Anda di halaman 1dari 13

INSTITUT KESEHATAN PAYUNG NEGERI PEKANBARU

PRODI STRATA SATU KEBIDANAN

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Dosen: Dr. Yahanan, M.Sy

A. KONSEP KETUHANAN MENURUT AGAMA ISLAM


Konsep ketuhanan dalam Islam adalah salah satu konsep sentral karena hal ini mengacu
pada keyakinan dasar umat Islam tentang Allah SWT beserta dengan sifat-sifat-Nya. Ilmu
yang mengatur tentang ketuhanan dikenal dalam Islam dengan ilmu Tauhid. Tauhid adalah
keyakinan akan keesaan Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Menciptakan, Maha
Memelihara, dan Maha Menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini. Dengan memiliki
keyakinan seperti akan bertambah kuat iman seseorang dan dapat merasakan manisnya
beriman.
Ada beberapa ayat al-Qur`an yang menjelaskan tentang Ketuhanan dalam Islam, di
antaranya:
1. QS. Muhammad () ayat 19:
‫ٱَّلل َيعۡ لَ ُم ُمتَقَلَّ َبكُ ۡم َو َم ۡث َو َٰىكُ ۡم‬ ِ ِۗ َ‫ٱست َۡغ ِف ۡر ِلذَ ۢن ِبكَ َو ِل ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ َو ۡٱل ُم ۡؤ ِم َٰن‬ َٰ ٓ َ ‫ٱعلَ ۡم أَنَّهُۥ‬
ُ َّ ‫ت َو‬ ُ َّ ‫َل ِإلَهَ ِإ ََّل‬
ۡ ‫ٱَّلل َو‬ ۡ َ‫ف‬
Artinya: “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal.”
Ayat di atas menerangkan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali
Allah SWT. Dengan demikian konsep ketuhanan dalam ajaran Islam bahwa Allah SWT
Yang Berhak Disembah dan Diibadahi. Bahkan tempat manusia memohon ampunan dari
dosa-dosa.
2. QS. Al-Ikhlas (112) ayat 1-4:
‫ص َم ُد لَ ۡم يَ ِل ۡد َولَ ۡم يُولَ ۡد َولَ ۡم يَكُن لَّهُۥ كُفُ ًوا أَ َح ۢ ُد‬ ُ َّ ‫ٱَّلل أَ َح ٌد‬
َّ ‫ٱَّلل ٱل‬ ُ َّ ‫قُ ۡل ه َُو‬
1. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
Inti yang terkandung dalam QS. Al-Ikhlas ini bahwa konsep Ketuhanan dalam ajaran
Islam bahwa Allah SWT itu adalah Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan tempat
makhluk-Nya berharap dan bergantung.

3. QS. Al-An`am (6) ayat 1:


‫ور ثُ َّم ٱلَّذِينَ َكف َُرو ْا ِب َر ِب ِه ۡم‬
َ َۖ ُّ‫ت َوٱلن‬ َ ‫ت َو ۡٱۡلَ ۡر‬
ُّ ‫ض َو َج َع َل ٱل‬
ِ ‫ظلُ َٰ َم‬ َّ ‫ۡٱل َحمۡ ُد ِ ََّّللِ ٱلَّذِي َخلَقَ ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
َ‫يَعۡ ِدلُون‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan
mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan
(sesuatu) dengan Tuhan mereka.”
Pada ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam semesta ini
beserta isinya. Dengan demikian konsep Ketuhanan menurut ajaran Islam bahwa wajib
meyakini bahwa Allah SWT sebagai Tuhan Maha Pencipta.

1
4. QS. Al-Insan (76) ayat 30:
َ َ‫ٱَّلل َكان‬
‫ع ِلي ًما َح ِك ٗيما‬ َ َ‫شآ ُءونَ إِ ََّلٓ أَن ي‬
ُ ُۚ َّ ‫شآ َء‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬ َ َ‫َو َما ت‬
Artinya: “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Berkehendak sesuai dengan apa yang
dinginkan-Nya. Maka konsep Ketuhanan dalam Islam diwajibkan seluruh makhluk
memiliki keyakinan bahwa Allah SWT Maha Berkehendak dan kehendak Allah SWT itu
lebih baik.
KESIMPULAN

1.
SESEMBAHAN
MAKHLUK

KONSEP 2. TIDAK
4. MAHA
BERKEHENDAK
KETUHANAN SETARA DGN
DALAM ISLAM MAKHLUK

3. MAHA
PENCIPTA

B. AGAMA SEBAGAI SUMBER AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN


Menurut Taib Thahir Abdul Mun`in bahwa agama adalah suatu peraturan Tuhan yang
mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal dengan kehendak dan pilihannya sendiri
untuk mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan
akhirat. (Thahir, 1986: 121)
Dari defenisi di atas ada 4 (empat) unsur yang menjadi karakteristik agama, yaitu: pertama,
unsur kepercayaan terhadap kekuatan ghaib; kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan

2
dunia dan akhirat tergantung hubungan yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut; ketiga,
unsur respon yang bersifat emosional dari manusia; dan keempat, unsur memahami zat yang
Maha Suci (Quddus).
Untuk menjadikan agama sebagai sumber akhlak manusia, dapat dilihat dari beberapa dalil
berikut ini:
1. Fitrah Manusia Terhadap Agama
Hal ini dapat dilihat dalam hadis nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah r.a:

‫صَرانِِه‬ِ ِِ ِ ِِ ِ ٍ
ِّ َ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِِّوَدانه أ َْو ُيَُ ِّج َسانه أ َْو يُن‬،ِ‫ُك ُّل َم ْولُْود يُ ْولَ ُد َعلَى الْفطَْرة‬
Artinya: "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis di atas menjelaskan bahwa kedudukan anak sebagai amanah, anugerah dan nikmat,
ujian dan cobaan dari Allah SWT juga sebagai penerus garis keturanan orang tuanya, maka
secara fitrah beragama Islam. Peran orang tua dan lingkungan anak setelah baligh akan
menentukan jalan hidup agamanya.

2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia


Kelemahan dan kekurangan manusia dapat dilihat dalam QS. Al-`Ankabut (29) ayat 22:
ِ ‫ي َو ََل ن‬
‫َص ّٖير‬ ِ ‫س َمآ َِۖء َو َما لَكُم ِمن د‬
ِ َّ ‫ُون‬
ّٖ ‫ٱَّلل ِمن َو ِل‬ ِ ‫َو َمآ أَنتُم ِب ُمعۡ ِج ِزينَ ِفي ۡٱۡلَ ۡر‬
َّ ‫ض َو ََل ِفي ٱل‬
Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di bumi
dan tidak (pula) di langit dan sekali-kali tiadalah bagimu pelindung dan penolong selain
Allah.”
Ayat di atas menegaskan bahwa manusia makhluk yang memiliki kelemahan dan tidak
memiliki daya dan upaya serta pelindung selain Allah SWT. Dengan demikian agama
dapat dijadikan sarana meminta pertongan kepada Allah SWT.
3. Tantangan Manusia
Manusia hidup di dunia ini senantiasa diuji oleh Allah SWT, firman Allah SWT:
َ‫اس أَن يُ ۡت َركُ ٓواْ أَن َيقُولُ ٓواْ َءا َمنَّا َوه ُۡم ََل ي ُۡفتَنُون‬ َ ‫أَ َح ِس‬
ُ َّ‫ب ٱلن‬
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
Ayat ini menjelaskan bahwa semua manusia pasti diuji oleh Allah SWT. Dalam surat lain
dijelaskan bahwa ujian yang Allah SWT berikan itu untuk menyaring siapa hamba-Nya
yang terbaik. Firman Allah SWT dalam QS. Mulk (67) ayat 2:
ُ ُ‫يز ۡٱلغَف‬
‫ور‬ ُ ‫ٗل َوه َُو ۡٱلعَ ِز‬
ُۚ ٗ ‫ع َم‬ َ ‫ٱلَّذِي َخلَقَ ۡٱل َم ۡوتَ َو ۡٱل َحيَ َٰوةَ ِليَ ۡبلُ َوكُ ۡم أَيُّكُ ۡم أَ ۡح‬
َ ُ‫سن‬
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
4. Manusia Menerima Sesuai Usaha
Hal ini terdapat dalam QS. An-Najm (53) ayat 39-41:
‫ف ي َُر َٰى ثُ َّم ي ُۡجزَ َٰىهُ ۡٱل َجزَ آ َء ۡٱۡلَ ۡوفَ َٰى‬
َ ‫س ۡو‬ َ ‫سعَ َٰى َوأَ َّن‬
َ ‫سعۡ يَهُۥ‬ َ ‫س ِن إِ ََّل َما‬ ِ ۡ ‫س ِل‬
َ َٰ ‫ۡلن‬ َ ‫َوأَن لَّ ۡي‬
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”

3
KESIMPULAN

4. MANUSIA
MENERIMA
USAHA

3.
TANTANGAN
MANUSIA
2. KELEMAHAN
&
KEKURANGAN
MANUSIA

1. FITRAH
MANUSIA
BERAGAMA

C. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DAN PERANNYA DALAM


MEWUJUDKAN MASYARAKAT BERADAB DAN SEJAHTERA
1. Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama
Tri kerukunan umat beragama bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat hayati dalam
kebersamaan, sekali pun banyak perbedaan. Konsep ini dirumuskan dengan teliti dan
bijak agar tak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam
menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya. Tri kerukunan ini
meliputi tiga kerukunan, yaitu: pertama, kerukunan intern umat beragama; kedua,
kerukunan antar umat beragama, dan ketiga, kerukunan antara umat beragama dan
pemerintah.

2. Bentuk Kerukunan Umat Beragama Berdasarkan Islam


Kerukunan antar umat beragama merupakan kondisi sosial ketika semua golongan agama
bisa hidup bersama, tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik harus hidup rukun dan
damai.
Kerukunan antar umat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan
umat beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja
sama antarumat beragama.

4
Ada beberapa peran yang harus dilakukan oleh umat beragam dalam mewujudkan
masyarakat beradab dan sejahtera yang di dasarkan pada Al-Qur'an dan Assunnah di
antaranya;
Pertama, Toleransi. Kerukunan hidup antarumat beragama berarti keadaan hubungan
sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Membangun toleransi dalam Islam terkandung
dalam QS. Al-Kafirun (109) ayat 6:
‫ِين‬
ِ ‫يد‬َ ‫لَكُ ۡم دِينُكُ ۡم َو ِل‬
Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Hal yang sama juga terdapat dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 139:
ُ ‫ٱَّلل َوه َُو َربُّنَا َو َربُّكُ ۡم َولَنَآ أَ ۡع َٰ َملُنَا َولَكُ ۡم أَ ۡع َٰ َملُكُ ۡم َون َۡحنُ لَهُۥ ُم ۡخ ِل‬
َ‫صون‬ ِ َّ ‫قُ ۡل أَتُ َحآجُّونَنَا فِي‬
Artinya: “Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah,
padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu
amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.”
Kedua, Perdamaian. Dalam kumpulan masyrakat, negara bahkan masyarakat yang paling
mikro yaitu keluarga batih (nuclear family: suami, istri, dan anak) tidak akan bisa
bertahan keberadaanya jika didalamnya tidak diterapkan perdamaian dianatar warganya.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat (49) ayat ayat 10:
َ َّ ْ‫ة فَأَصۡ ِل ُحواْ َب ۡينَ أَخ ََو ۡيكُ ُۡۚم َوٱتَّقُوا‬ٞ ‫إِنَّ َما ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ إِ ۡخ َو‬
َ‫ٱَّلل لَعَلَّكُ ۡم تُ ۡر َح ُمون‬
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.”
Ketiga, Saling Tolong Menolong. Tolong menolong merupakan kelanjutan dan isi
berbuat baik terhadap orang lain. Secara naluri, orang yang pernah ditolong orang oleh
orang lain disaat ia tertimpa kesulitan/musibah diam-diam ia berjanji "suatu saat akan
membalas budi baik yang ia sedang terima". Dan disaat itulah ia merasa berhutang budi.
Dalilnya dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 3:
ِ ‫شدِي ُد ۡٱل ِعقَا‬
‫ب‬ َ َۖ َّ ْ‫ٱۡل ۡث ِم َو ۡٱلعُ ۡد َٰ َو ُۚ ِن َوٱتَّقُوا‬
َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َ ْ‫علَى ۡٱلبِ ِر َوٱلتَّ ۡق َو ََٰۖى َو ََل تَعَ َاونُوا‬
ِ ۡ ‫علَى‬ َ ْ‫ َوتَعَ َاونُوا‬...
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Keempat, Bermusyawarah. Biasanya didalam bermusyawarah sering munculnya
argumen-argumen yang berbeda dari masing-masing sub kelompok atau warga. Agar
tidak terjadinya pihak yang dirugikan dan tertindas, maka musyawarah untuk mencapai
kata sepakat, motto yang harus sama-sama dijunjung tinggi adalah "berat sama dipikul,
ringan sama dijinjing", nikmat sama dirasakan," duduk sama rendah berdiri sama tinggi".
Anjuran bermusyawarah ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran (3)
ayat 159:
‫ع ۡن ُه ۡم‬
َ ‫ف‬ ُ ‫ٱع‬ ۡ َ‫ب َلَنفَضُّواْ ِم ۡن َح ۡول َِۖكَ ف‬ ِ ‫ظ ۡٱلقَ ۡل‬َ ‫غ ِلي‬
َ ‫ظا‬ ًّ َ‫ٱَّلل لِنتَ لَ ُه َۡۖم َولَ ۡو كُنتَ ف‬
ِ َّ َ‫فَبِ َما َر ۡح َم ّٖة ِمن‬
َ‫ٱَّلل ي ُِحبُّ ۡٱل ُمت ََو ِكلِين‬ ِ ُۚ َّ ‫علَى‬
َ َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن‬ َ ‫عزَ مۡ تَ فَت ََو َّك ۡل‬ َ ‫ٱست َۡغ ِف ۡر لَ ُه ۡم َوشَا ِو ۡره ُۡم فِي ۡٱۡلَمۡ َۖ ِر فَإِذَا‬
ۡ ‫َو‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah

5
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

KESIMPULAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA


KONSEP TRI KERUKUNAN UMAT BENTUK KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA BERAGAMA
1. KERUKUNAN INTERN UMAT 1. TOLERANSI
BERAGAMA
2. KERUKUNAN ANTAR UMAT 2. PERDAMAIAN
BERAGAMA
3. KERUKUNAN ANTAR UMAT 3. TOLONG MENOLONG
BERAGAMA & PEMERINTAH
4. MUSYAWARAH

D. HUBUNGAN ANTARA AGAMA DAN IPTEK


Agama semestinya dapat memberikan tuntunan untuk memperoleh dampak positif dari
IPTEK saja dan mengeliminasi dampak negatifnya. Ada 4 (empat) kemungkinan hubungan
antara agama dan IPTEK:
1) Berseberangan atau bertentangan;
2) Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai;
3) Tidak bertentangan satu sama lain; dan
4) Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan IPTEK atau IPTEK
mendasari penghayatan agama.
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif dan saling tolak. Apa yang
benar dianggap oleh agama dianggap tidak benar oleh Ilmu Pengetahuan dan teknologi.
Dalam pola hubungan seperti ini pengembangan IPTEK akan menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran IPTEK. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi IPTEK.
Pola hubungan kedua adalah pola perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran IPTEK yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal
sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, maka jalan satu-satunya
adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing keduanya
mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali
dengan kebenaran IPTEK. Konflik antara agama dan IPTEK, apabila terjadi, akan
diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara
individu maupun komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan
yang lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah
terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan negara dan masyarakat.
Pola hubungan ketiga adalah pola hubungan netral. Dalam hal ini kebenaran ajaran agama
tidak dikaitkan dengan IPTEK sama sekali. Penghayatan agama tidak mendorong orang
untuk mengembangkan IPTEK dan pengembangan IPTEK tidak mendorong orang untuk
mendalami dan menghayati ajaran agama. Hal seperti ini juga terjadi pada masyarakat

6
sekuler karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan negara juga
masyarakat. Ketika agama bersinggungan dengan IPTEK, maka persinggungan itu tidak
banyak berdampak karena dianggap aneh jika dikaitkan.
Pola hubungan keempat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan
seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan IPTEK serta
kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi
dalam 3 (tiga) corak: pertama, ajaran agama mendukung pengembangan IPTEK tapi
pengembangan IPTEK tidak mendukung ajaran agama; kedua, pengembangan IPTEK
mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan IPTEK; dan
ketiga, ajaran agama mendukung pengembangan IPTEK demikian pula sebaliknya.
Dalam GBHN (1993-1998) menyatakan bahwa pengembangan IPTEK hendaknya
mengindahkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Berdasarkan hal itu menunjukkan
bahwa dalam GBHN pola hubungan IPTEK dan agama adalah pola ketiga, pola netral.
Dengan demikian pola hubungan agama dan IPTEK di Indonesia saat ini baru pada taraf
tidak saling mengganggu. Pengembangan agama diharapkan tidak menghambat
pengembangan IPTEK dan pengembangan IPTEK diharapkan juga tidak mengganggu
pengembangan kehidupan beragama. Konflik yang timbul antara keduanya diselesaikan
dengan bijaksana. (Furchan, 2009)
KESIMPULAN

2.
1. BERTENTANGAN 3. TIDAK 4. SALING
BERTENTANGAN TAPI DAPAT BERTENTANGAN MENDUKUNG
BERDAMPINGAN

E. KONSEP NILAI DAN KEYAKINAN AGAMA BAGI KLIEN SAAT SAKIT


Seorang pasienmemiliki hubungan timbal balik antara tubuh dan jiwanya. Dia akan sedih,
murung, gelisah, bahkan depresi ketika sedang sakit. Demikian juga tubuhnya akan sakit
jika memiliki gangguan mental seperti cemas, dan demdam. Hal ini terjadi karena manusia
memiliki hubungan timbal balikdi dalam dirinya yang saling terkait antara yang satu dengan
yang lain.
Bimbingan rohani dapat menyembuhkan pasien secara bertahap. Ketika pasien diberikan
bimbingan rohani biasanya memiliki tiga tahapan. Tahapan yang diberikan dapat dilihat dari
pemberian materi yang diberikan oleh bina rohani. Ketika pasien pertama kali diberikan
bimbingan rohani biasanya pasien akan diberikan pengertian tentang kekuasaan Tuhan.
Kemudian baru pasien diberikan materi-materi tentang agama, seperti fikih, akidah. Dalam
setiap pemberian bimbingan rohani, bina rohani juga menyisipkan motivasi-motivasi agar
pasien tidak berputus asa pada proses pengobatannya. Bimbingan rohani memberikan serta

7
dapat mengubah tindak laku pasien untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.
Pendekatanterapi keagamaan dapat dirujuk dari ayat al-Qur’an surat al-Isra (17) ayat 82:
َّ َٰ ‫ة ِل ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ َو ََل يَ ِزي ُد ٱل‬ٞ ‫ء َو َر ۡح َم‬ٞ ٓ‫ان َما ه َُو ِشفَا‬
َ ‫ظلِمِينَ إِ ََّل َخ‬
‫س ٗارا‬ ِ ‫َونُن َِز ُل ِمنَ ۡٱلقُ ۡر َء‬
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian.”
Juga firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syu`ara ayat 80:
ِ ‫ضتُ فَ ُه َو يَ ۡش ِف‬
‫ين‬ ۡ ‫َوإِذَا َم ِر‬
Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.”
Pasien yang mendapatkan bimbingan rohani tentu terlihat jelas bedanya dengan pasien yang
tidak mendapatkan bimbingan rohani. Misalnya pasien yang akan melakukan tindak oprasi,
mereka akan terlihat tenang karena mendapatkan nasihat-nasihat dari para bina rohani,
sehinggadia akan pasrah kepada Yang Maha Kuasa dalam perjalanan proses oprasi. Berbeda
dengan pasien yang tidak mendapatkan bimbingan rohani, ia akan terlihat cemas akan hasil
dan proses oprasi yang akan di jalaninya.
Rumah sakit yang memiliki landasan nilai-nilai agamis biasanya memperhatikan hal-hal
psikis yang dialami oleh pasiesnnya. sehingga selain obat-obatan secara medis, rumah sakit
juga menyediakan fasilitas Bimbingan Rohani (Bimbingan rohani) untuk membantu pasien
mengatasikeguncangannya, sebagai salah satu cara penyembuhan dengan mendekatkan diri
pada Tuhan, untuk memotivasi pasien secara spiritual agar cepat sembuh.
Dadang Hawari juga mengungkapkan bahwa agama sangat bermanfaat untuk terapi dan
memelihara kesehatan jiwa. Dadang Hawari menjelaskan psikoterapi keagamaan, yaitu
terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam.
Sebagaimana diketahui bahwa ajaran agama Islam mengandung tuntunan bagaimana
kehidupan manusia bebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya. Dalam doa-
doa, misalnya, intinya adalah memohon agar kehidupan manusia diberi ketenangan,
kesejahteraan, keselamatan, baik dunia dan akhirat. Demikian juga istighfar, tasbih, tahmid,
dan takbir serta zikir-zikir lainnya.
Psikoreligius terapi ini sangat penting karena mengandung kekuatan atau daya spiritual yang
dapat membangkitkan spiritual yang akan membangkitkan rasa optimisme. Keduanya
merupakan hal yang saling berkaitan dalam penyembuhan penyakit disamping tindakan
medis.

KESIMPULAN

8
1. PEMBERIAN MATERI 3. PERUBAHAN
AGAMA 2. MOTIVASI TINGKAH LAKU

F. TUNTUNAN AGAMA DALAM PELAYANAN PRAKTIK KEBIDANAN


Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh
negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi
persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Sebagai
anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat
unik, yaitu:
1) Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya;
2) Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu;
3) Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada Masyarakat; dan
4) Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi
yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus diimbangi dengan
kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif
dalam pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu
dibahas bahwa bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang
secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan
fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital
dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsi dan perannya yang vital dalam
kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif. Dalam konteks
inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan
tersebut mendapat tunjangan profesional.
Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup
meliputi seluruh aspek kehidupan.Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia
dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun aspek-aspek

9
pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan
diantaranya:
1) Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya;
2) Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita
dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya,
keluarga, masyarakat serta bangsa;
3) Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dalam segala aktivitasnya; dan
4) Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang
bertentangan dengan ajarannya.

Di antara Larangan Bagi Seorang Bidan Secara Umum Maupun Dalam Agama:
1) Bidan di larang melakukan Aborsi;
2) Bidan di larang memakai perhiasan saat menolong persalinan;
3) Bidan di larang berkuku panjang karena berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayi;
4) Bidan di larang menceritakan apapun yang terjadi saat menolong persalinan kecuali di
mintai keterangan oleh pihak pengadilan;
5) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada situasi yang tidak diperbolehkan,seperti:
Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan;
6) Tidak mau bekerja sama dengan Dukun beranak; dan
7) Melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan UU kebidanan dan tidak sesuai
dengan kode etik kebidanan.

KESIMPULAN

1 2 3 4
Agama memberikan Agama memberikan Agama Agama dapat
petunjuk kepada dorongan batin dan mengharuskan umat menghindarkan umat
manusia untuk selalu moral yang manusia untuk manusia dari segala
menjaga mendasar dan beriman dan hal-hal/perbuatan
kesehatannya melandasi cita-cita bertaqwa kepada yang bertentangan
dan perilaku Tuhan Yang Maha dengan ajarannya
manusia Esa dalam segala
aktivitasnya

G. PANDANGAN AGAMA TERHADAP TINDAKAN PRAKTIK KEBIDANAN


1. Larangan Aborsi
a. Pengertian dan Dalil Larangan Aborsi
Aborsi secara bahasa berarti keguguran kandungan, pengguguran kandungan, atau
membuang janin. Dalam terminologi kedokteran, aborsi adalah terhentinya kehamilan
sebelum 28 minggu. Dalam istilah hukum berarti pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).
Aborsi dalam bahasa Arab diartikan al-Ijhad, yang merupakan bentuk masdar dari kata
ajhada, yang artinya lahirnya janin karena dipaksa atau lahir dengan sendirinya sebelum
tiba saatnya. Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 32:

10
‫ض‬ِ ‫س ّٖاد فِي ۡٱۡلَ ۡر‬ َ ‫سا ِبغ َۡي ِر ن َۡف ٍس أَ ۡو َف‬ َ ‫ِم ۡن أَ ۡج ِل َٰ َذلِكَ َكت َۡبنَا‬
َ ۢ ‫ع َل َٰى َبنِ ٓي ِإ ۡس َٰ َٓر ِءي َل أَ َّنهُۥ َمن َقتَ َل ن َۡف‬
ِ َ‫يع ُۚا َولَقَ ۡد َجآ َء ۡت ُه ۡم ُرسُلُنَا ِب ۡٱل َب ِي َٰن‬
‫ت‬ ٗ ‫اس َج ِم‬ َ َّ‫يعا َو َم ۡن أَ ۡح َياهَا فَ َكأَنَّ َمآ أَ ۡح َيا ٱلن‬ ٗ ‫اس َج ِم‬ َ َّ‫فَ َكأَنَّ َما قَتَ َل ٱلن‬
َ‫ض لَ ُم ۡس ِرفُون‬ ِ ‫ثُ َّم ِإ َّن َكثِ ٗيرا ِم ۡن ُهم َبعۡ َد َٰذَلِكَ فِي ۡٱۡلَ ۡر‬
Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”
Juga firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa` (4): 93:

‫عذَابًا‬ َ َ‫ع َل ۡي ِه َولَ َعنَهُۥ َوأ‬


َ ‫ع َّد لَهُۥ‬ َ ‫ٱَّلل‬
ُ َّ ‫ب‬ ِ ‫َو َمن َي ۡقتُ ۡل ُم ۡؤ ِم ٗنا ُّمتَ َع ِمدٗ ا فَ َجزَ آ ُؤهُۥ َج َهنَّ ُم َٰ َخ ِلدٗ ا ِفي َها َوغ‬
َ ‫َض‬
‫ع ِظ ٗيما‬
َ
Artinya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
Juga Firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra` (17) ayat 33:
َ َٰ ‫وما فَقَ ۡد َج َع ۡلنَا ِل َو ِل ِي ِهۦ سُ ۡل‬
‫ط ٗنا فَ َٗل‬ ٗ ُ‫ق َو َمن قُتِ َل َم ۡظل‬
ِ ِۗ ‫ٱَّلل ِإ ََّل ِب ۡٱل َح‬
ُ َّ ‫س ٱلَّتِي َح َّر َم‬َ ‫َو ََل ت َۡقتُلُواْ ٱلنَّ ۡف‬
‫ورا‬ ٗ ‫ص‬ ُ ‫ي ُۡس ِرف فِي ۡٱلقَ ۡت َۖ ِل إِنَّهُۥ َكانَ َمن‬
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan.”

b. Hukum Aborsi Menurut Islam


Dengan mendasarkan pada ayat-ayat al-Qur`an, hadis, kaidah fiqih dan pendapat para
ulama, maka MUI menyatakan:
1) Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi)
2) Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
a) Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi adalah:
perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC
dengan cavern dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh
tim dokter. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.
b) Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi
adalah:
• Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan;
• Kehamilan akibat pemerkosaan yang ditetapkan oleh tim yang berwenang yang di
dalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter dan ulama;
c) Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud pada point b harus dilakukan sebelum janin
berusia 40 hari
3) Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.

11
2. KB Dalam Pandangan Hukum Islam
a. Pengertian KB
Keluarga Berencana atau lebih akrab disingkat dengan KB adalah program skala nasional
untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di suatu
negara. Program KB juga secara khusus dirancang untuk menciptakan kemajuan,
kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, sosial, serta spiritual setiap penduduk.
Program KB di Indonesia diatur dalam UU No 10 Tahun 1992, yang dijalankan dan
diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Wujud
dari program KB adalah pemakaian alat kontrasepsi untuk menunda/mencegah
kehamilan. Berikut adalah kontrasepsi yang paling sering digunakan: kondom, Pil KB,
IUD, Suntik, KB implan/susuk, dan Vasektomi dan Tubektomi (KB Permanen).
b. Pandangan Islam tentang KB
Hukum KB Dalam Islam dapat dilihat dari 2 (dua) pengertian:
1) Tahdid al-Nasl (Pembatasan Kelahiran)
Jika program KB dimaksud untuk membatasi kehamilan maka hukumnya haram.
Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran bahkan terdapat banyak hadis Nabi SAW
yang mendorong umat Islam untuk memperbanyak anak. Bahkan secara tegas firman
Allah SWT dalam QS. Al-Isra` (17) ayat 31:
‫َو ََل ت َۡقتُلُ ٓواْ أَ ۡو َٰلَ َدكُ ۡم خ َۡش َيةَ ِإمۡ َٰلَ َّٖۖق نَّ ۡحنُ ن َۡر ُزقُ ُه ۡم َو ِإيَّاكُ ُۡۚم ِإ َّن قَ ۡتلَ ُه ۡم َكانَ ِخ ۡطٔ ٗٔا َك ِب ٗيرا‬
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”

2) Tanzhim al- Nasl (Pengaturan Kelahiran)


Jika program KB dimaksudkan untuk mencegah kehamilan dengan berbagai cara dan
sarana, maka hukumnya mubah. Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang berindikasi
tentang diperbolehkannya mengikuti program KB karena hal-hal berikut:
a) Mengkhuatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah (2): 195:
َ‫ٱَّلل ي ُِحبُّ ۡٱل ُم ۡح ِسنِين‬ ُۚ
َ َّ ‫ َو ََل تُ ۡلقُواْ بِأ َ ۡيدِيكُ ۡم إِلَى ٱلتَّهۡ لُ َك ِة َوأَ ۡح ِسنُ ٓواْ إِ َّن‬...
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
b) Mengkhuatirkan keselamatan agama akibat kesempitan penghidupan. Hal sesuai
dengan hadis Nabi SAW:
‫اد الْ َف ْق ُر اَ ْن يَ ُك ْو َن ُك ْفرا‬
َ ‫َك‬
Artinya: “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
c) Mengkhuatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak
terlalu dekat. Sebagaimana hadis Nabi SAW:
‫ضَرَر َوََل ِضَر َار‬
َ ‫ََل‬
Artinya: “Jangan bahayakan dan jangan pula membahayakan orang lain.”
3. Bayi Tabung Dalam Hukum Islam
a. Pengertian Bayi Tabung

12
Bayi tabung adalah istilah untuk bayi yang didapatkan dari proses pembuahan sel telur
dan sperma di laboratorium alias in vitro fertlization (IVF). Pembuahan ini bertujuan
menciptakan embrio-embrio calon bayi. Dari sejumlah embrio itu, embrio yang paling
berkualitas ditransfer ke dalam rahim agar bisa tumbuh dan berkembang.
Pada hakikatnya program bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami isteri
yang tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada
kelainan pada tubanya, endormetriosis (radang pada selaput lendir rahim), oligospermia
(sperma suami kurang baik), unexplained infertility (tidak dapat diterangkan sebabnya)
dan adanya faktor immuniologic (faktor kekebalan).
b. Pandangan Hukum Islam Terhadap Bayi Tabung
Majlis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan
sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri yang sah hkumnya mubah (boleh). Sebab
ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Namun para ulama
melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-isteri yang dititipkan
pada rahim perempuan lain, “itu hukumnya haram”. Hal ini di kemudian hari akan
menimbulkan masalah yang rumit dalam menentukan warisan.
Dalam fatwanya juga MUI memutuskan bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari
suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram. Sebab hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik, baik dalam akitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal
kewarisan.
KESIMPULAN
ABORSI KELUARGA BAYI TABUNG
BERENCANA (KB)
Aborsi secara bahasa berarti KB adalah program skala Bayi tabung adalah istilah
keguguran kandungan, nasional untuk menekan untuk bayi yang didapatkan
pengguguran kandungan, angka kelahiran dan dari proses pembuahan sel telur
atau membuang janin. mengendalikan dan sperma di laboratorium
Dalam terminologi pertambahan penduduk di alias in vitro fertlization (IVF)
kedokteran, aborsi adalah suatu negara
terhentinya kehamilan
sebelum 28 minggu.
1) Aborsi haram hukumnya 1) Tahdid al-Nasl 1) Bayi tabung dengan sperma
2) Aborsi dibolehkan karena (Pembatasan Kelahiran) dan ovum dari pasangan
adanya uzur Haram Hukumnya suami-isteri yang sah
3) Aborsi haram hukumnya 2) Tanzhim al- Nasl hkumnya mubah (boleh)
dilakukan pada kehamilan (Pengaturan Kelahiran) 2) Bayi tabung dari pasangan
yang terjadi akibat zina suami-isteri yang dititipkan
pada rahim perempuan lain

13

Anda mungkin juga menyukai