Anda di halaman 1dari 12

DEKADENSI MORAL SISWA MTSN 1 PONOROGO SOSIORELIGI

MENURUT PERSPEKTIF IMAM AL-GHAZALI

PROPOSAL

Disusu Oleh

Hanif Lukman Dwi Harsya

NIM:201210164

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mtsn 1 Ponorogo merupakan sekolah negeri setingkat SMP yang


berada di bawah naungan Kementrian Agama.Mtsn 1 Ponorogo terletak di
Jl. Jendral Sudirman No.24 A Jetis Ponorogo Jawa Timur. Dalam
menjalankan kegiatannya,Tujuan dari madrasah tsanawiyah ini ialah untuk
menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang amaliah islamiah serta
nilai-nilai budaya bangsa dalam kehidupan nyata. Selain itu, penekanan
terhadap penguasaan ilmu agama islam di sekolah ini lebih di tekankan.
Dalam terminologi Islam, pengertian moral dapat disamakan dengan
pengertian "akhlak", dan dalam bahasa Indonesia moral dan akhlak
maksudnya sama dengan budi pekerti atau kesusilaan. Kata akhlak berasal
dari kata khulq yang berarti perangai, tabiat, atau adat istiadat.

Diantara tokoh pemikir muslim yang banyak mengkaji masalah


moral, jiwa dan pendidikan adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
alGhazali, atau lebih terkenal dengan panggilan al-Ghazali. Dalam sejarah
pemikiran Islam al-Ghazali dikenal sebagai ahli dan praktisi pendidikan,
agama, hukum Islam, dan memiliki keilmuan yang luas mengenai filsafat,
tasawuf, kejiwaan, akhlak (moral) dan spiritualitas Islam.

Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu perangai yang


menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-
perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan
atau direncanakan sebelumnya.1 Pengertian moral ini secara tegas juga
disampaikan oleh Imam Al-Ghazali, yaitu Budi Pekerti (moral/akhlak) ibarat

1
Sofyan Sauri, Op. Cit., h. 37
dari perilaku yang sudah menetap dalam jiwa yang dapat melahirkan
perbuatan yang mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan
pertimbangan. Dan apabila perilaku tersebut melakukan perbuatan baik atau
terpuji, baik menurut akal maupun tuntunan agama. Maka perilaku tersebut
dinamakan perilaku yang baik. Apabila perbuatan yang dilakukan jelek
maka budi pekerti tersebut dinamakan budi pekerti yang jelek. 2

Imam Al-Ghazali menyebut dekadensi moral atau perilaku


menyimpang dengan kata al-akhlak al-khabitsah. Ia berkata dekadensi
moral atau perilaku menyimpang seolah-olah hanya menyentuh domain
akhlak, dan tidak menyentuh pada domain akidah, ibadah maupun
mu'amalah. Padahal yang dimaksudkan disini sebenarnya pengertian diatas
meliputi ketiga domain tersebut. Musyrik misalnya, merupakan perilaku
menyimpang dalam domain akidah. Kemudian perilaku menyimpang yang
lain, seperti zina, merupakan perilaku menyimpang dalam domain ibadah.
Pemarah juga merupakan perilaku menyimpang dalam domain akhlak.

Dekadensi secara etimologi berarti kemunduran, kemerosotan


tentang kebudayaan. Dekadensi moral sering dipakai untuk istilah suatu
kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan yang bersifat a-sosial,
bahkan anti sosial yang melanggar norma sosial, agama serta ketentuan
yang berlaku dalam masyarakat. Pengertian Dekadensi Moral adalah
kemunduran atau kemerosotan yang dititikberatkan pada perilaku atau
tingkah laku, kepribadian dan sifat. Dalam istilah lain, dekadensi moral
adalah sebuah bentuk kemerosotan atau kemunduran dari kepribadian,
sikap, etika, dan akhlak seseorang. 3

Maksud dari dekadensi moral adalah serangkaian perilaku manusia


yang menyimpang dari fitrah asli yang murni, bersih dan suci, yang telah
ditetapkan oleh Allah Swt. Dekadensi moral atau dalam kata lain
penyimpangan karakter disebabkan oleh dominasi hawa nafsu dan bujukan

2
Asmaran, AS , Pengantar Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 23
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 28
setan yang mendorong manusia untuk berbuat maksiat atau dosa, sehingga
perilakunya menjadi buruk, tidak diharapkan dan membahayakan dirinya
dan lingkungan sekitarnya. 4

Dekadensi moral yang menghinggapi generasi muda akhir-akhir ini


sangat memprihatinkan. Perubahan sosial di kehidupan masyarakat yang
terjadi begitu cepatnya tidak terlepas dari dampak kemajuan teknologi dalam
era globalisasi. Aspek yang paling menonjol sebagai kemajuan teknologi
adalah peradaban dan gaya hidup yang berkembang di masyarakat.

Dekadensi moral yang ada di Mtsn 1Ponorogo terjadi akibat dari


beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal, remaja yang
masih berstatus pelajar mengalami pengaruh yang besar terhadap dirinyan
terutama dari lingkungan sekitar dimana teman sebaya/teman sekolah
menjadi pengaruh yang besar terhadap perubahan moral remaja dari remaja
yang memiliki moral yang baik menjadi remaja yang memiliki moral yang
beruk akibat pengaruh lingkungan yang mempengaruhinya di dalam
kehidupan sehari-hari .

Masalah moral adalah masalah yang saat ini menjadi perhatian,


terutama dari para pendidik, alim ulama, pemuka masyarakat dan orangtua.
Pada era globalisasi ini, banyak remaja maupun siswa yang terjerumus
dalam jurang perilaku menyimpang. Penyimpangan moral sangat marak di
kalangan remaja dan pelajar. Hal tersebut membuktikan bahwa di kalangan
remaja telah mengalami dekadensi moral. Dekadensi moral yang melanda
saat ini terutama pada Mtsn 1 Ponorogo memang sulit untuk dikendalikan.
Budaya lokal masyarakat yang dahulu sangat dijunjung tinggi, sekarang
terkontaminasi oleh budaya barat yang mengajarkan hal yang sangat
bertolak belakang dengan kepribadian budaya Indonesia.

Efek globalisasi seperti gaya hidup dan peradaban dunia barat yang
menjadi kiblat perkembangan teknologi sering ditiru oleh para remaja pada

4
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 351
saat ini terutama pada remaja di Mtsn 1 Ponorogo .Pengaruh kebudayaan
asing ada yang bersifat positif dan negatif.Namun,.Jika dilihat di kalangan
remaja pengaruh negatif jauh lebih mendominasi. Dimana pengaruh
negatiflah yang menyebabkan adanya dekadensi moral. 5

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Perubahan sosial tersebut


telah melahirkan generasi yang sangat akrab dengan penyimpangan-
penyimpangan perilaku sosial. Dekadensi tersebut terlihat jelas pada remaja
sekarang ini seperti peristiwa tawuran , kekerasan di sekolah, praktik
menyontek saat ujian, memanjat pagar, bolos, pergaulan bebas, dan
pelanggaran nilai sosial lainnya yang telah membuktikan adanya dekadensi
moral dikalangan remaja. Remaja di zaman sekarang ini ibaratkan wadah
terbaik untuk menaburkan benih-benih perubahan sosial. Apabila anomali-
anomali dalam dunia pendidikan tersebut tidak terselesaikan, maka yang
akan terjadi pada bangsa ini adalah miskinnya pemimpin yang berintegritas
dan miskin sumber daya manusia yang berkualitas.

Dengan demikian dekadensi moral berarti terjadinya suatu


kemerosotan kerusakan tata nilai, moral/akhlak manusia. Diamana tingkah
laku, sikap, perbuatan manusia sudah tidak sesuai lagi dengan norma agama,
masyarakat dan norma-norma lainnya yang mengatur kehidupan manusia
untuk berperilaku baik.

Berdasarkan uraian di atas bisa di pahami bagaiman dekadensi moral


yang terjadi sekarang di Mtsn 1 Ponorogo maupun pada remaja saat ini.oleh
karena itu fenomena dekadensi moral tersebut menjadi daya tarik sendiri bagi
peneliti untuk membahasanya , karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
adanya permasalahan dekadensi moral di Mtsn 1 Ponorogo , sehingga
peneliti tertarik untuk membuat karya ilmiah yang berjudul “DEKADENSI

5
Haidar Putra Baulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2012), h. 53.
MORAL SISWA MTSN 1 PONOROGO SOSIORELIGI MENURUT
PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan imam Al Ghazali mengenai dekadensi moral

yang terjadi pada remaja ?

2. Bagaimana mengatassi masalah dekadensi moral menurut perspektif

imam Al Ghaazali?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan imam Al Ghazali mengenai

dekadensi moral yang terjadi pada remaja.

2. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi masalah dekadensi moral

menurut perspektif imam Al Ghazali

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dengan adanya masalah dekadensi moral

yang terjadi di Mtsn 1 Ponorogo guru dan orang tua siswa bisa lebih

mengawasi anak atau siswanya agar bisa terhidar dari masalah

dekadenis moral tersebut.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan anak atau siswa bisa memahami

bahayanya masalah dekadensi moral dan bisa terhidar dari masalah

tersebut yang terjadi terutam pada siswa Mtsn 1 Ponorogo.

b. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah wawasan peneliti dan diharapkan bisa memberikan

contoh yang baik terhadap siswa maupun anak remaja pada saat ini

terutam pada murid Mtsn 1 Ponorogo agar terhidar dari dekadensi

moral.

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mengenai dekadensi moral yang terjadi

pada murid di Mtsn 1 Ponorogo. Peneliti memfokuskan penelitiannya di

Mtsn 1 Ponorogo. Dalam penelitiannya, peneliti melihat secara langsung

bagaimana dekadensi moral yang terjadi pada murid Mtsn 1 Ponorogo

secara langsung.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan metodelogi penelitian dengan menggunakan

pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat alamiah dan data

yang dihasilkan berupa deskriptif. Penelitian ini bermaksud untuk

mengetahui dekadensi moral yang terjadi pada murid di Mtsn 1 Ponorogo

misalnya menyontek,membully,bolos sekolah,tidak mengikuti jam

pembelajaran yang berlangsung dan lain-lain. Data yang didapatkan

berupa hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif

deskriptif, penelitian kualitatif yaitu adanya upaya pengalian dan

pemahaman pemaknaan terhadap apa yang terjadi pada berbagai individu

dan kelompok, yang berasal dari persoalan sosial dan kemanusiaan. 6

Penelitian ini sering mellibatkan pengumpulan data melalui

wawancara,observasi,dan dokumentasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian ini adalah Mtsn 1 Ponorogo yang

terletak di Jl. Jendral Sudirman No.24 A Jetis Kabupaten Ponorogo Jawa

6
Santana, Septiawan, Menulis ilmiah: Metode penelitian kualitatif, Yayasan pustaka obor
Indonesia, 2010.
Timur.Waktu dalam pelaksanan proses penelitian ini selama 2 bulan dari 4

april sampai 4 juni 2024.

C. Data Dan Sumber Data

Dalam memperoleh sumber data pada penelitian ini penulis

memperoleh dari berbagai sumber yang ada.Sumber data tersebut dibagi

menjadi 2 sumber diantaranya:

1. Data primer merupakan data informasi yang secara langsung dari

sumbernya. Data primer adalah data yang didapat melalui hasil observasi

dan wawwancara. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus

mengumpulkan secara langsung melalui teknik observasi, wawancara,

diskusi terfokus. Adapun subjek dari penelitian ini yaitu para guru

pembimbing dan para murid Mtsn 1 Ponorogo.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data

sekunder yang diperoleh adalah referensi yang sama dengan apa yang

sedang diteliti oleh penulis. Selain itu dengan melakukan observasi

secara langsung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting bagi kegiatan

penelitian, karena pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil

tidaknya suatu penelitian. Sehingga dalam pemilihan teknik pengumpulan


data harus cermat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lain:

1. Observasi

Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan langsung pada objek kajian. Menurut Hasan

Observasi ialah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean

serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisasi,

sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Observasi yang di maksud dalam

teknik pengumpulan data ini ialah observasi pra-penelitian, saat penelitian

dan pasca-penelitian yang digunakan sebagai metode pembantu, dengan

tujuan untuk mengamati bagaimana kinerja pustakawan pada layanan

sirkulasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan tatap muka antara pewawancara

dengan sumber informasi dimana pewancara bertanya tentang suatu objek

yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya. Dalam penelitian ini dengan

mengumpulkan data melalui wawancara dengan memberikan pertanyaan

kepada narasumber yang dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan keterangan atau kondisi objektif

lokasi penelitian dan sampel yang diteliti dengan mencatat semua data

secara langsung dari referensi yang membahas tentang objek penelitian.


E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah peroses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan sebuah data kedalam kategori,

menjabarkan, memilih mana yang penting dan membuat kesimpulan agar

mempermudah diri sendiri maupun orang lain.. Sedangkan berbicara proses

analisis data penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan,

selama dilapangan dan setelah selesai. Sebelum peneliti masuk kewilayah

objek penelitian maka sebelumnya peneliti menyiapkan data-data studi

pendahuluan atau data sekunder untuk menentukan fokus penelitian.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data

yang diperoleh. Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain

digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian

kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur

yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian

yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk

menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability

(Sugiyono,2007:270)

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan

sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji

keabsahan data yang dapat dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai