Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Studi Materi Aqidah Akhlak di MTS-MA”
Dosen pengampu:
Imroatus Sholihah. M.Pd.I
Disusun Oleh :
Kelompok 5/PAI E/Semester 5
Firda Azahra Oktaviani (201210147)
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar Aqidah Akhlak terhadap perilaku siswa adalah salah satu
kegiatan yang harus dilakukan dan diterapkan kepada siswa, agar siswa tersebut
tidak terpengaruh oleh dunia bebas dan pergaulan bebas. Dengan demikian
manfaat belajar pedidikan aqidah akhlak sangatlah penting dan sangat diperlukan
untuk membimbing dan membina siswa agar memahami dan mengetahui
manfaat belajar aqidah akhlak.
Maka dari itu, dalam makalah ini penulis berusaha menela’ah materi Akidah
Akhlak dari segi penjelasannya apakah sudah sesuai atau belum untuk diajarkan
di madrasah aliyah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah?
2. Sejauh mana kesulitan dan kemudahan penjelasan materi Akidah Akhlak
Madrasah Aliyah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah.
2. Untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan kekurangan penjelasan materi
Akidah Akhlak Madrasah Aliyah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keimanan kepada Allah melalui sifat-sifatnya dalam Asmaul Husna (Al-Kariim, al-
Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, an-Naafi’, al-Basith, al-Hafidz, dan
al-Akhir)
1
Nurul Hidayah, AKIDAH AKHLAK MA KELAS X, Kementerian Agama RI Jl. Lapangan Banteng Barat No
3-4 Lantai 6-7 Jakarta, 2020, hlm. 93-110
2
seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu:
1) Memberikan rasa aman
2) Menjadi pribadi yang bisa dipercaya dan menjauhi sifat khianat
3) Menunjukkan sikap yang ramah dan sopan santun kepada sesama
4) Menciptakan lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat yang kondusif
5) Mengembangkan pemikiran yang baik dan positif bagi sesama
3
e. Al- Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)
Al-Jami’ artinya Yang Maha Mengumpulkan. Allah adalah Dzat yang
mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat. Pada saat Allah mengumpulkan para
makhluk, tidak ada satupun yang luput. Baik makhluk yang meninggal terbakar, yang
dilumat binatang buas atau yang tenggelam di lautan
ِ ب ف ِي هِ َو لَٰ َ ِك هن أ َ كْ ث َ َر ال ن ه
اس َ ْ ق ُ ِل َّللاه ُ ي ُ ْح ي ِ ي ك ُ مْ ث ُم ه ي ُ ِم يت ُك ُ مْ ث ُ م ه ي َ ْج َم ع ُ ك ُ مْ إ ِ ل َ َٰى ي َ ْو ِم ال ْ ق ِ ي َ ا َم ةِ ََل َر ي
ََل ي َ ع ْ ل َ مُ و َن
‘’Katakanlah "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan
kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan
padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. al-Jatsiyah [45] :
26)
Pada hari itu, yang paling bahagia adalah orang-orang mukmin, yaitu mereka
yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Dengan memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Jaami’ maka akan
membuat kita sadar bahwa kita suatu saat akan mati dan akan dikumpulkan di sebuah
tempat yang bernama padang mahsyar untuk menerima keputusan dan balasan atas
perbuatan kita. Maka hendaklah kita meneladani asma Allah al-Matin yaitu dengan:
1) Hiduplah secara berjamaah (bersatu)
2) Menghimpun potensi positif diri
3) Mendukung upaya terwujudnya persatuan ummat Islam dunia
2
https://www.islampdia.com/2023/02/asmaul-husna-part-3.html
5
”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tandatanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya” (QS.Al-
Anbiya’ [ 21 ]:32)
Asy-Syaikh Muhammad Khalil al-Harras dalam Syarh Nuniyyah Ibnul
Qayyim, mengatakan asma Allah al-Hafidz, memiliki dua makna yang pertama, bahwa
Dia menjaga/memelihara apa yang dilakukan oleh hamba-Nya berupa amal baik atau
amal buruk, yang makruf atau yang mungkar, taat atau maksiat. Yang kedua bahwa
Allah adalah al-Hafidz, yakni yang menjaga hamba-hamba-Nya dari segala hal yang
tidak mereka sukai. Allah menghendaki agar manusia mampu mengambil keteladanan
dari sifat-Nya itu. Sebab, Dia telah menganugerahkan potensi kepada kita untuk dapat
melakukannya, maka marilah kita memelihara dan menjaga keimanan kita kepada
Allah, memelihara kebaikan, ketaatan, kemurnian niat dengan mengharap keridhaan
Allah.
a. Husnudzon
Pengertian Husnudzan Ada dua istilah yang sering kita dengar,
yaitu Husnudzan dan Su’udzan. Dzan itu sendiri sering juga diartikan ragu, karena
mengandung unsur keragu-raguan, ketidakpastian, bisa benar bisa salah. Prasangka itu
6
bisa benar bisa salah. Berprasangka baik disebut Husnudzan sedang berprasangka
jelek disebut Su’uzzan. Husnudzanberarti berbaik sangka atau kata lain tidak cepat-
cepat berburuk sangka sebelum perkaranya menjadi jelas. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu pergaulan. Hal itu
disebabkan manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan suatu pergaulan
yang harmonis perlu dipupuk sikap berbaik sangka antara sesama manusia. Sikap
berbaik sangka meskipun sepintas lalu sepele, akan tetapi sering kita tidak
menyadarinya.
Sikap Huznudzan
- Sikap Husnudzam kepada Allah : Sabar, Syukur
- Sikap Husnudzam kepada Diri Sendiri : Percaya Diri, Gigih
- Sikap Husnudzam kepada Manusia : Saling menghormati dan menghargai,
baik secara sikap, ucapan lisan dan perbuatan.
Hikmah Husnudzon
- Husnudzan akan mendatangkan ketentraman lahir batin
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan pada Allah menunjukkan bahwa ia telah
memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan tawakkal
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada Allah akan senantiasa
dicintai Allah karena ia senantiasa menerima terhadap apa saja yang telah
dilimpahkan kepadanya.
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada sesama manusia akan senantiasa
dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa tidak pernah dirugikan oleh ulahnya
- Sikap Husnudzan akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keluh kesah, iri,
dengki, memtnah, mengadu domba, dendam dan menggunjing.
b. Raja’
Pengertian Raja’ Secara bahasa raj’ berasal dari kata rajaa yarjuu raj aj’an,
yang berarti mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan raj’ahu maka
artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut dari makna bahasa, maka
asal maknaraj’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu yang
disenangi. Menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah berupa keutamaan,
ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan
pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati karena
menanti harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan. Harapan yang kita
nantikan harus disertai dengan ikhtiar, doa dan tawakkal. Harapan yang tidak
disertai usaha dan doa dapat menjadikan seseorang menghayal atau berangan-
angan. Khayalan atau anganangan kosong disebut Gurur. Orang yang hanya
berikhtiar tanpa doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang sombong, sedang
orang yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang
pemalas. Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada Allah Swt.
7
Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita harus memenuhi
ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan salat ataupun ibadah-ibadah
lainnya jangan harap akan meraih ridha, rahmat, atau pertolongan Allah Swt.
- Sikap Raja : Optimis, Dinamis
Hikmah Raja’
- Raja’ akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sebesar apapun bahaya
dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari
wajahnya.
- Raja’ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh prasangka
buruk.
- Raja’ akan membuat seseorang mengharapkan rahmat Allah dan tidak mudah putus
asa
- Raja’ akan membuat seseorang merasa tenang, aman, dan tidak merasa takut pada
siapapun
- Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diteriamnya
- Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong kepada orang lain
c. Taubat
Pengertian Taubat adalah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal
dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa
besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap individu
disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, sama ada
dilakukan dengan sengaja mahupun tidak.
Hukum bertaubat adalah wajib, ada dosa kepada Allah s.w.t maupun dosa
sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan manusia, hendaklah meminta
maaf daripada manusia terbabit. Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda,
hendaklah dikembalikan harta tersebut kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah
hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas kerana
taubat yang tiada keikhlasan tidak mendatangkan apa-apa kesan terhadap individu
terbabit. Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan
rasa rendah diri kepada Allah s.w.t.
Sikap Taubat
1. Selalu membaca ISTIGFAR
2. Melaksanakan shalat Sunnat Taubat
3. Selalu Meminta maaf (bila dosa nya terhadapsesama manusia)
4. Berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa lagi
5. Selalu menyadari atas kesalahan yang telah Ia perbuat
6. Meninggalkan hal-hal yang bersifat negative
7. Menjauh dari perbuatan maksiat
8
Hikmah Taubat
- Orang yang bertaubat akan sadar bahwa ia tidak sempurna dan bisa berbuat
kesalahan, karena itu bisa menimbulkan sikap hati-hati dan tidak gegabah.
- Orang yang bertaubat tidak akan berbuat salah lagi, karena tertanam dalam hatinya
penyesalan.
- Orang yang bertaubat hidupnya akan dipenuhi dengan optimis yang besar akan
masa depan hidup yang akan dijalaninya dan
memiliki kesempatan besar untuk mendapatkan surga Allah Swt .
- Orang yang bertaubat akan mendapat rahmat dari Allah Swt.
- Orang yang bertaubat akan bersih jiwanya dari dosa dan sifat buruk.
- Orang yang bertaubat akan terhindar dari azab Allah Swt.3
3
https://mrofiudin29.blogspot.com/2017/11/makalah-aqidah-akhlak-kelas-10_11.html
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Allah adalah Dzat Yang Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya, tidak dilebihi oleh
siapapun selain-Nya. al-Mu`minun [23] :116) Karena kemuliaan-Nya itu pula, Allah
memuliakan al-Qur`an, malaikat, para Nabi dan juga manusia. Jibril, malaikat yang
menyampaikan kitab Allah kepada Nabi Saw, adalah utusan yang mulia, Rasulullah Saw.
Dengan memahami dan menghayati makna al-Asma` al-Husna al-Kariim, maka hendaknya
kita memiliki budi pekerti yang luhur, diantaranya adalah: 1) Menghiasi diri dengan akhlak
yang baik 2) Menjaga kehormatan diri 3) Memuliakan para Rasul, Malaikat, kitab Allah dan
semua makhluk ciptaan Allah. Dengan memahami dan menghayati makna Asma`ul Husna al-
Mu`min seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu: 1) Memberikan rasa aman 2)
Menjadi pribadi yang bisa dipercaya dan menjauhi sifat khianat 3) Menunjukkan sikap yang
ramah dan sopan santun kepada sesama 4) Menciptakan lingkungan keluarga, tetangga, dan
masyarakat yang kondusif 5) Mengembangkan pemikiran yang baik dan positif bagi sesama
c. Setelah memahami dan menghayati makna Asma`ul Husna al-Wakiil maka marilah kita
meneladaninya dengan cara: 1) Berserah diri kepada Allah 2) Bersyukur kepada-Nya 3)
Menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan pengharapan 4) Tidak berputus asa dalam
berdoa dan bekerja 5) Berupaya menjadi pribadi yang memiliki kredibilitas 6) Menjiwai setiap
ikhtiar atau perbuatannya dengan mengharap keridhaan-Nya d. Allah adalah Dzat yang
mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat. Pada saat Allah mengumpulkan para
makhluk, tidak ada satupun yang luput. al-Jatsiyah [45] : 26) Pada hari itu, yang paling bahagia
adalah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dengan memahami dan menghayati makna
Asma`ul Husna al-Jaami` maka akan membuat kita sadar bahwa kita suatu saat akan mati dan
akan dikumpulkan di sebuah tempat yang bernama padang mahsyar untuk menerima
keputusan dan balasan atas perbuatan kita. Al-'Adl (Yang Maha Adil) Al-'Adl bermakna
bahwa Allah SWT Maha Adil dalam memperlakukan hamba dan makhluk-Nya. Dalil
mengenai sifat dan keadilan Allah SWT ini tergambar dalam surah Al-An'am ayat 115: ‘‘Dan
telah sempurna firman Tuhanmu [Al-Qur`an] dengan benar dan adil. Bentuk keadilan Allah
atas manusia adalah perlakuannya yang setara, tidak memandang bentuk fisik, harta,
keturunan, atau jabatannya. Seorang muslim yang mengimani Asmaul Husna Al-'Adl dituntut
untuk meneladani keadilan Allah SWT, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Berakhlaklah kamu sekalian dengan akhlak Allah. Allah Swt menciptakan bakteri
umpamanya, ada sebagian besar bakteri yang juga mempunyai manfaat bagi tubuh manusia.
10
DAFTAR PUSTAKA
11