekspor kapital yang berbeda dengan ekspor komoditi.
4) Pembentukan formasi kapitalisme monopoli internasional dan pembagian dunia di
antara mereka.
5) Pembagian teritori di seluruh dunia di antara kekuatan kapitalis besar telah selesai.
Imperialisme AS saat ini menjadi kekuatan kapitalisme monopoli Internasional yang
paling kuat dan memegang peranan memimpin di antara kekuatan-kekuatan
imperialisme dunia yang lain seperti Inggris, Jerman, Jepang dan kutub kekuatan
imperialisme baru seperti China dan Russia. Kekuatan ekonomi politik imperialisme
AS menjadi segi yang berdominasi di dunia melalui lembaga-lembaga multinasional
yang dikendalikan oleh AS seperti International Monetery Fund (IMF), World Bank,
World Trade Organization (WTO) dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Kelembagaan
dunia tersebut menjadi instrumen bagi AS untuk memaksakan kebijakan-kebijakan
ekonomi politik imperialisme kepada negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan.
Seperti IMF bertindak sebagai lembaga keuangan yang memastikan skema penyesuaian
struktur (Structural Adjusment Program/SAP) ekonomi politik berdasarkan
kepentingan AS melalui mekanisme hutang luar negeri yang menjerat. Sementara WTO
adalah organisasi perdagangan dunia yang bertugas menjamin pelaksanaan liberalisasi
perdagangan yang akan lebih menguntungkan bagi negeri imperialis khususnya AS.
Demikian juga PBB menjadi organisasi internasional yang setiap waktu dapat
digunakan oleh imperialis AS untuk mengesahkan kebijakan-kebijakannya, seperti

5
Tempo.co , 20 Agustus 2010
yang terjadi ketika AS melakukan agresi imperialisnya ke Irak.
Imperialisme AS adalah musuh utama bagi seluruh bangsa khususnya di negeri-
negeri jajahan dan setengah jajahan. Sejarah mencatat bagaimana imperialisme AS
mendukung klas- klas reaksioner lokal di berbagai belahan dunia untuk melakukan
penindasan terhadap massa rakyat di negeri-negeri tersebut. Dan itu terbukti misalnya
dengan dukungan AS terhadap rezim anti rakyat di benua Asia seperti rezim Indonesia,
Philipina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Nepal, dan Pakistan. Demikian
juga di benua Afrika seperti di Kongo, Mozambik, Chad, Guinea Khatulistiwa, Sudan,
Camerun dan Zaire. Sementara di Amerika Latin seperti di Argentina, Meksiko, Chili,
Peru, Uruguay, Kolombia, Puertorico, Bolivia, Honduras dan Elsalvador. Dan memiliki
pengaruh kuat terhadap beberapa rezim reaksioner di negara-negara lainnya.
Demi menjaga dominasinya Amerika Serikat terlibat dalam pembangunan kompleks
industri militer di negaranya sendiri dan di berbagai negara. Melakukan ekspor
peralatan militer dengan teknologi tinggi ke seluruh dunia. Amerika adalah pemimpin
pasar dalam seluk beluk industri persenjataan. Komplek industri militer adalah
komponen utama politik luar negeri Amerika Serikat dalam melakukan agresi
imperialisnya. Berbekal kekuataan militernya tersebut, AS melancarkan Perang Agresi
sebagaimana yang mereka lalukan semisal di Iraq dan Afghanistan. Di samping itu
Amerika membangun pangkalan militer di hampir seluruh negara jajahan, setengah
jajahan dan sekutu imperialisnya sejak berakhirnya Perang Dunia II.

o Setengah Feodal
Sejak bangsa asing melakukan ekploitasi di Indonesia pertama kali, baik VOC,
Sistem Tanam Paksa, dan masa neo-kolonialisme, kaum feodal-tuan tanah merupakan
pendukung mereka yang paling setia. Artinya tidak ada imperialisme yang begitu kuat
di Indonesia tanpa dukungan dari mereka. Feodalisme intinya adalah monopoli
penguasaan tanah dan alat kerjanya berada di tangan tuan tanah. Mereka tidak
berpartisipasi dalam produksi karena mempekerjakan buruh tani, petani miskin dan
petani sedang bawah, akan tetapi keuntungan terbesar hasil produksi diambil oleh
mereka untuk keperluan hidupnya. Feodalisme telah membantu imperialisme sehingga
dapat mengambil tanah rakyat dengan mudah, memobilisasi tenaga kerja dan
memperoleh sumber bahan mentah untuk kepentingan industri kapitalis dengan murah
dan melimpah.
Praktek monopoli tanah telah menggencet kaum tani dalam kemiskinan dan
keterbelakangan. Sebagaimana yang dilansir oleh berbagai media, bahwa 56% aset
nasional dikuasai oleh hanya 0,2% penduduk. Dari aset nasional yang dikuasai oleh
segelintir orang tersebut, 87%-nya berupa tanah22. Sementara data pertanian di tahun
2013 menyebutkan 40 juta keluarga petani hanya menguasai lahan 0,3 hektar23.
Ketidaksediaan lahan yang cukup bagi lapisan terbawah dari kaum tani dan buruh tani
melahirkan kemiskinan semakin beranak- pinak di seluruh pedesaan. Kemiskinan inilah
yang mengantarkan keluarga petani atau anak- anak mereka ber-urbanisasi ke kota atau
sebagian lagi menjadi TKI di luar negeri. Sementara industri yang tidak meluas di
perkotaan, hanya terpusat di kota-kota tertentu, mengakibatkan menumpuknya para
pencari kerja atau angkatan cadangan produksi. Jumlah permintaan akan lapangan kerja
yang tinggi, sedang penawaran yang tersedia sangat terbatas, berlakulah kemudian
hukum supply and demand dalam pasar tenaga kerja. Upah tenaga kerja kemudian
berada jatuh pada kisaran yang sangat rendah. Kembali kepada kedudukan Indonesia
sebagai negeri semi feudal atau setengah feodal, yang tentu memiliki perbedaan dengan
bentuk feodalisme itu sendiri. Adapun persamaan dan perbedaan ciri diantara keduanya
adalah sbb:

Feodal Setengah Feodal


1. Basis Sosial 1. Monopoli tanah. 1. Monopoli tanah
2. Ekonomi mencukupi 2. Ekonomi mencukupi
kebutuhan sendiri. kebutuhan sendiri
3. Produksi skala kecil dan diganti dengan ekonomi
bebas secara relatif. barang-dagangan
(komoditi) namun tidak
hancur sepenuhnya.
3. Produksi dalam skala
besar (perkebunan dll)
lebih dominan daripada
produksi berskala kecil.

2. Klas Penguasa Tuan tanah. Borjuasi Besar


(Komprador), Tuan Tanah
Kedudukan klas-klas yang Besar, Kapitalis-birokrat,
lain, seperti borjuasi, kaum dan (bila ada pendudukan
tani, dan proletariat menjadi imperialisme) imperialis.
klas yang tertindas dan Kedudukan proletariat,
terhisap. kaum tani, dan lapisan
bawah borjuasi (borjuasi
kecil) menjadi klas yang
tertindas dan terhisap.
Sedangkan borjuasi sedang
menjadi strata klas
menengah.
3. Sistem Politik Menggunakan sistem Sistem pemerintahan yang
pemerintahan digunakan adalah lazimnya
kerajaan/monarkhi sistem demokrasi borjuis
(presidensial, parlementer,
atau monarkhi-parlementer).

Pertanian terbelakang dengan basis monopoli tanah oleh tuan tanah dan klas borjuasi
komprador kemudian dipraktekkan demi memproduksi bahan mentah bagi industri
imperialis dan pasar imperialis (export oriented). Bahan mentah tersebut tidak ada
gunannya bagi rakyat Indonesia karena ketiadaan industri nasional yang mengolahnya.
Pertanian adalah lahan bagi imperialis, borjuasi besar komprador dan tuan tanah untuk
memperoleh keuntungan besar hampir tanpa investasi. Dominasi produksi pertanian
semacam ini di pedesaan yang luas menyebabkan keterbelakangan tenaga produktif.
Demi menyediakan kebutuhan bahan baku (raw materials) bagi tuan imperialis-nya,
perkebunan-perkebunan skala luas berdiri di berbagai wilayah pedesaan di Indonesia
dikuasai Tuan Tanah dan Borjuasi Besar Komprador. Perkebunan sawit, karet, kakao,
cokelat meluas di berbagai pulau di Indonesia. Perkebunan- perkebunan skala luas ini
ditopang oleh RI dengan kemudahan berupa pengeluaran Hak Guna Usaha dan Hak
Pengelolahan Hutan. Sehingga tidak mengherankan Neraca Perdagangan RI sangat
bergantung selain kepada ekspor mineral, terlebih kepada ekspor bahan mentah
pertanian-perkebunan. Diantara mereka yang melakukan praktek monopoli tanah itu
adalah:
a. Sinar Mas Grup melalui Sinar Mas Agro-Resources&Technology (Keluarga Eka
Tjipta Wijaya). Menguasai sekitar 1,3 juta ha lahan untuk perkebunan
b. Astra Agro Lestari sekitar 500 ribu ha (Keluarga Wiliam Suryajaya)
c. Raja Garuda Mas (Sukanto Tanoto) 777,9 ribu Ha
d. Barito Pasific (Prajo Pangestu) menguasai 555.617 Ha,
e. Indofood Sukses Makmur (Keluarga Liem Siu Liong) 467 ribu Ha
f. Wilmar Grup (Keluarga Sitorus) 500 ribu Ha
g. London Sumatera 128.763 Ha
h. Bakri Sumatera Plantation 166 ribu Ha
i. Sampurna Agro 90.055 Ha
j. Gudang Garam memiliki 14 anak perusahaan perkebunan sawit.
k. Ada ribuan lainnya yang menguasai tanah ratusan dan ribuan hektar secara
perorangan.

o Praktek Kapitalisme Birokrat


Kapitalisme birokrasi, pada dasarnya adalah penyalahgunaan kekuasaan oleh kaum
birokrat karena memegang simpul-simpul kekuasaan untuk diri sendiri dan keluarga dan
klik kekuasaannya dengan memberikan fasilitas serta sumber daya terutama ekonomi
kepada mereka yang mendukung posisinya. Dalam kekuasaan politik Indonesia
perkembangan klas kapitalis birokrat ini bertumbuh dengan pesat dari hari ke hari.
Sepanjang kekuasaan rezim- rezim boneka imperialis mulai Suharto hingga hari ini,
mereka kerap kali membentuk lembaga- lembaga negara baru, baik karena gagasannya
sendiri maupun untuk merespon kritik rakyat, misalnya lembaga untuk pemberantasan
korupsi, pengawasan persaingan usaha, lembaga pengawasan penyaiaran dan lain
sebagainya. Lembaga-lembaga tersebut seringkali diperuntukkan untuk menampung
teman-teman sejawatnya, keluarga dan kolega-kolega lainnya yang tidak memiliki
kapasitas untuk menjalankan pekerjaan, sekaligus untuk membangun sumber legitimasi
politik baru.
Bentuk lain dari kapitalis birokrat ini adalah perangkapan jabatan. Di Indonesia
sudah dianggap biasa seseorang yang mempunyai jabatan menteri, panglima militer,
gubernur, bupati hingga camat dan kepala desa, juga memegang beberapa jabatan
lainnya, dengan tujuan agar prestise organisasi atau sumber keuangannya terjamin.
Menteri tertentu dalam kabinet merangkap sebagai ketua persatuan olahraga tertentu,
bahkan menggunakan politik uang agar bisa terpilih. Jenderal militer merangkap
komisaris atau direksi sebuah perusahaan negara ataupun swasta, terutama perusahaan
konglomerat. Hampir jarang ditemui seorang birokrat baik sipil maupun militer tidak
melakukan rangkap jabatan, yang pada hakekatnya diluar kapasitasnya untuk
menjalankan akan tetapi demi maksud mengumpulkan kekayaan dan mencari legitimasi
politik.
Praktek politik uang untuk meraih promosi jabatan sudah lazim dilakukan oleh klas
penguasa. Mulai dari jabatan Direksi BUMN, Direktur Jenderal sampai Gubernur BI.
Praktek memfasilitasi parta pengusaha yang menjadi bagian dari klik kekuasaannya
dengan menggunakan anggaran negara dan memberikan proyek-proyek pemerintah
tanpa melalui tender yang sudah diatur adalah bentuk dari kapitalis birokrat yang
semakin telanjang mata.
Berbagai proyek yang didanai APBN sering menjadi bancaan korupsi. Anggaran
yang mustinya dipergunakan oleh rakyat untuk meningkatkan taraf kehidupannya justru
digunakan untuk kepetingan klik pengusa. Dengan begitu bisa disimpulkan beberapa
bentuk pokok dari praktek kapitalis birokrat hari ini yaitu:
1. Melakukan tindakan korupsi, menerima pemberian dari siapapun diluar gaji yang
seharusnya. Meminta imbalan tanda tangan, meminta bagian dari proyek pemerintah
maupun swasta diluar ketentuan untuk diri sendiri.Temasuk memberikan proyek
kepada keluarganya, teman-temannya, dan klik kekuasaan yang mendukungnya
tanpa melalui tender terbuka atau melalui tender yang sudah direkayasa.
2. Melakukan politik uang untuk memperoleh sebuah jabatan politik di pemerintahan.
3. Membuat lembaga negara baru, dengan berbagai fasilitas akan tetapi tidak berfungsi.
Hal ini hanya memboroskan keuangan negara.
4. Membuat lembaga baru dengan mengangkat keluarga, teman-temannya, dan klik
politiknya dengan maksud membuat sumber legitimasi politik baru.
5. Pejabat sipil maupun militer melakukan perangkapan jabatan, terutama dalam
pemerintahan sendiri, menjadi komisaris di perusahaan-perusahan negara dan
swasta, serta di berbagai organisasi sosial, olahraga dengan maksud membiayai
organisasi tersebut untuk memperoleh dukungan politik.
6. Melakukan sogok atau suap untuk kenaikan pangkat kepada atasan.
7. Menggunakan fasilitas dinas untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan klik
kekuasaannya (partai, golongan dll), di luar kepentingan dinas.
8. Memberikan bintang pernghargaan dan jasa kepada keluarga, teman dan klik
kekuasaannya tanpa pertimbangan yang jelas.
9. Menjalankan bisnis dengan memanfaatkan jabatannya sebagai pimpinan, menjadi
beking bagi siapa saja yang bisa membayar.
10.Menggunakan jabatan untuk memaksa bank untuk memberikan kredit kepada pihak
tertentu dan dia mendapat bagian dari kredit tersebut.
11.Serta beberapa bentuk lain yang semakin canggih dan berkembang dari waktu ke
waktu, mencuri uang negara dan fasilitas negara untuk kekayaan pribadi serta klik
yang mendukungnya (partai, kelompok, gang, bandit, dll) bertahan di jabatan tersebut
dalam pemerintahan
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, negeri Indonesia adalah negeri yang kaya-raya,
berlimpah ruah sumber daya alam dan didukung berjuta-juta tenaga produktif yang
terlatih bekerja keras. Segala potensi objektif itu hingga sekarang nyatanya belum bisa
didorong untuk mengantarkan mayoritas rakyat Indonesia menuju kepada kemajuan,
kesejahteraan dan kebahagiaan. Terdapat penghambat rakyat Indonesia untuk
menggapai takdir historisnya yang makmur dan sejahtera. Rakyat Indonesia tersekap
dalam problem-problem pokok berupa:
1. Imperialisme,
2. Feodalisme dan
3. Kapitalisme Birokrat.
Melihat realitas yang diatas, maka sudah seharusnya Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah berperan ditengah-tengah masyarakat untuk ikut andil dalam
menyelesaikan problem-problem masyarakat yang ada. Karena kemampuan-
kemampuan yang dimiliki kader sudah seharusnya diterapkan dimasyarakat, untuk
ikut menyelesaikan problem pokok masyarakat.
BAB IV

PERKADERAN DALAM MUHAMMADIYAH DAN IKATAN MAHASISWA


MUHAMMADIYAH SERTA SITUASI PERKADERAN IKATAN
MAHASISWA MUHAMMADIYAH BOGOR
A. PENDAHULUAN
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi perkaderan. Sebagaimana
dimaksud dalam Tanfidz Muktamar IMM XVIII tentang prinsip kekaderan, yaitu “segala
sesuatu yang dilakukan merupakan pencerminan dari arena didik diri dalam
mempersiapkan dan melatih kader-kader yang terlatih dan berkualitas yang diproyeksikan
sebagai kader pimpinan bagi persyarikatan, umat, dan bangsa. Target kualifikasi profil
kader yang dituju dalam keseluruhan proses IMM adalah kader yang memiliki kompetensi
dasar keagamaan, intelektual, dan kemanusiaan”. Dengan adanya prinsip kekaderan
tersebut, maka sistem perkaderan IMM Bogor haruslah mengacu dan berlandaskan Trilogi
dan Tri Kompetensi Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Untuk menciptakan kader yang berkualitas, Muhammadiyah mengatur tersendiri
standarisasinya dalam hal perkaderan ini bertujuan agar kaderisasi yang dilaksanakan tetap
menuju ke arah perjuangan organisasinya. Begitu juga dengan IMM yang mempunyai sistem
perkaderan ikatan yang tetap mengacu kepada sistem perkaderan muhammadiyah. Hal ini
agar proses kaderisasi yang dilakukan tetap sejalan dengan organisasi induknya.

B. PERKADERAN MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah sebagai organisasi yang sampai hari ini masih istikamah sebagai
gerakan dakwah sosial “amal ma’ruf nahi munkar” yang selalu mampu menempatkan diri dalam
perubahan dan kemajuan kondisi sosial masyarakat sangat menyadari bahwa sebuah organisasi
yang sehat adalah organisasi yang terus bergerak secara dinamis, yang kemudian pergerakan itu
di tentukan oleh faktor internal dari organisasi tersebut. Maka dari itu perihal regenerasi
kepemimpinan merupakan bagian yang harus di bahas secara serius di dalam tubuh organisasi
agar keberlangsungan kepemimpinan organisasi tidak mengalami staknasi. Dapat di katakan
bahwa kader merupakan poros kekuatan utama dalam menjalankan dan meneruskan roda
organisasi, yang kemudian Muhammadiyah membentuk sebuah sistem yang secara holistik
berbicara dan mengatur terkait perkaderan yang ada di dalam tubuh organisasi Muhammadiyah
yang di sebut Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang
kemudian dapat di sebut (SPM) adalah “Seperangkat unsur dan keseluruhan komponen
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas yang
berhubungan dengan kader dan kaderisasi di Muhammadiyah”. Sebagai sebuah sistem,
unsur-unsur yang terkandng dalam SPM mencakup beberapa hal, antara lain adalah; Tujuan
Perkaderan Muhammadiyah; Arah Perkaderan Muhammadiyah; Profil Kader Muhammadiyah;
Jenis dan Bentuk Perkaderan; Struktur Penjenjangan Kader; Kurikulum Perkaderan; dan
Pengorganisasian Perkaderan. Dalam hal ini, sistem perkaderan di miliki ortom
Muhammadiyah, juga merupakan bagian dari Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang tidak
dapat di pisahkan.
 Perkaderan Sebagai Sebuah Sistem
Sebagai sebuah sistem dan satu kesatuan yang utuh, maka Sistem Perkaderan
Muhammadiyah berlaku bagi seluruh jajarn dan komponen yang ada di dalam
Muhammadiyah, yang kemudian di atur di dalam SPM seluruh bentuk dan jenis
kaderisasi, dan pelatihan yang ada di Muhammadiyah dalam upaya pelaksanaan
perkaderannya yang secara keseluruhan hal tersebut berlaku baik secara vertikal maupun
horizontal. Yang dimaksud berlaku secara vertikal adalah SPM berlaku bagi seluruh
pimpinan Muhammadiyah mulai dari level ranting sampai dengan pusat, sebagai acuan
dan pola pelaksanaan kaderisasi secara otimal sesuai dengan tingkatan masing-masing.
Sedangkan yang di maksud berlaku secara horizontal adalah SPM berlaku dan mengikat
seluruh Unsur Pembantu Pimpinan (majelis dan lembaga), ORTOM, dan Amal Usaha
Muhammadiyah di seluruh jenjang kepemimpinan untuk dilaksanakan sebagai acuan dan
pola kaderisasi.
Karena memiliki sifat yang mengikat dan menyeluruh seperti hal yang sudah di
jelaskan sebelumnya, makan sistem perkaderan yang di miliki masing-masing ortom
menjadi bagian dari Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Masing-masing ortom
melaksanakan dan program dan kegiatan perkaderannya berdasarkan pada kekhasan
masing-masing dengan tetap mengacu dan mengindahkan konsep dasar, prinsip dan
kurikulum yang ada di SPM secara konsisten.
 Tujuan Perkaderan Muhammadiyah
Terbentuknya kader Muhammadiyah yang memiliki ruh (spirit) serta integritas dan
kompetensi untuk berperan di Persyarikatan, dalam kehidupan ummat dan dinamika
bangsa serta kontek global.
 Arah Perkaderan Muhammadiyah
Secara hakikat perkaderan merupakan pembinaan individu-individu anggota
organisasi dan pimpinan secara terprogram dengan tujuan tertentu bagi persyarikatan
Muhamadiyah. Dalam Muhammadiyah perkaderan di titik beratkan pada pembinaan
idelogi; pembinaan kepemimpinan; membangun kekuatan dan kualitas gerakan; ideologi
gerakan dan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke
masa depan.
Dengan demikian, perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya dalam penanaman
nilai, sikap dan cara berpikir, serta peningkatan kompetensi dan integritas terutuma dalam
aspek ideologi, kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan, dan wawasan bagi seluruh
anggota organisasi. Dengan lain, dalam perkaderan haruslah terjadi proses penyadaran,
peneguhan, dan mengayaan.

 Profil Kader Muhammadiyah


Kader Muhammadiyah sebagai hasil dari proses perkaderan merupakan anggota inti
yang di organisir secara permanen dan berkemampunan dalam menjalankan tugas serta
misi organisasi, ummat, dan bangsa guna mencapai tujuan Muhammadiyah. Karena dari
itu hakikat kader muhammadiyah bersifat tunggal, dalam arti hanya ada satu kader
Muhammadiyah. Sedangkan fungsi dan tugasnya bersifat majemuk dan berdimensi luas
yakni sebagai kader persyarikatan, kader ummat, dan kader bangsa. Profil Kader
Muhammadiyah harus mampu menunjukkan integritas dan kompetensi antara
kompetensi akademis dan intelektual, kompetensi keberagamaan dan kompetensi sosial-
kemanusiaan guna menghadapi tantangan organisasi di masa yang akan datang. Integritas
dan kompetensi kader Muhammadiyah dalam tiga aspek tersebut dapat di pahami dalam
nilai-nilai dan indikatornya sebagai berikut:
1. Kompetensi Keberagamaan, dicirikan dengan nilai-nilai:
 Kemurnian aqidah
 Ketekunan beribadah
 Keikhlasan

 Shidiq
 Amanah
 Berjiwa gerakan
2. Kompetensi Akademis dan Intelektual, dicirikan dengan nilai-nilai:
 Fathonah
 Tajdid
 Istiqamah
 Etos
 Moderat
3. Kompetensi Sosial Kemanusiaan, dicirikan dengan nilai-nilai:
 Kesalehan soisal
 Kepedulian sosial
 Suka beramal
 Tabligh
Dalam menngemban amanah perjuangan di dalam persyarikatan Muhammadiyah
dimanapun dan dalam suasana apapun, dengan tiga jenis kompetensi itu setiap kader
Muhammadiyah hendaknya mempunyai cara berpikir, sikap mental, dan kesadaran
berorganisasi, serta keikhlasan.

C. PERKADERAN IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH


Perkaderan ikatan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh kader ikatan
dalam kehidupan, baik bersama ikatan ataupun ketika sudah berada diluar struktur ikatan.
Sistem perkaderan ikatan secara filosofis merupakan penerjemahan perkaderan yang
dilakukan oleh rasulullah. Hal tersebut, dapat dilihat dari nama perkaderan yakni Darul
Arqam. Filosofi perkaderan yang dilakukan oleh rasul, yakni penanaman nilai-nilai islam
secara kaffah, dengan cara mengubah kesadaran jahiliyah sehingga menjadi al syaksiyah faa
fadli (hablum minallah dan hablum minannas). Proses tersebut dilalui dengan cara
kristalisasi kader sehingga terbentuknya kader islam. Sedangkan kaderisasi yakni dengan
melaksanakan proses perkaderan sesuai dengan tujuan IMM, terbentuknya akademisi islam
yang berakhlak mulia untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. Selanjutnya konsolidasi
yang dilakukan oleh ikatan dengan proses penggunaan identitas simbolik dan identitas
substansial. Identitas simbolik yakni dengan cara memahami makna simbolnya, sedangkan
identitas substansi merupakan kerangka berpikir anggota ikatan dalam menjalankan
aktivitasnya. Dalam proses konsolidasi ikatan terdapat juga proses individuasi kader yang
dilakukan untuk melahirkan kolektivitas gerakan, ataupun sebaliknya, kolektivitas ikatan
mampu melakukan individuasi.
Orientasi kaderisasi IMM diarahkan pada terbentuknya kader yang siap berkembang
sesuai spesifikasi profesi yang ditekuninnya, kritis, logis, terampil, dinamis, utuh. Kualitas
kader yang demikian ditransformulasikan dalam tiga lahan aktualisasi yakni : persyarikatan,
umat dan bangsa. Secara substansial, arah perkaderan IMM adalah penciptaan sumber daya
manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan zaman, yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang
mandiri, bertanggungjawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah
islam amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan falsafah perkaderan IMM yang
mengembangkan nilai- nilai uswah, pedagogi-kritis, dan hikmah untuk mewujudkan
gerakan IMM sesuai dengan falsafahnya yakni IMM sebagai gerakan intelektual dengan
penjelasan sebagai pemaksimalan akal dalam membaca fenomena untuk mencari kebenaran
yang bersumber pada al Qur’an dan Sunnah terformulasikan dalam humanisasi, liberasi,
trasendensi sebagai ruh dalam setiap perkaderan yang dilakukan oleh IMM.
Sebagai sebuah proses organisasi, perkaderan IMM diarahkan pada upaya transformasi
ideologis dalam bentuk pembinaan dan pengembangan kader, baik kerangka ideologis
maupun teknis manajerial. Dalam tahapan yang lebih praktis, akumulasi proses perkaderan
diarahkan dalam rangka transformasi dan regenerasi kepemimpinan IMM disetiap level
kepemimpinan. Sementara itu, target perkaderan di proyeksikan untuk terbentuknya sumber
daya kader struktural dan fungsional yang profesional. Dalam perkaderan IMM terdapat 3
perkaderan yaitu : perkaderan Utama, Perkaderan khusus, perkaderan pendukung. Dan
dalam pelaksanaannya ketiga jenis perkaderan itu mempunyai targetan masing-masing.
Target perkaderan utama adalah terinternalisasikan nilai-nilai perjuangan visi dan misi
IMM dan sekaligus terciptanya kader pimpinan yang memiliki kompetensi dan wawasan
yang sesuai dengan level/tingkatan kepemimpinan masing-masing. Target perkaderan
khusus diproyeksikan pada terbentuknya pengelola perkaderan (instruktur) yang
profesional. Target Perkaderan pendukung adalah meningkatnya kualitas sumber daya kader
menurut minat, bakat, profesi, keterampilan dan keahlian pada bidang tertentu.
Dalam melakukan proses perkaderan IMM harus tetap sesuai dengan khitah
organisasinya yakni harus sesuai dengan Tujuan IMM, Enam penegasan, Identitas IMM,
Trilogi, Tri Kompetensi Dasar, Slogan IMM, dan Nilai Dasar Ikatan. Sehingga kader yang
dihasilkan akan sesuai dengan yang diinginkan, yang sudah tercantum dalam Profil kader :
1. Memiliki keyakinan dan sikap keagamaan yang tinggi agar keberadaan ikatan di masa
yang akan datang mampu memberi warna masyarakat yang mulai meninggalkan nilai-
nilai agamawi.
2. Memiliki wawasan dan kecakapan memimpin karena keberadaan kader ikatan
bagaimanapun merupakan potensi umat dan kepemimpinan.
3. Memiliki kecendekiawanan, mengingat spesialisasi dan profesionalisasi mempersempit
cakrawala berpikir dalam sub bidang kehidupan yang sempit.
4. Memiliki wawasan ketrampilan berkomunikasi, mengingat bahwa masa yang akan
datang industri informasi akan mendominasi sistem budaya kita. Hal ini juga inhern
dengan watak islam yang dalam keadaan apapun juga selalub siap melaksanaloan amar
ma’ruf Nahi Munkar sebagai essensi dari komunikasi islamisasi.

D. SITUASI UMUM PERKADERAN IKATAN MAHASISWA


MUHAMMADIYAH BOGOR
IMM Bogor merupakan teritori organisasi di daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor
yang terdapat 5 komisariat dengan komposisi 1 Komisariat di STKIP Muhammadiyah
Bogor, 1 Komisariat di kampus IPB, 1 Komisariat di kampus UIKA, 1 Komisariat di kampus
Institut Tazkia, dan 1 komisariat di STTM Cileungsi. Dengan jumlah, latar belakang studi
dan jarak antar komisariat yang ada tentunya sangat mempengaruhi culture/budaya di
masing-masing komisariat karena kondisi dimasing-masing sektor/kampus dan daerah
komisariat itu sangatlah berbeda.
Permasalahan kaderisasi yang ada di bogor sangatlah mendasar atau dalam artian
fundamental di karenakan realisasi perkaderan yang masih kurang maksimal di 5 komisariat
pada periode-periode sebelumnya, hal itu sangatlah mempengaruhi dengan kondisi
kaderisasi saat ini yang mengalami banyak ketimpangan antar komisariat, hal ini disebabkan
karena :
- Belum adanya arah gerak/grand desaign perkaderan secara tertulis di setiap
komisariat. Sehingga menyebabkan kaderisasi yang masih kurang maksimal dan
belum terarah.
- Penugasan dan kedudukan korps instruktur cabang yang masih belum optimal.
- Perangkat perkaderan (instruktur dan bidang kaderisasi komisariat) yang kurang
memahami tugas, pokok dan fungsinya.
- Jarak antar komisariat yang terlalu jauh, sehingga menyulitkan instruktur cabang
untuk melakukan perkaderan ketiap komisariat secara intensif.
- Jumlah instruktur masih sedikit yang menyebabkan tidak maksimalnya pendampingan
ke setiap komisariat.
Dari problematika kaderisasi yang ada di Bogor yang tertera diatas adalah
kesimpulan secara umum yang didapatkan ketika workshop perkaderan yang dilakukan
cabang periode kemarin dan juga situasi atau fenomena konkret yang ditemukan dilapangan.
Melihat situasi seperti itu merupakan sebuah keharusan IMM Bogor untuk memperbaiki
kaderisasinya terutama dalam hal arah perkaderan di karenakan itu merupakan sebuah
pondasi berjalanannya organisasi untuk mencapai tujuannya.
BAB V
POLA PERKADERAN
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BOGOR

A. KERANGKA MUNCULNYA POLA PERKADERAN

Tujuan IMM
GBHO PC IMM
BOGOR

Lahan Garap/Trilogi IMM :


Keagamaan
Kemahasiswaan
Kemasyarakatan

Pola Perkaderan
Tri Kompetensi Dasar IMM : IMM Bogor
Religiusitas
Intelektualitas
Humanitas

Profil Kader Ikatan

Gambar diatas merupakan bagan mengenai munculnya pola perkaderan yang


didalamnya nanti menjelaskan mengenai arah perkaderan, target perkaderan, strategi
pencapaian, muatan perkaderan, metodologi strategi pencapaian, prinsip kaderisasi. Yang
nantinya akan dibahas dalam Bab ini mengenai pola perkaderan.

B. ARAH PERKADERAN IKATAN MAHASISWA BOGOR


Jika kita lihat arah perkaderan yang tertera didalam SPI secara normatif, bahwa secara
substansial arah perkaderan IMM adalah penciptaan sumber daya manusia yang memiliki
kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman,
yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri,
bertanggungjawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah islam amar
ma’ruf nahi munkar sesuai dengan falsafah perkaderan IMM yang mengembangkan nilai-
nilai uswah, pedagogi-kritis, dan hikmah untuk mewujudkan gerakan IMM sesuai dengan
falsafahnya yakni IMM sebagai gerakan intelektual dengan penjelasan sebagai
pemaksimalan akal dalam membaca fenomena untuk mencari kebenaran yang bersumber
pada al Qur’an dan Sunnah terformulasikan dalam humanisasi, liberasi, trasendensi sebagai
ruh dalam setiap perkaderan yang dilakukan oleh IMM. Serta dalam SPI dijelaskan bahwa
akumulasi dari kaderisasi yang dijalankan diarahkan dalam rangka transformasi dan
regenerasi kepemimpinan IMM disetiap level kepemimpinan. Namun seperti yang kita
ketahui arah perkaderan IMM yang ada SPI sangatlah umum, sehingga IMM Bogor
mengerucutkan dan mempertegas arah perkaderannya lebih konkret lagi, hal inipun tidak
bertentangan hanya saja mempertegas arah perkaderannya agar muatan-muatan kaderisasi
yang ada di komisariat bisa selaras untuk me minimalisir ketimpangan kualitas kaderisasi
yang terjadi dilapangan.
Oleh karena itu, melihat realitas yang terjadi saat ini sesuai dengan penjelasan yang ada
di atas kader-kader IMM harus benar-benar kritis melihat situasi yang ada, pembacaan
situasi dan kondisi tentunya harus didasari dengan pengetahuan-pengetahuan yang kuat
sehingga bisa ikut serta berperan dalam menyelesaikan problem yang terjadi saat ini di
masyarakat. Maka Melihat beberapa tinjauan yakni esensi lahirnya Muhammadiyah dan
IMM, situasi umum masyarakat indonesia, dan Tanfidz Musycab, Maka IMM Bogor dengan
tegas mengarakan Perkaderannya secara konkret pada Penguatan nilai-nilai ideologi yang
secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai pelaku gerakan intelektual dan
keberpihakan terhadap Umat dan Bangsa. sesuai dengan tafsiran mengenai ideologi
muhammadiyah dan tujuan muhammadiyah. Arah Perkaderan ini yang akan menjadi
pondasi bergeraknya IMM sebagai organisasi progresif yang mampu mengambil peran
penting dalam setiap dakwah dan perjuangan dalam menegakkan islam yang hudan
rahmatan lil’alamin (petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam).

C. TARGET PERKADERAN
Target perkaderan merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan proses
kaderisasi yang dilakukan. target perkaderan ini sesuai dengan arah perkaderan yaitu
Penguatan nilai-nilai Ideologis yang secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai
pelaku gerakan intelektual dan keberpihakan terhadap Umat dan Bangsa. Sehingga
target perkaderannya adalah :
a. Terwujudnya kader yang berfikir kritis yakni mampu memberikan pandangan atau
pemikirannya berdasarkan landasan yang jelas.
b. Terwujudnya kader yang ideologis yakni mampu menerapkan nilai-nilai ke-Islam-an dan
ke-Muhammadiyah-an dalam setiap aktivitas organisasi maupun keseharian, sehingga
dalam aktivitas organisasi diarahkan pada penguatan nilai-nilai ideologis.
c. Terwujudnya kader yang bertanggung jawab yakni memliki kesadaran untuk
menjalankan tugas-tugasnya sebagai kader serta melaksanakan keputusan organisasi.
d. Terwujudya kader yang mempunyai kapasitas dalam memimpin dan mengorganisir yakni
memiliki kemampuan dalam memimpin dan mengorganisir anggota organisasi
e. Terwujudnya kader yang memiliki kepedulian sosial yakni mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi dan lingkungan, serta mampu memberikan tanggapan atau responnya atas
permasalahan-permasalahan sosial yang berkaitan dengan lingkungan dan kondisi
masyarakat.
f. Terwujudnya kader yang memiliki kecakapan berdakwah ditengah-tengah masyarakat
yakni mampu mengaktualisasikan nilai-nilai tri kompetensi dasar ditengah-tengah
Masyarakat.

D. STRATEGI PENCAPAIAN
Strategi pencapaian ini merupakan langkah-langkah umum yang harus dijalankan oleh
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam rangka menjalankan kaderisasi sesuai
dengan arah kaderisasi. Strategi ini diwujudkan dalam 3 (tiga) aspek pokok pembangunan
organisasi. yaitu aspek Ideologi, Politik dan Organisasi.

 IDEOLOGI
Strategi umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam pembangunan aspek
ideologi, meliputi:
o Pemahaman agama islam sebagai ideologi.
o Pendalaman mengenai Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan.
o Pembangunan kerangka berfikir yang ilmiah, melalui pengembangan ilmu
pengetahuan baik itu pada wilayah teori-teori maju lainnya yang dapat
mendukung pengembangan pengetahuan.
 POLITIK
Strategi umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam pembangunan aspek
politik, melitputi:
o Penguatan metode sistem analisa sosial dalam rangka menganalisa
permasalahan-permasalahan yang ada pada masyarakat.
o Responsif (Pengkajian dan Penyikapan) terhadap kebijakan-kebijakan pubik
yang dikeluarkan oleh pemerintahan yang memiliki keterhubungan langsung
dengan problem pokok masyarakat indonesia saat ini, terutama di wilayah
Bogor.
 ORGANISASI
Strategi umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam aspek pembangunan
organisasi, meliputi:
o Pemahaman prinsip-prinsip dasar pembangunan organisasi :
 Dalam organisasi tidak bisa dipisahkan persoalan teori dan praktek. Ia
merupakan kesatuan yang utuh tak terpisah-pisah. Dalam segala pekerjaan
organisasi, tiap-tiap kader harus memahami prnjelasan teoritik dari
pekerjaan tersebut dan memiliki pengalaman berpraktek langsung atas
pekerjaan tersebut. Pemahaman atas teori hanya dapat diukur dari
kecocokannya dalam menjalankan hal tersebut dalam berpraktek. Begitu
pula sebaliknya, satu praktek yang baik, pasti dibimbing dan atau
menghasilkan teori yang tepat pula. Kesenjangan antara salah satu hal dari
kedua hal tersebut adanya akan menghasilkan intelektualisme di satu sisi
ataupun aktivisme maupun heroisme belaka disisi yang lain.
 Kader organisasi harus cakap dalam memberikan jalan keluar/solusi atas
persoalan yang terdapat dalam organisasi atau masalah yang berada
ditengah-tengah masyarakat. Atau dengan kata lain, kader organisasi harus
cakap dalam menghadapi segala bentuk situasi apapun dan mampu
memberikan jalan keluar/solusi.
 Dalam organisasi pimpinan atau pengorganisir harus memiliki hubungan
erat dengan kader. Ia tidak boleh ekslusif ataupun terisolasi dari kader, Ia
harus mampu menyerap sebanyak mungkin segala hal dari kader, mulai dari
pendapat dan pandangan-pandangan kader, informasi, dukungan sukarela
(tenaga maupun logistik) dan sebagainya. Selanjutnya semua yang didapat
dari kader dianalisa dengan cara berfikir yang benar sehingga kemudian
menghasilkan satu rancangan solusi untuk tindakan bersama. Selanjutnya,
rancangan solusi didiskusikan lagi dengan kader sampai terwujudnya
pemahaman dalam bertindak.
 Dalam setiap keputusan dan pekerjaan organisasi yang telah dijalankan
haruslah dlakukan proses evaluasi atau penilaian dan koreksi terhadap
kekurangan, kesalahan-kesalahan atau segi-segi negatif, maupun
keberhasilan-keberhasilan, kemajuan atau segi-segi positif dari keputusan
yang telah diambil dan pekerjaan yang telah dilakukan. Penilaian atau
penilaian ini tidak boleh berat sebelah. Tidak tepat untuk membesar-besar
keberhasilan maupun mebesar-besar kesalahan. Begitu pula sebaliknya.
Penilain atau evaluasi ini juga dapat dilakukan menyangkut perilaku atau
tindakan individu anggota organisasi yang dianggap butuh dinilai kaitannya
dengan keberadaan organisasi. evaluasi ini juga harus menjauhkan diri dari
prasangka-prasangka maupun praduga subjektif. evaluasi harus dijalankan
secara reguler dan terus menerus secara ketat untuk kemajuan organisasi.
 Dalam menjalankan aktivitas organisasi kita dituntut untuk bekerja
bersama, dalam artian kita harus saling membantu sesama anggota
organisasi untuk dapat menyelesaiakan pekerjaannya. Membantu disini
mempunyai batasan yakni memahamkan serta membimbing kawan kita
untuk menyelesaikan pekerjaannya ketika belum paham. Jadi membantu
disini bukanlah mengambil alih tanggung jawab akan tetapi membantu
dalam artian mengarahkan dan memahamkan agar keja-kerja organisasi
bisa lebih efektif.
o Pemahaman Prinsip pengambilan Kebijakan Organisasi :
 Prinsip pembimbing kita dalam membentuk dan menjalankan organisasi
kita. Prinsip ini menjamin bahwa kita akan bergerak sebagai kesatuan yang
akan terorganisir. Dalam pengambilan kebijakan pimpinan organisasi harus
memperhitungkan segala sesuatu berdasarkan keseluruhan kepentingan dan
kondisi organisasi. kebijakan yang baik dari organisasi adalah berasal dari
partisipasi aktif seluruh anggota dan mengambil bagian didalamnya.
Keputusan-keputusan yang djalankan dalam organisasi secara bersama
diputuskan atas dan didasarkan kepada kepentingan umum yang kemudian
nanti tetap di tarik dengan tujuan organisasi. Dengan cara demikian kita
membuat keputusan-keputusan, rencana-rencana dan program yag benar
dan secara efektif menuntaskannya. Mempraktekkan prinsip itu adalah satu
cara untuk menjamin keberhasilan kita.
o Pemahaman mengenai administrasi organisasi.

E. MUATAN PERKADERAN
Perkaderan Utama (Darul Arqam Dasar)
Klasifikasi Materi Materi Uraian materi Pelaksanaan DAD
Ke-islaman Aqidah dan Tauhid
 makna syahadatain
 konsekuensi syahadatain
 pandangan hidup muslim
Hakikat Islam,
 islam rahmatan lil alamin.
Ibadah
 konsep dan hakikat ibadah dalam
Islam
Materi Ideologi Ke- . Sejarah Muhammadiyah (sampai
Muhammadiyahan
muhammadiyah terbentuk)
. Ciri Perjuangan Muhammadiyah
. Strategi dakwah Muhammadiyah
Ke- IMMan . Sejarah kelahiran IMM
. Tujuan IMM
. Enam penegasan
. Identitas IMM
. Trilogi IMM
. Tri Kompetensi Dasar
. Slogan IMM
. Nilai Dasar Ikatan
. Profil Kader Ikatan
. Kontekstualisasi Ideologi Gerakan
IMM kekinian
Materi Keorganisasian . Hakikat Organisasi
Keorganisasian . Prinsip pembangunan organisasi
Filsafat . Pengantar filsafat
. Ciri-ciri berfikir filsafat
Materi Wawasan Gerakan Mahasiswa . Sejarah gerakan mahasiswa Indonesia
. tanggung jawab intelektual
Gender . Pengantar Gender
Retorika . Sejarah Retorika
. Definisi
. Bentuk retorika
. Fungsi retorika
. Cara beretorika
Manajemen Aksi . Tujuan Aksi
Materi Terapan
. Bentuk-bentuk Aksi
. Pentingnya Aksi
Musyawarah . Definisi Musyawarah dan Persidangan
. Tujuan Musyawarah dan Persidangan
dan Teknik . Bentuk Persidangan
Persidangan . Mekanisme Persidangan

Perkaderan Khusus (Latihan Mentoring Kader)


Klasifikasi Materi Materi Uraian materi Pelaksanaan LPK
Materi Ideologi Sistem . Sejarah Sistem Perkaderan Rasulullah
Perkade . Strategi Sistem Perkaderan Rasulullah
ran Rasulullah (SPR) . Sasaran Perkaderan Rasul
. Muatan Perkaderan Rasul
Sistem . Filosofi Perkaderan Muhammadiyah
Perkade . Strategi Perkaderan Muhammadiyah
ran Muhammadiyah . Muatan Perkaderan Muhammadiyah
(SPM)
Sistem . Sistem Perkaderan Ikatan
Perkader . Desain Perkaderan IMM Bogor
an
Ikatan (SPI)
Materi Ke-Pendampingan . Filosofi Pendamping dalam Perkaderan
Kependampingan . Tugas dan fungsi Pendamping Kader
. Perangkat Perkaderan
Materi Wawasan Strategi . Pengertian goal setting
Pendampingan dan . Prinsip-prinsip goal setting
Goal Setting . Langkah-langkah strtaegi
pendampingan
. Prinsip dan metode pendampingan
. Pola pendampingan
Sistem Monitoring . Fungsi Monitoring dan Evaluasi
dan Evaluasi . Teknik-Teknik Monitoring dan
Evaluasi
. Prinsip Monitoring dan Evaluasi
. Tahapan Monitoring dan Evaluasi
. Lembar Monitoring dan Evaluasi
. Klasifikasi keaktifan kader
Analisa dan . Metode analisa data dan pengolahan
Pengembangan data kader
Potensi Kader . Teknik pengembangan potensi kader
Manajemen Pelatihan . Konsep POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controling)
. Desain Pelatihan
Manajemen Forum . Rekayasa Forum
Materi Terapan
. Psikologi forum
Micro Teaching . Media Pembelajaran
. Metode Pengajaran
. Ice Breaking
Aktivitas non Kajian ayat-ayat . Kajian ayat-ayat Perkaderan
materi
Perkaderan Pendukung (Diklat Manajemen Organisasi dan IDEOPOLITOR)

1. Diklat Manajemen Organisasi (DMO)

2. Ideologi, Politik, dan Organisasi (IDEOPOLITOR)

Perkaderan pendukung merupakan perkaderan yang dilaksanakan untuk meningkatkan potensi kader sesuai
dengan minat, bakat, ketrapilan dan kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan proses kaderisasi
ikatan. Perkaderan pendukung bisa dilaksanakan dalam bentuk agenda apapun selain perkaderan khusus dan
utama. Yang terpenting agenda perkaderan pendukung dilaksanaka sesuai dengan kebutuhan komisariat.
Kemudian untuk muatan tetap mengacu kepada strategi pencapaian, agar aktivitas yang dilakukan tetep
berkesesuaian dengan arah perkaderan.

B. METODOLOGI STRATEGI PENCAPAIAN


Merupakan metode berdasarkan strategi pencapaian diatas :
 Ideologi:
o Diskusi dan Kajian Intensif
Merupakan metode yang digunakan untuk menanamkan kerangka berpikir
termasuk wacana-wacana yang berupa pemahaman teoritis akan diberikan
terhadap kader.
o Implentasi dan penguatan karakter
Merupakan metode yang digunakan untuk membentuk kader yang mampu
menerapkan nilai dan asas perjuangan ideologi dalam tingkah laku
kehidupan sehiari-harinya.
 Politik:
o Studi Kasus
Merupakan metode yang digunakan dalam rangka pendalaman sistem analisa
sosial serta dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam masyarakat
yang dilakukan oleh kader.
o Penyikapan
Merupakan metodologi yang digunakan sebagai bentuk respon atas kondisi
sosial yang ada, bentuk respon ini pun bermacam yakni aksi massa, bakti
sosial dan advokasi.
 Organisasi
o Familiarisasi tugas-tugas pimpinan
Merupakan bentuk pengenalan atau pemahaman kepada kader terkait tugas-
tugas pimpinan.
o Penugasan
Merupakan bentuk pengikatan melalui tugas yang diberikan kader.
penugasan ini bisa berbentuk kepanitiaan.
o Pengikatan secara formal
Bentuk pengikatan keorganisasian yang bersifat formal, seperti diklat,
seminar dan sejenisnya
C. PRINSIP KADERISASI
Sesuai dengan yang ada di SPI bahwa prinsip dalam kaderisasi adalah Kontinyu dan
Mengikat, yang dimaksud kontinyu dan mengikat adalah kaderisasi berjalan secara terus-
menerus atau berkesinambungan sesuai dengan perkaderan yang dijalankan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Bogor, serta dalam menjalankan prinsip kaderisasi tetap
berpanduan pada prinsip-prinsip dasar pembangunan organisasi dan prinsip pengambilan
kebijakan organisasi.

D. KETENTUAN LAIN
1. Dalam melakukan aktivitas kaderisasi yang dilakukan komisariat harus berdasarkan
strategi pencapaian (haluan muatan secara umum) dan disesuaikan dengan kemampuan
komisariat, namun dalam berjalannya aktivitas kaderisasi agar bisa maksimal sesuai
dengan strategi pencapaian (haluan muatan secara umum) akan didampingi oleh
pimpinan cabang.
2. Indikator keberhasilan yang ada dalam target perkaderan, dapat diukur melalui program
kerja yang ada di komisariat.
BAB VI
PERANGKAT KADERISASI
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BOGOR
A. PENGERTIAN
Perangkat kaderisasi adalah susunan komposisi-komposisi yang terlibat dalam
menjalankan kaderisasi, bisa di katakan bahwasannya perangkat kaderisasi ini merupakan
penentu dari konsepsi-konsepsi yang digagas mengenai perkaderan.
Perangkat kaderisasi dalam IMM merupakan susunan komposisi yang akan
menjalankan konsepsi-konsepsi perkaderan. Seperti yag kita ketahui bersama bahwasanya
dalam IMM mempunyai 3 perkaderan yatu perkaderan utama, perkaderan khusus dan
perkaderan pendukung.
B. ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT KADERISASI
Seperti yang sudah dijalaskan bahwasannya dalam melakukan perkaderan dibutuhkan
perangkat atau unsur-unsur dalam melakukan perkaderan yang akan dilakukan. Dilingkup
IMM Bogor secara normatif sudah ada perangkat kaderisasi yakni : Pimpinan Cabang,
Pimpinan Komisariat, dan Instruktur Cabang. Namun kondisi di Bogor terdapat tambahan
perangkat kaderisasi yakni Mentor Komisariat. Penambahan perangkat kaderisasi di IMM
Bogor tentunya bukan tampa alasan, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang dianggap
urgen dalam berlangsungnya proses perkaderan. Pertama, belum maksimalnya perawatan
dan pengembangan kader pasca DAD. Permasalahan ini mengakibatkan tensendatnya proses
kristalisasi ideologi dan arah pergerakan pada tiap kader. Sehingga, progresi dan regenerasi
di level pimpinan komisariat menjadi cernderung pasif dan tidak konsisten.
Kedua, belum idealnya rasio antara jumlah instrruktur dan kader. Faktor ini masih
memiliki keterkaitan dengan terhambatnya perkembangan kader. Hal ini diakibatkan oleh
tingkat pengorbitan pengurus atau kader lama untuk mengikuti perkaderan lanjutan terutama
latihan instruktur, sehingga regenerasi yang terjadi didalam tubuh korps instruktur
sendiripun masih kurang maksimal yang menyebabkan sedikitnya jumlah instruktur yang
ada di IMM Bogor. Terakhir, Instruktur cabang tidak memiliki perpanjangan tangan yang
dapat mengelola kader ditiap komisariat secara langsung, sehingga pendampingan kepada
kaderpun menjadi kurang optimal. Dengan dihadapakan pada kondisi seperti itu, maka perlu
adanya perangkat tambahan yakni tim mentor yang bisa mengelola dan membimbing
perkembangan kader secara intens serta berkelanjutan di tiap komisariat.
Melihat situasi yang ada di IMM Bogor, Pimpinan Cabang mengeluarkan keputusan
untuk membentuk tim mentor komisariat dikarenakan sudah menjadi kebutuhan di
komisariat-komisariat untuk melakukan kaderisasi. Namun agar pelaksanaan kaderisasi di
Bogor bisa berjalan dengan maksimal haruslah diatur tugas yang sangat jelas agar kerja
perangkat kaderisasi ini bisa berjalan dengan optimal terutama Instruktur Cabang dan Mentor
Komisariat. Maka dari itu di poin selanjutnya akan diatur mengenai peranan dari masing-
masing perangkat kaderisasi.

C. PERANGKAT KADERISASI
Untuk memaksimalkan kerja kaderisasi yang dilakukan, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Bogor menentukan perangkat kaderisasi yang akan menjalankan
perkaderan sehingga terbentuknya kader yang berkualitas.
Perangkat Kaderisasi :
- Pimpinan Cabang
Merupakan pimpinan tertinggi yang berada ditingkatan level diatas komisariat yang
bertanggung jawab dalam membuat kebijakan organisasi di tataran cabang yang sesuai
dengan kebutuhan dari komisariat serta melakukan pendampingan kepada pimpinan
komisariat agar dalam menjalankan kaderisasi yang ada di komisariat bisa maksimal.
- Pimpinan Komisariat
Merupakan pimpinan yang berada dibawah cabang yang bertanggung jawab untuk
melakukan pendampingan kepada kader dimasing-masing komisariat, serta selalu
senantiasa turun ke ke kader untuk mengetahui kondisi sehingga kebijakan yang di
keluarkan oleh komisariat sesuai dengan kebutuhan kader yang di tarik kepada tujuan
organisasi, sehingga kaderisasi yang dilakukan bisa maksimal.
- Instruktur Cabang
Merupakan perpanjangan tangan dari Bidang Kader Cabang yang bertanggungjawab
dalam membantu mengontrol muatan perkaderan yang dilakukan. Muatan yang
dikontrol mulai dari penurunan konsep perkaderan dari desain perkaderan Bogor
sampai ke komisariat, kontrol dalam pemberian materi ke peserta dalam proses
perkaderan serta melakukan kontrol muatan dalam follow up yang dilakukan oleh
komisariat. Namun dalam melakukan kontrol yang lebih jauh ke komisariat terutama
ikut mengontrol Pendamping Kader harus melewati komunikasi antara Bdang Kader
Cabang dengan Bidang Kader Komisariat.
- Mentor Komisariat
Merupakan perpanjangan tangan dari Instruktur Cabang Bogor yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan, pendampingan, monitoring dan follow up kader di komisariat
masing-masing. Pendampingan yang dilakukan oleh Mentor komisariat terhadap kader
dapat berupa pendekatan kultural maupun struktural, selama target-target yang sudah
ditentukan bisa tercapai.
D. BAGAN POLA PENDAMPINGAN

PIMPINAN CABANG

BIDANG KADER PIMPINAN


CABANG KOMISARIAT

BIDANG KADER
KOMISARIAT

INSTRUKTUR MENTOR
CABANG KOMISARIAT

Penjelasan :
Dalam memaksimalkan jalannya kaderisasi yang ada di IMM Bogor, maka dibutuhkanlah pola
pendampingan dari semua perangkat kaderisasi yang ada. Seperti yang sudah tertera di bagan
pola pendampingan di atas bahwasanya Pimpinan Cabang harus melakukan pendampingan ke
Pimpinan Komisariat. Pimpinan cabang yang dimaksud adalah Bidang-bidang yang ada di
Pimpinan Cabang harus melakukan pendampingan kepada bidang- bidang yang ada di
Pimpinan komisariat. Untuk Bidang Kader bersama Instruktur Cabang melakukan
pendampingan kepada bidang kader komisariat bersama pendamping kader dalam hal kontrol
muatan perkaderan yang dijalankan. Kemudian Pimpinan Komisariat bersama pendamping
kader melakukan pendampingan kepada kader baru. Hal ini dilakukan agar terwujudnya
sinergisitas Pimpinan Cabang dan Pimpinan Komisariat dalam melakukan Perkaderan.
BAB VII

PEDOMAN PELAKSANAAN
DARUL ARQAM DASAR (DAD), PELATIHAN MENTORING
KOMISARIAT (PMK), DAN PERKADERAN PENDUKUNG
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BOGOR

A. PENDAHULUAN
Pedoman pelaksanaan adalah pedoman yang sangat khusus yang mengatur pelaksanaan
perkaderan yang tentunya sesuai dengan kondisi IMM Bogor yang merupakan penurunan
dari SOP (Standard Operational Procedure) yang ada di Sistem Perkaderan Ikatan. Pedoman
Pelaksanaan ini diatur dikarenakan kondisi di Bogor terdapat perbedaan dalam melakukan
Perkaderan Utama dan Perkaderan Khusus yaitu DAD dan PMK serta perkaderan
pendukung, terutama dalam aspek Materi yang diberikan, Pengorganisasian dan
Evaluasinya. Pedoman Pelaksanaan ini diatur dikarenakan kondisi di Bogor tidak bisa jika
dalam pelaksanan DAD langsung di samakan dengan panduan di SOP yang ada dalam SPI
dikarenakan ada kondisi yang berbeda di aspek keinstrukturan dan latar belakang tiap
komisariatnya.
Kondisi khusus mengenai adanya Mentor Komisariat yang sudah menjadi kebutuhan di
Bogor ini yang menjadi pembeda karena Mentor Komisariat ini juga berperan di aspek
pengelolaan perkaderan. Dan juga kalau kita lihat materi-materi yang ada di silabus DAD
yang ada di SPI perlu kita benturkan lagi dengan kondisi dan kebutuhan organisasi, ini
bertujuan agar proses perkaderan yang dilakukan bisa sesuai dengan realitas yang ada tidak
hanya normatif belaka. Maka dari itu dibuatlah pedoman pelaksanaan untuk mengatur hal-
hal secara khusus dalam perkaderan.

B. PEDOMAN PELAKSANAAN DARUL ARQAM DASAR


 Latar Belakang
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi perkaderan yang dalam
pelaksanaannya selalu menjunjung tinggi arah perkaderan yang berorientasi pada
tercapainya tujuan organisasi, yaitu Mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang
berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Sebagai organisasi
perkaderan sudah pasti orientasi yang paling dasar adalah mencetak regenerasi baru untuk
melanjutkan dan memajukan jalannya roda organisasi, karena sebagai organisasi perkaderan
hal itu sudah pasti menjadi kebutuhan utama.
Dalam melakukan kaderisasi yaitu, mencetak regenerasi baru untuk melanjutkan dan
memajukan jalannya roda organisai, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah melakukan
perekrutan calon anggota di setiap periodenya. Dalam melakukan hal itu Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah mempunyai sistem perkaderan yang mengaturnya secara jenjang. Yaitu,
untuk mengesahkan anggota organisasi yang baru, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
mempunyai perkaderan yang dinamakan Darul Arqam Dasar (DAD).

Secara etimologi, Darul Arqam Dasar berasal dari kata Darul Arqam yang artinya adalah
Rumah Arqam, yaitu rumah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang digunakan sebagai
tempat perkaderan Islam di masa-masa pertama. Dari rumah ini muncul tokoh-tokoh besar
Islam yang pernah dikader oleh Rasulullah SAW, seperti Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib
dan Siti Khadijah. Darul Arqam Dasar dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
merupakan tingkat dasar yang berbentuk pelatihan, dari tiga tingkatan perkaderan utama
yang ada ditubuh organisasi dan merupakan salah satu syarat untuk menjadi kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah. Sebagai perkaderan dalam tingkatan yang paling dasar DAD
harus bisa memberikan kesan pertama yang dapat memberikan stimulus untuk terus belajar
dan berproses di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tentunya dalam melakukan hal itu
dibutuhkan materi-materi yang nantinya akan diberikan kepada calon kader sebagai injeksi
awal untuk menstimulus kader supaya mampu tetap menjalankan kaderisasi sesuai dengan
arah perkaderan sehingga, akan tercapai tujuan organisasi. Jika kita tinjau DAD yang
tercantum di SPI secara muatan, materi yang harus diberikan kepada calon kader yakni
Internalisasi dasar-dasar Islam dan meletakkan dasar pemahaman intelektualitas, sebagai
bentuk gerakan cendekiawan berpribadi dengan ilmu amaliyah dan amal ilmiah.
Kalau kita melihat kondisi yang ada di IMM Bogor, Arah perkaderan yang berbeda-
beda dari komisariat-komisariat membuat materi-materi yang diberikan kepada kader juga
berbeda-beda termasuk materi Darul Arqam Dasar itu sendiri. Perbedaan itupun sangat
beragam ada yang sama persis dengan SPI tanpa melihat kondisi dan kebutuhan
komisariatnya (Arah Perkaderan), ada juga yang melihat SPI kemudian di pertimbangkan
dengan kondisi dan kebutuhan komisariatnya (Arah Perkaderan). Hal ini harus kita akui
bahwa realita yang ada dilapangan menunjukan arah perkaderan menentukan materi-materi
perkaderan yang akan diberikan kepada sasaran (kader). Perkaderan Utama dalam Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah merupakan perkaderan yang pokok untuk dilaksanakan dan
memberikan materi atau wacana kepada kader. seperti halnya yang ada di SPI bahwa
Perkaderan utama tingkatan paling dasar yaitu Darul Arqam Dasar (DAD) merupakan
perkaderan yang memberikan injeksi muatan Internalisasi dasar-dasar islam dan meletakkan
dasar pemahaman intektualitas.
Agar kaderisasi yang dilakukan bisa berjalan secara maksimal dan juga bisa
meminimalisir permasalahan-permasalahan perkaderan utama tingkatan dasar sebelumnya,
maka pelaksanaan Darul Arqam Dasar dalam rangka injeksi muatan internalisasi dasar-
dasar islam dan meletakkan dasar pemahaman intelektualitas harus melihat pedoman
perkaderan yang ada di Sistem Perkaderan Ikatan juga disertai pertimbangan arah
perkaderan dan kondisi yang ada. Agar pelaksanaan Darul Arqam Dasar (DAD) bisa
maksimal sesuai dengan muatan yang akan diberikan, maka perlu disusun manajerial yang
tepat mulai dari Pra pelaksanaan, Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan supaya muatan dalam
perkaderan utama bisa tercapai.
 Tujuan
Menginternalisasikan dasar-dasar islam, meletakkan dasar pemahaman intelektualitas
dan pengenalan terhadap arah gerak organisasi sebagai bentuk penanaman awal kepada
kader sehingga dalam orientasi ke depannya mampu melanjutkan tampuk kepemimpinan.
 Targetan
- Terinternalisasikannya nilai-nilai ideologi
- Tertananamnya dasar-dasar pemahaman intelektualitas
- Terarahnya pergerakan kader di organisasi

 Pengorganisasian Darul Arqam Dasar


Pengorganisiran Darul Arqam Dasar tersusun hierarkis sebagai berikut :
 Penanggungjawab
Yaitu Pimpinan Ikatan yang bertanggung jawab langsung secara keseluruhan terhadap
penyelenggaraan perkaderan. Dalam Darul Arqam Dasar (DAD) penanggung jawabnya
adalah Pimpinan Komisariat.
 Tim Instruktur
o Master of Training (MOT)
Yaitu seseorang yang mendapat tugas memimpin dan secara umum
bertanggungjawab atas pelaksanaan keinstrukturan.
o Vice Master of Training (Vice MOT)
Yaitu sesorang yang membantu MOT dalam menjalankan dan melaksanakan
tugas MOT.
o Imam of Training (IOT)
Seseorang yang mendapat tugas memandu keinstrukturan dalam aspek ibadah
keislaman.
o Observer
Yaitu sekelompok orang yang bertugas monitoring dan evaluasi perkembangan
peserta secara personal dan kelompok yang menunjukan pelatihan sesuai
dengan targetannya.
o Anggota Instruktur
Yaitu instruktur yang membantu tugas dari Master of Training, Imam Training
dan Observer.
 Nara Sumber
Nara sumber dalam kegiatan perkaderan IMM adalah para ahli yang kompeten di
bidangnya yang akan disajikan dalam proses perkaderan. Nara sumber harus memiliki
komitmen islam yang jelas, menguasai materi, berpengalaman dan sesuai dengan
orientasi perkaderan.
 Panitia Pelaksana
Adalah tim petugas yang bersifat teknis yang bertugas menjadi penanggungjawab
pelaksana perkaderan sesuai kepentingan teknis, panitia pelaksana dibentuk oleh
penanggung jawab kegiatan.
 Deskripsi Tugas-Tugas Instruktur
1. Bertanggung jawab secara penuh terhadap standart kualitas pelaksanaan perkaderan
dari awal sampai akhir
2. Melakukan orientasi awal, kontol materi, evaluasi harian, evaluasi non materi, dan
evaluasi akhir
3. Membuat laporan terhadap pelaksanaan proses perkaderan
 Tugas Khusus Instruktur Cabang
Dalam Darul Arqam Dasar (DAD), Instruktur Cabang berperan mulai dari Pra
Pelaksanaan, Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
Pra Pelaksanaan
o Mendampingi Pimpinan Komisariat dan Mentor Komisariat dalam pembuatan
konsep DAD yang merupakan terjemahan dari standarisasi perkaderan yang
disepakati dalam Lokakarya Perkaderan.
Pelaksanaan
o Melakukan kontrol muatan perkaderan agar tetap sesuai dengan standarisasi
perkaderan, kontrol muatan ini bisa dilaksanakan dengan ikut membantu dalam
pengelolaan DAD atau koordinasi secara masif dengan bidang kader atau Mentor
komisariat terkait dengan muatan perkaderan yang diberikan kepada peserta. Semua
tugas dalam pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan melewati koordinasi yang
dilakukan oleh bidang kader cabang dengan bidang kader komisariat.
Pasca Pelaksanaan
o Bersama Bidang Kader Cabang melakukan kontrol muatan perkaderan, agar
pendampingan yang dilakukan oleh Pimpinan Komisariat/Mentor Komisariat tetap
mengarah pada Target Perkaderan.
 Ketentuan Instruktur
1. Master of Training dipilih dari Instruktur Cabang, berdasarkan surat permintaan yang
diajukan oleh pimpinan komisariat selaku penanggung jawab DAD.
2. Keanggotaan instruktur di serahkan kembali kepada Pimpinan Komisariat,
diprioritaskan sudah mengikuti LID.
3. Jika keanggotaan instruktur tidak mencukupi dapat ditambah dengan Instruktur
Cabang.
4. Pelaksanaan DAD didampingi oleh 2 orang Instruktur Cabang/Pimpinan Cabang
IMM Bogor.
 Evaluasi
Evaluasi ini merupakan penilaian keberhasilan terhadap jalannya perkaderan. Hal-hal yang
di evaluasi dalam pelaksanaan DAD meliputi : evaluasi peserta, evaluasi Instruktur,
evaluasi Pemateri, evaluasi panitia dan evaluasi keseluruhan.
Evaluasi Peserta
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan peserta dalam
mengikuti proses perkaderan (DAD). Aspek-aspek yang dinilai yakni untuk Materi dan
non Materi.
Untuk materi :
a. Tingkat keseriusan
b. Daya tangkap
c. Wawasan
d. Partisipasi
e. Kehadiran
Untuk non Materi :
a. Ibadah
b. Kemandirian
c. Akhlak
Evaluasi Instruktur
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan untuk instruktur dalam mengelola proses
perkaderan. Aspek yang dievaluasi terhadap instruktur meliputi :
a. Kemampuan dalam mengendalikan forum
b. Kemampuan mengkoordinasikan semua perangkat yang terlibat dalam perkaderan
(DAD)
c. Pencapaian target harian DAD
Evaluasi Pemateri/Nara Sumber
Merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap pemateri dalam memberikan materi
kepada peserta. Aspek-aspek yang dievaluasi terhadap pemateri meliputi :
a. Penguasaan Materi
b. Kesesuaian materi yang disampaikan dengan silabus atau uraian materi
c. Penguasaan forum
Evaluasi Panitia
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan kepada panitia dalam menjalankan teknis
perkaderan.
Evaluasi Kesuluruhan
Merupakan evaluasi dari serangkaian prosesi kegiatan perkaderan (DAD). Evaluasi ini
meliputi :
a. Kesesuaian dengan rencana awal dengan realisasi di pelaksanaan
b. Hubungan antar perangkat dalam DAD.
c. Ketercapain taget DAD.
 Kepesertaan
Persyaratan peserta Darul Arqom Dasar adalah :
1. Memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia penyelenggara, sesuai
kebutuhan
2. Sudah mengenal IMM
3. Berada dalam tahap usia dewasa awal
4. Jenjang pendidikan relative masih rendah
5. Sifat, persepsi dan motivasi masih beragam
6. Jumlah peserta harus ideal antara 20 – 40 peserta, agar kualitas perkaderan dapat
terjaga, serta memenuhi standar perbandingan instruktur-peserta 1 : 5.
 Ketentuan Lain
1. Materi DAD yang sudah sepakati di Lokakarya Perkaderan sedapat mungkin untuk
dilaksanakan dikarenakan sudah menjadi standarisasi Perkaderan (DAD) IMM
Malang Raya
2. Pimpinan Komisariat harus melaporkan rencana penyelenggaraan DAD selambat-
lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan DAD
3. Pimpinan Komisariat harus melaporkan hasil penyelenggaraan DAD paling lambat
2 minggu setelah penyelenggaraan kepada Pimpinan Cabang.

C. PEDOMAN PELAKSANAAN PELATIHAN MENTOR KOMISARIAT (PMK)


 Latar Belakang
IMM merupakan organisasi yang berada di bawah naungan Muhammadiyah sebagai
organisasi induknya. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memiliki tujuan organisasi yakni
Membentuk akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan
Muhammadiyah. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya
menggunakan stategi perkaderan, yang mana dalam strategi perkaderan ini diorientasikan
untuk membentuk sumber daya kader yang sesuai dengan yang di inginkan IMM
sebagaimana tertuang dalam profil kader ikatan.
Dalam melakukan aktivitas perkaderan, IMM mempunyai tenaga-tenaga dalam
mendidik dan membimbing kader yakni instruktur, seperti yang ada di SPI bahwa instruktur
adalah tim yang bertugas memandu dan memegang kendali orientasi, materi dan kualitas
perkaderan sebagai proses melahirkan ekstrainer yang ideal. Secara normatif yang ada di
SPI bahwa kehadiran instruktur di tataran paling dasar adalah di instruktur cabang, yang
mana tugas instruktur cabang sesuai dengan yang ada di SPI, yaitu melaksanakan tingkat
perkaderan yang ada di komisariat.
Namun kalau kita lihat kondisi realitas yang ada di bogor bahwasannya ada perbedaan
dengan normatif yang sesuai dalam SPI yang merupakan sebagai rujukan melakukan
pekaderan. Adanya Mentor Komisariat yang menjadi tambahan perangkat kaderisasi di
IMM Bogor disebabkan karena pada awalnya instruktur cabang yang kurang maksimal
dalam melakukan kaderisasi disektor pendampingan dan pembimbingan di tingkatan
komisariat, sehingga dengan kondisi seperti itu perlulah dimunculkannya mentor dari
masing-masing komisariat yang melakukan kaderisasi dal am bent uk pendampi ngan
dan pem bi mbingan di masing-masing komisariat. Hal itu sudah menjadi kebutuhan
di masing-masing komisariat karena proses kaderisasi bukanlah hanyalah sekedar
perkaderan formal namun sampai di follow up hingga pengorbitan perkaderan.
Maka melihat realitas yang terjadi di IMM Bogor, Pimpinan Cabang IMM Bogor
mengeluarkan kebijakan untuk mempertegas peran Instruktur cabang dan membentuk
Mentor Komisariat, hal ini dilakukan agar pelaksanaan kaderisasi dapat berjalan dengan
maksimal.
Seperti penjelasan yang ada di perangkat perkaderan IMM Bogor, Intruktur cabang
yakni bertanggungjawab dalam membantu mengontrol muatan perkaderan yang dilakukan
komisariat. Muatan yang dikontrol mulai dari penurunan konsep perkaderan dari desain
perkaderan Bogor sampai ke komisariat, kontrol dalam pemberian materi ke peserta dalam
proses perkaderan serta melakukan kontrol muatan dalam follow up yang dilakukan oleh
komisariat.
Sementara itu untuk Mentor Komisariat mempunyai tugas bertanggung jawab dalam
pendampingan dan pembimbingan perkaderan yang dilakukan di komiariat masing-
masing, serta bertanggungjawab terhadap follow up perkaderan.
Maka dari itu Pimpinan Cabang membuat pedoman pelaksanaan dalam Pelatihan
Mentor Komisariat (PMK), hal ini agar pelaksanaan PMK tetap berada dalam koridor
standarisasi instruktur, dan juga bisa maksimal dalam pelaksanaan kaderisasi nantinya.
 Tujuan
Memberikan wacana untuk meningkatkan kualitas kader dalam pendampingan dan
pembimbingan kader dan follow up perkaderan.
 Target
Terciptanya tenaga-tenaga Mentor Komisariat yang memiliki kemampuan dalam
mengelola perkaderan dan menjalankan follow up perkaderan.
 Konsep Materi
SPR
Pengantar SPM
Ideologi Pengantar SPI
Kajian Ideologi
Kajian Ayat
Strategi Pendampingan dan Goal Setting
Kapita Selekta Sitem MONEV
Analisi dan Pendampingan Kader
Psikologi Kader
Wawasan
Manajemen Diri

 Pengorganisasian PMK
 Penanggungjawab
Yaitu Pimpinan Ikatan yng bertanggung jawab langsung secara keseluruhan terhadap
penyelenggaraan perkaderan. Pelatihan Mentor Komisariat (PMK) penanggung
jawabnya adalah Pimpinan Komisariat.
 Tim Instruktur Pelaksana PMK
o Master of Training (MOT)
Yaitu seseorang yang mendapat tugas memimpin dan secara umum
bertanggungjawab atas pelaksanaan keinstrukturan.
o Vice Master of Training (Vice MOT)
Yaitu sesorang yang membantu MOT dalam menjalankan tugasnya.
o Imam of Training (IOT)
Seseorang yang mendapat tugas memandu keinstrukturan dalam aspek ibadah
keislaman.
o Observer
Yaitu sekelompok orang yang bertugas monitoring dan evaluasi perkembangan
peserta secara personal dan kelompok yang menunjukan pelatihan sesuai
dengan targetannya.
o Anggota Instruktur
Yaitu instruktur yang membantu tugas dari Master of Training, Imam Training
dan Observer.
 Nara Sumber
Nara sumber dalam kegiatan perkaderan IMM adalah para ahli yang kompeten di
bidangnya yang akan disajikan dalam proses perkaderan. Nara sumber harus memiliki
komitmen islam yang jelas, menguasai materi, berpengalaman dan sesuai dengan
orientasi perkaderan.
 Panitia Pelaksana
Adalah tim petugas yang bersifat teknis yang bertugas menjadi penanggungjawab
pelaksana perkaderan sesuai kepentingan teknis, panitia pelaksana dibentuk oleh
penanggung jawab kegiatan.
 Deskripsi Tugas-Tugas Instruktur Pelaksana PMK
1) Bertanggung jawab secara penuh terhadap standart kualitas pelaksanaan perkaderan
(PMK) dari awal sampai akhir
2) Melakukan orientasi awal, kontol materi, evaluasi harian, evaluasi non materi, dan
evaluasi akhir
3) Membuat laporan terhadap pelaksanaan proses perkaderan (PMK)
 Tugas Khusus Instruktur Cabang
Dalam pelaksanaan Perkaderan PMK, Instruktur Cabang berperan mulai dari Pra
Pelaksanaan, Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
Pra Pelaksanaan
o Mendampingi Pimpinan Komisariat atau Instruktur Pelaksana PMK dalam
pembuatan konsep PMK yang merupakan terjemahan dari standarisasi perkaderan
yang disepakati dalam Lokakarya Perkaderan.
Pelaksanaan
o Melakukan kontrol muatan perkaderan agar tetap sesuai dengan standarisasi
perkaderan, kontrol muatan ini bisa dilaksanakan dengan ikut membantu dalam
pengelolaan PMK atau koordinasi secara masif dengan bidang kader atau instruktur
pelaksana PMK terkait dengan muatan perkaderan yang diberikan kepada peserta.
Semua tugas dalam pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan melewati koordinasi
yang dilakukan oleh bidang kader cabang dengan bidang kader komisariat.
Pasca Pelaksanaan
o Bersama Bidang Kader Cabang melakukan kontrol terhadap bidang kader dan
Mentor komisariat yang sudah terbentuk dalam melaksanakan tugas sebagai
pengelola perkaderan dan follow up perkaderan.

 Ketentuan Instruktur Pelaksana PMK


1. Master of Training dianjurkan dari Instruktur Cabang,
2. Keanggotaan instruktur di serahkan kembali kepada Pimpinan Cabang.
3. Pelaksanaan PMK didampingi oleh 2 orang Instruktur Cabang/Pimpinan Cabang
IMM Bogor
 Evaluasi
Evaluasi ini merupakan penilaian keberhasilan terhadap jalannya perkaderan. Hal-hal yang
di evaluasi dalam pelaksanaan PMK meliputi : evaluasi peserta, evaluasi Instruktur
Pelaksana PMK, evaluasi Pemateri, evaluasi panitia dan evaluasi keseluruhan.
Evaluasi Peserta
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta dalam
mengikuti proses perkaderan (PMK). Aspek-aspek yang dinilai yakni untuk Materi dan
non Materi.
Untuk materi :
a) Tingkat keseriusan
b) Daya tangkap
c) Wawasan
d) Partisipasi
e) Kehadiran
Untuk non Materi :
a) Ibadah
b) Kemandirian
c) Akhlak
Evaluasi Instruktur Pelaksana PMK
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan untuk instruktur pelaksana PMK dalam
mengelola proses perkaderan. Aspek yang dievaluasi terhadap instruktur meliputi :
d. Kemampuan dalam mengendalikan forum
e. Kemampuan mengkoordinasikan semua perangkat yang terlibat dalam perkaderan
(PMK)
f. Pencapaian target harian PMK
Evaluasi Pemateri/Nara Sumber
Merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap pemateri dalam memberikan materi
kepada peserta. Aspek-aspek yang dievaluasi terhadap pemateri meliputi :
d. Penguasaan Materi
e. Kesesuaian materi yang disampaikan dengan silabus atau uraian materi
f. Penguasaan forum
Evaluasi Panitia
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan kepada panitia dalam menjalankan teknis
perkaderan. Aspek-aspek yang dievaluasi terhadap panitia meliputi :
b. Kerja kepanitiaan yang terbagi dalam sie.
Evaluasi Kesuluruhan
Merupakan evaluasi dari serangkaian prosesi kegiatan perkaderan (PMK). Evaluasi ini
meliputi :
d. Kesesuaian dengan rencana awal dengan realisasi di pelaksanaan
e. Hubungan antar perangkat dalam PMK.
f. Ketercapain taget PMK.
 Kepesertaan
Persyaratan peserta Darul Arqom Dasar adalah :
1) Sudah mengikuti DAD
2) Memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia penyelenggara, sesuai
kebutuhan
 Ketentuan Lain
1) Materi PMK yang sudah sepakati di Lokakarya Perkaderan sedapat mungkin untuk
dilaksanakan dikarenakan sudah menjadi standarisasi Perkaderan (PMK) IMM
Bogor.
2) Pimpinan Komisariat harus melaporkan rencana penyelenggaraan PMK selambat-
lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan PMK
3) Pimpinan Komisariat harus melaporkan hasil penyelenggaraan PMK paling lambat
2 minggu setelah penyelenggaraan kepada Pimpinan Cabang.

D. PEDOMAN PELAKSANAAN DIKLAT MANAJEMEN ORGANISASI (DMO)


 Latar Belakang
 Tujuan
Memberikan wacana untuk meningkatkan kualitas kader dalam manajemen organisasi dan
tertib administrasi.
 Target
Meningkatkan kepemimpinan kader yang dapat memimpin, menerapkan fungsi
manajemen dengan baik dan tertib administrasi.
 Konsep Materi
Bedah Pedoman Administrasi
Bedah Tanfidz XVIII Malang
Ideologi Filsafat Organisasi
Ideologi

Teori manajemen organisasi


Wawasan Komunikasi oragnisasi
Security organisasi

 Pengorganisasian DMO
 Penanggungjawab
Yaitu Pimpinan Ikatan yng bertanggung jawab langsung secara keseluruhan terhadap
penyelenggaraan perkaderan. Diklat Manajemen Organisasi (DMO) penanggung
jawabnya adalah Pimpinan Komisariat.
 Tim Instruktur Pelaksana DMO
o Master of Training (MOT)
Yaitu seseorang yang mendapat tugas memimpin dan secara umum
bertanggungjawab atas pelaksanaan keinstrukturan.
o Vice Master of Training (Vice MOT)
Yaitu sesorang yang membantu MOT dalam menjalankan tugasnya.
o Imam of Training (IOT)
Seseorang yang mendapat tugas memandu keinstrukturan dalam aspek ibadah
keislaman.
o Observer
Yaitu sekelompok orang yang bertugas monitoring dan evaluasi perkembangan
peserta secara personal dan kelompok yang menunjukan pelatihan sesuai
dengan targetannya.
o Anggota Instruktur
Yaitu instruktur yang membantu tugas dari Master of Training, Imam Training
dan Observer.
 Narasumber
Nara sumber dalam kegiatan perkaderan IMM adalah para ahli yang kompeten di
bidangnya yang akan disajikan dalam proses perkaderan. Narasumber harus memiliki
komitmen islam yang jelas, menguasai materi, berpengalaman dan sesuai dengan
orientasi perkaderan.
 Panitia Pelaksana
Adalah tim petugas yang bersifat teknis yang bertugas menjadi penanggungjawab
pelaksana perkaderan sesuai kepentingan teknis, panitia pelaksana dibentuk oleh
penanggung jawab kegiatan.
 Deskripsi Tugas-Tugas Instruktur Pelaksana DMO
4) Bertanggung jawab secara penuh terhadap standart kualitas pelaksanaan perkaderan
DMO dari awal sampai akhir
5) Melakukan orientasi awal, kontol materi, evaluasi harian, evaluasi non materi, dan
evaluasi akhir
6) Membuat laporan terhadap pelaksanaan proses perkaderan DMO
 Tugas Khusus Instruktur Cabang
Dalam pelaksanaan Perkaderan DMO, Instruktur Cabang berperan mulai dari Pra
Pelaksanaan, Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
Pra Pelaksanaan
o Mendampingi Pimpinan Komisariat atau Instruktur Pelaksana DMO dalam
pembuatan konsep DMO yang merupakan terjemahan dari standarisasi perkaderan
yang disepakati dalam Lokakarya Perkaderan.
Pelaksanaan
o Melakukan kontrol muatan perkaderan agar tetap sesuai dengan standarisasi
perkaderan, kontrol muatan ini bisa dilaksanakan dengan ikut membantu dalam
pengelolaan DMO atau koordinasi secara masif dengan bidang kader atau instruktur
pelaksana DMO terkait dengan muatan perkaderan yang diberikan kepada peserta.
Semua tugas dalam pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan melewati koordinasi
yang dilakukan oleh bidang kader cabang dengan bidang kader komisariat.
Pasca Pelaksanaan
o Bersama Bidang Kader dan Bidang Organisasi Cabang melakukan kontrol terhadap
bidang kader dan Bidang Organisasi dan Mentor komisariat yang sudah terbentuk
dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola perkaderan dan follow up perkaderan.

 Ketentuan Instruktur Pelaksana DMO


1. Master of Training dianjurkan dari Instruktur Cabang.
2. Keanggotaan instruktur diserahkan kembali kepada Pimpinan Cabang.
3. Pelaksanaan DMO didampingi oleh 2 orang Instruktur Cabang/Pimpinan Cabang
IMM Bogor
 Evaluasi
Evaluasi ini merupakan penilaian keberhasilan terhadap jalannya perkaderan. Hal-hal yang
di evaluasi dalam pelaksanaan DMO meliputi : evaluasi peserta, evaluasi Instruktur
Pelaksana DMO, evaluasi Pemateri, evaluasi panitia dan evaluasi keseluruhan.
Evaluasi Peserta
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta dalam
mengikuti proses perkaderan DMO. Aspek-aspek yang dinilai yakni untuk Materi dan
non Materi.
Untuk materi :
f) Tingkat keseriusan
g) Daya tangkap
h) Wawasan
i) Partisipasi
j) Kehadiran
Untuk non Materi :
d) Ibadah
e) Kemandirian
f) Akhlak
Evaluasi Instruktur Pelaksana DMO
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan untuk instruktur pelaksana DMO dalam
mengelola proses perkaderan. Aspek yang dievaluasi terhadap instruktur meliputi :
g. Kemampuan dalam mengendalikan forum

h. Kemampuan mengkoordinasikan semua perangkat yang terlibat dalam perkaderan


DMO
i. Pencapaian target harian DMO
Evaluasi Pemateri/Narasumber
Merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap pemateri dalam memberikan materi
kepada peserta. Aspek-aspek yang dievaluasi terhadap pemateri meliputi :
g. Penguasaan Materi
h. Kesesuaian materi yang disampaikan dengan silabus atau uraian materi
i. Penguasaan forum
Evaluasi Panitia
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan kepada panitia dalam menjalankan teknis
perkaderan. Aspek-aspek yang dievaluasi terhadap panitia meliputi :
b. Kerja kepanitiaan yang terbagi dalam sie.
Evaluasi Kesuluruhan
Merupakan evaluasi dari serangkaian prosesi kegiatan perkaderan DMO. Evaluasi ini
meliputi :
g. Kesesuaian dengan rencana awal dengan realisasi di pelaksanaan
h. Hubungan antar perangkat dalam DMO.
i. Ketercapain taget DMO.
 Kepesertaan
Persyaratan peserta Darul Arqom Dasar adalah :
3) Sudah mengikuti DAD
4) Memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh instruktur dan panitia
penyelenggara, sesuai kebutuhan
 Ketentuan Lain
4) Materi DMO yang sudah sepakati di Lokakarya Perkaderan sedapat mungkin untuk
dilaksanakan dikarenakan sudah menjadi standarisasi Perkaderan DMO IMM
Bogor.
5) Pimpinan Komisariat harus melaporkan rencana penyelenggaraan DMO selambat-
lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan DMO
6) Pimpinan Komisariat harus melaporkan hasil penyelenggaraan DMO paling lambat
2 minggu setelah penyelenggaraan kepada Pimpinan Cabang.

E. PEDOMAN PELAKSANAAN IDEOPOLITOR


 Latar Belakang
IDEOPOLITOR merupakan singkatan dari Ideologi, politik, retorika. Ada tiga
komponen yang menjadi titik penting pada ideopolitor ini, di mana dari ketiga komponen
ini saling berkesinambungan yang kemudian harus di pahami oleh setiap kader IMM itu
sendiri. IMM yang kental dengan Trilogi yaitu Religiusitas (Keagamaan), Intelektualitas
(Kemhasiswaan), Humanitas (Kemasyarakatan), juga harus ada keterikatan skill
IDEOPOLITOR. Tentu Ideologi IMM adalah Muhammadiyah, sedangkan tujuan
Muhammadiyah yaitu "Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya."
Ideologi Muhammadiyah yang dirumuskan pada awal berdirinya telah membentuk
paham serta perilaku warga Muhammadiyah sehingga mampu merubah kehidupan
beragama, sosial, politik, budaya hingga ekonomi. Pandangan dasar yang dibawa
menerangkan bahwa Islam merupakan agama yang rasional sehingga menjadikan
rujukan utama bagi pembaharuan. Ini berarti bahwa Muhammadiyah pada sisi ini tetap
berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran Islam dan mendukung perubahan dengan prinsip
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini tentu menjadi harapan Muhammadiyah
agar kader-kader generasi muda saat ini tetap berpegang teguh dan komitmen dengan
ideologi Muhammadiyah.
Kedua Politik, pada dasarnya setiap manusia yang dilakukan pasti terdapat unsur
politik, apapun kondisinya. Mengakui atau tidak, politik adalah langkah-langkah untuk
kehidupan yang lebih baik. IMM harus menjadi pelopor bagi masyarakat Indonesia,
bahwa politik yaitu barang suci, dirawat dengan kesucian, disebarluaskan dengan
kesuciann. Ketiga retorika, katakanlah komunikasi politik. Kalau sudah bicara politik,
maka tak akan lepas dari retorika atau komunikasinya itu sendiri, dengan demikian untuk
memberikan pesan -pesan strategis pada lawan bicara harus mengandung subtansi yang
kemudian ada sisi keberpihakan satu dengan lainnya.
Dinamika masyarakat dewasa ini diberikan sajian-sajian perkembangan politik yang
menghasilkan kasus koruptor dan perilaku para pelaku politik yang tidak menjunjung
tinggi etika, norma dan moral, sehingga masyarakat terstigma politik itu kotor, negatif
dan kotor. Belum lagi ketika kita melihat sejarah jaman penjajahan dimana politik
digunakan oleh negara-negara tirani untuk membudakan negara-negara berkembang,
mereka memiliki sebuah hasrat untuk menguasai dan menindas, seperti yang terjadi di
Negara Indonesia dulu kala.
Lebih jauh lagi saat jama jahiliah yang lebih dulu terjadi terjadi penindasan untuk
mendapatkan kekuasaan yang saat itu Ka'bah (Baitul Haram) sebagai pusat kekuasaan,
sehingga terjadi perselisihan yang hebat antar penindas, namun saat itu Islam datang yang
dibawa Muhammad Saw. atas ijin Allah mampu melakukan pembebasan, pencerdasan,
sehingga menjunjung tinggi hak dan martabat orang-orang tertindas. Strategi politik yang
dilakukan oleh Muhammad Saw telah membawa kedamaian yang ditandai dengan
piagam Madinah. Politik seharusnya dijadikan identitas untuk menjadi kehidupan yang
lebih baik seperti yang dilakukan Muhammad Saw tersebut. Sama seperti yang
diutarakan Plato dan Aristoteles mendefinisikan politik en dan onia yang berarti the good
life (kehidupan yang baik).
Demikianlah beberapa kejadian terjadi, politik sendiri disebut ilmu tertua dimana
sejak orang hidup bersama pengawasan dan peraturan tentang kehidupan pun dimulai.
Sehingga para pemikir politik saat itu membatasi masalah kekuasaan, menyusun
hubungan yang memerintah dan diperintah, serta sistem yang akan diterapkan yang cocok
bagi masyarakat untuk melakukan pengawasan dan peraturan. Ilmu politik tentang
peraturan Negara sudah dimulai sejak 450 SM oleh filsuf Yunani, demikian juga di Asia
sendiri seperti di India dan China, di India bahkan telah dituliskan di kasustraan
Dharmasrata dan Arhasastra Mencius dan Shan Yang sekitar 350 S.M, di Indonesia
sendiri juga terdapat karya tulis Kenegaraan seperti Negarakertagama abad 13-an dan
Bahad Tanah Jawi, tetapi kesusastraan di Indonesia di Asia mengalami kemunduran saat
itu karena terdesak oleh pemikiran Barat yang melalui Negara penjajah dari Barat.
Pembahasan politik saat itu lebih kepada ranah-ranah kenegaraan, apalagi abad 18
dan 19 di Negara-negara Eropa sendiri bahasan politik banyak dipengaruhi oleh ilmu
hukum sehingga ilmu politik hanya terfokus dalam Negara. Padahal dalam teori ilmu
politik kekinian tidak berdiri sendiri tetapi memiliki kaitan dengan ilmu-ilmu yang lain
seperti sejarah, filsafat, Hukum, sosiologi, Ekonomi, Psikologi, Sosial dll. Memang
dinamika jaman sekarang berbeda dengan sekarang tetapi sudah cukup membuktikan
ilmu politik semakin luas dan berkaitan dengan yang lain.
Ilmu politik terbagi menjadi dua yaitu Valuational dan Non Valuational, Valuational
berarti ilmu politik yang berdasarkan pada moral dan norma, yang mencakup Ideologi,
Filsafat, dan metodologi sistematis. Non Valuational berarti ilmu politik yang hanya
sekedar mengkomparasikan dan mendeskripsikan suatu peristiwa atau kejadian tanpa
mengaitkan moral dan norma. Kejadian norma diatas dideskripsikan kedalam ilmu politik
masuk kedalam ilmu politik Valuational karena memang berlandaskan pada nilai-nilai
dan moral sehingga membentuk masyarakat yang bermartabat.
Menurut Harold terdapat 8 nilai yang harus dikejar dalam politik meliputi kekuasaan,
pendidikan, Kejayaan, Kesehatan, Keterampilan, Kasih Sayang, Keadilan/Kejujuran dan
keseganan. Namun ketika dibenturkan dalam kondisi perpolitikan Negara Indonesia saat
ini seakan-akan mencederai perjuangan pahlawan-pahlawan. Seperti founding Father kita
dengan menggunakan politik yang berlandaskan nilai dan moral untuk membangun
Negara yang adil dan Makmur, kemerdekaan masyarakat dan Negara adalah hal mutlak,
dengan gerakan politiknya menyadarkan masyarakat akan hak-haknya, harga dirinya
serta kebebasan dalam menjalankan kolonialisme. Begitu tercederainya Bangsa
Indonesia saat ini karena kondisi politik yang hanya mengacu pada kekuasaan, tidak
berlandaskan pada nilai dan apapun sehingga menghasilkan penguasa tirani dan juga
dibelakangnya ada kepentingan asing. Seakan-akan negara kita dijajah oleh bangsa
sendiri dan bangsa asing.
Sudah saatnya masyarakat Indonesia sadar akan hal tersebut, perlu ada gerakan
penyadaran tiap lapisan masyarakat untuk kembali memperjuangkan martabatnya.
Karena dengan nilai dan moral-lah mereka akan kalah, maka perlu adanya perlawanan
dan pendidikan politik sedini mungkin di setiap lapisan masyarakat.
Terkhusus mahasiswa sebagai Agen Of change yang mengenyam pendidikan
tertinggi. Dengan kesadarannya yang tinggi terhadap bangsa ini harus mampu menjadi
pemimpin sebuah gerakan penyadaran dan perlawanan yang menghasilkan tercapainya
tujuan Negara.
"Jika dengan tanganmu tidak bisa mencegah kemungkaran maka dengan kekuasaan
itulah kamu akan mencegahnya." Kata-kata yang dikutip dari kitab suci tersebut
menjelaskan kekuasaan memang mempunyai kekuatan besar dalam berbuat baik apalagi
berbuat buruk, jika orang-orang baik baik dan kekuasaan mempunyai kekuatan besar
untuk perubahan maka presmisnya jika orang-orang yang berada di kekuasaan baik maka
perubahan yang baik dengan kekuasaan akan lebih mudah. Orang-orang yang dapat
menjunjung nilai dan moralitas harus ada dan tetap ada.
 Tujuan
Memberikan wacana untuk meningkatkan kualitas kader dalam penguatan ideologi dan
penanaman politik dan organisasi yang baik.
 Target
Meningkatkan kepemimpinan kader yang dapat memimpin, menerapkan fungsi politik
dan organisasi dengan baik.
 Konsep Materi
Idelogi Besar Dunia
Ideologi Muhammadiyah
Ideologi Ideologi IMM

Kepemimpinan dalam Islam


Wawasan Leadership
Teknik Advokasi

 Pengorganisasian IDEOPOLITOR
 Penanggungjawab
Yaitu Pimpinan Ikatan yng bertanggung jawab langsung secara keseluruhan terhadap
penyelenggaraan perkaderan. IDEOPOLITOR penanggung jawabnya adalah Pimpinan
Komisariat.
 Tim Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR
o Master of Training (MOT)
Yaitu seseorang yang mendapat tugas memimpin dan secara umum
bertanggungjawab atas pelaksanaan keinstrukturan.
o Vice Master of Training (Vice MOT)
Yaitu sesorang yang membantu MOT dalam menjalankan tugasnya.
o Imam of Training (IOT)
Seseorang yang mendapat tugas memandu keinstrukturan dalam aspek ibadah
keislaman.
o Observer
Yaitu sekelompok orang yang bertugas monitoring dan evaluasi perkembangan
peserta secara personal dan kelompok yang menunjukan pelatihan sesuai
dengan targetannya.
o Anggota Instruktur
Yaitu instruktur yang membantu tugas dari Master of Training, Imam Training
dan Observer.
 Narasumber
Nara sumber dalam kegiatan perkaderan IMM adalah para ahli yang kompeten di
bidangnya yang akan disajikan dalam proses perkaderan. Narasumber harus memiliki
komitmen islam yang jelas, menguasai materi, berpengalaman dan sesuai dengan
orientasi perkaderan.
 Panitia Pelaksana
Adalah tim petugas yang bersifat teknis yang bertugas menjadi penanggungjawab
pelaksana perkaderan sesuai kepentingan teknis, panitia pelaksana dibentuk oleh
penanggung jawab kegiatan.
 Deskripsi Tugas-Tugas Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR
7) Bertanggung jawab secara penuh terhadap standart kualitas pelaksanaan perkaderan
dari awal sampai akhir
8) Melakukan orientasi awal, kontol materi, evaluasi harian, evaluasi non materi, dan
evaluasi akhir
9) Membuat laporan terhadap pelaksanaan proses perkaderan
 Tugas Khusus Instruktur Cabang
Dalam pelaksanaan Perkaderan, Instruktur Cabang berperan mulai dari Pra Pelaksanaan,
Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
Pra Pelaksanaan
o Mendampingi Pimpinan Komisariat atau Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR
dalam pembuatan konsep yang merupakan terjemahan dari standarisasi perkaderan
yang disepakati dalam Lokakarya Perkaderan.
Pelaksanaan
o Melakukan kontrol muatan perkaderan agar tetap sesuai dengan standarisasi
perkaderan, kontrol muatan ini bisa dilaksanakan dengan ikut membantu dalam
pengelolaan IDEPOLITOR atau koordinasi secara masif dengan bidang kader atau
instruktur pelaksana IDEOPOLITOR terkait dengan muatan perkaderan yang
diberikan kepada peserta. Semua tugas dalam pelaksanaan tersebut dapat
dilaksanakan melewati koordinasi yang dilakukan oleh bidang kader cabang dengan
bidang kader komisariat.
Pasca Pelaksanaan
o Bersama Bidang Kader dan Bidang Organisasi Cabang melakukan kontrol terhadap
bidang kader dan Bidang Organisasi dan Mentor komisariat yang sudah terbentuk
dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola perkaderan dan follow up perkaderan.

 Ketentuan Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR


1. Master of Training dianjurkan dari Instruktur Cabang.
2. Keanggotaan instruktur diserahkan kembali kepada Pimpinan Cabang.
3. Pelaksanaan IDEOPOLITOR didampingi oleh 2 orang Instruktur Cabang/Pimpinan
Cabang IMM Bogor
 Evaluasi
Evaluasi ini merupakan penilaian keberhasilan terhadap jalannya perkaderan. Hal-hal yang
di evaluasi dalam pelaksanaan IDEOPOLITOR meliputi : evaluasi peserta, evaluasi
Instruktur Pelaksana, evaluasi Pemateri, evaluasi panitia dan evaluasi keseluruhan.
Evaluasi Peserta
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta dalam
mengikuti proses perkaderan IDEOPOLITOR. Aspek-aspek yang dinilai yakni untuk
Materi dan non Materi.
Untuk materi :
k) Tingkat keseriusan
l) Daya tangkap
m) Wawasan
n) Partisipasi
o) Kehadiran
Untuk non Materi :
g) Ibadah
h) Kemandirian
i) Akhlak
Evaluasi Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan untuk instruktur pelaksana IDEOPOLITOR
dalam mengelola proses perkaderan. Aspek yang dievaluasi terhadap instruktur
meliputi :
j. Kemampuan dalam mengendalikan forum

k. Kemampuan mengkoordinasikan semua perangkat yang terlibat dalam perkaderan


l. Pencapaian target harian IDEOPOLITOR
Evaluasi Pemateri/Narasumber
Merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap pemateri dalam memberikan materi
kepada peserta. Aspek-aspek yang dievaluasi terhadap pemateri meliputi :
j. Penguasaan Materi
k. Kesesuaian materi yang disampaikan dengan silabus atau uraian materi
l. Penguasaan forum
Evaluasi Panitia
Merupakan evaluasi yang diperuntukkan kepada panitia dalam menjalankan teknis
perkaderan. Aspek-aspek yang dievaluasi terhadap panitia meliputi :
b. Kerja kepanitiaan yang terbagi dalam sie.
Evaluasi Kesuluruhan
Merupakan evaluasi dari serangkaian prosesi kegiatan perkaderan IDEOPOLITOR.
Evaluasi ini meliputi :
j. Kesesuaian dengan rencana awal dengan realisasi di pelaksanaan
k. Hubungan antar perangkat dalam IDEOPOLITOR.
l. Ketercapain taget IDEOPOLITOR.
 Kepesertaan
Persyaratan peserta Darul Arqom Dasar adalah :
5) Sudah mengikuti DAD
6) Memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh instruktur dan panitia
penyelenggara, sesuai kebutuhan
 Ketentuan Lain
7) Materi IDEOPOLITOR yang sudah sepakati di Lokakarya Perkaderan sedapat
mungkin untuk dilaksanakan dikarenakan sudah menjadi standarisasi Perkaderan
DMO IMM Bogor.
8) Pimpinan Komisariat harus melaporkan rencana penyelenggaraan IDEOPOLITOR
selambat- lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan IDEOPOLITOR
Pimpinan Komisariat harus melaporkan hasil penyelenggaraan IDEOPOLITOR paling
lambat 2 minggu setelah penyelenggaraan kepada Pimpinan Cabang.
BAB VII

PENUTUP

Desain Perkaderan ini dibuat dan sudah disepakati dalam forum Lokakarya Perkaderan IMM
Bogor sebagai upaya untuk memperbaiki perkaderan IMM Bogor yang sejauh ini masih
mengalami ketimpangan kualitas dalam hal melakukan proses kaderisasi. Desain Perkaderan
ini sebagai bentuk penyatuan frame terkait perkaderan IMM Bogor. Desain Perkaderan ini
akan menjadi panduan khusus yang diturunkan dari SPI agar kaderisasi yang di jalankan 21
komisariat yang ada di Bogor bisa sejalan dan searah. Maka dari itu dibutuhkan kolektivitas
dari semua pihak untuk membangun kaderisasi yang ada di Bogor. Sekian dari kami Pimpinan
Cabang IMM Bogor semoga dengan adanya Desain Perkaderan IMM Bogor ini kaderisasi
yang dilakukan akan jauh lebih Progressif lagi.

Anda mungkin juga menyukai