Anda di halaman 1dari 12

MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MA KELAS X SEMESTER II

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Studi Materi Aqidah Akhlak di MTS-MA”

Dosen pengampu:
Imroatus Sholihah. M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 5/PAI E/Semester 5
Firda Azahra Oktaviani (201210147)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar Aqidah Akhlak terhadap perilaku siswa adalah salah satu
kegiatan yang harus dilakukan dan diterapkan kepada siswa, agar siswa tersebut
tidak terpengaruh oleh dunia bebas dan pergaulan bebas. Dengan demikian
manfaat belajar pedidikan aqidah akhlak sangatlah penting dan sangat diperlukan
untuk membimbing dan membina siswa agar memahami dan mengetahui
manfaat belajar aqidah akhlak.

Manfaat belajar pendidikan aqidah akhlak di madrasah merupakan bagian


tersendiri dari pendidikan. Agama merupakan factor yang menentukan
prilaku/watak dan kepribadian siswa sehingga siswa dapat memotifasi untuk
mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (aqidah) dan akhlakul karimah
(akhlak) dalam kehidupan sehari-hari, agar anak mempunyai perilaku dengan
baik. Anak didik diharapkan dapat memperhatikan manfaat pendidikan pelajaran
aqidah akhlak sebagai control dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu, dalam makalah ini penulis berusaha menela’ah materi Akidah
Akhlak dari segi penjelasannya apakah sudah sesuai atau belum untuk diajarkan
di madrasah aliyah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah?
2. Sejauh mana kesulitan dan kemudahan penjelasan materi Akidah Akhlak
Madrasah Aliyah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah.
2. Untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan kekurangan penjelasan materi
Akidah Akhlak Madrasah Aliyah

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keimanan kepada Allah melalui sifat-sifatnya dalam Asmaul Husna (Al-Kariim, al-
Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, an-Naafi’, al-Basith, al-Hafidz, dan
al-Akhir)

a. Al- Kariim (Yang Maha Mulia)


Al-kariim artinya Yang Maha Mulia. Allah adalah Dzat Yang Maha sempurna
dengan kemuliaan-Nya, tidak dilebihi oleh siapapun selain-Nya. Karena kemuliaan-
Nya, Allah memiliki kebaikan yang tidak terbatas.
ُّ ‫ق ۖ ََل إ ِ لَٰ َ ه َ إ ِ هَل ه َُو َر‬
‫ب ال ْ ع َ ْر ِش ال ْ ك َِر ي ِم‬ َ ْ ‫ك ال‬
ُّ ‫ح‬ ُ ِ ‫ف َ ت َ ع َ ا ل َ ى َّللاه ُ ال ْ َم ل‬
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan
(Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya;
tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia” (QS. al-
Mu’minun [23] :116)
Karena kemuliaan-Nya itu pula, Allah memuliakan al-Qur’an, malaikat, para
Nabi dan juga manusia. Jibril, malaikat yang menyampaikan kitab Allah kepada Nabi
Saw, adalah utusan yang mulia, Rasulullah Saw. juga seorang Nabi yang mulia, begitu
pula dengan anak-anak Adam lainnya.
Dengan memahami dan menghayati makna al-Asma’ al-Husna al-Kariim,
maka hendaknya kita memiliki budi pekerti yang luhur, diantaranya adalah:
1) Menghiasi diri dengan akhlak yang baik
2) Menjaga kehormatan diri
3) Memuliakan para Rasul, Malaikat, kitab Allah dan semua makhluk ciptaan Allah.
Sehingga kita bisa mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia1

b. Al- Mukmin (Yang Maha Keamanan)


Al-Mukmin artinya Yang Maha Memberi Keamanan. Allah adalah satu-
satunya dzat yang memberi rasa aman, ketenangan dalam hati manusia.
ْ‫أ َن ْ َز َل ال س ه ِك ي ن َ ة َ ف ِي ق ُ ل ُ و ب ِ ال ْ مُ ْؤ ِم ن ِي َن ل ِ ي َ ْز د َ ا د ُوا إ ِ ي َم ا ن ً ا َم َع إ ِ ي مَ ا ن ِ ِه م‬
”Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada)” (QS. AlFath [48] :4)
Manusia secara pribadi atau kelompok akan selalu berusaha memperoleh rasa
aman dengan cara yang berbeda-beda. Padahal hakikat rasa aman itu sebenarnya hanya
dari Allah. Pasalnya Allah Swt. adalah tempat berlindung para hamba dari rasa takut.
Salah satu rasa aman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah rasa aman dari
siksa dunia dan akhirat.
Dengan memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Mu’min

1
Nurul Hidayah, AKIDAH AKHLAK MA KELAS X, Kementerian Agama RI Jl. Lapangan Banteng Barat No
3-4 Lantai 6-7 Jakarta, 2020, hlm. 93-110
2
seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu:
1) Memberikan rasa aman
2) Menjadi pribadi yang bisa dipercaya dan menjauhi sifat khianat
3) Menunjukkan sikap yang ramah dan sopan santun kepada sesama
4) Menciptakan lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat yang kondusif
5) Mengembangkan pemikiran yang baik dan positif bagi sesama

c. Al- Wakil (Yang Maha Mewakili)


Al-Wakil artinya Yang Maha Mewakili. Allah adalah al-Wakil. Dia yang paling
tepat untuk mewakili dan menangani segenap urusan makhluk. Allah adalah Dzat yang
bertanggungjawab atas semua makhluk. Dia menciptakannya dari ketiadaan, lalu
mengawasi dan menjaga mereka. Selayaknyalah Allah menjadi tempat bergantung bagi
para makhluk-Nya
ً ‫َو ت َ َو ك ه ْل ع َ ل َ ى َّللاه ِ ۚ َو ك َ ف ََٰى ب ِ اَّلله ِ َو ِك‬
‫يل‬
”Dan bertawaklallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara” (QS. Al-
Ahzab [33] :3)
Dalam bertawakkal, manusia masih tetap dituntut untuk melakukan sesuatu
sampai batas kemampuannya, bukan berarti menyerahkan begitu saja segala sesuatu
kapada Allah, tetapi penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha yang maksimal.
Setelah memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Wakiil maka marilah
kita meneladaninya dengan cara:
1) Berserah diri kepada Allah
2) Bersyukur kepada-Nya
3) Menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan pengharapan
4) Tidak berputus asa dalam berdoa dan bekerja
5) Berupaya menjadi pribadi yang memiliki kredibilitas
6) Menjiwai setiap ikhtiar atau perbuatannya dengan mengharap keridhaan-Nya

d. Al- Matin (Yang Maha Kukuh)


Al-Matiin artinya Yang Maha Kukuh.
Tiada sesuatupun yang dapat mengalahkan dan mempengaruhi-Nya. Imam al-
Khattabi memaknai al-Matiin sebagai Dzat Yang Maha Kuat yang kekuatan-Nya tidak
dapat terbendung, tindakantindakan-Nya tidak terhalangi dan tidak pernah merasa lelah
‫َو ف ِي مُ و س َ َٰى إ ِ ذ ْ أ َ ْر س َ ل ْ ن َا ه ُ إ ِ ل َ َٰى ف ِْر ع َ ْو َن ب ِ س ُ ل ْ ط َ ا ٍن مُ ب ِ ي ٍن‬
”Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kukuh” (QS. adz-Dzariyat [51] :38)
Allah Maha Kukuh. Kukuh kekuasan-Nya, kukuh kehendak-Nya, kukuh dalam
sifat-sifat-Nya. Bagi kita sebagai hamba-Nya, hendaknya kekukuhan Allah menjadi
landasan sikap kita sekurang-kurangnya untuk teguh memegang prinsip kebenaran,
memiliki keinginan yang kuat, tidak tergoda untuk menerima atau mencari rezeki
secara batil, konsekuen dalam membela kebenaran, menjadi manusia yang tawakkal,
memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia
lain, karena hanya Allah lah Yang Maha Kuat dan Maha Kukuh

3
e. Al- Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)
Al-Jami’ artinya Yang Maha Mengumpulkan. Allah adalah Dzat yang
mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat. Pada saat Allah mengumpulkan para
makhluk, tidak ada satupun yang luput. Baik makhluk yang meninggal terbakar, yang
dilumat binatang buas atau yang tenggelam di lautan
ِ ‫ب ف ِي هِ َو لَٰ َ ِك هن أ َ كْ ث َ َر ال ن ه‬
‫اس‬ َ ْ ‫ق ُ ِل َّللاه ُ ي ُ ْح ي ِ ي ك ُ مْ ث ُم ه ي ُ ِم يت ُك ُ مْ ث ُ م ه ي َ ْج َم ع ُ ك ُ مْ إ ِ ل َ َٰى ي َ ْو ِم ال ْ ق ِ ي َ ا َم ةِ ََل َر ي‬
‫ََل ي َ ع ْ ل َ مُ و َن‬
‘’Katakanlah "Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan
kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan
padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. al-Jatsiyah [45] :
26)
Pada hari itu, yang paling bahagia adalah orang-orang mukmin, yaitu mereka
yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Dengan memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Jaami’ maka akan
membuat kita sadar bahwa kita suatu saat akan mati dan akan dikumpulkan di sebuah
tempat yang bernama padang mahsyar untuk menerima keputusan dan balasan atas
perbuatan kita. Maka hendaklah kita meneladani asma Allah al-Matin yaitu dengan:
1) Hiduplah secara berjamaah (bersatu)
2) Menghimpun potensi positif diri
3) Mendukung upaya terwujudnya persatuan ummat Islam dunia

f. Al-'Adl (Yang Maha Adil)


Al-'Adl bermakna bahwa Allah SWT Maha Adil dalam memperlakukan hamba dan
makhluk-Nya. Keadilan Allah bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apa pun dan
siapa pun. Dalil mengenai sifat dan keadilan Allah SWT ini tergambar dalam surah Al-
An'am ayat 115: "Dan telah sempurna firman Tuhanmu [Al-Qur’an] dengan benar dan
adil. Tidak ada yang dapat mengubah firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar, Maha
Mengetahui." (QS. Al-An'am [6]: 115).
Bentuk keadilan Allah atas manusia adalah perlakuannya yang setara, tidak
memandang bentuk fisik, harta, keturunan, atau jabatannya. Indikator kemuliaan di sisi
Allah SWT adalah ketakwaan hamba tersebut.
Seorang muslim yang mengimani Asmaul Husna Al-'Adl dituntut untuk
meneladani keadilan Allah SWT, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Berakhlaklah kamu sekalian dengan akhlak Allah." Orang yang meneladani sifat
Allah Yang Maha Adil akan berusaha untuk tidak memihak, berlaku baik, adil, serta
tidak menzalimi orang lain.

g. An-Nafi’ (Maha Memberi Manfaat).


Allah Swt dalam menciptakan segala yang ada di alam ini tiada yang sia-sia.
Allah Swt mempunyai tujuan dan manfaat, sehingga ciptaan Allah Swt mesti akan
bermanfaat pada makhlukNya yang lain. Allah Swt menciptakan bakteri umpamanya,
ada sebagian besar bakteri yang juga mempunyai manfaat bagi tubuh manusia. Allah
Swt menciptakan buah manggis misalnya, maka buah ini dapat dikonsumsi sebagai
buah-buahan yang segar. Bahkan sekarang ini, kulit dari buah manggispun dijadikan
4
sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit yang dialami oleh manusia seperti obat
penyakit kanker, jantung, kolesterol jahat dan lain-lain. Hal ini menunjukkan
bahwasannya Allah Swt tidak menyia-nyiakan hal-hal kecil-pun dari ciptaanNya.
Allah Swt Maha Cermat dalam memberikan aspek manfaat ciptaanNya. Allah
Swt berfirman dalam surah Ali Imran [3] 190-191:
َ ‫ب الهذِينَ يَذْ ُك ُرونَ ه‬
‫َّللا قِيَا ًما‬ ِ ‫ت ِْلُولِي ْاْل َ ْلبَا‬
ٍ ‫ار ََليَا‬ ِ ‫ض َوا ْخت َِلفِ الله ْي ِل َوالنه َه‬ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬
‫ق ال ه‬ ِ ‫إِ هن فِي خ َْل‬
َ َ ‫عذ‬
ِ ‫اب النه‬
‫ار‬ ُ ‫ض َربهنَا َما َخلَ ْقتَ َٰ َهذَا بَاطِ ًل‬
َ ‫س ْب َحانَكَ فَ ِقنَا‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬
‫ق ال ه‬ ِ ‫علَ َٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ هك ُرونَ فِي خ َْل‬
َ ‫َوقُعُودًا َو‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang
sungguh ada tanda-tanda ayat Allah bagi insan ulil albab. Yaitu orang-orang yang
berzikir pada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring, dan mereka ber¿kir pada
penciptaan langit dan bumi, lalu berkata: ya Rabb kami, tidaklah Engkau cipta ini
semua sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka" (QS.
Ali Imran :190-191)

h. Al-Basit (Maha Melapangkan).


Arti al-Basit adalah Maha Meluaskan rizki bagi siapa saja yang dikehendaki-
Nya. Karena Allah-lah yang melapangkan rizki dan juga menyempitkannya, yang
membentangkan rizki itu dengan rahmatNya dan menahannya dengan kebijakan-Nya
terhadap hambaNya yang bersangkutan.
ٍ ‫يرا َو ََل تَ ْقتُلُوا أَ ْو ََلدَ ُك ْم َخ ْش َيةَ ِإ ْم َل‬
‫ق ۖ نَ ْح ُن ن َْر ُزقُ ُه ْم‬ ً ‫ص‬ ً ‫الر ْزقَ ِل َم ْن َيشَا ُء َو َي ْقد ُِر ۚ ِإنههُ َكانَ ِب ِع َبا ِد ِه َخ ِب‬
ِ ‫يرا َب‬ ِ ‫ط‬ ُ ‫س‬
ُ ‫ِإ هن َربهكَ َي ْب‬
ً ‫طئًا َك ِب‬
‫يرا‬ ْ ِ‫َو ِإيها ُك ْم ۚ ِإ هن قَتْلَ ُه ْم َكانَ خ‬
“Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki
dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan
hambahambaNya”. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (QS. al-Isra’:31)
Al-Basith adalah membentangkan rizki kepada hamba-Nya dan meluaskannya
kepada mereka dengan kedermawanan-Nya dan rahmat-Nya. Lawanya adalah al-
Qabidh yang artinya menahan rizki dengan kebaikan hati-Nya.
Dengan demikian, Allah Swt adalah Zat yang Memberi dan sekaligus Menahan.
Dalam kehidupan ini, makhluk Allah Swt mengalami pasang surut kehidupan. Ada
kalanya miskin, lalu Allah Swt menjadikan dan juga termasuk manusia akan
mengalami roda kehidupan. Allah Swt sudah mengatur rizki makhluk-Nya, bahkan
Allah sudah mengatur rizkinya semut, bakteri dan lain-lain sebagainya, Allah Swt itu
Maha Melapangkan rizki, sehingga kita sebagai hambaNya dilarang takut akan
mengalami kesempitan rizki selagi kita melaksanakan perintah Allah Swt.2

i. Al- Hafidz (Yang Maha Pemelihara)


Al-Hafidz artinya Yang Maha Pemelihara. Allah Maha Hafiidz berarti Allah
sebagai Dzat Yang Maha memelihara. Allah lah yang memelihara seluruh makhluk-
Nya, termasuk langit dan bumi yang kita huni ini.
ً ُ ً ْ ْ
‫ج ع َ ل ن َا ال س ه َم ا ءَ س َ ق ف ا َم ْح ف و ظ ا ۖ َو ه ُ مْ ع َ ْن آ ي َ ا ت ِ هَ ا مُ ع ْ ِر ض ُ و َن‬
َ ‫َو‬

2
https://www.islampdia.com/2023/02/asmaul-husna-part-3.html
5
”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tandatanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya” (QS.Al-
Anbiya’ [ 21 ]:32)
Asy-Syaikh Muhammad Khalil al-Harras dalam Syarh Nuniyyah Ibnul
Qayyim, mengatakan asma Allah al-Hafidz, memiliki dua makna yang pertama, bahwa
Dia menjaga/memelihara apa yang dilakukan oleh hamba-Nya berupa amal baik atau
amal buruk, yang makruf atau yang mungkar, taat atau maksiat. Yang kedua bahwa
Allah adalah al-Hafidz, yakni yang menjaga hamba-hamba-Nya dari segala hal yang
tidak mereka sukai. Allah menghendaki agar manusia mampu mengambil keteladanan
dari sifat-Nya itu. Sebab, Dia telah menganugerahkan potensi kepada kita untuk dapat
melakukannya, maka marilah kita memelihara dan menjaga keimanan kita kepada
Allah, memelihara kebaikan, ketaatan, kemurnian niat dengan mengharap keridhaan
Allah.

j. Al- Akhir (Yang Maha Akhir)


Al-Akhir artinya Yang Maha Akhir, yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah
Swt. Allah al-Akhir menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat yang ”mengakhiri”
segalanya. Allah lah Tuhan, tiada Tuhan setelah-Nya. Allah lah sang Pencipta, tiada
Sang Pencipta setelah-Nya. Allah lah penentu kehidupan manusia, tiada Penentu
selain-Nya.
ِ ‫اَل خِ ُر َو ال ظ ه ا هِ ُر َو ال ْ ب َ ا‬
ْ َ ‫ط ُن ۖ َو ه َُو ب ِ ك ُ ل ِ ش‬
‫ي ٍء ع َ ل ِيم‬ ْ ‫اْل َ هو ُل َو‬
ْ ‫ه ُ َو‬
”Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu” (QS. al-Hadid [57] :3) Sebagai Dzat Yang Maha Akhir,
Allah Swt. akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah Swt.
menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat bergantung atas segala urusannya,
baik urusan dunia maupun urusan yang akan kita bawa sampai ke akhirat kelak.
Sungguh sangat merugi orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada selain
Allah, karena sesungguhnya setiap yang ada di langit dan bumi ini akan hancur. Akan
tetapi jika kita bersandar penuh pada sang Maha Kekal, pastinya kita tidak akan hancur
dan terjerumus dalam kesesatan. Orang yang mengesakan al-Akhir akan menjadikan
Allah Swt. sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainNya, tidak
ada permintaan selain-Nya, dan segala kesudahan hanya tertuju kepada-Nya. Setelah
memahami dan meyakini bahwa Allah adalah al-Akhir, kita menyadari bahwa tujuan
akhir kita adalah kembali kepada Allah Swt. maka sejatinya tidak menunda-nunda
dalam berbuat kebaikan. Justru, kita harus berusaha menyegerakan dan memperbanyak
amal saleh sebagai persiapan dalam menghadapi kehidupan yang abadi di akhirat kelak

2. Perilaku terpuji (husnudz-dzan, ar-Raja’ dan bertaubat)

a. Husnudzon
Pengertian Husnudzan Ada dua istilah yang sering kita dengar,
yaitu Husnudzan dan Su’udzan. Dzan itu sendiri sering juga diartikan ragu, karena
mengandung unsur keragu-raguan, ketidakpastian, bisa benar bisa salah. Prasangka itu
6
bisa benar bisa salah. Berprasangka baik disebut Husnudzan sedang berprasangka
jelek disebut Su’uzzan. Husnudzanberarti berbaik sangka atau kata lain tidak cepat-
cepat berburuk sangka sebelum perkaranya menjadi jelas. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu pergaulan. Hal itu
disebabkan manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan suatu pergaulan
yang harmonis perlu dipupuk sikap berbaik sangka antara sesama manusia. Sikap
berbaik sangka meskipun sepintas lalu sepele, akan tetapi sering kita tidak
menyadarinya.

Sikap Huznudzan
- Sikap Husnudzam kepada Allah : Sabar, Syukur
- Sikap Husnudzam kepada Diri Sendiri : Percaya Diri, Gigih
- Sikap Husnudzam kepada Manusia : Saling menghormati dan menghargai,
baik secara sikap, ucapan lisan dan perbuatan.

Hikmah Husnudzon
- Husnudzan akan mendatangkan ketentraman lahir batin
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan pada Allah menunjukkan bahwa ia telah
memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan tawakkal
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada Allah akan senantiasa
dicintai Allah karena ia senantiasa menerima terhadap apa saja yang telah
dilimpahkan kepadanya.
- Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada sesama manusia akan senantiasa
dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa tidak pernah dirugikan oleh ulahnya
- Sikap Husnudzan akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keluh kesah, iri,
dengki, memtnah, mengadu domba, dendam dan menggunjing.

b. Raja’
Pengertian Raja’ Secara bahasa raj’ berasal dari kata rajaa yarjuu raj aj’an,
yang berarti mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan raj’ahu maka
artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut dari makna bahasa, maka
asal maknaraj’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu yang
disenangi. Menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah berupa keutamaan,
ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan
pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat diraih.
Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati karena
menanti harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan. Harapan yang kita
nantikan harus disertai dengan ikhtiar, doa dan tawakkal. Harapan yang tidak
disertai usaha dan doa dapat menjadikan seseorang menghayal atau berangan-
angan. Khayalan atau anganangan kosong disebut Gurur. Orang yang hanya
berikhtiar tanpa doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang sombong, sedang
orang yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang
pemalas. Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada Allah Swt.

7
Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita harus memenuhi
ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan salat ataupun ibadah-ibadah
lainnya jangan harap akan meraih ridha, rahmat, atau pertolongan Allah Swt.
- Sikap Raja : Optimis, Dinamis

Hikmah Raja’
- Raja’ akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sebesar apapun bahaya
dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari
wajahnya.
- Raja’ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh prasangka
buruk.
- Raja’ akan membuat seseorang mengharapkan rahmat Allah dan tidak mudah putus
asa
- Raja’ akan membuat seseorang merasa tenang, aman, dan tidak merasa takut pada
siapapun
- Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diteriamnya
- Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong kepada orang lain

c. Taubat
Pengertian Taubat adalah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal
dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan sama ada dosa
besar mahupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap individu
disuruh bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, sama ada
dilakukan dengan sengaja mahupun tidak.
Hukum bertaubat adalah wajib, ada dosa kepada Allah s.w.t maupun dosa
sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan manusia, hendaklah meminta
maaf daripada manusia terbabit. Sekiranya dosa berkaitan dengan harta benda,
hendaklah dikembalikan harta tersebut kepada tuannya. Bertaubat kepada Allah
hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas kerana
taubat yang tiada keikhlasan tidak mendatangkan apa-apa kesan terhadap individu
terbabit. Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan, keinsafan dan
rasa rendah diri kepada Allah s.w.t.

Sikap Taubat
1. Selalu membaca ISTIGFAR
2. Melaksanakan shalat Sunnat Taubat
3. Selalu Meminta maaf (bila dosa nya terhadapsesama manusia)
4. Berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa lagi
5. Selalu menyadari atas kesalahan yang telah Ia perbuat
6. Meninggalkan hal-hal yang bersifat negative
7. Menjauh dari perbuatan maksiat

8
Hikmah Taubat
- Orang yang bertaubat akan sadar bahwa ia tidak sempurna dan bisa berbuat
kesalahan, karena itu bisa menimbulkan sikap hati-hati dan tidak gegabah.
- Orang yang bertaubat tidak akan berbuat salah lagi, karena tertanam dalam hatinya
penyesalan.
- Orang yang bertaubat hidupnya akan dipenuhi dengan optimis yang besar akan
masa depan hidup yang akan dijalaninya dan
memiliki kesempatan besar untuk mendapatkan surga Allah Swt .
- Orang yang bertaubat akan mendapat rahmat dari Allah Swt.
- Orang yang bertaubat akan bersih jiwanya dari dosa dan sifat buruk.
- Orang yang bertaubat akan terhindar dari azab Allah Swt.3

3
https://mrofiudin29.blogspot.com/2017/11/makalah-aqidah-akhlak-kelas-10_11.html
9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Allah adalah Dzat Yang Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya, tidak dilebihi oleh
siapapun selain-Nya. al-Mu`minun [23] :116) Karena kemuliaan-Nya itu pula, Allah
memuliakan al-Qur`an, malaikat, para Nabi dan juga manusia. Jibril, malaikat yang
menyampaikan kitab Allah kepada Nabi Saw, adalah utusan yang mulia, Rasulullah Saw.
Dengan memahami dan menghayati makna al-Asma` al-Husna al-Kariim, maka hendaknya
kita memiliki budi pekerti yang luhur, diantaranya adalah: 1) Menghiasi diri dengan akhlak
yang baik 2) Menjaga kehormatan diri 3) Memuliakan para Rasul, Malaikat, kitab Allah dan
semua makhluk ciptaan Allah. Dengan memahami dan menghayati makna Asma`ul Husna al-
Mu`min seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu: 1) Memberikan rasa aman 2)
Menjadi pribadi yang bisa dipercaya dan menjauhi sifat khianat 3) Menunjukkan sikap yang
ramah dan sopan santun kepada sesama 4) Menciptakan lingkungan keluarga, tetangga, dan
masyarakat yang kondusif 5) Mengembangkan pemikiran yang baik dan positif bagi sesama
c. Setelah memahami dan menghayati makna Asma`ul Husna al-Wakiil maka marilah kita
meneladaninya dengan cara: 1) Berserah diri kepada Allah 2) Bersyukur kepada-Nya 3)
Menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan pengharapan 4) Tidak berputus asa dalam
berdoa dan bekerja 5) Berupaya menjadi pribadi yang memiliki kredibilitas 6) Menjiwai setiap
ikhtiar atau perbuatannya dengan mengharap keridhaan-Nya d. Allah adalah Dzat yang
mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat. Pada saat Allah mengumpulkan para
makhluk, tidak ada satupun yang luput. al-Jatsiyah [45] : 26) Pada hari itu, yang paling bahagia
adalah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dengan memahami dan menghayati makna
Asma`ul Husna al-Jaami` maka akan membuat kita sadar bahwa kita suatu saat akan mati dan
akan dikumpulkan di sebuah tempat yang bernama padang mahsyar untuk menerima
keputusan dan balasan atas perbuatan kita. Al-'Adl (Yang Maha Adil) Al-'Adl bermakna
bahwa Allah SWT Maha Adil dalam memperlakukan hamba dan makhluk-Nya. Dalil
mengenai sifat dan keadilan Allah SWT ini tergambar dalam surah Al-An'am ayat 115: ‘‘Dan
telah sempurna firman Tuhanmu [Al-Qur`an] dengan benar dan adil. Bentuk keadilan Allah
atas manusia adalah perlakuannya yang setara, tidak memandang bentuk fisik, harta,
keturunan, atau jabatannya. Seorang muslim yang mengimani Asmaul Husna Al-'Adl dituntut
untuk meneladani keadilan Allah SWT, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Berakhlaklah kamu sekalian dengan akhlak Allah. Allah Swt menciptakan bakteri
umpamanya, ada sebagian besar bakteri yang juga mempunyai manfaat bagi tubuh manusia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nurul Hidayah, AKIDAH AKHLAK MA KELAS X, Kementerian Agama RI


Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Lantai 6-7 Jakarta, 2020
1 https://www.islampdia.com/2023/02/asmaul-husna-part-3.html
1 https://mrofiudin29.blogspot.com/2017/11/makalah-aqidah-akhlak-kelas-
10_11.html

11

Anda mungkin juga menyukai