Anda di halaman 1dari 12

Hukum dan Hak Asasi Manusia

dalam Islam
 A. HAM dalam Islam

Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan merupakan HAM, termasuk di dalamnya kebebasan
menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras adanya pemaksaan
keyakinan agama kepada orang yang telah menganut agama lain.
Berbeda dengan HAM ala Barat yang antrophosentris, HAM dalam hukum Islam bukan saja mengakui hak
antar sesama manusia (huququl „ibad) tetapi hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi
kepada Allah swt (huququllah).
Di dalam Al-Quran dan Hadits disebutkan bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah Allah di atas bumi,
yang dikaruniai kemuliaan dan martabat yang harus dihormati dan dilindungi.
 QS. Al-Isra ayat 70

‫ࣖ َو َلَقْد َك َّر ْم َنا َبِنْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْلٰن ُهْم ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقٰن ُهْم ِّم َن الَّطِّيٰب ِت َو َفَّض ْلٰن ُهْم َع ٰل ى َك ِثْيٍر ِّمَّم ْن َخ َلْقَنا َتْفِض ْياًل‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam .dan Kami angkut mereka di darat dan di
laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak
makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”. Hal ini mengandung pengertian
bahwa manusia secara fitrah (natural) memiliki kemulian (karamah) dan oleh karenanya kemuliaan ini
harus dilindungi.
Dalam persepektif Islam, konsep HAM itu dijelaskan melalui konsep maqâshid al- syarî’ah (tujuan
syari’ah), yang sudah dirumuskan oleh para ulama masa lalu. Tujuan syari‘ah (maqâshid al-syarî’ah)
ini adalah untuk mewujudkan kemaslahatan (mashlahah) umat manusia dengan cara melindungi dan
mewujudkan dan melindungi hal-hal yang menjadi keniscayaan (dharûriyyât) mereka, serta
memenuhi hal-hal yang menjadi kebutuhan (hâjiyyât) dan hiasan (tahsîniyyât) mereka”.
Bentuk-bentuk Teori Maqashid Syariah :

1. Maqashid syariah untuk melindungi agama


Bentuk maqashid syariah untuk melindungi agama merupakan hak memeluk dan meyakini seseorang boleh dan berhak memeluk agama
yang diyakini secara bebas dan tanpa gangguan.
Contoh penjagaannya adalah dengan melaksanakan shalat dan zakat. Sedangkan dari segi pencegahan dilakukan dengan jihad atau
hukuman bagi orang-orang yang murtad.
2. Maqashid syariah untuk melindungi jiwa
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi jiwa merupakan landasan dan alasan yang menyatakan bahwa seorang manusia tidak boleh
disakiti, dilukai, apalagi dibunuh.
Contoh penerapannya adalah dengan makan dan minum. Sedangkan dari segi pencegahan dilakukan dengan cara qisas dan diyat.
3. Maqashid syariah untuk melindungi pikiran
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi pikiran atau akal. Berangkat dari hal ini, maka segala hal yang menyebabkan hilangnya akal
menjadi tidak boleh. Termasuk di dalamnya mengonsumsi narkoba atau minuman keras. Termasuk dalam hal ini juga adalah kebebasan
berpendapat secara aman bagi setiap orang.
Contoh penerapannya dalam bentuk penjagaan dilakukan dengan makan dan mencari makan. Sedangkan dalam bentuk pencegahan
dilakukan dengan menegakkan hukum bagi pengonsumsi narkoba.
4. Maqashid syariah untuk melindungi harta
Maqashid syariah untuk melindungi harta menjamin bahwa setiap orang berhak memiliki kekayaan harta benda dan merebutnya dari orang
lain merupakan hal yang dilarang. Baik dalam bentuk pencurian, korupsi, dan lain sebagainya.
Contoh penerapan hal ini dilakukan dengan cara melaksanakan jual beli dan mencari rizki. Sedangkan bentuk pencegahan dilakukan
dengan hukum potong tangan bagi pencuri dan menghindari riba.
5. Maqashid syariah untuk melindungi keturunan
Maqashid syariah untuk melindungi keturunan membuat maka zina menjadi terlarang karena dapat memberikan dampak negatif. Baik
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ada tiga karamah (kemuliaan) yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia
terlepas dari latar belakang etnik, agama dan politik mereka, yakni:
(1)karamahfardiyyah (kemuliaan individual) yang berartti bahwa Islam melindungi aspek-aspek kehidupan
manusia baik aspek spiritual maupun meterial., (2) karamah ijtima’iyyah (kemuliaan kolektif) yang berarti
bahwa Islam menjamin sepenuhnya persamaan di antara individu-individu, dan (3) karamah siyasiyyah
(kemuliaan secara politik) yang berarti bahwa Islam memberi hak politik pada individu-individu untuk memilih
atau dipilih pada posisi-posisi politik, karena mereka adalah wakil Allah. Dikutip dalam Ahmad Syafii Maarif,
Islam dan Masalah Kenegaraan. ”. untuk memperoleh pendidikan, (4) perlindungan terhadap harta (hafizh al-
mal), yang mengandung pengertian juga hak untuk memiliki harta, bekerja dan hidup layak, (5) perlindungan
terhadap keturunan (hifzh al-nasl), yang mengandung pengertian juga hak untuk melakukan pernikahan dan
mendapatkan keturunan. Sebagian ulama menyebutkan perlindungan terhadap kehormatan (hifzh al-‘irdh)
sebagai gantihifzh al-nasl, yang mengandung pengertian hak untuk memiliki harga diri dan menjaga kehormatan
dirinya.
Hadits tersebut dilanjutkan dengan ucapan Nabi: “Wahai manusia, sungguh darahmu,hartamu dan kehormatan
(martabat) mu adalah suci, terhormat”. Hadits lain tentang HAM ini adalah Umar bin Khattab kepada Amr ibn
Ash, gubernur Mesir yang memperlakukan seorang warganya dengan kasar, “Mengapa kamu memperlakukan
rakyatmu seperti budak, padahal mereka dilahirkan oleh ibunya sebagai manusia yang merdeka”.
Tujuan syari’ah (maqâshid al-syari’ah) tersebut diperkuat dengan prinsip-prinsip hukum Islam yang meliputi
‘adl (keadilan), rahmah (kasih sayang), dan hikmah (kebijaksanaan) baik dalam hubungan dengan Allah, dengan
sesama manusia maupun dengan alam.
Hasil Deklarasi HAM Secara Universal

(1) Hak untuk hidup,


(2) Hak kebebasan beragama,
(3) Hak kebebasan berpikir dan berbicara,
(4) Hak memperoleh pendidikan,
(5) Hak untuk bekerja dan memiliki harta kekayaan,
(6) Hak untuk memilih tempat tinggal sendiri.
Q.S Al-Baqarah:256

 ‫ٓاَل ِاْك َر اَه ِفى الِّدْيِۗن َقْد َّتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َّيْكُفْر ِبالَّطاُغ ْو ِت َو ُيْؤ ِم ْۢن ِباِهّٰلل‬
‫َفَقِد اْس َتْمَس َك ِباْلُع ْر َو ِة اْلُو ْثٰق ى اَل اْنِفَص اَم َلَهاۗ َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar
kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh)
pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.
HAM dalam Al-Qur’an

 Sebagai kitab suci kemanusiaan, Alquran tentu tidak saja menjadi


petunjuk bagi umat Islam, tetapi juga untuk umat manusia secara
umum. Alquran sarat dengan nilainilai kemanusiaan universal.
Alquran juga telah menginspirasi lahirnya prinsip- prinsip hak asasi
manusia secara global.
A. Nilai-nilai HAM dalam Al-Qur’an
1. Pertama, Alquran menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebersamaan .
‫يَا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك وُنوا َقَّو اِم يَن ِهَّلِل ُش َهَد اَء ِباْلِقْس ِط ۖ َو اَل َيْج ِرَم َّنُك ْم َش َنآُن َقْو ٍم َع َلٰى َأاَّل َتْع ِد ُلواۚ اْع ِد ُلوا ُهَو َأْقَر ُب ِللَّتْقَو ٰى ۖ َو اَّتُقوا َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا‬
‫( َتْع َم ُلوَن‬QS Al-Maidah/5: 8).

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ Ayat ini mengisyaratkan betapa pentingnya
keadilan itu dan betapa perlunya jiwa besar dalam mewujudkan keadilan itu. Tidak dibenarkan rasa keadilan
dikorbankan demi kepentingan subjektivitas.
2. Kedua, Alquran tidak menoleransi pembinasaan diri sendiri dalam mencapai tujuan, sesuci apa pun tujuan itu.

‫( وََاْنِفُقْو ا ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َو اَل ُتْلُقْو ا ِبَاْيِد ْيُك ْم ِاَلى الَّتْه ُلَك ِةۛ َو َاْح ِس ُنْو اۛ ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِسِنْيَن‬QS Al-Baqarah/2: 195)
Artinya:”Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan
dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
3. Ketiga, Alquran menoleransi fleksibilitas dalam memperjuangkan sebuah cita-cita.

‫َو َقاَل ٰي َبِنَّي اَل َتْد ُخ ُلْو ا ِم ْۢن َباٍب َّو اِحٍد َّو اْد ُخ ُلْو ا ِم ْن َاْبَو اٍب ُّم َتَفِّر َقٍۗة َو َم ٓا ُاْغ ِنْي َع ْنُك ْم ِّم َن ِهّٰللا ِم ْن َش ْي ٍۗء ِاِن اْلُح ْك ُم ِااَّل ِهّٰلِلۗ َع َلْيِه َتَو َّك ْلُت َو َع َلْيِه َفْلَيَتَو َّك ِل اْلُم َتَو ِّك ُلْو َن‬
(QS Yusuf/12:67).
Dan dia (Yakub) berkata, “Wahai anak-anakku! Janganlah kamu masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari
pintu-pintu gerbang yang berbeda; namun demikian aku tidak dapat mempertahankan kamu sedikit pun dari (takdir)
Allah. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula bertawakallah orang-
orang yang bertawakal.” Sungguh indah maksud ayat ini, memberikan peluang kepada setiap orang untuk menempuh
jalan yang berbedabeda dalam mengekspresikan pendapat masing-masing, tentunya dalam kerangka dasar yang
sama.
4. Keempat, Alquran tidak menoleransi pemaksaan kehendak dalam mencapai tujuan, khususnya pemaksaan
kehendak keagamaan terhadap orang lain.

‫ٓاَل ِاْك َر اَه ِفى الِّد ْيِۗن َقْد َّتَبَّيَن الُّر ْشُد ِم َن اْلَغِّي ۚ َفَم ْن َّيْك ُفْر ِبالَّطاُغ ْو ِت َو ُيْؤ ِم ْۢن ِباِهّٰلل َفَقِد اْس َتْم َس َك ِباْلُعْر َو ِة‬
‫( اْلُو ْثٰق ى اَل اْنِفَص اَم َلَهاۗ َوُهّٰللا َسِمْيٌع َع ِلْيٌم‬QS Al Baqarah/2: 256).
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar
dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah
berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Rasulullah anutan kita hanya ditugasi menyampaikan dakwah dengan bijaksana, tidak untuk memaksa orang lain
mengikuti ajaran agamanya. Kita tentu berharap agar berbagai pihak tidak terlalu jauh menyeret ayat-ayat Alquran
untuk melegitimasi pola perilaku yang justru tidak sejalan dengan tujuan utama (maqashid al-‘ammah) Alquran itu
5. Kelima, Alquran lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan serta kebersamaan ketimbang
perbedaan, apalagi permusuhan.

‫ُقْل ٰٓيَاْه َل اْلِكٰت ِب َتَعاَلْو ا ِاٰل ى َك ِلَم ٍة َس َو ۤا ٍۢء َبْيَنَنا َو َبْيَنُك ْم َااَّل َنْعُبَد ِااَّل َهّٰللا َو اَل ُنْش ِرَك ِبٖه َش ْئًـا َّو اَل َيَّتِخ َذ َبْعُض َنا َبْعًض ا َاْر َباًبا ِّم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللاۗ َفِاْن َتَو َّلْو ا‬
‫( َفُقْو ُلوا اْش َهُد ْو ا ِبَاَّنا ُم ْس ِلُم ْو َن‬QS Ali Imran/3: 64).

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan)
yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-
tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang Muslim.” Isyarat ayat ini senada dengan rumusan yang telah dirumuskan the founding
father bangsa kita, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu karena adanya common platform
yang sama.
6. Keenam, Alquran menekankan perlunya kita bersikap kritis terhadap berbagai informasi yang
diperoleh.
‫( ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاْن َج ۤا َء ُك ْم َفاِس ٌۢق ِبَنَبٍا َفَتَبَّيُنْٓو ا َاْن ُتِص ْيُبْو ا َقْو ًم ۢا ِبَج َهاَلٍة َفُتْص ِبُح ْو ا َع ٰل ى َم ا َفَعْلُتْم ٰن ِدِم ْيَن‬QS Al-Hujurat/49: 6).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.
7. Ketujuh, Alquran juga mewanti-wanti kita untuk tidak menjadi sumber kericuhan atau provokator di dalam
masyarakat.

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْج َتِنُبْو ا َك ِثْيًر ا ِّم َن الَّظِّۖن ِاَّن َبْعَض الَّظِّن ِاْثٌم َّو اَل َتَج َّسُس ْو ا َو اَل َيْغ َتْب َّبْعُض ُك ْم َبْعًض ۗا َاُيِح ُّب َاَح ُد ُك ْم َاْن َّيْأُك َل َلْح َم َاِخ ْيِه َم ْيًتا َفَك ِرْه ُتُم ْو ُۗه‬
‫( َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َتَّو اٌب َّر ِح ْيٌم‬Al-Hujurat/49: 12).
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha
Penyayang.

Anda mungkin juga menyukai