Anda di halaman 1dari 19

MATERI AKIDAH AKHLAQ MA: ELEMEN AKIDAH (1)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Studi Materi Aqidah Akhlaq di MTs-MA

Dosen Pengampu:
Dr. Roni Harsoyo, M.Pd

Disusun Oleh:
Firlina Sani Miftahul Ansory
NIM: 201200292
Ida Fitrotina
NIM: 201210179
Ifa Lidia Wati
NIM: 201210181

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
AGUSTUS 2023
MATERI AKIDAH AKHLAQ MA: ELEMEN AKIDAH (1)
Oleh: Firlina Sani Miftahul Ansory, Ida Fitrotina, Ifa Lidia Wati1

PENDAHULUAN
Aqidah Akhlak adalah mata pelajaran yang menanamkan dasar keimanan
pada seseorang. Aqidah akhlak merupakan keadaan batin seseorang yang menjadi
sumber lahirnya suatu perbuatan. Oleh karena itu, dalam menjalin suatu hubungan
antar sesama manusia harus dilandasi dengan akhlak yang karimah. Karena akhlak
ini tidak hanya dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan, namun juga
dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat serta bernegara. 2 Akidah, atau
keyakinan, adalah inti dari iman seorang Muslim, sementara Akhlak, atau
perilaku, mencerminkan bagaimana keyakinan ini diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Sifat-sifat Allah dan Asmaul Husna adalah bagian yang sangat penting
dalam pemahaman Akidah dalam Islam. Mereka menggambarkan sifat-sifat Allah
yang maha kuasa, maha bijaksana, dan maha pengasih. Pemahaman yang benar
tentang sifat-sifat Allah dan Asmaul Husna memberikan fondasi yang kokoh
dalam menjalani kehidupan yang penuh pengabdian kepada-Nya. Ini juga
membantu umat Islam untuk memahami konsep tauhid (kepercayaan kepada satu
Allah) dengan lebih baik.
Dalam makalah ini, kami akan menggali dan mendiskusikan masing-
masing dari empat elemen tersebut, yaitu sifat-sifat Allah, Asmaul Husna, Islam
Wasathiyyah, dan radikalisme. Kami akan menyoroti pentingnya pemahaman
yang benar tentang sifat-sifat Allah dalam membentuk Akidah yang kuat. Selain
itu, kami akan menjelaskan konsep Islam Wasathiyyah dan betapa relevannya
dalam dunia Muslim yang penuh tantangan saat ini. Akhirnya, kami akan
membahas peran pemahaman Akidah dan Akhlak dalam melawan radikalisme dan
mengedepankan kedamaian dan toleransi sebagai nilai-nilai yang mendasari
agama Islam.

1
Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo.
2
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 312

1
PEMBAHASAN
Sifat Wajib (nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah), Sifat Mustahil,
dan Sifat Jaiz Allah Swt.
1. Sifat Wajib
Yang dimaksud dengan sifat wajib allah adalah sifat-sifat allah swt. yang pasti
dimiliki oleh allah swt, yang sesuai dengan keaguangannya sebagai pencipta
alam dam seisinya. Diantar sifat wajib allah adalah sebagai berikut:3
a. Wujud yang berarti ada
Adanya allah dibuktikan dengan adanya alam ini. Semua barang yang ada
di lingkungan kita pasti ada yang membuat. Adanya meja pasti ada yang
membuat yakni tukang. Alam ini pasti ada yang membuat dan tidak
mungkin ada dengan sendirinya. Allah berfirman dalam
QS. Ali-Imran: 2

‫الّله اَل ِإلَه ِإاّل ُه َواَحْلُّي اْلَق ُّيْو م‬


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.

b. Qidam yang berarti terdahulu


Akal sehat mengatakan bahwa tukang kayu lebih dahulu ada daripada
meja yang dibuatnya. Allah swt, adalah allah Swt. adalah pencipta alam
semesta, Dia lebih dahulu ada sebelum alam ini ada.
Firman Allah Qs. Al-Hadid: 3

‫ٍء ِل‬ ‫ِب‬ ‫ِط‬ ‫ِه‬ ‫ِخ‬


‫ُه َو ا َأْلَّو ُل َو ا آْل ُر َو ال َّظا ُر َو ا ْلَبا ُن ۖ َو ُه َو ُك ِّل َش ْي َع ي ٌم‬
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.

c. Baqa’ yang berarti berbeda dengan makhluk

3
Nur Syam, Buku Siswa Akidah Akhlak, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah: 2014), 19-21

2
Semua makhluk ciptaan Allah Swt. akan rusak, sedangkan Dia sebagai
pencipta tidak akan rusak. Allah Swt. akan kekal selamanya dan Dia tidak
akan pernah mati.
Firman Allah Swt dalam surat Ar-Rahman: 27

‫ْبَق ْجُه ِّبَك ُذ ا اَل ِل اِإْلْك اِم‬


‫َو َي َو َر ْو َجْل َو َر‬
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan.
d. Mukhalafatu lil hawadisi yang berarti Berbeda dengan Makhluk
Allah Swt. memiliki sifat yang sempurna dan istimewa. Sifat Allah Swt.
berbeda dengan sifat makhluk-Nya.
e. Qiyamuhu Binafsihi yang berarti berdiri sendiri
Allah Swt. sebagai pencipta alam yakni yang Maha kuasa. Dia tidak
memerlukan bantuan dari kekuatan lain karena mempunyai kekuatan yang
ada pada diri-Nya.
Firman Allah Swt. Qs. al-Ankabuut ayat 6
‫ا َد َفِاَمَّنا اِه ُد ِل ْف ِس ِه ِاّن َ ا ّلله َلَغِن ِن ا ْلع َلِم‬
‫َن‬ ‫ْي‬ ‫ٌّي َع‬ ‫َوَمْن َج َه َجُي َن‬
Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah
untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam
f. Wahdaniyah yang berarti esa Manusia dituntut untuk meyakini bahwa
wujud Allah Maha Esa (satu). Firman Allah Swt
QS. Al-Ikhlas ayat 1
‫اّلله َأ ٌۚد‬
‫ُقْل ُه َو َح‬
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa
g. Qudrat yang berarti kuasa
Manusia dapat berkuasa, tetapi kekuasaannya sangat terbatas. Manusia
tidak akan dapat mempertahankan dirinya untuk tetap hidup. Kuasa Allah
Swt. di atas segala-galanya. Allah Swt. berfirman
QS. Al-baqarah: 20

3
‫ِإَّن َهلّلا َع َلى ُك ِّل َش ٍئ َقِد يٌر‬
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
h. Iradah yang berarti berkehehdak
Manusia mempunyai kehendak, tetapi banyak yang tidak terlaksana.
Kehendak Allah Swt. pasti terlaksana karena Dia Maha Kuasa. Jika Allah
Swt. berkehendak, tidak satu pun yang dapat menolak. Dia tidak akan
pernah diperintah dan diatur pihak lain.
Allah berfirman
QS. Yasin: 82

‫ِإَّنَم ا َأْم ُرُه ِإَذ ا َأَرا َد َش ْي ًئا َأْن َيُق وَل َلُه ُك ْن َفَيُك وُن‬
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.

i. ‘Ilmun yang berarti mengetahui


Akal sehat pasti mengakui bahwa orang yang membuat sesuatu pasti
mengetahui sesuatu yang akan dibuat. Allah Swt. adalah pencipta alam ini
dan Dia mengetahui semua ciptaan-Nya. Allah berfirman dalam
QS. Al Hujurat Ayat 16:
‫ُقْل َاُتَع ِّلُمْو َن ال ّٰل َه ِبِد ْيِن ُك ْۗم َو ال ّٰل ُه َيْع َل ُم َم ا ِف ى ال َّس ٰم ٰو ِت َوَم ا ِف ى ا َاْلْر ِۗض‬
‫ٍء ِل‬ ‫ّٰل ِب‬
‫َو ال ُه ُك ِّل َش ْي َع ْي ٌم‬
Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang
agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di
bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?"

j. Hayat yang berarti hidup


Seluruh kehidupan makhluk tunduk kepada Allah Swt. Dia yang mengatur
semua kehidupan makhluk hidup. Allah Swt. tidak akan mati dan Dia
kekal selamanya Allah Swt. allah berfirman
QS. Ali- Imran ayat 3-2:
‫اَلّٰل ٓاَل ِاٰل ِااَّل ا ُّي اْلَق ُّي ُۗم‬
‫ْو‬ ‫ُه َه ُه َو َحْل‬

4
‫َّزَل َعَل َك اْلِكٰت ِبا ِّق ِّد ًقا ِّل ا َنْي َد ِه َا َل الَّت ٰرىَة اِاْل ِجْن َۙل‬
‫َب َحْل ُمَص َم َب َي ْي َو ْنَز ْو َو ْي‬ ‫َن ْي‬
Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi Maha Mengurus
(makhluk-Nya) secara terus-menerus (2). Dia menurunkan kepadamu
(Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) dengan hak, membenarkan (kitab-
kitab) sebelumnya, serta telah menurunkan Taurat dan Injil (3)

k. Sama’ yang berarti mendengar


Tidak ada suatu yang tidak didengar oleh Allah Swt. Walaupun jumlah
suara manusia ratusan juta, semua akan didengar oleh Allah Swt. Allah
Swt. berfirman
Qs. Al-Hujurat: 1

ۚ ‫ا َّلِذ ي َن آ َم ُنوا اَل ُتَق ِّد ُم وا َبْي َن َيَد ِي ال َّلِه َوَرُس وِلِه ۖ َو ا َّتُق وا ال َّلَه‬ ‫َيا َأُّيَه ا‬
‫ِم ِل‬
‫َس ي ٌع َع ي ٌم‬ ‫ِإَّن ال َّلَه‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.

l. Bashar yang berarti melihat.


Allah melihat segala sesuatu, baik yang besar maupun yang kecil, bahkan
yang tersembunyi, tanpa bantuan alat untuk melihat. Penglihatan Allah
tidak ada batasnya. Teknologi manusia yang paling canggih pun tidak
mungkin dapat mengimbangi penglihatan Allah. Firman Allah Swt.
QS. Al-Isra’: 1
‫ِاَّنه ٗ ال َّس ِم ا ْل ِص‬
‫ْي ُع َب ُر‬
‫ْي‬ ‫ُه َو‬
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

m. Kalam yang berarti berfirrman.


Kalam berarti Allah Swt. berbicara melalui firman-Nya yang berupa
wahyu. Allah Swt. berfirman
QS. An-Nisa’: 164

5
‫َك َّل الّٰل ٰس ى َتْك ِل ۚا‬
‫ْيًم‬ ‫َو َم ُه ُمْو‬
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
n. Qadiran yang berarti Yang Maha Kuasa
Sesungguhnya Allah Zat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu
o. Muridan yang berarti yang Maha Berkehendak
Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu
p. ‘aliman yang berarti Yang Maha Mengetahui.
Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
q. Hayyan yang berarti Yang Maha Hidup.
Sesungguhnya Allah Zat Yang Mahahidup, hidup selamnya dan tidak akan
mati.
r. Sami’an yang berarti Maha Mendengar
Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Mendengar atas segala sesuatu.
s. Basiran yang berartiYang Maha Melihat.
Sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Maha Melihat atas segala sesuatu
t. Mutakalliman yang berarti Yang Maha Berfirman
Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Berkata-kata atau Maha Berfirman

Pembagian sifat-sifat wajib allah:


Dua puluh sifat di atas tersebut dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai
berikut:
1) Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah Swt.
semata. Sifat nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud
2) Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak
layak dan patut bagi Allah Swt, sebab Allah Maha Sempurna dan tidak
memiliki kekurangan. Atau bisa diartikan sifat salbiyah ini hanya
dimilki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Sifat salbiyah
ini ada lima, yaitu : qidam, baqa’, mukhalafatul lilhawadisi, qiyamuhu
binafsihi, wahdaniyah.
3) Sifat Ma’ani, yaitu sifat yang ada pada zat Allah yang sesuai dengan
kesempurnaan Allah. Karena keberadaan sifat inilah nantinya muncul

6
sifat ma’nawiyah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu: qudrat,
iradat, ‘ilmu, hayat, sama’, basar, kalam.
Sifat-sifat ma’ani ini adalah sifat-sifat yang juga dimiliki oleh makhluk.
Bedanya, jika yang memiliki sifat ini Allah maka sifat ini tidak tebatas,
sedangkan jika yang memiliki sifat ini makhluk, maka sifat ini terbatas.
Contohnya: Allah Maha hidup artinya selamanya dan tidak akan mati.
Sedangkan makhluk-Nya juga hidup, tapi suatu saat akan mati.
4) Sifat Ma’nawiyah, yaitu sifat yang selalu tetap ada pada zat Allah dan
tidak mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat demikian. Jumlah
sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu: qadiran,
muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, Basiran, mutakalliman.
Sifat-sifat ini sebagai penguat dari sifat-sifat ma’ani Allah. Dengan
demikian, sifat ma’ani Allah dan ma’nawiyah-Nya tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab setiap ada sifat ma’ani
tentu ada sifat ma’nawiyah. Dengan kata lain, sifat ma’anawiyah Allah
menggambarkan keberadaan dan Zat Allah yang terus menerus
memiliki sifat ma’ani. Jika disebutkan Allah bersifat Qudrat (Kuasa),
artinya secara otomatis Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa dan akan
tetap seperti itu tanpa ada batasnya.

2. Sifat Mustahil
Sifat mustahil bagi Allah menurut Syekh Mufti Ahmad Pangeran adalah setiap
sifat yang tidak patut bagi Allah ta’ala. Sifat ini dihadirkan sebagai lawan dari
sifat yang wajib bagi Allah ta’ala.
Oleh karena itu, penyebutannya pun juga disebutkan secara berurutan
sebagaimana sifat yang wajib bagi Allah. Berikut adalah 20 sifat yang mustahil
adanya bagi Allah ta’ala yang peneliti sajikan dalam bentuk tabel untuk
memudahkan:
1. Adam Artinya adalah tiada
2. Hudûst Artinya adalah baharu alias ada kemudian daripada tiada
3. Fana Artinya adalah binasa atau tidak kekal

7
4. Mumâtsalatu li al Hawâditsi Artinya sama dengan makhluknya
5. Lâ Yakûnu Qâiman binafsihi Artinya adalah Allah tidak berdiri sendiri,
seperti berkehendak kepada zat atau yang memperbuatnya
6. Lâ Yakûnu Wâhidan Artinya Allah tidak esa, seperti bersusun zat Nya, ada
bandingan bagi zat atau sifat-Nya, dan ada yang bisa memberi bekas selain
diri-Nya
7. ‘Ajzun Artinya lemah daripada mengadakan sesuatu yang mungkin atau
meniadakannya
8. Karâhah Artinya adalah tidak berkehendak seperti tercegah untuk
mengadakan sesuatu atau meniadakannya
9. Jahlun Artinya adalah tidak tahu akan sesuatu, bebal, lali, lupa, tidur,
mengantuk, syak, zhan
10. Mautun Artinya mati atau hidup dengan ruh
11. Shummun Artinya tuli atau mendengar dengan telinga
12. ‘Umyun Artinya buta atau melihat dengan mata, memerlukan cahaya
13. Bukmun Artinya bisu atau berkata dengan lidah, huruf, atau suara
14. ‘Ajizan Artinya yang lemah
15. Karâhah (mukrahah) Artinya adalah yang tidak berkehendak dan tidak
menentukan sesuatu
16. Jâhilan Artinya adalah yang bebal
17. Mayyitan Artinya adalah yang mati
18. Ashamma Artinya adalah yang tuli
19. A’mâ Artinya adalah yang buta
20. Abkama Artinya adalah yang bisu 4

3. Sifat Jaiz
Yang dimaksud sifat jaiz Allah Swt. adalah sifat kebebasan Allah, yakni
kebebasan yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan semesta alam. Sifat jaiz Allah
Swt. ialah kebebasan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai
dengan kehendak-Nya yang mutlak.

4
Mufti Ahmad Pangeran, Sabîlul Mubtadîn, 12.

8
‫ِك‬ ‫ِف‬
‫ْع ُل ُك ِّل ْمُم ٍن َاو َتْرُك ُه‬
Artinya: ”Memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak
memperbuatnya.”

Al Asma’ al-Husna (al-Karim, al-Mu’min, al-Wakil, al-Matiin, al-Jaami’, al-


Hafidz, al-Rofi’, al-Wahhab, al-Rakib, al-Mubdi’, al-Muhyi, al-Hayyu, al-
Qoyyum, al-Akhir, al-Mujib, dan al-Awwal)

1. Al-Karim (Yang Maha Mulia)


Al-kariim artinya Yang Maha Mulia. Allah adalah Dzat Yang Maha sempurna
dengan kemuliaan-Nya, tidak dilebihi oleh siapapun selain-Nya. Karena
kemuliaan-Nya, Allah memiliki kebaikan yang tidak terbatas.
‫َفَتعَلى ٱلَّلُه ٱْلَم ِلُك ٱَحْلُّق ۖ ٓاَل ِإَٰلَه ِإاَّل ُه َرُّب ٱْلَعْر ِش ٱْلَك ِرِمي‬
‫َو‬
“Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia,
Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia” (QS. al-Mu’minun [23] :116)

2. Al-Mukmin (Yang Maha Memberi Keamanan)


Al-Mukmin artinya Yang Maha Memberi Keamanan. Allah adalah satu-
satunya dzat yang memberi rasa aman, ketenangan dalam hati manusia.
‫ٱَّلِذ ٓى َأن َل ٱلَّس ِكيَنَة ىِف ُلوِب ٱْل ْؤ ِمِن ِل ا ٓو ۟ا ِإَٰميًنا َّم ِإَٰميِنِه ۗ ِلَّلِه ُنو ٱلَّس َٰم َٰو ِت‬
‫َع ْم َو ُج ُد‬ ‫ُم َني َيْزَد ُد‬ ‫ُق‬ ‫َز‬ ‫ُه َو‬
‫َوٱَأْلْر ِض ۚ َوَك اَن ٱلَّلُه َعِليًم ا َح ِكيًم ا‬
”Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada)” (QS. Al_Fath [48] :4

3. Al-Wakil (Yang Maha Mewakili)


Al-Wakil artinya Yang Maha Mewakili. Allah adalah al-Wakil. Dia yang
paling tepat untuk mewakili dan menangani segenap urusan makhluk. Allah
adalah Dzat yang bertanggungjawab atas semua makhluk. Dia
menciptakannya dari ketiadaan, lalu mengawasi dan menjaga mereka.
Selayaknyalah Allah menjadi tempat bergantung bagi para makhluk-Nya.
‫ِب َّلِه ِك‬ ‫َّلِه‬
‫َو َتَوَّك ْل َعَلى ٱل ۚ َوَك َف ٰى ٱل َو يًل‬

9
”Dan bertawaklallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara”
(QS. Al-Ahzab [33] :3)

4. Al-Matin (Yang Maha Kukuh)


Al-Matiin artinya Yang Maha Kukuh. Tiada sesuatupun yang dapat
mengalahkan dan mempengaruhi-Nya. Imam al_Khattabi memaknai al-
Matiin sebagai Dzat Yang Maha Kuat yang kekuatan-Nya tidak dapat
terbendung, tindakan-tindakan-Nya tidak terhalangi dan tidak pernah merasa
Lelah.
‫َو ىِف ُموَس ٰٓى ِإْذ َأْرَس ْلَٰن ُه ِإٰىَل ِف َع َن ِب ْلَٰطٍن ُّم ِبٍني‬
‫ْر ْو ُس‬
”Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan
lagi sangat kukuh” (QS. Adz-Dzariyat [51] :38)

5. Al-Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)


Al-Jami’ artinya Yang Maha Mengumpulkan. Allah adalah Dzat yang
mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat. Menurut Imam Khattabi,
tujuan Allah mengumpulkan makhluk pada hari itu adalah untuk membalas
kebaikan dan keburukan yang dilakukan para makhluk. Pada saat Allah
mengumpulkan para makhluk, tidak ada satupun yang luput. Baik makhluk
yang meninggal terbakar, yang dilumat binatang buas atau yang tenggelam di
lautan.

‫ُقِل ٱلَّلُه ْحُيِييُك ْم َّمُث ِمُييُتُك ْم َّمُث ْجَيَم ُعُك ْم ِإٰىَل َيْو ِم ٱْلِق َٰي َم ِة اَل َرْيَب ِفيِه َو َٰلِكَّن َأْك َثَر ٱلَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬
‘’Katakanlah "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan
kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada
keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.
al-Jatsiyah [45] : 26)

6. Al-Hafidz (Yang Maha Pemelihara)


Al-Hafidz artinya Yang Maha Pemelihara. Allah Maha Hafiidz berarti Allah
sebagai Dzat Yang Maha memelihara. Allah lah yang memelihara seluruh
makhluk-Nya, termasuk langit dan bumi yang kita huni ini.

‫َوَجَعْلَنا ٱلَّس َم ٓاَء َس ْقًف ا ْحَّمُفوًظاۖ َوُه ْم َعْن َءاَٰيِتَه ا ُمْع ِرُضوَن‬

10
”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang
mereka berpaling dari segala tanda_tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat
padanya” (QS.Al-Anbiya’ [ 21 ]:32)

7. Al-Rafi’ (Yang Maha Meninggikan)


Al-Rafi’ artinya Yang Maha Meninggikan. Allah al_Rafi’ artinya Dzat Yang
Maha mengangkat atau meninggikan derajat hamba-hamba-Nya. Allah
meninggikan status para kekasih-Nya serta memberi mereka kemenangan atas
musuh-musuh-Nya. Imam al-Ghazali memaknai al-Rafii’ sebagai Dzat yang
meninggikan orang-orang mukmin dengan kebahagiaan dan surga, serta
meninggikan para wali-Nya dengan kedekatan kepada-Nya.
‫َيْر َفِع ٱلَّل ٱَّلِذ ي ا ُنو۟ا ِم نُك ٱَّلِذ ي ُأوُتو۟ا ٱْلِعْل َٰج ٍت‬
‫َم َدَر‬ ‫ْم َو َن‬ ‫ُه َن َء َم‬
”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang_orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al
Mujadilah [58]:11

8. Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi)


Al- Wahhab artinya Yang Maha Pemberi. Allah al-Wahhab adalah Dzat yang
maha memberi tanpa batas, Dia memberi tanpa diminta, dan tanpa meminta
balasannya. Allah adalah Dzat yang memberi hidup dan kehidupan, memberi
karunia pada kita berupa kecukupan, kesehatan, dan kekuatan. Dialah Dzat
yang telah memberi kita otak, hati, pendengaran dan penglihatan,
kebahagiaan, keberhasilan, di samping makanan dan minuman, pasangan dan
keturunan dan lain sebagainya.
‫ُّذ‬ ‫ِل‬ ‫ِإَٰن‬ ‫ِل‬ ‫ِت‬
‫ُم ْلُك ٱلَّس َٰم َٰو َوٱَأْلْر ِض ۚ ْخَيُلُق َم ا َيَش ٓاُءۚ َيَه ُب َم ن َيَش ٓاُء ًثا َو َيَه ُب َم ن َيَش ٓاُء ٱل ُك وَر‬
‫هّلِل‬

”Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak


perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak
lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki,” (QS. as-Syura[42]:49)

9. Al-Raqib (Yang Maha Mengawasi)


Al-Raqib artinya Yang Maha Mengawasi. Al-Raqib, Maha Mengawasi, Allah
yang menjadikan hamba-Nya selalu berada dalam pengawasan-Nya. Syaikh

11
’Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata: ”al-Raqib adalah Dzat yang
maha memperhatikan dan mengawasi semua hamba-Nya ketika mereka
bergerak (beaktifitas) maupun ketika mereka diam, (mengetahui) apa yang
mereka sembunyikan maupun yang mereka tampakkan, dan (mengawas)
semua keadaan mereka.
‫َو اَل َتْع َم ُلوَن ِم ْن َع َم ٍل ِإاَّل ُكَّنا َع َلْيُك ْم ُش ُهوًدا‬
”Kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi
atasmu di waktu kamu melakukannya.” (QS. Yunus[10]:61)

10. Al-Mubdi’u (Yang Maha memulai)


Al-Mubdi’u artinya Yang Maha Memulai. Allah, Dia lah yang memulai
semuanya. Memulai keberadaan alam beserta isinya melalui kemampuan-Nya
mencipta. Dia menciptakan sesuatu dari tiada, maka wujudlah segala yang
dikehendaki-Nya. Sebagaimana diciptakan Nabi Adam sebagai manusia yang
paling awal diciptakan oleh Allah Swt.
‫ٱُهَّلل َيْبَد ُؤ ۟ا ٱْلَخ ْلَق ُثَّم ُيِع يُد ۥُه ُثَّم ِإَلْيِه ُتْر َج ُعوَن‬
”Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”
(QS. al-Rum [30] :11)

11. Al-Muhyiy (Yang Maha Menghidupkan)


Al-Muhyi artinya Yang Maha Menghidupkan. Allah menciptakan manusia,
menghidupkan, mematikan, kemudian menghidupkan kembali pada hari
kiamat. Tidak ada yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya
Allah Swt.
‫َو ُهَو ٱَّلِذٓى َأْح َياُك ْم ُثَّم ُيِم يُتُك ْم ُثَّم ُيْح ِييُك ْم ۗ ِإَّن ٱِإْل نَٰس َن َلَك ُفوٌر‬
”Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan
kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu,
benar-benar sangat mengingkari nikmat” (QS. al-Hajj [22]:66)
12. Al-Hayyu (Yang Maha Hidup)
Al-hayyu artinya Yang Maha Hidup. Allah adalah Dzat yang tak mungkin
mengalami kematian. Sifat hidup-Nya merupakan sifat yang niscaya, mutlak
dan tidak mengalami penyusutan, kerusakan atau peniadaan.
‫َو َتَو َّك ْل َع َلى ٱْلَح ِّى ٱَّلِذ ى اَل َيُم وُت َو َس ِّبْح ِبَحْمِدِهۦۚ َو َكَفٰى ِبِهۦ ِبُذ ُنوِب ِعَباِدِهۦ َخ ِبيًرا‬

12
”Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-
dosa hamba-hamba_Nya” (QS. al-Furqan [25]:58)

13. Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri)


Al-Qayyum artinya Yang Maha Berdiri Sendiri. Allah al-Qoyyum adalah
Dzat yang maha mengelola dan tidak pernah alpa. Al-Qoyyum bersifat
hiperbolis, memiliki makna ”memelihara”, mengaktualisasikan”, ”mengatur”,
”mendidik”, ”mengawasi”, dan ”menguasai sesuatu”. Pengelolaan terhadap
semesta ini dilakukan Allah secara sendirian, tanpa bantuan atau pertolongan
siapapun, baik pertolongan para malaikat, para penyangga ’Arsy dan seluruh
penghuni langit dan bumi.
‫ٱُهَّلل ٓاَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو ٱْلَحُّى ٱْلَقُّيوُم‬
”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS. al-Baqarah[2]:
255)

14. Al-Akhir (Yang Maha Akhir)


Al-Akhir artinya Yang Maha Akhir, yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah
Swt. Allah al-Akhir menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat yang
”mengakhiri” segalanya. Allah lah Tuhan, tiada Tuhan setelah-Nya. Allah lah
sang Pencipta, tiada Sang Pencipta setelah-Nya. Allah lah penentu kehidupan
manusia, tiada Penentu selain-Nya.
‫َّٰظ‬
‫ُهَو ٱَأْلَّوُل َو ٱأْل ِخ ُر َو ٱل ِهُر َو ٱْلَباِط ُن ۖ َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْى ٍء َع ِليٌم‬
”Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. al-Hadid [57] :3)

15. Al-Mujib (Yang Maha Mengabulkan Do’a)


Al-Mujib artinya Yang Maha Mengabulkan Doa. Al-Mujib adalah
nama Allah yang dengan sifat ini Dia mengabulkan atau memperkenankan
semua permintaan atau permohonan hamba-Nya. Seorang hamba yang
meneladani asma Allah al-Mujib, akan selalu memenuhi seruan-seruan Allah
dan rasul-Nya. Ia juga tak pernah bosan memohon kepada Allah. Iya sadar
bahwa doa merupakan ibadah.

13
Doa merupakan titik temu terdekat antara hamba dengan Rabbnya.
Doa adalah senjata, benteng, obat dan pintu segala kebaikan. Ia juga akan
selalu berusaha untuk memenuhi permintaan orang lain, selama dalam batas
kemampuannya dan tidak bertentangan dengan syari’at, baik materi ataupun
non materi. Rasulullah Saw. Pun menunjukkan bahwa beliau tidak pernah
menolak permohonan yang ditujukan kepadanya

16. Al-Awwal (Yang Pertama)


Al-Awwal artinya Yang Pertama. Allah al-Awwal adalah Dia lah Yang
Pertama. Imam Ali bin Abi Thalib melukiskan sifat Allah al-Awwal yaitu”Dia
yang awal yang bagi-Nya tiada’sebelum’, sehingga mustahil ada sesuatu
sebelum-Nya”. Allah al-Awwal berarti Allah yang mengawali semuanya.
Keberadaan alam ini beserta isinya diawali oleh keberadan-Nya. Sebagai
yang awal, tentu tidak ada yang mengawali-Nya. Itulah sebabnya Dia disebut
al-Awwal. Hal ini menuntut seorang hamba agar memperhatikan keutamaan
Rabbnya dalam setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia,
dimana sebab musababnya berasal dari Allah. Hamba yang meneladani asma
Allah al-Awwal, akan selalu menjadi manusia yang the best of the best dan
yang pertama dalam melaksnakan amar makruf nahi munkar. Semua itu ia
lakukan demi mendapatkan akhir yang husnul khatimah.5

Islam washatiyah (moderat) dan ciri-ciri pemahaman Islam Radikal


1. Islam Washatiyah
Islam wasathiyah merupakan istilah yang sering digunakan untuk ajaran
Islam moderat atau Islam yang berkeadilan. Istilah ini merujuk pada konsep
menemukan pendekatan yang seimbang dan moderat dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk praktik keagamaan, keyakinan, dan interaksi dengan
sesama. Wasathiyah berasal dari kata “wasatha” yaitu Tengah, di Tengah-
tengah. Wasathiyah adalah sebuah kerangka berpikir, bersikap, dan bertingkah

5
Nurul Hidayah, Akidah Akhlak MA Kelas X, (Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2020), 97.

14
laku yang ideal, penuh keseimbangan dan proposional dalam Syariat Islam dan
seharusnya tertanam dalam pribadi muslim.6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wasatiah atau
wasathiyah adalah cenderung mengambil jalan tengah atau bersifat
pertengahan. Ditinjau dari segi terminologinya, wasathiyah adalah berasal dari
makna kata “wasathan” yaitu pertengahan sebagai keseimbangan (al-tawazun),
yakni keseimbangan antara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan
atau bertentangan: spiritualitas (ruhiyah) dengan material (madiyah).
Individualitas (fardiyyah) dengan kolektivitas (jama’iyyah). Kontekstual
(waqi’iyyah) dengan tekstual. Konsisten (tsabat) dengan perubahan
(taghayyur).
Konsep Islam Wasathiyah mengajarkan umat Islam untuk menghindari
ekstremisme dan menjaga cara hidup yang seimbang. Hal ini seringkali
berkaitan dengan menghindari ketatnya atau kelonggaran yang berlebihan
dalam masalah-masalah keagamaan. Konsep ini mendorong umat Muslim
untuk mencapai keseimbangan antara kewajiban keagamaan dan tanggung
jawab pribadi, serta untuk bersikap adil, penuh kasih, dan menghormati dalam
interaksi dengan sesama. Moderat atau Wasathiyah sebagai sikap dasar
keagamaan memiliki pijakan kuat pada ayat Al-Quran tentang ummatan
wasathan dalam QS al-Baqarah ayat 143 "Dan demikianlah Kami telah
menjadikan kamu umat yang adil (wasat), supaya kamu menjadi saksi atas
manusia dan supaya Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas kamu." (Al-Quran,
Surah Al-Baqarah, 2:143).
Ayat ini ditafsirkan sebagai seruan kepada umat Muslim untuk
mewujudkan keseimbangan, keadilan, dan kesederhanaan dalam kehidupan
dan interaksi mereka. Secara keseluruhan, konsep Islam Wasathiyah
menekankan pada menghindari ekstremisme, berlaku adil, dan menjalani
pendekatan yang seimbang dan moderat dalam semua aspek kehidupan.
Konsep ini dianggap sebagai prinsip panduan bagi umat Muslim untuk

6
Suparman Usman dkk, Islam Wasathiyah (Serang: A-Empat, 2023), Hal. 7

15
menjalani kehidupan yang seimbang dan harmonis sambil tetap mengikuti
keyakinan dan nilai-nilai keagamaan mereka. Maka dari itu, Islam wasathiyah
merupakan ajaran Islam yang memiliki prinsip keseimbangan, lurus dan tegas,
toleransi, mengedepankan musyawarah, mendahulukan prioritas, dan
berkeadaban.

2. Islam Radikal
a. Pengertian Islam Radikal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikalisme
adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik, paham atau aliran
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan
cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam aliran politik. Pengertian
Islam radikal adalah orang Islam yang mempunyai pikiran yang kaku dan
sempit dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif dalam memandang
agama-agama lainnya. Konsekuensi dari itu adalah bahwa semua yang
berbeda dengannya adalah salah dan keliru. Sikap radikal terbentuk karena
adanya perbedaan persepsi, pemahaman dan cara pandang terhadap Ajaran
Islam. Mereka beranggapan bahwa sikap radikal itu adalah bagian dari
ketegasan dalam berislam.
b. Ciri-Ciri Pemahaman Islam Radikal
1) Mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain
yang tidak sependapat.
2) Mempersulit tata cara Islam yang dianut, bahwa sejatinya ajaran
Islam bersifat samhah atau toleran dengan menganggap perilaku,
hukum dan ibadah.
3) Bersikap berlebihan dalam menjalankan ritual agama yang tidak
pada tempatnya. Mutlak dalam berinteraksi, keras dalam berbicara
terutama terkait apa yang diyakininya dan emosional dalam
berdakwah atau menyampaikan pendapat.
4) Mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya
yang tidak sepaham.

16
5) Mudah mengafirkan atau memberi label takfiri orang atau
kelompok lain yang berbeda pendapat.
c. Solusi Mengatasi Masalah Radikalisme
1) Menghormati aspirasi kalangan Islamis radikalis melalui cara-cara
yang dialogis dan demokratis.
2) Memperlakukan mereka secara manusiawi dan penuh persaudaraan.
3) Tidak melawan mereka dengan sikap yang sama ekstrem dan radikal,
keduanya harus ditarik ke posisi moderat agar berbagai kepentingan
dapat dikompromikan.
4) Masyarakat diberikan kebebasan berpikir agar terwujud dialog sehat
dan saling mengkritik yang konstruktif sehingga berdampak empatik
antar aliran.
5) Menjauhi sikap saling mengkafirkan dan tidak membalas pengkafiran
dengan pengkafiran.
6) Mempelajari agama secara benar sesuai dengan metode yang sudah
ditentukan oleh para ulama Islam dan mendalami esensi agama agar
menjadi.
7) Muslim yang bijaksana tidak hanya literasi tanpa bimbingan.
8) Tidak menjadi seorang Islam secara parsial dan reduktif dengan
mempelajari esensi tujuan syariat maq-a.sid syar-iah.7

KESIMPULAN
Allah SWT memiliki sifat wajib yang harus diketahui hambanya, di
antaranya adalah Wujud, qidam, baqa, mukhalafatul lilhawadisi, qiyamuhu
binafsihi, wahdaniyah, qudrat, iradat, ilmun, hayyan, sama, Bashar, kalam,
qadiran, muridan, 'aliman, hayyan, sami'an, bashiran, mutakaliman.
Sifat mustahil Allah: Adam, hudus, fana, mumatsalatul lilhawadisi,
ihtiyaju Lil ghairihi, ta'adud, ajzun, karahah, jahlun, mautun, shamamun, bukmun,
umyun, ajizan, karihan, jahilan, mayyitan, ashama, a'ma, abkama.

7
Noor Hasanah, Deradikalisme (Malang: Ahlimedia Press, 2020), Hal. 33

17
Dalam hal ini sifat wajib allah dibagi menjadi 4 bagian, yakni sifat
salbiyah, nafsiyah, ma’ani, ma’nawiyah
Islam washatiyah merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk
Islam moderat atau Islam yang berkeadilan. Konsep ini mengajarkan kepada umat
Islam untuk menghindari ekstremisme dan menjaga cara hidup yang seimbang.
Cara ini juga mendorong umat Islam untuk mencapai keseimbangan antara
kewajiban keagamaan dan tanggung jawab pribadi serta untuk bersikap adil dan
juga penuh kasih sayang dan menghormati antar sesama.
Islam radikal adalah orang Islam yang memiliki pemikiran yang kaku dan
sempit dalam memahami Islam, serta memiliki sifat eklusif dalam memandang
agama-agama lainnya. Sikap ini terbentuk karena adanya perbedaan persepsi,
pemahaman, dan cara pandang terhadap ajaran Islam. Mereka beranggapan
bahwa sikap radikal itu bagian dari ketegasan dalam agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mufti, Sabîlul Mubtadîn, 12

Hasanah Noor, 2020, Deradikalisme (Malang: Ahlimedia Press)


Hidayah Nurul, 2020, Akidah Akhlak MA Kelas X, (Jakarta: Direktorat KSKK
Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI)

Muhammad Omar, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,


(Jakarta: Bulan Bintang)

Syam Nur, 2014, Buku Siswa Akidah Akhlak, (Jakarta: Direktorat Pendidikan
Madrasah)
Usman Suparman, 2023, Islam Wasathiyah (Serang: A-Empat)

18

Anda mungkin juga menyukai