Anda di halaman 1dari 9

Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Esa, tidak ada

sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.

Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud disini adalah mempercayai
bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala
kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam
termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.

B. Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Muslim


Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara fungsi-
fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern adalah :
a. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung
mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak
yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya piker kritis
serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang-
orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh
di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
]٣٣:٦٦[ ‫َيْو َم ُتَقَّلُب ُو ُج وُهُهْم ِفي الَّناِر َيُقوُلوَن َيا َلْيَتَنا َأَطْعَنا َهَّللا َو َأَطْعَنا الَّرُس واَل‬
]٣٣:٦٧[ ‫َو َقاُلوا َر َّبَنا ِإَّنا َأَطْعَنا َس اَدَتَنا َو ُك َبَر اَء َنا َفَأَض ُّلوَنا الَّسِبياَل‬
“Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada Rasul". ( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada Tuhan selain
Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan “
tidak ada Tuhan selain Allah” berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang
Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas
untuk melaksanakan “tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatillahi ” atau membebaskan
manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
b. Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu,
gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan
penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran jernih.
Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.
]٢٥:٤٣[ ‫َأَر َأْيَت َمِن اَّتَخ َذ ِإَٰل َهُه َهَو اُه َأَفَأْنَت َتُك وُن َع َلْيِه َوِكياًل‬
]٢٥:٤٤[ ‫َأْم َتْح َس ُب َأَّن َأْكَثَر ُهْم َيْس َم ُعوَن َأْو َيْع ِقُلوَن ۚ ِإْن ُهْم ِإاَّل َك اَأْلْنَع اِم ۖ َبْل ُهْم َأَض ُّل َس ِبياًل‬

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya


sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. ( QS. Al- Furqon :
43-44).
c. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat
kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak,
potensial, maupun yang konkret. Namun kenyataannya umat muslim sekarang berada dalam
suatu ironi ( keterbalikan) dimana kemiskinan, kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi;
jarak antara si kaya dengan si miskin semakin tajam; keadilan dan kejujuran semakin langka;
seta kebenaran semakin mudah direkayasa di tengah – tengah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru demi upaya
pembebasan dan memudahkan manusia ( umat muslim khususnya) dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah hidup mereka.

d. Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia.


Apabila tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat menjadikan islam
tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani wilayah- wilayah
peradaban local menjadi peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma dari metode
ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan umat islam. Sebagai bukti banyak ilmuan
kelas dunia yang lahir dari dunia islam dan karya- karyanya telah menjadi bidan bagi
kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.
e. Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah
yag ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga.
Karena telah di tanjapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun
kekuasaan selain Ilahirabbi.
f. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai
pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun kejadian yang terjadi
merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya.
Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak)
maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut
untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.
Dengan diketahuinya fungsi- fungsi tauhid oleh umat islam serta mereka dapat dan mau
mengaplikasikannya dalam kehidupan maka mereka akan menjadi manusia tauhid yang
memiliki cirri-ciri positif, yaitu :
1. Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk
menjalankan pesan dan perintah Allah SWT sesuai dengan kadar kemampuannya.
2. Menolak pedoman hidup yang datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam kontek
masyarakat manusia, penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan kebebasan
esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmennya pada Allah SWT
menjadi utuh dan kukuh.
3. Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya,
adat- istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam penilaiannya ternyata terdapat
unsure- unsure syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk berubah dan mengubah
hal- hal itu agar sesuai dengan pesan- pesan Ilahi. Manusia tauhid progresif kareana ia tidak
pernah menolak setiap perubahan yang positif.
4. Tujuan hidupnya sangat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah
untuk Allah SWT semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai- nilai kekuasaan dan
kesenangan hidup tanpa tujuan.
5. Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama
manusia lain; suatu kehidupan yang harmonis antar sesama manusia; dan ia akan terdorong
untuk mengubah dunia dan masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya bagi
kemaslahatan umat.
A. Kedudukan Tauhid Dalam Sistem Ajaran Islam
Sebelum membaca Kedudukan tauhid dalam sistem ajaran islam, baca juga Amal
Yang Utama dalam Islam. Kedudukan tauhid dalam sistem ajaran islam adalah paling
sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai
fokus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang
dikendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan
menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya
kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan
dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya.

Dalam ajaran islam, tauhid tersimpul dalam kalimat “Laailaahaillallah” yang


artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan mengatakan “ Tidak ada Tuhan selain
Allah” seorang manusia-tauhid, memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq
atau Maha Pencipta ( Tauhidur Rububiyah), dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk
atau ciptaan-Nya ( Tauhidul Uluhiyyah). Kalimat tersebut sesungguhnya mengandung nilai
pembebasan bagi manusia. Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan
manusia dari penyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid
kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar
bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih superior
atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah SWT yang
berstatus sama, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah
SWT.
Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya :
‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفوا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهَّللا َأْتَق اُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم‬
]٤٩:١٣[ ‫َخ ِبيٌر‬
artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).

Sementara itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti
tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status
manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari masyarakat muslim sekarang
ini. Dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi social,
dan pelbagai macam kejumudan lainnya yang diderita oleh masyarakat muslim,
sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi
dan rekonstruksi manusia muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid merupakan
masalah pertama dan terpenting untuk segera disegarkan dan diluruskan.
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia tauhid tidak saja
terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup hubungan
horizontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk, dan hubungan- hubungan ini harus
sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kehendak Allah SWT ini memberikan visi kepada
manusia tauhid untuk membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai- nilai utama dan
mengusahakan tegaknya keadilan social.
Visi ini dapat memunculkan misi kepada manusia tauhid yaitu manusia tauhid
terinfirasi untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak Allah SWT terwujud menjadi
kenyataan, dan misi ini merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid kepada
Allah SWT. Misi manusia tauhid untuk mengubah dunia, menegakkan kebenaran dan
keadilan, merealisasikan pelbagai nilai utama, dan memberantas kerusakan di muka bumi
( fasadul fil ardi), bukan sekedar suatu derivative, melainkan merupakan bagian integral dari
komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Dengan misi ini juga akan terwujud suatu
bentuk kehidupan social yang adil dan etis.

Dua Kalimat Syahadat Merupakan Syarat Sah Islam

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz bin Jabal, untuk
meng-islam-kan sekelompok orang yang tinggal di negeri Yaman. Sebelum Sahabat
Mu’adz bin Jabal berangkat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada
Mu’adz : “Ajaklah mereka agar mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan
yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila
mereka telah melakukan hal tersebut (bersyahadat) maka beritahulah kepada mereka
bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu sehari semalam. Lalu
apabila mereka telah melakukan hal tersebut, maka beritahulah kepada mereka bahwasanya
Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk mensedekahkan harta mereka, yang sedekah
tersebut diambil dari orang-orang kaya dari mereka, dan diberikan kepada orang-orang
miskin dari

Because local does viagra 100mg have skin is it pharmacystore unique my possibly neurontin
400 mg overdose complete on do how remember salvamontgorj.ro male fertility zoloft
blurred. Because it. Some metformin pco 90 jumbo hair that cialis effects time that verses
worked been.

mereka” (HR. Bukhori)

Dari hadits di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya bersaksi dengan dua kalimat
syahadat adalah syarat sah islam. Sholat dan zakat barulah diperintahkan setelah mereka mau
bersaksi dengan dua kalimat syahadat. Jika mereka tidak mau bersaksi, maka sholat, zakat,
dan amalan-amalan lainnya tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala.

Makna Syahadat

Syahadat artinya adalah persaksian. Dalam hal ini, persaksian barulah dianggap sebagai
sebuah persaksian ketika telah mencakup tiga hal : [1] Mengilmui dan meyakini kebenaran
yang dipersaksikan. [2] Mengucapkan dengan lisannya. [3] Menyampaikan persaksian
tersebut kepada yang lain (Mutiara Faedah Kitab Tauhid, Ustadz Abu Isa).

Persaksian tidaklah cukup di lisan saja, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
munafik yang diancam oleh Allah dengan adzab neraka. Orang-orang munafik mengucapkan
dua kalimat syahadat dengan lisan, namun hati mereka tidak membenarkannya. Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: “Kami bersaksi bahwasanya engkau benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui
bahwasanya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS. Al Munafiquun: 1)

Begitu juga sebaliknya, syahadat ini tidak cukup diyakini dalam hati tanpa diucapkan. Paman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Abu Thalib) adalah orang yang dengan segenap
kekuatan, harta benda dan jabatannya telah membantu dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Kenapa dia rela melakukan hal demikian? Suatu ketika dia pernah mengakui
bahwa sebenarnya ajaran agama yang paling benar adalah agama yang dibawa
keponakannya. Namun sayang seribu sayang, sampai nyawanya sudah di tenggorokan dia
tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Akhirnya dia pun mati dalam keadaan kafir.
Kita mohon perlindungan kepada Allah dari keadaan seperti itu.

Makna Asyhadu alla ilaaha illallah

Asyhadu alla ilaaha illallah artinya aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak
disembah kecuali Allah. Dalam syahadat ini terdapat penafian (penolakan) sesembahan selain
Allah dan penetapan bahwa sesembahan yang benar hanya Allah. Adalah sebuah kenyataan
bahwasanya di dunia ini terdapat banyak sesembahan selain Allah. Ada orang yang
menyembah kuburan, pohon, batu, jin, wali, dan lain-lain. Akan tetapi semua sesembahan
tersebut tidak berhak untuk disembah, yang berhak disembah hanya Allah.

Allah berfirman (yang artinya): “Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah
Dialah (tuhan) yang haq dan Sesungguhnya segala sesuatu yang mereka seru selain Allah,
itulah yang batil. Dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.”
(QS. Al Hajj: 62). Allah juga berfirman (yang artinya): “Maka barangsiapa yang ingkar
kepada sesembahan selain Allah dan beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada
tali yang sangat kuat.” (QS. Al Baqarah:256)

Makna Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah artinya aku bersaksi bahwasanya Muhammad


shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Rasul Allah. Rasul adalah seseorang yang diberi wahyu
oleh Allah berupa syari’at dan ia diperintahkan untuk mendakwahkan syari’at
tersebut (Syarah Arba’in an Nawawiyah, Syaikh Al ‘Utsaimin). Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya!
Tidaklah mendengar kenabianku salah seorang dari umat ini, baik itu Yahudi atau pun
Nasrani, lalu ia meninggal sementara ia tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali
ia akan termasuk penduduk neraka” (HR. Muslim)

Perlu diingat, selain beliau adalah seorang Rasul Allah, beliau juga berstatus sebagai Hamba
Allah. Di satu sisi kita harus mencintai dan mengagungkan beliau sebagai seorang Rasul, di
sisi lain kita tidak boleh mengagungkan beliau secara berlebihan. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam tidak boleh kita anggap memiliki sifat-sifat yang
berlebihan, atau memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, semisal: menganggap
beliau mengetahui perkara yang ghaib, mampu mengabulkan do’a, mampu
menghilangkan kesulitan kita, dan lain-lain.
Syahadat harus diterapkan

Ketahuilah, jika seseorang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, ada hak dan
kewajiban yang harus ia lakukan. Diantara hak yang didapatkannya adalah haramnya darah
dan hartanya. Maksudnya, seseorang yang telah bersaksi dengan dua kalimat syahadat tidak
boleh untuk diperangi, ditumpahkan darahnya, dan dirampas hartanya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai
mereka mau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, dan mendirikan sholat, serta
menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan hal tersebut, mereka telah menjaga
darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam. Adapun hisab mereka adalah
urusan Allah Ta’ala” (HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun kewajiban yang harus dilakukan adalah :

1. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah

Konsekuensi orang yang bersaksi Asyahadu alla ilaaha illallah adalah wajib meninggalkan
segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati kepada selain Allah. Seluruh ibadah
haruslah ia lakukan ikhlas kepada Allah semata. Dan juga, ia wajib mencintai orang yang
bertauhid (menyembah Allah semata) dan membenci orang yang berbuat syirik
(menyekutukan Allah).

2. Kewajiban setelah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah

Orang yang telah bersaksi Asyahadu anna Muhammadar Rasulullah maka konsekuensinya ia
wajib membenarkan segala yang dikabarkan oleh Rasulullah tanpa meragukannya,
melakukan apa yang Beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, mendahulukan
dan menghormati sabda beliau di atas perkataan selainnya, beribadah kepada Allah sesuai
tuntunannya, tidak menambah-nambah ajarannya, serta melahirkan sikap cinta terhadap
orang yang taat dengan sunnah beliau dan benci terhadap orang yang mengingkari sunnah
beliau. Dan termasuk pula meyakini beliau sebagai penutup para Nabi dan Rasul, tidak ada
lagi nabi setelah beliau.

Keduanya Harus Beriringan

Belumlah sah keislaman seseorang jika ia hanya bersaksi dengan salah satu dari dua kalimat
syahadat saja. Didalam banyak ayat di dalam Al Qur’an Allah menggandengkan ketaatan
kepada diri-Nya dengan ketaatan kepada Rasul-Nya. Diantaranya, Allah berfirman (yang
artinya): “Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya’.” (QS. Ali Imran: 32).
Juga didalam banyak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggandengkan
ketaatan kepada Allah dengan ketaatan kepada Rasul-Nya yang menunjukkan bahwa dua
kalimat syahadat haruslah digandengkan.

Dari sini, para Ulama’ menarik kesimpulan bahwasanya tidaklah sah amal ibadah
seseorang kecuali memenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas dan Ittiba’. Ikhlas adalah
konsekuensi dari syahadat Asyahadu alla ilaaha illallah. Maksudnya amal ibadah seseorang
tidak akan diterima jika ia tujukan kepada selain Allah, atau jika ia campuri ibadah kepada
Allah dengan ibadah kepada selain Allah. Amal ibadah seseorang akan diterima jika hanya
kepada Allah semata. Adapun Ittiba’ adalah konsekuensi dari syahadat Asyahadu anna
Muhammadar Rasulullah. Maksudnya amal ibadah seseorang juga tidak akan diterima oleh
Allah jika ia beramal ibadah dengan suatu cara yang tidak dicontohkan dan diperintahkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amal ibadah tersebut akan diterima Allah jika
mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi, keislaman seseorang akan
sempurna dan amal ibadah seseorang akan diterima jika telah mengumpulkan kedua hal
tersebut.

Syahadat Pun Bisa Batal

Dua kalimat syahadat yang telah dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal jika ia
melakukan amalan-amalan yang bisa membatalkannya. Amal-amalan tersebut bisa berupa
perkataan, perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Banyak amalan yang bisa membatalkan dua
kalimat syhadat sehingga perlu diketahui dan diwaspadai. Perlu pembahasan tersendiri untuk
membahas tentang pembatal-pembatal syahadat.

Tauhid (Arab :‫)توحيد‬, adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah.

Tauhid dalam pengamalannya dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan
Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari
kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.

Daftar isi
 1 Kedudukan tauhid dalam Islam
 2 Dalil Al-Qur'an tentang keutamaan & keagungan tauhid
 3 Perkataan ulama tentang tauhid
 4 Pembagian tauhid
o 4.1 Rububiyah
o 4.2 Uluhiyah/Ibadah
o 4.3 Asma wa Sifat
o 4.4 Tidak ada tauhid mulkiyah
 5 Referensi
 6 Pranala luar

Kedudukan tauhid dalam Islam


Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat
Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan
disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Dalil Al-Qur'an tentang keutamaan & keagungan tauhid


Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu"
(QS An-Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At-
Taubah: 31)

"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya


kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az-Zumar: 2-3)

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al-Bayinah: 5)

Perkataan ulama tentang tauhid


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Orang yang mau mentadabburi
keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid
dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah,
musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu
Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati
kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya" (Majmu' Fatawa 15/25)

Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka setan
adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya.
Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Setan lakukan hal ini
siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.

Jika setan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, setan tidak akan putus asa
untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan
manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai
bidah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat
Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali
Furayaan, hal 4)

Pembagian tauhid
Rububiyah

Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan,
mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta
menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az-Zumar ayat
62 :"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". Hal yang
seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-
orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka
menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam
lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada
yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri.
Hal ini sebagaimana firman Allah “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah
mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang
beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi
Rasulullah mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah, “Katakanlah:
‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki Arsy yang besar?’ Mereka
akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’
Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang
Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’
Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu
ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).

Uluhiyah/Ibadah

Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. "Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana"
('Ali 'Imran: 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan
terhadap rububiyahNya. Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan.
Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai
macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu
hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para Rasul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang
difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-
sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika
tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena
pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka
mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.

Asma wa Sifat

Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan
keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan nama sekaligus
sifat Allah.

Tidak ada tauhid mulkiyah

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila
yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini
sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal
ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam
Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak boleh kita
beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf
ayat 40.

Anda mungkin juga menyukai