Anda di halaman 1dari 8

SOAL UAS

Mata Kuliah : Pend. Agama Islam


SKS : 2
Dosen Pengampu : Muh. Rosyid Ridlo, S.Ag, M.S.I

AGUSTIN TRI WARDANI_V1121005_KELAS A

1. Jelaskan tentang perbedaan Zakat dan Pajak dilihat dari 3 sisi !


Jawab :
No. Uraian Zakat Pajak
1. Tarif Ditetapkan berdasarkan Al- Qur’an Ditetapkan berdasarkan ijtihad
dan hadis ulama
2. Pengguna Dana Mustahik Tertentu Pengeluaran Negara selain mustahik
zakat
3. Penerima Hanya 8 golongan ( asnaf ) Semua Golongan termasuk orang
Manfaat kaya
4. Syarat Disyaratkan Tidak Disyaratkan
Ijab/Kabul
5. Imbalan Pahala dari Allah SWT Tersedianya barang dan jasa untuk
masyarakat

2. Pada saat ini penyebaran Islam atau membumikan Islam di Indonesia yang paling
efektif menggunakan cara apa ?
Jawab :
Dengan cara berdakwah. Tidak ada paksaan dan kekerasan yang dilakukan. Sebaliknya,
dakwah dilakukan dengan kelembutan hati dan cinta kasih. Dan, terbukti dakwah
dengan cara serta medium seperti ini efektif dalam mengambil hati masyarakat saat ini,
apalagi dakwah saat ini bisa di unggah dan disebarkan melalui media sosial, dan
siapapun bisa menyebarkan kebaikan tersebut. Tidak ada perlawanan dan pertentangan
yang berarti. Yang ada adalah dialektika budaya yang diselingi pesan-pesan
keagamaan.
Penyebaran Islam dengan cara seperti itu juga dilakukan saat di Indonesia.
3. Bagaimana Islam memandang politik yang sedang terjadi di Indonesia contohnya
tentang Demokrasi jelaskan beserta dalil !
Jawab :
Politik yang terjadi di Indonesia yaitu Demokrasi merupakan sistem politik yang
dipandang sejalan dengan Islam. Islam memandang bahwa prinsip- prinsip demokrasi
sesungguhnya juga terkandung dalam ajaran islam seperti keadilan, persamaan,
musyawaran dan lain sebagainya. Demokrasi adalah sebuah gagasan yang mendasarkan
prinsip kebebasan, kesetaraan, dan kedaulatan manusia untuk menentukan hal-hal yang
berkaitan dengan urusan publik, maka secara mendasar sejalan dengan islam.
Pertama, pada ajaran islam tentang nilai-nilai kehidupan yang harus dijadikan acuan,
yaitu:
a. Al-musawah atau persamaan derajat kemanusiaan di hadapan Allah swt. Dalam
konsepsi islam, semua manusia sama dalam martabat dan kedudukannya, tidak ada
perbedaan di hadapan Allah kecuali dalam hal ketakwaanya. Allah berfirman dalam
Surat al-Hujurat (49) ayat 13:
‫ارفوا َوقَبَائِلَ شعوبًا َو َج َع ْلنَاك ْم َوأ ْنثَى ذَكَر م ِْن خَ لَ ْقنَاك ْم ِإ َّنا النَّاس أَيُّ َها يَا‬
َ ‫ّللاِ ِع ْندَ أ َ ْك َر َمك ْم ِإ َّن ۚ ِلت َ َع‬
َّ ‫ِإ َّن ۚ أَتْقَاك ْم‬
َ َّ ‫علِيم‬
‫ّللا‬ َ ‫َخ ِبير‬
Artinya :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
b. Al-hurriyah, kemerdekaan atau kebebasan berdasarkan pertang- gungjawaban
moral dan hukum, baik di dunia maupun di akhirat. Prinsip ini didasari oleh konsep
yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan yang memandang bahwa manusia
adalah makhluk terhormat yang diberikan kemudahan oleh Allah untuk mem-
punyai kebebesan memilih. Dalam islam, prinsip ini adalah ayat perjanjian ketika
manusia membenarkan ke-rububiyah-an Allah. Allah berfirman dalam Surat al-
A’raf (7) ayat 172:
ْ‫ور ِه ْم م ِْن آدَ َم بَنِي م ِْن َربُّكَ أ َ َخذَ َوإِذ‬ ِ ‫علَى َوأ َ ْش َهدَه ْم ذ ِريَّت َه ْم ظه‬
َ ‫ش ِهدْنَا ۛ بَلَى قَالوا ۖ بِ َربِك ْم أَلَسْت أَنْف ِس ِه ْم‬
َ ۛ ‫أ َ ْن‬
‫ع ْن كنَّا إِنَّا ْال ِقيَا َم ِة يَ ْو َم ت َقولوا‬
َ ‫غَافِلِينَ َهذَا‬
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturu- nan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
c. c. Al-ukhuwwah, persaudaraan sesama manusia sebagai satu species yang
diciptakan dari bahan baku yang sama. Allah berfirman dalam Surat al-Baqarah (2)
ayat 213:
َ‫ّللا فَبَعَثَ َواحِ دَة ً أ َّمةً النَّاس َكان‬ َّ َ‫َاب َمعَهم َوأ َ ْنزَ َل َوم ْنذ ِِرينَ مبَش ِِرينَ النَّبِيِين‬ َ ‫ق ْال ِكت‬ ِ ‫اس بَيْنَ ِل َي ْحك َم بِ ْال َح‬
ِ َّ‫الن‬
‫اخت َ َلفوا فِي َما‬ َ ‫ّللا فَ َهدَى ۖ َب ْينَه ْم بَ ْغيًا ْالبَيِنَات َجا َءتْهم َما بَ ْع ِد م ِْن أوتوه الَّذِينَ إِ َّّل فِي ِه ا ْخت َ َل‬
ْ ‫ف َو َما ۚ فِي ِه‬ َّ َ‫ِل َما آ َمنوا الَّذِين‬
ِ ‫ّللا ۗ ِبإِذْنِ ِه ْال َح‬
‫ق مِنَ فِي ِه ا ْخت َ َلفوا‬ َّ ‫ص َراط ِإلَى يَشَاء َم ْن يَ ْهدِي َو‬
ِ ‫م ْستَقِيم‬
Artinya: ”manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka
Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterang- an yang nyata, karena dengki antara mereka
sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus
d. Al-‘Adalah, keadilan yang berintikan kepada pemenuhan hak-hak manusia sebagai
individu maupun sebagai warga masyarakat. Allah berfirman dalam Surat al-
Ma’idah (5) ayat 8:
‫علَى قَ ْوم شَنَآن يَج ِْر َمنَّك ْم َو َّل ۖ بِ ْال ِقسْطِ ش َهدَا َء ِ َّلِلِ قَ َّوامِينَ كونوا آ َمنوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬
َ ‫أ َ ْق َرب ه َو ا ْعدِلوا ۚ ت َ ْعدِلوا أ َ َّّل‬
‫ّللاَ َواتَّقوا ۖ لِلت َّ ْق َوى‬
َّ ۚ ‫ّللاَ إِ َّن‬
َّ ‫ت َ ْع َملونَ بِ َما َخبِير‬
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
e. Al-syura, musyawarah, dimana setiap warga masyarakat berhak atas partisipasi
dalam urusan publik yang menyangkut kepen- tingan bersama. Dalam hal ini
mengutamakan prinsip musyawarah sebagaimana firman Allah dalam Surat al-
Syura (42) ayat 38:
َ‫صلو ۖة َ َواَقَاموا ل َِربِ ِه ْم ا ْست َ َجاب ْوا َوالَّ ِذيْن‬
َّ ‫ۚ ي ْنفِق ْونَ َرزَ ْقنه ْم َو ِم َّما بَ ْينَه ۖ ْم ش ْورى َوا َ ْمره ْم ال‬
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka
Menurut Muhammad Alim, negara demokrasi: Syura (mu- syawarah sebagai
demokrasi Islam), ditandai dengan kebebasan berbicara dan mengeluarkan
pendapat, kebebasan dari ketakutan, kebebasan berkomunikasi dan memperoleh
informasi, kebebasan memilih tempat tinggal, persamaan, kesetaraan laki-laki dan
perempuan, hak atas suaka politik, hak dan kewajiban membela negara, dan hak
atas perlindungan kebebasan pribadi.
f. Al-Mas‟uliyyah/responsibility, prinsip pertanggungjawaban yang dipikul oleh
setiap pemegang kekuasaan. Perlu dipahami bahwa kekuasaan merupakan amanah
yang harus diwaspadai dan bukan nikmat yang harus disyukuri. Khusus bagi
penguasa, pengertian amanah berarti fungsi ganda yakni amanat Allah dan amanat
rak- yat.15
Kedua, ajaran islam tentang hak-hak yang harus diusahakan pemenuhannya oleh
diri sendiri maupun masyarakat/negara yang meliputi:
a. Hifdz al-nafsi, hak hidup
b. Hifdz al-din, hak beragama
c. Hifdz al-`aqli, hak untuk berpikir
d. Hifdz al-mal, hak milik individu/property right
e. Hifdz al-`irdh, hak mempertahankan nama baik
f. Hifdz al-nasl, hak untuk memiliki dan melindungi keturunan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membicarakan pandangan Islam dalam
demokrasi terdapat beberapa perbedaan pandangan. Namun demikian dalam Islam,
sesungguhnya ada nilai-nilai yang sejalan dengan prinsip demokrasi seperti al-
musawah atau persamaan, al- hurriyah kemerdekaan atau kebebasan, al-ukhuwwah
atau persaudaraan sesama manusia, al-adalah atau keadilan, al-syura atau
musyawarah, dan al- mas‟uliyyah atau tanggung jawab.
Sejatinya, nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan Islam dapat diterapkan dalam
sendi-sendi kehidupan.

4. Jelaskan perbedaan antara Toleransi dan Pluralisme serta bagaimana Islam


memandang tentang Toleransi beragama khususnya di Indonesia !
Jawab :

Perbedaan :
 Pluralisme adalah pandangan hidup yang mengakui dan menerima adanya
keanekaragaman dalam suatu masyarakat.
 Toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antarsesama
manusia.

Tidak diragukan lagi bahwa Islam sangat menganjurkan sikap toleransi, tolong-
menolong, hidup yang harmonis dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang
agama, bahasa, dan ras mereka. Di Indonesia lebih dari 1 agama yang diakui, tentu kita
diwajibkan untuk bersikap toleransi sesama warga negara walaupun berbeda agama,
dalam Islam pun juga mengajarkan untuk berbuat baik dan saling menghargai, seperti
firman Allah :
‫ّللا يَ ْنهىكم َّل‬ َ َ‫الدي ِْن فِى يقَاتِل ْوك ْم لَ ْم الَّ ِذيْن‬
ٰ ‫ع ِن‬ ِ َ‫ّللاَ ا َِّن اِلَ ْي ِه ۗ ْم َوت ْقسِط ْْٓوا تَبَ ُّر ْوه ْم ا َ ْن ِدي‬
ِ ‫ارك ْم م ِْن ي ْخ ِرج ْوك ْم َولَ ْم‬ ٰ ُّ‫يحِ ب‬
َ‫ْالم ْقسِطِ يْن‬
‫ّللا َي ْنهىكم اِنَّ َما‬ َ َ‫الدي ِْن فِى قَات َل ْوك ْم ا َّل ِذيْن‬
ٰ ‫ع ِن‬ ِ ‫ارك ْم ِم ْن َوا َ ْخ َرج ْوك ْم‬ َ ‫علْٓى َو‬
ِ ‫ظاهَر ْوا ِد َي‬ ِ ‫َو َم ْن ت ََولَّ ْوه ۚ ْم ا َ ْن ا ِْخ َر‬
َ ‫اجك ْم‬
ٰۤ
‫الظٰلِم ْونَ هم فَاولىِٕكَ يَّت ََولَّه ْم‬
Artinya :
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak (pula) mengusirmu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya
melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu, (yaitu) orang-orang yang
memerangimu dalam urusan agama dan mengusirmu dari kampung halamanmu, serta
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa yang menjadikan mereka
sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Berdasarkan hal itu, Ali Mustafa Yaqub dalam sebuah bukunya menegaskan bahwa
ayat ini merupakan dalil yang mewajibkan umat Islam untuk berbuat baik kepada non
muslim, selama mereka tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka
serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka.
Bahkan Nabi Muhammad SAW mengancam umat Islam yang memerangi non muslim
yang seperti ini dengan peringatan keras dan tegas untuk tidak memasukkan mereka ke
dalam sorga. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda :

‫ِير ِة م ِْن تو َجد ِري َح َها َو ِإ َّن ْال َجنَّ ِة َرا ِئ َحةَ َي ِر ْح لَ ْم م َعا َهدًا قَتَلَ َم ْن‬
َ ‫عا ًما أ َ ْر َبعِينَ َمس‬
َ . (‫ي َر َواه‬
ُّ ‫َار‬ ْ
ِ ‫)البخ‬
“Barangsiapa yang membunuh non muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam,
maka ia tidak akan mencium keharuman sorga. Sesungguhnya keharuman sorga itu bisa
dicium dari jarak 40 tahun perjalanan di dunia.” (H.R. Bukhari)
Jadi, toleransi dalam menghargai agama lain di memang diajarkan dalam islam,
pengakuan Islam terhadap keberadaan agama lain telah ada semenjak masa Nabi
Muhammad SAW sampai saat sekarang. Namun sebaliknya Islam sangat menentang
keras ajaran pluralisme yang membawa kepada keyakinan bahwa semua agama adalah
benar. Karena satu-satunya agama di sisi Allah itu hanyalah Islam semata. (Ali ‘Imran:
19). Sehingga sebagai seorang muslim dan sebagai warga negara Indonesia kita tidak
boleh menghina ataupun membeda-bedakan agama, kita hanya perlu meyakini agama
kita masing-masing dan percaya kepada Allah SWT, karena bagaimanapun kita hidup
berdampingan dan Islam mengajarkan kerukunan serta toleransi.

5. Kemukakan pendapat anda mengenai Islam yang sejalan dengan kemajuan


IPTEK dan bagaimana tanggapan anda untuk menanggapi orang yang
berpendapat bahwa Islam adalah agama Kuno !
Jawab :

 Di dunia tentu kita akan menghadapi perkembangan-perkenbangan kehidupan


yang ada, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK.
Akar-akar kemajuan yang dicapai umat Islam memang telah diletakan dasar-
dasarnya oleh Rasulullah. Beliau mengajarkan kepada para sahabat bahwa
menguasai ilmu itu adalah wajib. Kewajiban yang tidak membedakan laki-laki
dan perempuan. Secara teologis, Allah telah menetapkan bahwa yang akan
mendapat kemajuan pada masa depan adalah bangsa yang menguasai ilmu
pengetahuan yang dilandasi dengan iman. Dalam sejarah, kita dapat
menyaksikan kemajuan Iptek umat Islam membawa kemajuan bagi umat Islam
dalam bisang ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan. Namun, dimasa
sekarang bangsa- bangsa muslim tertinggal dalam Iptek sehingga yang
menguasai dunia secara ekonomi, politik, dan budaya adalah bukan bangsa
muslim. Mereka maju karena menguasai Iptek, walaupun sebagian besar
mereka tidak beriman. Dalam islam terdapat paradigma yang mengemukakan
dan memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah
Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud
dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi qa’idah
fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang diatasnya dibangun seluruh
bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia, paradigma ini disebut
dengan paradigma islam. Itulah paradigma yang dibawa Rasulullah SAW yang
meletakkan Aqidah Islam yang berasas Laa ilaaha illallah Muhammad
Rasulullah sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak memeluk Aqidah
Islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai pondasi
dan standar bagi berbagai pengetahun. Maka dapat disimpulkan bahwa islam
sebenarnya sejalan, mendukung, dan berperan dengan kemajuan IPTEK yang
ada. Peran terpenting kita sekarang adalah dapat membuat IPTEK yang sesuai
dengan Aqidah Islam.

 Tanggapan saya mengenai seseorang yang berpendapat bahwa islam adalah


agama yang kuno adalah sangat-sangat tidak setuju. Islam merupakan agama
yang dapat mengikuti perkembangan dengan dilandasi dengan aqidah islam
didalamnya. Aqidah islam harus dijadikan sebagai asas ilmu pengetahuan, yang
tentunya islam akan selalu berdampingan terhadapa kemajuan yang ada, bisa
disesuaikan dengan segala aspek baik ekonomi, politik, dan budaya yang ada
sehingga islam tidak pernah tertinggal atau kuno. Filsafat Islam juga
berkembang dengan sangat cepat karena interaksi dan adaptasi dengan
pemikiran rasional. Begitu juga ilmu-ilmu lainnya saling mempengaruhi bagi
pembentukan dan penguatan perkembangan ilmu-ilmu di tengah masyarakat
Islam.

Anda mungkin juga menyukai