A. PENDAHULUAN
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi yang berada
dalam naungan Muhammadiyah sebagai organisasi induknya. IMM dalam melakukan
aktivitasnya tetap mengacu kepada tujuan organisasinya yaitu Mengusahakan
terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai
tujuan muhammadiyah. Serta dalam pembinaan terhadap kadernya tetap mengacu
pada pada Tri Kompetensi Dasar atau tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
kader yaitu: Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas, serta dalam bentuk
implementasinya tetap melihat lahan garapnya yaitu : Keagamaan, Kemahasiswaan dan
Kemasyarakatan. Itulah aktivitas konkret yang harus dilakukan IMM.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi perkaderan yang
bergerak sesuai dengan tujuan organisasi induknya, yaitu Muhammadiyah. Sesuai
dengan yang ada di SPI, Perkaderan dalam ikatan merupakan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh kader dalam kehidupan, baik bersama ikatan maupun ketika sudah
berada diluar struktural, sedangkan kaderisasi itu sendiri yaitu melaksanakan proses
perkaderan sesuai dengan tujuan organisasi. Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI),
secara akumulasinya proses perkaderan yang dilakukan akan diarahkan dalam rangka
transformasi dan regenerasi kepemimpinan IMM disetiap level kepemimpinannya,
sesuai dengan spesifikasi profesi yang ditekuni, kritis, logis, terampil dinamis dan utuh.
Dan dalam menjalankan kaderisasi haruslah secara berkesinambungan (Kontinyu) dan
mengikat, karena dalam proses kaderisasi ini berjalan secara terus menerus sesuai
dengan sistem perkaderan yang ada saat ini.
Jika kita melihat situasi yang ada di IMM Bogor, bahwa permasalahan
kaderisasi kalau di tinjau dari beberapa periode terakhir yaitu terkait dengan Arah
Perkaderan yang berbeda dalam setiap komisariat-komisariat dan bahkan ada
komisariat yang belum mempunyai arah perkaderan secara konkret, perbedaan arah
perkaderan ini yang justru menjadi penyebab ketimpangan kualitas kaderisasi yang ada
karena arah perkaderan ini yang akan mendeterminasi sampai ke metodologi
perkaderan sehingga kualitas kader yang dihasilkan pun berbeda-beda, ini dikarenakan
terlalu umumnya arah perkaderan yang ada di SPI. Berkaca dari permasalahan tersebut
maka dirasa perlu untuk menyusun suatu panduan perkaderan di IMM Bogor dengan
terstruktur, sistematis, dan masif. Sehingga, bisa terbentuknya arah perkaderan yang
jelas dan selaras pada tiap komisariat nya.
Kalau kita melihat paragraf sebelumnya bahwa esensi perkaderan adalah
diarahkan pada proses transformasi dan regenerasi kepemimpinan disetiap level
kepemimpinan, namun realitas yang terjadi dilapangan hal ini belum bisa maksimal
terwujud dikarenakan ketimpangan kualitas kaderisasi yang ada di 5 komisariat yang
ada di Bogor. Secara fakta, regenerasi yang ada ditataran komisariat masih tersendat,
bahkan ada beberapa komisariat yang belum melaksanakan perkaderan dengan teratur,
apalagi secara kualitas belum lah maksimal dikarenakan ketimpangan kualitas serta
kuantitas yang terjadi dan penyebabnya adalah arah Perkaderan yang berbeda-beda,
materi-materi yang diberikan juga berbeda, dan pendampingan yang masih belum
maksimal. Permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut sangatlah
mendeterminasi dari satu hingga ke yang lainnya, arah Perkaderan menjadi hal yang
paling pokok dan fundamental karena dari arah perkaderan ini yang akan melahirkan
materi-materi atau wacana-wacana yang akan di berikan kepada kader. Kemudian
untuk menjalankan materi itu dibutuhkanlah perangkat kaderisasi atau komposisi-
komposisi yang akan menjalankan tugas dalam menjalankan konsepsi-konsepsi
kaderisasi mulai dari arah dan juga materi-materi yang akan diberikan. Itulah konsepsi
perkaderan, semuanya saling berhubungan dalam rangka membentuk kader agar
mencapai tujuan organsisasi.
Desain Perkaderan IMM Bogor merupakan sebuah panduan khusus kaderisasi
yang ada di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bogor untuk mengatur terkait
dengan konsep-konsep Perkaderan atau pola kaderisasi yang akan dijalankan sebagai
bentuk atau langkah konkret untuk mejalankan kaderisasi yang sesuai dengan
kebutuhan atau kondisi yang ada dan tetap mengacu kepada tujuan organisasi. Hal ini
dilakukan untuk memperbaiki kaderisasi yang ada di IMM Bogor di karenakan Sistem
Perkaderan Ikatan (SPI) yang sampai saat ini dirasa masih terlalu umum dan tidak
konkret dalam menjawab permasalahan kaderisasi yang ada. Desain Perkaderan IMM
Bogor ini sebagai bentuk kontekstualisasi Konkret Perkaderan yang ada di SPI dan
tentunya melihat situasi konkret perkaderan yang ada di Bogor.
Maka dari itu kedudukan Desain Perkaderan ini berada di bawah SPI,
karena Desain Perkaderan ini merupakan turunan atau terjemahan dari SPI yang
kemudian di benturkan dengan kondisi perkaderan yang ada di Bogor sehingga mampu
menjawab permasalahan-permasalahan kaderisasi di IMM Bogor.
Desain Perkaderan ini berisi :
1. Islam sebagai ideologi
2. Esensi kelahiran Organisasi
a. Kajian Historis Muhammadiyah
b. Kajian Historis IMM
3. Situasi umum Masyarakat Indonesia
4. Perkaderan dalam Muhammadiyah dan IMM serta situasi Perkaderan
IMM Bogor
a. Perkaderan Muhammadiyah
b. Perkaderan Ikatan
c. Situasi Perkaderan IMM Bogor
5. Pola Perkaderan IMM Bogor
a. Arah Perkaderan IMM Bogor
b. Target Perkaderan IMM Bogor
c. Strategi Pencapaian
d. Muatan Perkaderan
e. Metodologi Strategi Pencapaian
f. Prinsip Kaderisasi
6. Perangkat Kaderisasi IMM Bogor
7. Pedoman Pelaksana Perkaderan
a. Utama : Darul Arqam Dasar (DAD),
b. Khusus : Pelatihan Pendamping Kader (PMK)
c. Pendukung : Diklat Manajemen Organisasi(DMO),
dan IDEOPOLITOR
BAB I
ISLAM SEBAGAI IDEOLOGI
A. PENDAHULUAN
Ideologi Muhammadiyah dan IMM secara spiritual dapat menguatkan ghiroh, azam
atau tekad bermuhammadiyah yang kuat dan ikhlas untuk mendapat ridho Allah SWT.
Dan tidak dapat digoyahkan oleh kekuatan-kekuatan yang semata-mata bersifat
manusiawi; kedua, ideologi Muhammadiyah dan IMM berfungsi untuk membentuk
karakter kolektif yang bersih, yang nantinya akan sangat menentukan terwujudnya
kolegisitas yang kuat, nyaman dan damai dalam menggerakkan Muhammadiyah dan
IMM; Ketiga, ideologi Muhammadiyah dan IMM berfungsi menyusun dan menerbitkan
langkah-langkah Muhammadiyah dan IMM, serta seluruh amal usaha yang dimiliki
oleh Muhammadiyah; Keempat, ideologi Muhammadiyah dan IMM berfungsi dalam
membentengi Muhammadiyah dan IMM dari pengaruh aliran pemikiran agama yang
sesat. Dari situlah sangat penting sekali dalam mengkaji islam sebagai ideolgi untuk
merumuskan desain perkaderan, agar setiap kader mengetahui apa? bagaimana? untuk
apa? kita berjuang.
Maka dari itu mengkaji islam sebagai ideologi adalah suatu keharusan dikarenakan
ini menjadi pegangan utama atau prinsip dalam setiap aktivitas kaderisasi yang
dijalankan nantinya.
Arti Muhammadiyah
KH. Ahmad Dahlan (semasa kecil bernama Darwis) bersama anak didiknya mendirikan
Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 M. (8 Dzulhijjah 1330 H.) di Kauman,
Yogyakarta. Secara etimologis Muhammadiyah diartikan sebagai “pengikut Nabi
Muhammad SAW”, yang terdiri dari kata ‘Muhammad’ dan ‘ya nisbiyah’ yang artinya para
pengikut. Dengan demikian, secara tersirat pada dasarnya setiap orang yang meyakini dan
menjadi pengikut Muhammad SAW adalah orang Muhammadiyah tanpa dibatasi oleh
ideologi golongan, bangsa, dan organisasi.
Sementara itu secara terminologi, Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar berasas Islam dan bersumber Al Qur’an dan As-Sunnah demi terwujudnya baldhatun
thayibatun warobbul ghofur, yang bersumber pada QS. Ali Imron: 104.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah tersebut diwujudkan secara praksis dalam realita
kehidupan keagamaan dan sosial umat, antara lain dijabarkan sebagai berikut.
1. Bidang Keagamaan
Tantangan modernitas dan tradisi (bermuatan tahayul, bid’ah, dan kurafat) menjadi dua
persoalan keagamaan yang dihadapi oleh Muhammadiyah. Purifikasi atau pemurnian dan
gerakan tajdid adalah 2 hal yang menjadi ciri gerakan dakwah keagamaan
Muhammadiyah. Dengan demikian, Muhammadiyah juga merumuskan pedoman
ubudiyah, muamalah, hisab, dan sebagainya melalui keputusan tarjih Muhammadiyah
yang berisikan para ulama andal.
2. Bidang Pendidikan
Kepedulian Muhammadiyah terhadap dimensi pendidikan dibuktikan dengan mendirikan
lembaga pendidikan formal dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Konsep
yang dianut Muhammadiyah yakni dengan menggabungkan (mengintegrasikan) antara
pendidikan agama dan pendidikan umum sebagai jembatan untuk menuntaskan kebodohan
yang sedang diidap oleh umat Islam Indonesia. Tujuan mulianya tidak lain untuk
menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad SAW, “tuntutlah ilmu pengetahuan (dunia) seolah-olah kamu
hidup selama-selamanya dan tuntutlah ilmu agama (akhirat) seolah-olah kamu akan mati
esok hari.”
3. Bidang Sosial Kemasyarakatan
Salah satu peran umat Islam sebagai rahmatan lil alamin adalah bergerak di dunia
muamalah (sosial kemasyarakatan). Demi memenuhi kebutuhan umat dan untuk keperluan
dakwah, maka Muhammadiyah menjadi pelopor pergerakan dengan mendirikan rumah
sakit, panti asuhan, balai pengobatan, klinik, apotek, percetakan, lembaga peyuluhan, dan
lain-lain. Tujuannya tentu ingin mensejahterakan umat manusia di muka bumi.
4. Bidang Politik Kenegaraan
Muhammadiyah berperan besar dalam pergerakan menjelang kemerdekaan,
pascakemerdekaan, maupun dalam menjaga kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam negara kesatuan republik Indonesia. Namun, Muhammadiyah secara
organisasi tidak terlibat dalam agenda politik praktis. Inilah yang oleh pimpinan
Muhammadiyah disebut sebagai politik tingkat tinggi (high politic) yaitu kemampuan
berpolitik di atas politik praktis. Muhammadiyah selalu mengawal dan mengkritisi arah
kebijakan politik pemerintahan dengan sebutan pressure politic.
C. Ideologi Muhammadiyah
K.H Ahmad Dahlan, dalam “falsafah ajaranya,” berpesan,” Kita, manusia ini, hidup di
dunia hanya sekali, kita akan mendapatkan kebahagiankah atau kesengsaraankah ?”. Lalu
beliau mengutip ujaran klasik, yang artinya “ Manusia itu semua mati ( mati perasaanya)
kecuali para ulama, yaitu orang-orang yang berilmu. Dan para ulama pun itu dalam
kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramal pun dalam
kekhawatiran, kecuali mereka yang ikhlas atau bersih ”. Falsafah ajaran K.H Ahmad Dahlan
di atas menggambarkan bahwa dalam menjalani hidup manusia haruslah memiliki sikap
yang jelas dan mendasar.bahwa dalam kehidupan, apapun yang dilakukan harus jelas
bingkai dan arahnya, tidak hidup asal hidup, tidak beraktivitas asal beraktivitas. Itulah hidup dengan
idealisme bukan hanya kegiatan praksis.
Bagi siapapun yang mengkalim bahwa dirinya adalah seorang muslim, harus jelas apa yang
menjadi pijakan dan arahnya atu tujuanya. Secara sederhana untuk menggambarkan uraian di atas
Allah bertanya pada kalimat “ Fa’aina tadzhabun? (maka kemana kalian akan pergi?)”, dimana hidup
manusia itu lebih-lebih seorang muslim adalah menjalankan fungsi ibadah (QS. Al-Jariyat:56) dan
kekhalifahan (QS. Al-Baqarah:30) agar selamat dunia dan ahirat (QS. Al-Baqarah) untuk meraih
keridhaan dan karunia Allah (QS. Al-Fath:29). Disini jelas bahwa bagi setiap muslim apapun yang
dilakukan menurut perspektif Islam haruslah jelas idealisme atau filosofinya, sihingga hidup itu
bermakna, maslahat, dan meraih keutamaan sebagaimana diamanatkan Allah. Tak terkecuali bagi
Muhammadiyah yang menyatakan diri sebagai gerakan Islam itu sendiri.
Sebagai organisasi yang telah menyataka diri sebagai gerakan Islam, sudah semestinya aktivis
atau anggota Muhammadiyah dalam melaksnakan segala aktivitasnya memiliki pijakan dan tujuan
yang jelas. Bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan
hingga saat ini dan masa yang akan datang memiliki idealisme atau filosofi yang jelas dalam seluruh
aktifitasnya. Muhammadiyah itu gerakan Islam yang menjalankan gerakan dakwah tajdid melalui
berbagai usaha yang terorganisasi, sehingga seluruh lini dan proses geraknya bersandar pada
idealisme atau filosofi yang jelas sebagai gerakan sosial- keagamaan. Seperti jamak kita ketehui
bahwa tujuan Muhammadiyah adalah menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam yang sebenar-
benarnya. Adapun untuk menjalankan maksud dan tujuan yang mulia itu dilakukan dengan berbagi
usaha, program, dan kegiatan yang tersistemasi. Semua itu tidak lain sebagai pengejawantahan
mengemban misi untuk kejayaan Islam dan umat Islam, serta menjadikan Islam sebagai rahmat bagi
semesta alam di muka bumi.
Meningat demikaian mendasar, penting, dan strategis gerakan Muhammadiyah maka,
Muhammadiyah dalam gerakanya memiliki sistem yang jelas, di mana dicerminkan melalui ideologi.
Sebagi mana dituliskan ketua umum PP Muhammadiyah (Dr. H Haedar Nashir, M.Si) ideologi
Muhammadiyah adalah paham agama dan sistem perjuangan yang bertumpu pada Al- Quran dan
Sunnah Nabi yang sahis atau makbulah,dibingkai memlaui pemikiran-pemikiran yang mendasar
seperti Muqaddimah Anggaran Dasar, Kepribadian, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Khittah,
Pedoman Hidup Islami, dan sebagainya yang menjadi prinsip gerakan Muhammadiyah.
A. Bagian 1
Apa ideologi Muhammadiyah? Pertanyaan tersebut hampir pasti ada dalam setiap
diskusi ketika mengangkat tema “ ber-Muhammadiyah”. Haedar Nashir (2007, bagian
II:17) menjelaskan bahwa secara subtansi (isi) banyak pernyataan pikira formal dalam
Muhammadiyah yang bersentuhan atau mengandung ideologi Muhammadiyah, lebih
khusus dalam langkah-langkah per-periode. Dalam “naskah akademik” makalah pada
Muktamar ke-37 tahun 1968 bahkan ideologi Muhammadiyah dikaitkan langsung dengan
pemikiran dan idealisme K.H Ahmad Dahlan ketika melahirkan Muhammadiyah. Adapun
secara formal yang mengandung pemikiran yang lengkap mengenai ideologo
Muhammadiyah ialah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang disusun oleh
Ki bagus Hadikusuma dengan bantuan para sahabatnya pada tahun 1945, yang kemudian
sisahkan pada Tanwir tahun 1961. Sedangkan konsep yang secara lebih jelas menyatakan
ideologi tetapi dengan istilah “keyakinan dan cita-cita hidup” ialah Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) yang dibahas dalam Muktamar ke-37 tahun
1968 dan kemudian ditindaklanjuti dan dihasilkan dalam Tanwir di Ponorogo tahun 1969.
B. Bagian 2
Kelahiran Muhammadiyah memiliki persentuhan dengan “ ideologi”, yakni ide dan cita-cita
tentang Islam dari K.H Ahmad Dahlan, yang membentuk alam pikiran sekaligus usaha untuk
mewujudkanya dalam kehidupan. Idiologi adalah” ajaran atau ilmu pengtahuan yang secara
sistematis dan menyeluruh membahas mengenai gagasan, cara- cara, angan-angan atau gambaran
dalam pikiran untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat”.
Dinyatakan pula bahwa ideologi merupakan “keyakinan hidup” yang mencangkup : 1) Pandangan
hidup. 2) Tujuan hidup, dan 3) Ajaran dan cara yang dipergunakan untuk melaksanakan pandangan
hidup dalam mencapai tujuan hidup tersebut”. (Rumusan Pokok-Pokok Persoalan tentang Ideologi
Keyakinan Hidup Muhammadiyah yang disusun oleh Panitia Tajdid seksi “Ideologi Keyakinan
Hidup Muhammadiyah” dalam Muktamar ke-37 tahun 1968).
Dari pemaknaan di atas maka ideologi bukan hanya sekedar seperangkat “paham” atau pemikiran
belaka, tetapi juga “teori dan strategi perjuangan” untuk mewujudkan paham tersebut dalam
kehidupan. Sehingga jika dikatakan “Ideologi Muhammadiyah”, maka yang dimaksudkan ialah “
sistem keyakinan, cita-cita, dan perjuanan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Adapun isi atau kandungan ideologi
Muhammadiyah tersebut adalah : 1) Paham Islam atau paham agama dalam Muhammadiyah, 2)
Hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dan 3) Misi dan strategi perjuangan
Muhammadiyah. Dalam Muhammadiyah, ideologi memiliki kedudukan dan fungsi yang penting
dalam geraknya, yaitu:
1. Menjalankan dan menanamkan pandangan dunia (world view), sebutlah idiom yang
selama ini berlaku dalam Muhammadiyah tentang “Islam Agamaku, Muhammadiyah
Gerakanku”
2. Membangun komitmen idealisme untuk menjalankan misi dan cita-cita gerakan;
sehingga anggota Muhammadiyah tidak hanya sekedar aktif dan berada dalam
lingkungan Persyarikatan secara fisik, dan praktis (prakmatis)
3. Mengingat solidaritas kolektif yang kokoh, sehingga tampak satu kesatuan sistem
gerakan Muhammadiyah
4. Menyusun dan melaksanakan garis perjuangan dan strategi perjuanan sesuai dengan
sistem paham atau ideologi Muhammadiyah
5. Mobilisasi angoota untuk mencapai tujuan Muhammadiyah melalui bebagai usaha,
dan
6. Membelala atau menjaga keutuhan (eksistensi) organisasi dari berbagai pengeroposan
paham dari dalam maupun dari luar sesuai dengan prinsip Muhammadiyah.
Ideologi Muhammadiyah sebagimana dibahas dalam “Suara Muhammadiyah”
nomor 16/2007 secara subtansi mengandung tiga unsur penting yaitu:
1. Paham Agama dalam Muhammadiyah
Dilihat dari aspek kesejarahan, paham agama dalam Muhammadiyah memiliki
akar pada K.H Ahmad Dahlan tentang Isalam. Setelah Tarjih dibentuk tahun 1927,
paham agama dalam Muhammadiyah dikodifikasi menjadi pandangan resmi
organisasi, yang menjadi rujukan warga Muhammadiyah. Dari berbagai rujukan yang
diperoleh, dapat ditemukan butir-butir mendasar dari paham agama dalam
Muhammadiyah sebagai unsur penting dalam Muhammadiyah : Pertama:
Muhammadiyah memandang Islam sebagai satu mata-rantai ajaran Allah yang dibawa
oleh para Nabi hingga Nabi Muhammad yang mengoreksi dan menyempurnakan
sehingga menjadi risalah Islam yang terahir hingga ahir zaman, sebagai satu-satunya
agama yang benar dan diridhai Allah. Kedua: Muhammadiyah memiliki pandangan
yang luas tentang kandungan ajaran Islam yaitu sebagaimana disebutkan dalam kitab
Masalah Lima bahwa agama, yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
ialah apa yang diturunkan Allah dalam Al-Quran dan yang disebut dalam Sunnah yang
shahih, berupa perintah-perintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Ketiga: Muhammadiyah dalam paham
agamanya bersumberkan pada Al-Quran dan As-Sunnah yang makbulah dengan
menggunakan akal pikiran yang sesuai jiwa ajaran Islam. Keempat: Muhammadiyah
memandang Islam sebagai agama yang komprehensif atau menyeluruh.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang : a) Aqidah, b) Akhlak, c) Ibadah, dan d) Mu’amalah Duniawiyat. Islam
adalah agama untuk menyerahkan diri semata-mata karena Allah, agama semua Nabi,
agama yang sesuai fitrah manusia, agama yang menjadi petunjuk bagi manusia, agama
yang mengatur hubungan, dan agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Kelima: Muhammadiyah dalam memaknai Tajdid mengandung dua pengertian, yakni
pemurnian (purifikasi) dan pembaharuan (dinamisasi).
2. Hakikat Muhammadiyah
Menurut Pak AR Fakhruddin, Muhammadiyah adalah organisasi Islam di
Indonesia yang mempunyai dasar Islam dan sifatnya sebagai gerakan. Hal tersebut
mempertegas bahwa Muhammadiyah bukan hanya sekedar paham agama tertapi juga
sistem gerakan. (Islam Agamaku, Muhammadiyah Gerakanku). Setidaknya ada lima
poin untuk menguraiakan hakikat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam : Pertama:
Muhammadiyah sejatinya merupakan gerakan Islam yang bersumber pad Al-Quran
dan As-Sunnah, dengan mengembangkan ijtihad atau akal pikiran yang sesui jiwa
ajaran Islam, yang membedakanya dari gerakan Islam lain yang bermadzab maupun
yang tidak mengembangkan ijtihat atau akal pikiran, juga berbeda dengan gerakan
yang sekuler. Kedua: Muhammadiyah berasas Islam, sehingga Islam menjadi sumber
nilai, landasan, dan pusat orientasi seluruh gerakanya. Ketiga: Muhammadiyah
bergerak Melaksanakan dakwah sekaligus tajdid dari seluruh usahanya, karena itu
sealin dakwah tajdidpun menjadi komitmen utama gerakan Muhammadiyah.
Keempat: Muhammadiyah begerak untuk membentuk masyarakat dan bukan
membentuk negara, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Kelima:
Muhammadiyah dalam gerakanya memiliki prinsip-prinsip dan identitas diri yang
kuat bagaimana tercantum dalam Muqaddimh Anggaran dasar, Kepribadian, khittah,
pedoman hidup islami, dan pemikiran-pemikiran formal lainya termasuk AD/ ART
Muhammadiyah serta peraturan-peraturan organisasi lainya yang menjadi tatanan
resmi gerakan Muhammadiyah.
3. Fungsi-strategi Muhammadiyah
Berangkat dari misi ideal gerakan Islam yaitu menegakan tauhid yang murni
dengan menyebarkan Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah untuk
mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan Masyarakat maka
Muhammadiyah Menyatakan bahwa “Muhammadiyah mengajak segenap lapisan
bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang
mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik
Indonesia yang berfalsafah Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu
negara yang adil, makmur dan diridhai Allah : “Baldatun Thayyi-batun Wa Rabbun
Ghafur”. Kendatipun Muhammadiyah bergerak dalam segala bidang, dalam
strategi Muhammadiah tidak menempuh jalur politik praktis. Hal ini berdasarkan
Khittah pejuangan Muhammadiyah, yakni kebulatan sikap (tekat) Muhammadiyah
sesuai dengan hasil Tanwir tahun 1967 untuk menetapkan diri sebagai “Gerakan
Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar di dalam bidang Masyarakat”. Khittah
perjuangan tahun 1971 di Ujung Pandang yang kemudian disempurnakan dan menjadi
satu kesatuan dengan Khittah Perjuangan Muhammadiyah tahun 1978 di Surabaya
dalam Muktamar ke-40 mengandung dua esensi perjuangan Muhammadiyah :
Pertama: Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan dan tidak merupakan afiliasi dari suatu Partai Politik atau organisasi apapun.
Kedua: setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat memasuki
atau tidak memasuki organisasi lain sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan lainya yang belaku dalam
persyarikatan Muhammadiyah.
C. Bagian 3
Dengan ideologi Muhammadiyah yang mengandung paham agama, hakikat
gerakan, serta fungsi, misi dan strtegi perjuangan sebagaimana terjabarkan di atas,
maka jelaslah karakter, posisi dan fungsi Muhammadiyah. Pertanyaan tentang “apa”
ideologi Muhammadiyah perlahan harus bergeser kepada pemaknaan “bagaimana”.
Bukan untuk menghindari sebuah pertanyaan, namun jelas pertanyaan “apa” hanya
akan mendapat jawaban definitif-normatif yang tidak berdampak apapun dan bahkan
hanya akan menunjukan jadi diri. Jati diri sebagai “pemalas” karna hanya ingin tahu
yang berhenti pada alam pikir, jika kita merubah pertanyaan menjadi “bagaimana”
maka refleksi kita akan mengarah pada bentuk gerak dan segala hal tentang upaya dan
kerja.
Dalam menjawab “bagaimana” ideologi Muhammadiyah maka kita akan
melihat berbagai rumusan seperti Muqaddimah AD, MKCH, AD/ ART, dan lain-lain
yang mana dari kesemuanya akan menjadi pondasi sekaligus pagar dalam usaha
mencapai tujuan. Menjadi- Muhammadiyah memang bukan perkara mudah, seperti
yang diungkapkan Panglima Besar Tentara Keamanan ke-1 (12 November 1945 – 29
Januari 1950) Jendral Besar Raden Soedirman yang menyatakan “sungguh berat
menjadi kader Muhammadiyah, ragu dan bimbang lebih baik pulang”.
Buku Rujukan:
- Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah. Edisi 16-31 Desember 2012.
- Hambali, Hamdan. 2010. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara
Muhammdiyah-PT Surya Sarana Utama.
- Nugroho, Adi. 2010. Biografi Singkat K.H. Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Garasi House
of Book-Ar-Ruz Media Group.
D. KAJIAN HISTORIS IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan sebuah organisasi otonom
(ortom) muhammadiyah yang telah berkembang pesat hingga saat ini. Dalam
perjalanannya pun lahirnya IMM tidak pernah lepas dari proses perjalanan yang telah
dilakukan oleh induk IMM itu sendiri yaitu Muhammadiyah. Sehingga setiap kegiatan yang
dilakukan oleh IMM pun juga merupakan perwujudan dari cita-cita muhammadiyah.
Dalam kelahiranya, IMM yang merupakan organisasi otonom dalam wilayah
kemahasiswaan ini tidak lepas dari aspek-aspek sosio politik yang terjadi saat itu. Karena
dipungkiri atau tidak, IMM lahir untuk merespon permasalahan-permasalahan umat dan
keadaan kebangsaan pada saat itu. Untuk itu, cepat atau lambat sebuah wadah kemahasiswaan
yang terdiri dari kader-kader Muhammadiyah dari kalangan Mahasiswa pun pasti akan
terbentuk. Karena IMM adalah respon dari sebuah masalah keummatan maka kelahiran IMM
merupakan sebuah keharusan sejarah, ditengah keadaan yang serba problematis. Keadaan-
keadaan yang mengharuskan kemunculan IMM pada waktu itu digolongkan menjadi 3 hal,
yaitu :
1. Keadaan kehidupan umat dan bangsa.
2. Keadaan kehidupan kemahasiswaan.
3. Keadaan kehidupan Muhammadiyah
Kemudian dalam bukunya, farid fatoni menjabarkan keadaan tersebut menjadi 8 poin yang
merupakan faktor-faktor yang mendsak kelahiran IMM, yaitu2 :
1. Situasi bangsa yang tidak adil , pemerintahan yang otoriter dan tunggal di Indonesia.
2. Terpecahnya umat islam dan bentuk saling curiga dan fitnah serta kondisi politik umat
islam yang semakin buruk.
3. Terbingkainya kehidupan mahasiswa yang berorientasi pada kepentingan politik
praksis.
4. Masih membekasnya imbas dari Imperialisme yaitu kebodohan dan kemiskinan.
5. Merosotnya kehidupan beragama dan akidah ummat serta kehidupan materialistik-
individualis.
6. Sedikitnya pembinaan agama di lingkup kampus dan masih tingginya budaya sekuler.
7. Masih maraknya praktik-praktik bid’ah, syirik dan misionaris kristen.
8. Kehidupan ekonomi sosial dan politik semakin memburuk.
Beberapa faktor di atas menjadi semangat mengapa IMM harus lahir dan diadakan untuk
menjawab permasalahan yang ada. Meski pada mulanya mahasiswa anggota Muhammadiyah
cukup dimasukan dalam wadah Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul aisyiah , namun hal itu
dirasa kurang karena memang lahan garapan yang berbeda dan tidak langsung menyentuh
dalam area masyarakat mahasiswa secara umum. Sehingga pada muktamar ke 25 di jakarta
pada tahun 1936 yang diketuai KH. Hisyam (1934-1937) mulai muncul bibit untuk diadakanya
organisasi otonom dalam tataran masyarakat mahasiswa. Ide itu dimunculkan karena adanya
keinginan Muhammadiyah untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Maka pasca
muktamar ke-25 tersebut dikatakan adanya penghimpunan mahasiswa yang sehaluan dengan
arah dan tujuan muhammadiyah.3 Adapun maksud dan tujuan berdirinya organisasi
kemahasiswaan yang searah dengan muhammadiyah (nantinya disebut IMM ) adalah :4
Namun demikian upaya untuk menghimpun dan membina mahasiswa muhammadiyah itu
vakum, dan tidak berjalan dengan lancar karena Muhammadiyah belum memiliki perguruan
tinggi Muhammadiyah. Sehingga para kader Muhammadiyah yang sekolah diperguruan tingi
negeri maupun swasta tetap diwadahi oleh ortom yang sudah ada yaitu Pemuda
Muhammadiyah (PM), Nasyiatul Aisyiah (NA) maupun hisbul wathan (HW). Kemudian pada
perkembanganya, para mahasiswa yang tergabung dalam ke-3 ortom tersebut merasa perlu
untuk berkumpul dengan kalangan mahasiswa tersendiri. Sehingga alternatif yang dijalankan
adalah bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sehingga sempat terdapat isu
yang bergulir bahwa HMI adalah anak dari Muhammadiyah yang membawa misi kusus dari
Muhammadiyah, karena pada waktu itu di tubuh HMI di pimpin dan banyak di isi oleh tokoh-
tokoh muhammadiyah dan kader-kader muhammadiyah.5
Serta kalau kita tilik sejarahnya,ada satu hubungan yang tidak kentara anta HMI dan
Muhammadiyah, hubungan dekat yang tak kentara ini selanjutnya sangat mempengaruhi
terhadap perjalanan IMM. Hubungan kedua organisasi ini bisa dilihat dalam perjalanan
organisasinya, misal sewaktu lafrane pane mau menjajaki pendirian HMI, dia bertukar pikiran
dengan prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokoh muhammadiyah pusat) dan beliau sangat setuju.
Pendiri HMI yang lain adalah maisarah hilal (cucu KHA. Dahlan) juga aktivis Nasyiatul
Aisyah, yusdi Ghozali, anton timur jaelani, dll. Bila praduga ini benar adanya maka benar
asumsinya “bila muhammadiyah pada waktu itu tidak perlu menghimpun atau membina
langsung sebab sudah ada HMI, artinya pengkaderan itu bisa dititipkan HMI.6
Namun seiring perkembangan zaman dengan adanya aliran-aliran isma seperti pemikiran
asy syari’at, syiah, muktazillah, nasionalisme, sekularisme, pluralisme yang mewarnai tubuh
HMI. Dan di dukung dengan kondisi terdesaknya HMI setelah adanya CGMI yang dianggap
underbow dari PKI untuk memaksa untuk HMI dibubarkan. Melihat fenomena tersebut maka
Pimpinan pusat Muhammadiyah membuat sebuah kebijakan untuk menarik semua kader-kader
muhammadiyah dari HMI, dalam upaya menyelamatkan kader muhammadiyah di tingkatan
sekolah menegah atas dan perguruan tinggi.7
Kelahiran IMM memang cukup panjang dan pada saatnya memang tidak dapat ditunda
lagi kelahirannya, setelah melihat beberapa faktor yang melingkupinnya. Muhammadiyah
mulai sadar, bahwa HMI yang semula wadah alternatif dari penitipan pembinaan kadernya
secara tidk langsung ternyata mempunyai arah tersendiri. Kesimpulannya bahwa proses
kaderisasi ternyata tidak dapat dititipkan begitu saja kepada pihak lain. Bahwa bagaimana pun
proses kaderisasi pada akhirnya melahirkan satu proses kristalisasi pemikiran, sikap sebagai
akibat dari proses pengumulan ide dan perilaku.8
Sehingga pada 18 juli 1955 keinginan muhammadiyah untuk membentuk perguruan tinggi
Muhammadiyah melalui struktur kepemimpinan membentuk departemen pelajar dan
mahasiswa yang menampung aspirasi aktif dari pelajar dan mahasiswa telah terwujud yaitu
dengan didirikanya PTM di Padang Panjang yang memiliki dua fakultas yaitu hukum dan
filsafat, namun karena pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia)
maka ke-dua fakultas tersebut vakum. Kemudian berdiri kembali PTM di jakarta yang
kemudian diganti nama menjadi IKIP. Diteruskan pada 1958 mulai dirintis fakultas serupa di
Surakarta, di Yogyakarta dan Jakarta berdiri juga fakultas ilmu sosial. Karena semenjak tahu
1958 perguruan tinggi Muhammadiyah mulai berkembang pesat maka ide-ide untuk
mengembangkan IMM semakin kuat pada tahun 1960 an.
Trilogi IMM
- Keagamaan
- Kemahasiswaan
- Kemasyarakatan
Tri kompetensi dasar
- Religiusitas
- Intelektualitas
- Humanitas
Nilai dasar Ikatan
- IMM adalah gerakan mahasiswa yang bergerak tiga bidang keagamaan,
kemahasiswaan, dan kemasyarakatan
- Segala bentuk gerakan IMM tetap berlandaskan pada agama islam yang hanif dan
berkarakter rahmat bagi sekalian alam
- Segala bentuk keadilan, kesewenang-wenangan dan kemungkaran adalah lawan besar
gerakan IMM perlawanan terhadapnya adalah kewajiban kader IMM.
- Sebagai gerakan mahasiswa yang berlandaskan islam dan berangkat individu-individu
mukmin, maka kesadaran melakukan syariat islam adalah suatu kewajiban dan
sekaligus mempunyai tanggung jawab untuk mendakwahkan kebenaran di tengah
masyarakat.
- Kader IMM merupakan inti masyarakat utama yang selalu menyebarkan cita-cita
kemerdekaan, kemuliaan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat
pembebasan dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah Muhammad Saw.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui, bahwa IMM lahir adalah sebagai gerakan
yang menjadi respon atas permasalahan bangsa pada waktu itu. Dan dengan adanya berbagai
permasalaha baik di kalangan mahasiswa, masyarakat dan agama, maka maksud IMM
didirikan adalah sebagai alat pembebas dan perjuangan dakwah untuk membela bangsa, negara,
agama dan persyarikatan.
A. PENDAHULUAN
Setelah mengkaji terkait essensi kelahiran organisasi Muhammadiyah dan Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, tentunya kita sudah mengetahui bagaimana khittah organisasi
kita yang sebenarnya. Namun setelah kita tuntas di wilayah essensi kelahiran organisasi kita
harus melihat situasi masyarakat indonesia saat ini, ini bertujuan agar aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berkesesuain dengan realita yang
ada. Melihat situasi umum masyarakat indonesia saat ini merupakan sebuah keharusan bagi
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. karena kalau kita lihat dari essensi kelahiran dari
Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sangat di pengaruhi oleh kondisi
sosial masyarakat.
Dalam menentukan arah gerak perkaderan, selain pemahaman mengenai essensi
kelahiran Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Pemahaman mengenai
situasi masyarakat indonesia benar-benar menjadi kebutuhan, karena bagaimana pun
permasalahan- permasalahan yang ada IMM haruslah ikut andil dalam menyelesaikan
problem masyarakat itu.
Hal ini tentunya sangat berpengaruh dalam perkaderan, dan yang pasti sesuai dengan
kelahirannya IMM bukan hanya berperan untuk dirinya sendiri akan tetapi IMM juga
berperan terhadap permasalahan sosial. Begitu juga dengan perkaderan, aktivitas konkret
yang dilakukan dalam kaderisasi haruslah lah sesuai dengan realitas kehidupan saat ini,
dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat.
1
CIA - The World Factbook
2
CIA - The World Factbook
11 Wikipedia
12 CIA - The World Factbook
13 Badan Pusat Statistik tahun 2010
14 Release Bappenas tahun 2008
tenaga listrik bagi setiap pelosok negeri. Ratusan pelabuhan di seluruh pulau kecil dan besar di
Indonesia, dimasa depan seharusnya bisa diubah sebagai pusat-pusat industri maritim.Semua
kekayaan alam di Indonesia seharusnya tidak memberikan syarat-syarat objektif bagi keadaan
Indonesia hari ini yang miskin dan terbelakang. Namun pada kenyataannya, bagi rakyat indonesia
dari kalangan buruh, tani, pemuda, nelayan serta kaum miskin kota yang menghuni nusantara
Indonesia saat ini, kekayaan alam yang berlimpah ruah tersebut ternyata tidak mendatangkan
kemakmuran bagi mereka.
Masyarakat Indonesia
Jumlah masyarakat indonesia terus mengalami perkembangan dalam setiap tahunnya,
hingga bulan juli 2015 jumlah masyarakat indonesia sebesar 255. 993. 674 jiwa,3 yang
terdiri dari :
Dengan komposisi buruh sebanyak 20%, kaum tani sebanyak 65%, dan rakyat pekerja
di luar buruh dan kaum tani sebanyak 10%. Jumlah Pemodal Sedang sekitar 4% dan
Pemodal Besar dan Tuan Tanah Besar hanya 1%. Jumlah rakyat pekerja ini menunjukkan
besarnya cadangan tenaga produktif untuk membangun negeri ini menjadi lebih maju dan
sejahtera. Namun kehidupan klas-klas pekerja yang menjadi tenaga produktif utama
teresebut pada kenyataannya menderita dalam kemiskinan dan keterbelakangan yang
mendalam. Sementara segelintir klas penguasa, borjuasi besar dan tuan tanah besar, hidup
dalam gelimang kemewahan dengan menindas dan menghisap klas pekerja.
16
Jumlah sukubangsa yang mendiami Indonesia sebanyak 1.128 suku bangsa
dengan 746 Bahasa Daerah 17 atau sekitar 10 persen dari 7000 bahasa di dunia. Terdiri
dari suku bangsa Jawa 40,1 %, Sunda 15,5 %, Malayu 3,7 %, Batak 3,6 %, Madura 3 %,
Minyak/Gas Bumi&panas
7 Conoco Phillips Amerika Serikat
bumi
8 Avon Kosmetik Perancis
9 The Coca-Cola Company Minuman Bersoda Amerika Serikat
10 Virginia Indonesia Company Pengeboran Minyak Virginia
11 Chevron Pengeboran Minyak Amerika Serikat
12 Unilever Manufaktur Belanda
4
Tahapan tertinggi dari kapitalisme, dengan salah satu ciri utamanya adalah monopoli seluas-
luasnya segala aspek komoditi.
Imperialisme bersekutu dengan tuan tanah besar—yang juga borjuasi komprador—
untuk mendapatkan penguasaan secara monopoli atas tanah dan kekayaan alam lainnya.
Negara Republik Indonesia sebagai negara klas Borjuasi Besar Komprodor dan Tuan
Tanah menyediakan regulasi dan aturan hukum untuk melapangkan jalan Imperialisme
di Indonesia. Semisal Undang-Undang Penanaman Modal Asing, Undang-Undang
Migas, Undang-Undang Sumber Daya Air, Undang-Undang Perbankan, Undang-
Undang Ketenagakerjaan dan lain- lain. Menurut pernyataan salah satu legislator pada
Agustus 2010215 terdapat 76 Undang- Undang yang draftnya dilakukan untuk
kepentingan pihak asing.
Imperialisme sendiri merupakan tahap tertinggi dari perkembangan kapitalisme.
Imperialisme mengakhiri peridode pasar persaingan sempurna dimasa lampau menjadi
era kapitalisme monopoli. Adapun ciri-ciri dari Imperialisme adalah sbb:
1) Konsentrasi produksi dan kapital telah berkembang pada tahapan tertinggi sehingga
menciptakan monopoli yang memegang peran penting dalam kehidupan ekonomi.
2) Perpaduan antara kapital bank dengan kapital industri dan penciptaan basis bagi
apa yang dinamakan kapital finans.
3) Ekspor kapital yang berbeda dengan ekspor komoditi.
4) Pembentukan formasi kapitalisme monopoli internasional dan pembagian dunia di
antara mereka.
5) Pembagian teritori di seluruh dunia di antara kekuatan kapitalis besar telah selesai.
Imperialisme AS saat ini menjadi kekuatan kapitalisme monopoli Internasional yang
paling kuat dan memegang peranan memimpin di antara kekuatan-kekuatan
imperialisme dunia yang lain seperti Inggris, Jerman, Jepang dan kutub kekuatan
imperialisme baru seperti China dan Russia. Kekuatan ekonomi politik imperialisme
AS menjadi segi yang berdominasi di dunia melalui lembaga-lembaga multinasional
yang dikendalikan oleh AS seperti International Monetery Fund (IMF), World Bank,
World Trade Organization (WTO) dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Kelembagaan
dunia tersebut menjadi instrumen bagi AS untuk memaksakan kebijakan-kebijakan
ekonomi politik imperialisme kepada negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan.
Seperti IMF bertindak sebagai lembaga keuangan yang memastikan skema penyesuaian
struktur (Structural Adjusment Program/SAP) ekonomi politik berdasarkan
kepentingan AS melalui mekanisme hutang luar negeri yang menjerat. Sementara WTO
adalah organisasi perdagangan dunia yang bertugas menjamin pelaksanaan liberalisasi
perdagangan yang akan lebih menguntungkan bagi negeri imperialis khususnya AS.
Demikian juga PBB menjadi organisasi internasional yang setiap waktu dapat
digunakan oleh imperialis AS untuk mengesahkan kebijakan-kebijakannya, seperti
5
Tempo.co , 20 Agustus 2010
yang terjadi ketika AS melakukan agresi imperialisnya ke Irak.
Imperialisme AS adalah musuh utama bagi seluruh bangsa khususnya di negeri-
negeri jajahan dan setengah jajahan. Sejarah mencatat bagaimana imperialisme AS
mendukung klas- klas reaksioner lokal di berbagai belahan dunia untuk melakukan
penindasan terhadap massa rakyat di negeri-negeri tersebut. Dan itu terbukti misalnya
dengan dukungan AS terhadap rezim anti rakyat di benua Asia seperti rezim Indonesia,
Philipina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Nepal, dan Pakistan. Demikian
juga di benua Afrika seperti di Kongo, Mozambik, Chad, Guinea Khatulistiwa, Sudan,
Camerun dan Zaire. Sementara di Amerika Latin seperti di Argentina, Meksiko, Chili,
Peru, Uruguay, Kolombia, Puertorico, Bolivia, Honduras dan Elsalvador. Dan memiliki
pengaruh kuat terhadap beberapa rezim reaksioner di negara-negara lainnya.
Demi menjaga dominasinya Amerika Serikat terlibat dalam pembangunan kompleks
industri militer di negaranya sendiri dan di berbagai negara. Melakukan ekspor
peralatan militer dengan teknologi tinggi ke seluruh dunia. Amerika adalah pemimpin
pasar dalam seluk beluk industri persenjataan. Komplek industri militer adalah
komponen utama politik luar negeri Amerika Serikat dalam melakukan agresi
imperialisnya. Berbekal kekuataan militernya tersebut, AS melancarkan Perang Agresi
sebagaimana yang mereka lalukan semisal di Iraq dan Afghanistan. Di samping itu
Amerika membangun pangkalan militer di hampir seluruh negara jajahan, setengah
jajahan dan sekutu imperialisnya sejak berakhirnya Perang Dunia II.
o Setengah Feodal
Sejak bangsa asing melakukan ekploitasi di Indonesia pertama kali, baik VOC,
Sistem Tanam Paksa, dan masa neo-kolonialisme, kaum feodal-tuan tanah merupakan
pendukung mereka yang paling setia. Artinya tidak ada imperialisme yang begitu kuat
di Indonesia tanpa dukungan dari mereka. Feodalisme intinya adalah monopoli
penguasaan tanah dan alat kerjanya berada di tangan tuan tanah. Mereka tidak
berpartisipasi dalam produksi karena mempekerjakan buruh tani, petani miskin dan
petani sedang bawah, akan tetapi keuntungan terbesar hasil produksi diambil oleh
mereka untuk keperluan hidupnya. Feodalisme telah membantu imperialisme sehingga
dapat mengambil tanah rakyat dengan mudah, memobilisasi tenaga kerja dan
memperoleh sumber bahan mentah untuk kepentingan industri kapitalis dengan murah
dan melimpah.
Praktek monopoli tanah telah menggencet kaum tani dalam kemiskinan dan
keterbelakangan. Sebagaimana yang dilansir oleh berbagai media, bahwa 56% aset
nasional dikuasai oleh hanya 0,2% penduduk. Dari aset nasional yang dikuasai oleh
segelintir orang tersebut, 87%-nya berupa tanah22. Sementara data pertanian di tahun
2013 menyebutkan 40 juta keluarga petani hanya menguasai lahan 0,3 hektar23.
Ketidaksediaan lahan yang cukup bagi lapisan terbawah dari kaum tani dan buruh tani
melahirkan kemiskinan semakin beranak- pinak di seluruh pedesaan. Kemiskinan inilah
yang mengantarkan keluarga petani atau anak- anak mereka ber-urbanisasi ke kota atau
sebagian lagi menjadi TKI di luar negeri. Sementara industri yang tidak meluas di
perkotaan, hanya terpusat di kota-kota tertentu, mengakibatkan menumpuknya para
pencari kerja atau angkatan cadangan produksi. Jumlah permintaan akan lapangan kerja
yang tinggi, sedang penawaran yang tersedia sangat terbatas, berlakulah kemudian
hukum supply and demand dalam pasar tenaga kerja. Upah tenaga kerja kemudian
berada jatuh pada kisaran yang sangat rendah. Kembali kepada kedudukan Indonesia
sebagai negeri semi feudal atau setengah feodal, yang tentu memiliki perbedaan dengan
bentuk feodalisme itu sendiri. Adapun persamaan dan perbedaan ciri diantara keduanya
adalah sbb:
Pertanian terbelakang dengan basis monopoli tanah oleh tuan tanah dan klas borjuasi
komprador kemudian dipraktekkan demi memproduksi bahan mentah bagi industri
imperialis dan pasar imperialis (export oriented). Bahan mentah tersebut tidak ada
gunannya bagi rakyat Indonesia karena ketiadaan industri nasional yang mengolahnya.
Pertanian adalah lahan bagi imperialis, borjuasi besar komprador dan tuan tanah untuk
memperoleh keuntungan besar hampir tanpa investasi. Dominasi produksi pertanian
semacam ini di pedesaan yang luas menyebabkan keterbelakangan tenaga produktif.
Demi menyediakan kebutuhan bahan baku (raw materials) bagi tuan imperialis-nya,
perkebunan-perkebunan skala luas berdiri di berbagai wilayah pedesaan di Indonesia
dikuasai Tuan Tanah dan Borjuasi Besar Komprador. Perkebunan sawit, karet, kakao,
cokelat meluas di berbagai pulau di Indonesia. Perkebunan- perkebunan skala luas ini
ditopang oleh RI dengan kemudahan berupa pengeluaran Hak Guna Usaha dan Hak
Pengelolahan Hutan. Sehingga tidak mengherankan Neraca Perdagangan RI sangat
bergantung selain kepada ekspor mineral, terlebih kepada ekspor bahan mentah
pertanian-perkebunan. Diantara mereka yang melakukan praktek monopoli tanah itu
adalah:
a. Sinar Mas Grup melalui Sinar Mas Agro-Resources&Technology (Keluarga Eka
Tjipta Wijaya). Menguasai sekitar 1,3 juta ha lahan untuk perkebunan
b. Astra Agro Lestari sekitar 500 ribu ha (Keluarga Wiliam Suryajaya)
c. Raja Garuda Mas (Sukanto Tanoto) 777,9 ribu Ha
d. Barito Pasific (Prajo Pangestu) menguasai 555.617 Ha,
e. Indofood Sukses Makmur (Keluarga Liem Siu Liong) 467 ribu Ha
f. Wilmar Grup (Keluarga Sitorus) 500 ribu Ha
g. London Sumatera 128.763 Ha
h. Bakri Sumatera Plantation 166 ribu Ha
i. Sampurna Agro 90.055 Ha
j. Gudang Garam memiliki 14 anak perusahaan perkebunan sawit.
k. Ada ribuan lainnya yang menguasai tanah ratusan dan ribuan hektar secara
perorangan.
B. PERKADERAN MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah sebagai organisasi yang sampai hari ini masih istikamah sebagai
gerakan dakwah sosial “amal ma’ruf nahi munkar” yang selalu mampu menempatkan diri dalam
perubahan dan kemajuan kondisi sosial masyarakat sangat menyadari bahwa sebuah organisasi
yang sehat adalah organisasi yang terus bergerak secara dinamis, yang kemudian pergerakan itu
di tentukan oleh faktor internal dari organisasi tersebut. Maka dari itu perihal regenerasi
kepemimpinan merupakan bagian yang harus di bahas secara serius di dalam tubuh organisasi
agar keberlangsungan kepemimpinan organisasi tidak mengalami staknasi. Dapat di katakan
bahwa kader merupakan poros kekuatan utama dalam menjalankan dan meneruskan roda
organisasi, yang kemudian Muhammadiyah membentuk sebuah sistem yang secara holistik
berbicara dan mengatur terkait perkaderan yang ada di dalam tubuh organisasi Muhammadiyah
yang di sebut Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang
kemudian dapat di sebut (SPM) adalah “Seperangkat unsur dan keseluruhan komponen
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas yang
berhubungan dengan kader dan kaderisasi di Muhammadiyah”. Sebagai sebuah sistem,
unsur-unsur yang terkandng dalam SPM mencakup beberapa hal, antara lain adalah; Tujuan
Perkaderan Muhammadiyah; Arah Perkaderan Muhammadiyah; Profil Kader Muhammadiyah;
Jenis dan Bentuk Perkaderan; Struktur Penjenjangan Kader; Kurikulum Perkaderan; dan
Pengorganisasian Perkaderan. Dalam hal ini, sistem perkaderan di miliki ortom
Muhammadiyah, juga merupakan bagian dari Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang tidak
dapat di pisahkan.
Perkaderan Sebagai Sebuah Sistem
Sebagai sebuah sistem dan satu kesatuan yang utuh, maka Sistem Perkaderan
Muhammadiyah berlaku bagi seluruh jajarn dan komponen yang ada di dalam
Muhammadiyah, yang kemudian di atur di dalam SPM seluruh bentuk dan jenis
kaderisasi, dan pelatihan yang ada di Muhammadiyah dalam upaya pelaksanaan
perkaderannya yang secara keseluruhan hal tersebut berlaku baik secara vertikal maupun
horizontal. Yang dimaksud berlaku secara vertikal adalah SPM berlaku bagi seluruh
pimpinan Muhammadiyah mulai dari level ranting sampai dengan pusat, sebagai acuan
dan pola pelaksanaan kaderisasi secara otimal sesuai dengan tingkatan masing-masing.
Sedangkan yang di maksud berlaku secara horizontal adalah SPM berlaku dan mengikat
seluruh Unsur Pembantu Pimpinan (majelis dan lembaga), ORTOM, dan Amal Usaha
Muhammadiyah di seluruh jenjang kepemimpinan untuk dilaksanakan sebagai acuan dan
pola kaderisasi.
Karena memiliki sifat yang mengikat dan menyeluruh seperti hal yang sudah di
jelaskan sebelumnya, makan sistem perkaderan yang di miliki masing-masing ortom
menjadi bagian dari Sistem Perkaderan Muhammadiyah. Masing-masing ortom
melaksanakan dan program dan kegiatan perkaderannya berdasarkan pada kekhasan
masing-masing dengan tetap mengacu dan mengindahkan konsep dasar, prinsip dan
kurikulum yang ada di SPM secara konsisten.
Tujuan Perkaderan Muhammadiyah
Terbentuknya kader Muhammadiyah yang memiliki ruh (spirit) serta integritas dan
kompetensi untuk berperan di Persyarikatan, dalam kehidupan ummat dan dinamika
bangsa serta kontek global.
Arah Perkaderan Muhammadiyah
Secara hakikat perkaderan merupakan pembinaan individu-individu anggota
organisasi dan pimpinan secara terprogram dengan tujuan tertentu bagi persyarikatan
Muhamadiyah. Dalam Muhammadiyah perkaderan di titik beratkan pada pembinaan
idelogi; pembinaan kepemimpinan; membangun kekuatan dan kualitas gerakan; ideologi
gerakan dan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke
masa depan.
Dengan demikian, perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya dalam penanaman
nilai, sikap dan cara berpikir, serta peningkatan kompetensi dan integritas terutuma dalam
aspek ideologi, kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan, dan wawasan bagi seluruh
anggota organisasi. Dengan lain, dalam perkaderan haruslah terjadi proses penyadaran,
peneguhan, dan mengayaan.
Shidiq
Amanah
Berjiwa gerakan
2. Kompetensi Akademis dan Intelektual, dicirikan dengan nilai-nilai:
Fathonah
Tajdid
Istiqamah
Etos
Moderat
3. Kompetensi Sosial Kemanusiaan, dicirikan dengan nilai-nilai:
Kesalehan soisal
Kepedulian sosial
Suka beramal
Tabligh
Dalam menngemban amanah perjuangan di dalam persyarikatan Muhammadiyah
dimanapun dan dalam suasana apapun, dengan tiga jenis kompetensi itu setiap kader
Muhammadiyah hendaknya mempunyai cara berpikir, sikap mental, dan kesadaran
berorganisasi, serta keikhlasan.
Tujuan IMM
GBHO PC IMM
BOGOR
Pola Perkaderan
Tri Kompetensi Dasar IMM : IMM Bogor
Religiusitas
Intelektualitas
Humanitas
C. TARGET PERKADERAN
Target perkaderan merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan proses
kaderisasi yang dilakukan. target perkaderan ini sesuai dengan arah perkaderan yaitu
Penguatan nilai-nilai Ideologis yang secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai
pelaku gerakan intelektual dan keberpihakan terhadap Umat dan Bangsa. Sehingga
target perkaderannya adalah :
a. Terwujudnya kader yang berfikir kritis yakni mampu memberikan pandangan atau
pemikirannya berdasarkan landasan yang jelas.
b. Terwujudnya kader yang ideologis yakni mampu menerapkan nilai-nilai ke-Islam-an dan
ke-Muhammadiyah-an dalam setiap aktivitas organisasi maupun keseharian, sehingga
dalam aktivitas organisasi diarahkan pada penguatan nilai-nilai ideologis.
c. Terwujudnya kader yang bertanggung jawab yakni memliki kesadaran untuk
menjalankan tugas-tugasnya sebagai kader serta melaksanakan keputusan organisasi.
d. Terwujudya kader yang mempunyai kapasitas dalam memimpin dan mengorganisir yakni
memiliki kemampuan dalam memimpin dan mengorganisir anggota organisasi
e. Terwujudnya kader yang memiliki kepedulian sosial yakni mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi dan lingkungan, serta mampu memberikan tanggapan atau responnya atas
permasalahan-permasalahan sosial yang berkaitan dengan lingkungan dan kondisi
masyarakat.
f. Terwujudnya kader yang memiliki kecakapan berdakwah ditengah-tengah masyarakat
yakni mampu mengaktualisasikan nilai-nilai tri kompetensi dasar ditengah-tengah
Masyarakat.
D. STRATEGI PENCAPAIAN
Strategi pencapaian ini merupakan langkah-langkah umum yang harus dijalankan oleh
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam rangka menjalankan kaderisasi sesuai
dengan arah kaderisasi. Strategi ini diwujudkan dalam 3 (tiga) aspek pokok pembangunan
organisasi. yaitu aspek Ideologi, Politik dan Organisasi.
IDEOLOGI
Strategi umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam pembangunan aspek
ideologi, meliputi:
o Pemahaman agama islam sebagai ideologi.
o Pendalaman mengenai Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan.
o Pembangunan kerangka berfikir yang ilmiah, melalui pengembangan ilmu
pengetahuan baik itu pada wilayah teori-teori maju lainnya yang dapat
mendukung pengembangan pengetahuan.
POLITIK
Strategi umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam pembangunan aspek
politik, melitputi:
o Penguatan metode sistem analisa sosial dalam rangka menganalisa
permasalahan-permasalahan yang ada pada masyarakat.
o Responsif (Pengkajian dan Penyikapan) terhadap kebijakan-kebijakan pubik
yang dikeluarkan oleh pemerintahan yang memiliki keterhubungan langsung
dengan problem pokok masyarakat indonesia saat ini, terutama di wilayah
Bogor.
ORGANISASI
Strategi umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bogor dalam aspek pembangunan
organisasi, meliputi:
o Pemahaman prinsip-prinsip dasar pembangunan organisasi :
Dalam organisasi tidak bisa dipisahkan persoalan teori dan praktek. Ia
merupakan kesatuan yang utuh tak terpisah-pisah. Dalam segala pekerjaan
organisasi, tiap-tiap kader harus memahami prnjelasan teoritik dari
pekerjaan tersebut dan memiliki pengalaman berpraktek langsung atas
pekerjaan tersebut. Pemahaman atas teori hanya dapat diukur dari
kecocokannya dalam menjalankan hal tersebut dalam berpraktek. Begitu
pula sebaliknya, satu praktek yang baik, pasti dibimbing dan atau
menghasilkan teori yang tepat pula. Kesenjangan antara salah satu hal dari
kedua hal tersebut adanya akan menghasilkan intelektualisme di satu sisi
ataupun aktivisme maupun heroisme belaka disisi yang lain.
Kader organisasi harus cakap dalam memberikan jalan keluar/solusi atas
persoalan yang terdapat dalam organisasi atau masalah yang berada
ditengah-tengah masyarakat. Atau dengan kata lain, kader organisasi harus
cakap dalam menghadapi segala bentuk situasi apapun dan mampu
memberikan jalan keluar/solusi.
Dalam organisasi pimpinan atau pengorganisir harus memiliki hubungan
erat dengan kader. Ia tidak boleh ekslusif ataupun terisolasi dari kader, Ia
harus mampu menyerap sebanyak mungkin segala hal dari kader, mulai dari
pendapat dan pandangan-pandangan kader, informasi, dukungan sukarela
(tenaga maupun logistik) dan sebagainya. Selanjutnya semua yang didapat
dari kader dianalisa dengan cara berfikir yang benar sehingga kemudian
menghasilkan satu rancangan solusi untuk tindakan bersama. Selanjutnya,
rancangan solusi didiskusikan lagi dengan kader sampai terwujudnya
pemahaman dalam bertindak.
Dalam setiap keputusan dan pekerjaan organisasi yang telah dijalankan
haruslah dlakukan proses evaluasi atau penilaian dan koreksi terhadap
kekurangan, kesalahan-kesalahan atau segi-segi negatif, maupun
keberhasilan-keberhasilan, kemajuan atau segi-segi positif dari keputusan
yang telah diambil dan pekerjaan yang telah dilakukan. Penilaian atau
penilaian ini tidak boleh berat sebelah. Tidak tepat untuk membesar-besar
keberhasilan maupun mebesar-besar kesalahan. Begitu pula sebaliknya.
Penilain atau evaluasi ini juga dapat dilakukan menyangkut perilaku atau
tindakan individu anggota organisasi yang dianggap butuh dinilai kaitannya
dengan keberadaan organisasi. evaluasi ini juga harus menjauhkan diri dari
prasangka-prasangka maupun praduga subjektif. evaluasi harus dijalankan
secara reguler dan terus menerus secara ketat untuk kemajuan organisasi.
Dalam menjalankan aktivitas organisasi kita dituntut untuk bekerja
bersama, dalam artian kita harus saling membantu sesama anggota
organisasi untuk dapat menyelesaiakan pekerjaannya. Membantu disini
mempunyai batasan yakni memahamkan serta membimbing kawan kita
untuk menyelesaikan pekerjaannya ketika belum paham. Jadi membantu
disini bukanlah mengambil alih tanggung jawab akan tetapi membantu
dalam artian mengarahkan dan memahamkan agar keja-kerja organisasi
bisa lebih efektif.
o Pemahaman Prinsip pengambilan Kebijakan Organisasi :
Prinsip pembimbing kita dalam membentuk dan menjalankan organisasi
kita. Prinsip ini menjamin bahwa kita akan bergerak sebagai kesatuan yang
akan terorganisir. Dalam pengambilan kebijakan pimpinan organisasi harus
memperhitungkan segala sesuatu berdasarkan keseluruhan kepentingan dan
kondisi organisasi. kebijakan yang baik dari organisasi adalah berasal dari
partisipasi aktif seluruh anggota dan mengambil bagian didalamnya.
Keputusan-keputusan yang djalankan dalam organisasi secara bersama
diputuskan atas dan didasarkan kepada kepentingan umum yang kemudian
nanti tetap di tarik dengan tujuan organisasi. Dengan cara demikian kita
membuat keputusan-keputusan, rencana-rencana dan program yag benar
dan secara efektif menuntaskannya. Mempraktekkan prinsip itu adalah satu
cara untuk menjamin keberhasilan kita.
o Pemahaman mengenai administrasi organisasi.
E. MUATAN PERKADERAN
Perkaderan Utama (Darul Arqam Dasar)
Klasifikasi Materi Materi Uraian materi Pelaksanaan DAD
Ke-islaman Aqidah dan Tauhid
makna syahadatain
konsekuensi syahadatain
pandangan hidup muslim
Hakikat Islam,
islam rahmatan lil alamin.
Ibadah
konsep dan hakikat ibadah dalam
Islam
Materi Ideologi Ke- . Sejarah Muhammadiyah (sampai
Muhammadiyahan
muhammadiyah terbentuk)
. Ciri Perjuangan Muhammadiyah
. Strategi dakwah Muhammadiyah
Ke- IMMan . Sejarah kelahiran IMM
. Tujuan IMM
. Enam penegasan
. Identitas IMM
. Trilogi IMM
. Tri Kompetensi Dasar
. Slogan IMM
. Nilai Dasar Ikatan
. Profil Kader Ikatan
. Kontekstualisasi Ideologi Gerakan
IMM kekinian
Materi Keorganisasian . Hakikat Organisasi
Keorganisasian . Prinsip pembangunan organisasi
Filsafat . Pengantar filsafat
. Ciri-ciri berfikir filsafat
Materi Wawasan Gerakan Mahasiswa . Sejarah gerakan mahasiswa Indonesia
. tanggung jawab intelektual
Gender . Pengantar Gender
Retorika . Sejarah Retorika
. Definisi
. Bentuk retorika
. Fungsi retorika
. Cara beretorika
Manajemen Aksi . Tujuan Aksi
Materi Terapan
. Bentuk-bentuk Aksi
. Pentingnya Aksi
Musyawarah . Definisi Musyawarah dan Persidangan
. Tujuan Musyawarah dan Persidangan
dan Teknik . Bentuk Persidangan
Persidangan . Mekanisme Persidangan
Perkaderan pendukung merupakan perkaderan yang dilaksanakan untuk meningkatkan potensi kader sesuai
dengan minat, bakat, ketrapilan dan kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan proses kaderisasi
ikatan. Perkaderan pendukung bisa dilaksanakan dalam bentuk agenda apapun selain perkaderan khusus dan
utama. Yang terpenting agenda perkaderan pendukung dilaksanaka sesuai dengan kebutuhan komisariat.
Kemudian untuk muatan tetap mengacu kepada strategi pencapaian, agar aktivitas yang dilakukan tetep
berkesesuaian dengan arah perkaderan.
D. KETENTUAN LAIN
1. Dalam melakukan aktivitas kaderisasi yang dilakukan komisariat harus berdasarkan
strategi pencapaian (haluan muatan secara umum) dan disesuaikan dengan kemampuan
komisariat, namun dalam berjalannya aktivitas kaderisasi agar bisa maksimal sesuai
dengan strategi pencapaian (haluan muatan secara umum) akan didampingi oleh
pimpinan cabang.
2. Indikator keberhasilan yang ada dalam target perkaderan, dapat diukur melalui program
kerja yang ada di komisariat.
BAB VI
PERANGKAT KADERISASI
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BOGOR
A. PENGERTIAN
Perangkat kaderisasi adalah susunan komposisi-komposisi yang terlibat dalam
menjalankan kaderisasi, bisa di katakan bahwasannya perangkat kaderisasi ini merupakan
penentu dari konsepsi-konsepsi yang digagas mengenai perkaderan.
Perangkat kaderisasi dalam IMM merupakan susunan komposisi yang akan
menjalankan konsepsi-konsepsi perkaderan. Seperti yag kita ketahui bersama bahwasanya
dalam IMM mempunyai 3 perkaderan yatu perkaderan utama, perkaderan khusus dan
perkaderan pendukung.
B. ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT KADERISASI
Seperti yang sudah dijalaskan bahwasannya dalam melakukan perkaderan dibutuhkan
perangkat atau unsur-unsur dalam melakukan perkaderan yang akan dilakukan. Dilingkup
IMM Bogor secara normatif sudah ada perangkat kaderisasi yakni : Pimpinan Cabang,
Pimpinan Komisariat, dan Instruktur Cabang. Namun kondisi di Bogor terdapat tambahan
perangkat kaderisasi yakni Mentor Komisariat. Penambahan perangkat kaderisasi di IMM
Bogor tentunya bukan tampa alasan, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang dianggap
urgen dalam berlangsungnya proses perkaderan. Pertama, belum maksimalnya perawatan
dan pengembangan kader pasca DAD. Permasalahan ini mengakibatkan tensendatnya proses
kristalisasi ideologi dan arah pergerakan pada tiap kader. Sehingga, progresi dan regenerasi
di level pimpinan komisariat menjadi cernderung pasif dan tidak konsisten.
Kedua, belum idealnya rasio antara jumlah instrruktur dan kader. Faktor ini masih
memiliki keterkaitan dengan terhambatnya perkembangan kader. Hal ini diakibatkan oleh
tingkat pengorbitan pengurus atau kader lama untuk mengikuti perkaderan lanjutan terutama
latihan instruktur, sehingga regenerasi yang terjadi didalam tubuh korps instruktur
sendiripun masih kurang maksimal yang menyebabkan sedikitnya jumlah instruktur yang
ada di IMM Bogor. Terakhir, Instruktur cabang tidak memiliki perpanjangan tangan yang
dapat mengelola kader ditiap komisariat secara langsung, sehingga pendampingan kepada
kaderpun menjadi kurang optimal. Dengan dihadapakan pada kondisi seperti itu, maka perlu
adanya perangkat tambahan yakni tim mentor yang bisa mengelola dan membimbing
perkembangan kader secara intens serta berkelanjutan di tiap komisariat.
Melihat situasi yang ada di IMM Bogor, Pimpinan Cabang mengeluarkan keputusan
untuk membentuk tim mentor komisariat dikarenakan sudah menjadi kebutuhan di
komisariat-komisariat untuk melakukan kaderisasi. Namun agar pelaksanaan kaderisasi di
Bogor bisa berjalan dengan maksimal haruslah diatur tugas yang sangat jelas agar kerja
perangkat kaderisasi ini bisa berjalan dengan optimal terutama Instruktur Cabang dan Mentor
Komisariat. Maka dari itu di poin selanjutnya akan diatur mengenai peranan dari masing-
masing perangkat kaderisasi.
C. PERANGKAT KADERISASI
Untuk memaksimalkan kerja kaderisasi yang dilakukan, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Bogor menentukan perangkat kaderisasi yang akan menjalankan
perkaderan sehingga terbentuknya kader yang berkualitas.
Perangkat Kaderisasi :
- Pimpinan Cabang
Merupakan pimpinan tertinggi yang berada ditingkatan level diatas komisariat yang
bertanggung jawab dalam membuat kebijakan organisasi di tataran cabang yang sesuai
dengan kebutuhan dari komisariat serta melakukan pendampingan kepada pimpinan
komisariat agar dalam menjalankan kaderisasi yang ada di komisariat bisa maksimal.
- Pimpinan Komisariat
Merupakan pimpinan yang berada dibawah cabang yang bertanggung jawab untuk
melakukan pendampingan kepada kader dimasing-masing komisariat, serta selalu
senantiasa turun ke ke kader untuk mengetahui kondisi sehingga kebijakan yang di
keluarkan oleh komisariat sesuai dengan kebutuhan kader yang di tarik kepada tujuan
organisasi, sehingga kaderisasi yang dilakukan bisa maksimal.
- Instruktur Cabang
Merupakan perpanjangan tangan dari Bidang Kader Cabang yang bertanggungjawab
dalam membantu mengontrol muatan perkaderan yang dilakukan. Muatan yang
dikontrol mulai dari penurunan konsep perkaderan dari desain perkaderan Bogor
sampai ke komisariat, kontrol dalam pemberian materi ke peserta dalam proses
perkaderan serta melakukan kontrol muatan dalam follow up yang dilakukan oleh
komisariat. Namun dalam melakukan kontrol yang lebih jauh ke komisariat terutama
ikut mengontrol Pendamping Kader harus melewati komunikasi antara Bdang Kader
Cabang dengan Bidang Kader Komisariat.
- Mentor Komisariat
Merupakan perpanjangan tangan dari Instruktur Cabang Bogor yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan, pendampingan, monitoring dan follow up kader di komisariat
masing-masing. Pendampingan yang dilakukan oleh Mentor komisariat terhadap kader
dapat berupa pendekatan kultural maupun struktural, selama target-target yang sudah
ditentukan bisa tercapai.
D. BAGAN POLA PENDAMPINGAN
PIMPINAN CABANG
BIDANG KADER
KOMISARIAT
INSTRUKTUR MENTOR
CABANG KOMISARIAT
Penjelasan :
Dalam memaksimalkan jalannya kaderisasi yang ada di IMM Bogor, maka dibutuhkanlah pola
pendampingan dari semua perangkat kaderisasi yang ada. Seperti yang sudah tertera di bagan
pola pendampingan di atas bahwasanya Pimpinan Cabang harus melakukan pendampingan ke
Pimpinan Komisariat. Pimpinan cabang yang dimaksud adalah Bidang-bidang yang ada di
Pimpinan Cabang harus melakukan pendampingan kepada bidang- bidang yang ada di
Pimpinan komisariat. Untuk Bidang Kader bersama Instruktur Cabang melakukan
pendampingan kepada bidang kader komisariat bersama pendamping kader dalam hal kontrol
muatan perkaderan yang dijalankan. Kemudian Pimpinan Komisariat bersama pendamping
kader melakukan pendampingan kepada kader baru. Hal ini dilakukan agar terwujudnya
sinergisitas Pimpinan Cabang dan Pimpinan Komisariat dalam melakukan Perkaderan.
BAB VII
PEDOMAN PELAKSANAAN
DARUL ARQAM DASAR (DAD), PELATIHAN MENTORING
KOMISARIAT (PMK), DAN PERKADERAN PENDUKUNG
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BOGOR
A. PENDAHULUAN
Pedoman pelaksanaan adalah pedoman yang sangat khusus yang mengatur pelaksanaan
perkaderan yang tentunya sesuai dengan kondisi IMM Bogor yang merupakan penurunan
dari SOP (Standard Operational Procedure) yang ada di Sistem Perkaderan Ikatan. Pedoman
Pelaksanaan ini diatur dikarenakan kondisi di Bogor terdapat perbedaan dalam melakukan
Perkaderan Utama dan Perkaderan Khusus yaitu DAD dan PMK serta perkaderan
pendukung, terutama dalam aspek Materi yang diberikan, Pengorganisasian dan
Evaluasinya. Pedoman Pelaksanaan ini diatur dikarenakan kondisi di Bogor tidak bisa jika
dalam pelaksanan DAD langsung di samakan dengan panduan di SOP yang ada dalam SPI
dikarenakan ada kondisi yang berbeda di aspek keinstrukturan dan latar belakang tiap
komisariatnya.
Kondisi khusus mengenai adanya Mentor Komisariat yang sudah menjadi kebutuhan di
Bogor ini yang menjadi pembeda karena Mentor Komisariat ini juga berperan di aspek
pengelolaan perkaderan. Dan juga kalau kita lihat materi-materi yang ada di silabus DAD
yang ada di SPI perlu kita benturkan lagi dengan kondisi dan kebutuhan organisasi, ini
bertujuan agar proses perkaderan yang dilakukan bisa sesuai dengan realitas yang ada tidak
hanya normatif belaka. Maka dari itu dibuatlah pedoman pelaksanaan untuk mengatur hal-
hal secara khusus dalam perkaderan.
Secara etimologi, Darul Arqam Dasar berasal dari kata Darul Arqam yang artinya adalah
Rumah Arqam, yaitu rumah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang digunakan sebagai
tempat perkaderan Islam di masa-masa pertama. Dari rumah ini muncul tokoh-tokoh besar
Islam yang pernah dikader oleh Rasulullah SAW, seperti Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib
dan Siti Khadijah. Darul Arqam Dasar dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
merupakan tingkat dasar yang berbentuk pelatihan, dari tiga tingkatan perkaderan utama
yang ada ditubuh organisasi dan merupakan salah satu syarat untuk menjadi kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah. Sebagai perkaderan dalam tingkatan yang paling dasar DAD
harus bisa memberikan kesan pertama yang dapat memberikan stimulus untuk terus belajar
dan berproses di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Tentunya dalam melakukan hal itu
dibutuhkan materi-materi yang nantinya akan diberikan kepada calon kader sebagai injeksi
awal untuk menstimulus kader supaya mampu tetap menjalankan kaderisasi sesuai dengan
arah perkaderan sehingga, akan tercapai tujuan organisasi. Jika kita tinjau DAD yang
tercantum di SPI secara muatan, materi yang harus diberikan kepada calon kader yakni
Internalisasi dasar-dasar Islam dan meletakkan dasar pemahaman intelektualitas, sebagai
bentuk gerakan cendekiawan berpribadi dengan ilmu amaliyah dan amal ilmiah.
Kalau kita melihat kondisi yang ada di IMM Bogor, Arah perkaderan yang berbeda-
beda dari komisariat-komisariat membuat materi-materi yang diberikan kepada kader juga
berbeda-beda termasuk materi Darul Arqam Dasar itu sendiri. Perbedaan itupun sangat
beragam ada yang sama persis dengan SPI tanpa melihat kondisi dan kebutuhan
komisariatnya (Arah Perkaderan), ada juga yang melihat SPI kemudian di pertimbangkan
dengan kondisi dan kebutuhan komisariatnya (Arah Perkaderan). Hal ini harus kita akui
bahwa realita yang ada dilapangan menunjukan arah perkaderan menentukan materi-materi
perkaderan yang akan diberikan kepada sasaran (kader). Perkaderan Utama dalam Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah merupakan perkaderan yang pokok untuk dilaksanakan dan
memberikan materi atau wacana kepada kader. seperti halnya yang ada di SPI bahwa
Perkaderan utama tingkatan paling dasar yaitu Darul Arqam Dasar (DAD) merupakan
perkaderan yang memberikan injeksi muatan Internalisasi dasar-dasar islam dan meletakkan
dasar pemahaman intektualitas.
Agar kaderisasi yang dilakukan bisa berjalan secara maksimal dan juga bisa
meminimalisir permasalahan-permasalahan perkaderan utama tingkatan dasar sebelumnya,
maka pelaksanaan Darul Arqam Dasar dalam rangka injeksi muatan internalisasi dasar-
dasar islam dan meletakkan dasar pemahaman intelektualitas harus melihat pedoman
perkaderan yang ada di Sistem Perkaderan Ikatan juga disertai pertimbangan arah
perkaderan dan kondisi yang ada. Agar pelaksanaan Darul Arqam Dasar (DAD) bisa
maksimal sesuai dengan muatan yang akan diberikan, maka perlu disusun manajerial yang
tepat mulai dari Pra pelaksanaan, Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan supaya muatan dalam
perkaderan utama bisa tercapai.
Tujuan
Menginternalisasikan dasar-dasar islam, meletakkan dasar pemahaman intelektualitas
dan pengenalan terhadap arah gerak organisasi sebagai bentuk penanaman awal kepada
kader sehingga dalam orientasi ke depannya mampu melanjutkan tampuk kepemimpinan.
Targetan
- Terinternalisasikannya nilai-nilai ideologi
- Tertananamnya dasar-dasar pemahaman intelektualitas
- Terarahnya pergerakan kader di organisasi
Pengorganisasian PMK
Penanggungjawab
Yaitu Pimpinan Ikatan yng bertanggung jawab langsung secara keseluruhan terhadap
penyelenggaraan perkaderan. Pelatihan Mentor Komisariat (PMK) penanggung
jawabnya adalah Pimpinan Komisariat.
Tim Instruktur Pelaksana PMK
o Master of Training (MOT)
Yaitu seseorang yang mendapat tugas memimpin dan secara umum
bertanggungjawab atas pelaksanaan keinstrukturan.
o Vice Master of Training (Vice MOT)
Yaitu sesorang yang membantu MOT dalam menjalankan tugasnya.
o Imam of Training (IOT)
Seseorang yang mendapat tugas memandu keinstrukturan dalam aspek ibadah
keislaman.
o Observer
Yaitu sekelompok orang yang bertugas monitoring dan evaluasi perkembangan
peserta secara personal dan kelompok yang menunjukan pelatihan sesuai
dengan targetannya.
o Anggota Instruktur
Yaitu instruktur yang membantu tugas dari Master of Training, Imam Training
dan Observer.
Nara Sumber
Nara sumber dalam kegiatan perkaderan IMM adalah para ahli yang kompeten di
bidangnya yang akan disajikan dalam proses perkaderan. Nara sumber harus memiliki
komitmen islam yang jelas, menguasai materi, berpengalaman dan sesuai dengan
orientasi perkaderan.
Panitia Pelaksana
Adalah tim petugas yang bersifat teknis yang bertugas menjadi penanggungjawab
pelaksana perkaderan sesuai kepentingan teknis, panitia pelaksana dibentuk oleh
penanggung jawab kegiatan.
Deskripsi Tugas-Tugas Instruktur Pelaksana PMK
1) Bertanggung jawab secara penuh terhadap standart kualitas pelaksanaan perkaderan
(PMK) dari awal sampai akhir
2) Melakukan orientasi awal, kontol materi, evaluasi harian, evaluasi non materi, dan
evaluasi akhir
3) Membuat laporan terhadap pelaksanaan proses perkaderan (PMK)
Tugas Khusus Instruktur Cabang
Dalam pelaksanaan Perkaderan PMK, Instruktur Cabang berperan mulai dari Pra
Pelaksanaan, Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
Pra Pelaksanaan
o Mendampingi Pimpinan Komisariat atau Instruktur Pelaksana PMK dalam
pembuatan konsep PMK yang merupakan terjemahan dari standarisasi perkaderan
yang disepakati dalam Lokakarya Perkaderan.
Pelaksanaan
o Melakukan kontrol muatan perkaderan agar tetap sesuai dengan standarisasi
perkaderan, kontrol muatan ini bisa dilaksanakan dengan ikut membantu dalam
pengelolaan PMK atau koordinasi secara masif dengan bidang kader atau instruktur
pelaksana PMK terkait dengan muatan perkaderan yang diberikan kepada peserta.
Semua tugas dalam pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan melewati koordinasi
yang dilakukan oleh bidang kader cabang dengan bidang kader komisariat.
Pasca Pelaksanaan
o Bersama Bidang Kader Cabang melakukan kontrol terhadap bidang kader dan
Mentor komisariat yang sudah terbentuk dalam melaksanakan tugas sebagai
pengelola perkaderan dan follow up perkaderan.
Pengorganisasian DMO
Penanggungjawab
Yaitu Pimpinan Ikatan yng bertanggung jawab langsung secara keseluruhan terhadap
penyelenggaraan perkaderan. Diklat Manajemen Organisasi (DMO) penanggung
jawabnya adalah Pimpinan Komisariat.
Tim Instruktur Pelaksana DMO
o Master of Training (MOT)
Yaitu seseorang yang mendapat tugas memimpin dan secara umum
bertanggungjawab atas pelaksanaan keinstrukturan.
o Vice Master of Training (Vice MOT)
Yaitu sesorang yang membantu MOT dalam menjalankan tugasnya.
o Imam of Training (IOT)
Seseorang yang mendapat tugas memandu keinstrukturan dalam aspek ibadah
keislaman.
o Observer
Yaitu sekelompok orang yang bertugas monitoring dan evaluasi perkembangan
peserta secara personal dan kelompok yang menunjukan pelatihan sesuai
dengan targetannya.
o Anggota Instruktur
Yaitu instruktur yang membantu tugas dari Master of Training, Imam Training
dan Observer.
Narasumber
Nara sumber dalam kegiatan perkaderan IMM adalah para ahli yang kompeten di
bidangnya yang akan disajikan dalam proses perkaderan. Narasumber harus memiliki
komitmen islam yang jelas, menguasai materi, berpengalaman dan sesuai dengan
orientasi perkaderan.
Panitia Pelaksana
Adalah tim petugas yang bersifat teknis yang bertugas menjadi penanggungjawab
pelaksana perkaderan sesuai kepentingan teknis, panitia pelaksana dibentuk oleh
penanggung jawab kegiatan.
Deskripsi Tugas-Tugas Instruktur Pelaksana DMO
4) Bertanggung jawab secara penuh terhadap standart kualitas pelaksanaan perkaderan
DMO dari awal sampai akhir
5) Melakukan orientasi awal, kontol materi, evaluasi harian, evaluasi non materi, dan
evaluasi akhir
6) Membuat laporan terhadap pelaksanaan proses perkaderan DMO
Tugas Khusus Instruktur Cabang
Dalam pelaksanaan Perkaderan DMO, Instruktur Cabang berperan mulai dari Pra
Pelaksanaan, Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
Pra Pelaksanaan
o Mendampingi Pimpinan Komisariat atau Instruktur Pelaksana DMO dalam
pembuatan konsep DMO yang merupakan terjemahan dari standarisasi perkaderan
yang disepakati dalam Lokakarya Perkaderan.
Pelaksanaan
o Melakukan kontrol muatan perkaderan agar tetap sesuai dengan standarisasi
perkaderan, kontrol muatan ini bisa dilaksanakan dengan ikut membantu dalam
pengelolaan DMO atau koordinasi secara masif dengan bidang kader atau instruktur
pelaksana DMO terkait dengan muatan perkaderan yang diberikan kepada peserta.
Semua tugas dalam pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan melewati koordinasi
yang dilakukan oleh bidang kader cabang dengan bidang kader komisariat.
Pasca Pelaksanaan
o Bersama Bidang Kader dan Bidang Organisasi Cabang melakukan kontrol terhadap
bidang kader dan Bidang Organisasi dan Mentor komisariat yang sudah terbentuk
dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola perkaderan dan follow up perkaderan.
Pengorganisasian IDEOPOLITOR
Penanggungjawab
Yaitu Pimpinan Ikatan yng bertanggung jawab langsung secara keseluruhan terhadap
penyelenggaraan perkaderan. IDEOPOLITOR penanggung jawabnya adalah Pimpinan
Komisariat.
Tim Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR
o Master of Training (MOT)
Yaitu seseorang yang mendapat tugas memimpin dan secara umum
bertanggungjawab atas pelaksanaan keinstrukturan.
o Vice Master of Training (Vice MOT)
Yaitu sesorang yang membantu MOT dalam menjalankan tugasnya.
o Imam of Training (IOT)
Seseorang yang mendapat tugas memandu keinstrukturan dalam aspek ibadah
keislaman.
o Observer
Yaitu sekelompok orang yang bertugas monitoring dan evaluasi perkembangan
peserta secara personal dan kelompok yang menunjukan pelatihan sesuai
dengan targetannya.
o Anggota Instruktur
Yaitu instruktur yang membantu tugas dari Master of Training, Imam Training
dan Observer.
Narasumber
Nara sumber dalam kegiatan perkaderan IMM adalah para ahli yang kompeten di
bidangnya yang akan disajikan dalam proses perkaderan. Narasumber harus memiliki
komitmen islam yang jelas, menguasai materi, berpengalaman dan sesuai dengan
orientasi perkaderan.
Panitia Pelaksana
Adalah tim petugas yang bersifat teknis yang bertugas menjadi penanggungjawab
pelaksana perkaderan sesuai kepentingan teknis, panitia pelaksana dibentuk oleh
penanggung jawab kegiatan.
Deskripsi Tugas-Tugas Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR
7) Bertanggung jawab secara penuh terhadap standart kualitas pelaksanaan perkaderan
dari awal sampai akhir
8) Melakukan orientasi awal, kontol materi, evaluasi harian, evaluasi non materi, dan
evaluasi akhir
9) Membuat laporan terhadap pelaksanaan proses perkaderan
Tugas Khusus Instruktur Cabang
Dalam pelaksanaan Perkaderan, Instruktur Cabang berperan mulai dari Pra Pelaksanaan,
Pelaksanaan, dan Pasca Pelaksanaan.
Pra Pelaksanaan
o Mendampingi Pimpinan Komisariat atau Instruktur Pelaksana IDEOPOLITOR
dalam pembuatan konsep yang merupakan terjemahan dari standarisasi perkaderan
yang disepakati dalam Lokakarya Perkaderan.
Pelaksanaan
o Melakukan kontrol muatan perkaderan agar tetap sesuai dengan standarisasi
perkaderan, kontrol muatan ini bisa dilaksanakan dengan ikut membantu dalam
pengelolaan IDEPOLITOR atau koordinasi secara masif dengan bidang kader atau
instruktur pelaksana IDEOPOLITOR terkait dengan muatan perkaderan yang
diberikan kepada peserta. Semua tugas dalam pelaksanaan tersebut dapat
dilaksanakan melewati koordinasi yang dilakukan oleh bidang kader cabang dengan
bidang kader komisariat.
Pasca Pelaksanaan
o Bersama Bidang Kader dan Bidang Organisasi Cabang melakukan kontrol terhadap
bidang kader dan Bidang Organisasi dan Mentor komisariat yang sudah terbentuk
dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola perkaderan dan follow up perkaderan.
PENUTUP
Desain Perkaderan ini dibuat dan sudah disepakati dalam forum Lokakarya Perkaderan IMM
Bogor sebagai upaya untuk memperbaiki perkaderan IMM Bogor yang sejauh ini masih
mengalami ketimpangan kualitas dalam hal melakukan proses kaderisasi. Desain Perkaderan
ini sebagai bentuk penyatuan frame terkait perkaderan IMM Bogor. Desain Perkaderan ini
akan menjadi panduan khusus yang diturunkan dari SPI agar kaderisasi yang di jalankan 21
komisariat yang ada di Bogor bisa sejalan dan searah. Maka dari itu dibutuhkan kolektivitas
dari semua pihak untuk membangun kaderisasi yang ada di Bogor. Sekian dari kami Pimpinan
Cabang IMM Bogor semoga dengan adanya Desain Perkaderan IMM Bogor ini kaderisasi
yang dilakukan akan jauh lebih Progressif lagi.