Anda di halaman 1dari 3

Akhlak Generasi Zaman "Now"

Perkembangan dunia yang global serta munculnya paradigma barat yang bersifat sekuler
menunjukkan ketidak adanya hubungan kuat antara ilmu pengetahuan dan juga ilmu agama. Di
sisi lain paradigma sosialisasi menguatkan jawaban ini titik bahwa agama tidaklah berperan
kuat sebagai pedoman bangsa kita. Di era ini titik perkembangan budaya seakan-akan tidak
adanya barometer agama dalam kehidupan.
Penyebab kemerosotan akhlak itu sendiri disebabkan oleh orientasi bangsa yang terlalu
berlebihan terhadap adanya materi. Pendapat ini dikuatkan dengan pandangan yang
menunjukkan bahwa agama bukan merupakan unsur utama, seperti contoh seringnya anak
remaja sekarang yang melupakan kewajibannya dalam islam, dengan menomor satukan ponsel
ataupun alat elektronik lainnya dan menomor duakan kewajibannya.
Seperti halnya menunda sholat ataupun melupakan adab akhlak dalam berperilaku. Kemudian
model dan cara berpakaian yang tidak islami seperti memperlihatkan aurat. Saat ini pengaruh
pergaulan bebas pada remaja seakan tidak mengenal tatakrama, semakin terkikisnya nilai-nilai
keimanan adalah salah satu penyebab dari globalisasi.
Di era globalisasi ini, munculnya alat-alat canggih juga sangat berpengaruh terhadap perubahan
akhlak pada generasi muda islam. Pada saat ini perilaku mereka justru banyak terfokus
terhadap ponselnya di bandingkan peduli dengan keaadaan di sekitar, maupun kewajibannya.
Dari sinilah otak manusia khususnya generasi muda islam di desain dengan sedemikian rupa
oleh bangsa barat dengan tujuan sedikit demi sedikit untuk merusak atau menghancurkan
generasi islam yaitu dengan cara memunculkan alat-alat elektronik yang canggih, yang di sebut
dengan penjajahan akhlak terutama di zaman modern ini. Hal tersebutlah yang menjadi
penyebab utama terkikisnya akhlak generasi muda saat ini jika di salah gunakan.
Memang tidak semua teknologi yang canggih membawa dampak negatif, tetapi semua itu di
kembalikan kepada penggunanya, ketika seseorang bisa membentengi dirinya maka ia akan bisa
membedakan budaya-budaya yang tidak semestinya ditiru. Tatapi kebanyakan generasi muda
islam zaman sekarang terbawa oleh aliran barat misalnya saja dapat di lihat dari mode pakaian
yang mereka kenakan.
Merosotnya akhlak generasi saat ini selain di sebabkan oleh globalisasi, tetapi juga di sebabkan
kurangnya pendidikan yang menekankan pendidikan akhlak dan adab.
Hal ini kembali ke point awal yaitu adanya ketidakseimbangan ilmu pengetahuan dan ilmu
agama menjadikan dunia sebagai target dan tujuan bukan sebuah sarana . Jadi, adanya
kegoyahan ketika melihat nikmatnya duniawi.
Salah satu perkembangan memprihatinkan di masyarakat islam Indonesia saat ini adalah
kecenderungan meninggalkan akhlak ketika menghadapi kemajuan zaman. Saat ini kita semua
berada di zaman milenial. Dimana pada zaman ini semuanya serba modern. Dari teknologi,
peradaban, bahkan akhlak manusia pun ikut terkena imbas kemajuan zaman. Sehingga anak-
anak yang lahir di zaman ini juga terkena dampak modernisasi. Seperti sekarang, viral istilah
"Kids Zaman Now" yang merujuk pada kerusakan akhlak generasi zaman sekarang. Jadi,
mungkin memang benar adanya pernyataan belakangan ini yang menyatakan bahwa kids zaman
now adalah representasi dari rusaknya generasi.
Ada berbagai pengaruh yang mengakibatkan rusaknya akhlak generasi muda saat ini. Pengaruh
utamanya adalah orang tua, karena orang tua merupakan pilar dan penanggung jawab utama
seorang anak, khususnya ibu. Ibu adalah Al Madrasah Uula (pendidikan pertama dan utama)
seorang anak di dalam sebuah keluarga. Dalam mendidik anak, orang tua harus halus dan sabar
serta mengutamakan mendidik akhlak terlebih dahulu daripada ilmu. Karena sudah jelas jika
kedudukan akhlak lebih utama daripada ilmu. Sebagaimana hadits dari Usamah Bin Syuraik
Radhiyallahu 'anhu secara marfu' :

‫َأَح ُّب ِعَباِد ِهللا ِإَلى ِهللا َأْح َس ُنُهُم ُخُلًقا‬

"Hamba-hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling baik akhlaknya di
antara mereka."
Al-Mundziri mengatakan dalam at-Targhiib (III/259): "Hadits ini diriwayatkan oleh ath-
Thabrani." Dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahiihah (no. 433).
Dan juga Habib Umar bin Hafidz pernah berkata : "Orang yang tinggi akhlaknya meskipun
rendah ilmunya maka lebih mulia daripada orang yang tinggi ilmunya tapi kurang akhlaknya."
Hujjatul Islam al Ghazalli di dalam kitab Ihya' Ulumuddin mengatakan bahwa akhlakul karimah
(budi pekerti yang baik) bisa terbentuk dari 3 faktor :
1. Thob'an (watak). Watak manusia asal mulanya terbentuk sejak lahir/fitrah atau turunan
dari orang tua. Sehingga orang tua sangat berperan dalam pembentukan karakter
seorang anak.
2. I'tiyadan (kebiasaan). Ketika seseorang mempunyai kebiasaan yang baik maka orang
tersebut akan mempunyai akhlak yang baik juga, dan sebaliknya. Seperti sebuah
maqolah yang mengatakan : ‫" َاْلَعاَد ُة ِإَذ ا َغ ِرَز ْت َص اَر ْت َطِبْيَع ًة‬kebiasaan yang dilakukan secara
terus menerus akan menjadi sebuah karakter".
3. Ta'alluman(pembelajaran). Akhlak seseorang juga dapat terbentuk dengan siapa ia
berinteraksi dan bergaul. Jika ia bergaul dengan yang baik, maka ia akan menjadi baik
dan sebaliknya. Karena ia dapat pembelajaran dari orang-orang di sekitarnya sehingga
bepengaruh pada karakteristik orang tersebut.
Dari uraian diatas dominan menjelaskan bahwa salah satu faktor utama terkait baik buruknya
akhlak generasi zaman now adalah orang tua. Oleh sebab itu orang tualah yang nantinya
menjadi penentu lahirnya generasi Dzurriyatan Thoyyiban (anak cucu yang berkualitas) atau
justru sebaliknya Dzurriyatan Dhia'fan (anak cucu yang lemah). Karena keluarga yang
berkualitas (khairah usrah) akan melahirkan pribadi yang bekualitas pula (khairul bariyyah).
Sehingga mampu melahirkan generasi-generasi muda Indonesia yang berkualitas serta
berakhlakul karimah.

Lalu, siapa lagi yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan penanaman akhlak
mulia bagi generasi zaman now itu? Jawabannya adalah;
Pertama, adalah sekolah. Guru dan lingkungan sekolah sangat berpengaruh dalam
pembentukan akhlak anak. Interaksi di sekolah antara anak, guru dan temannya akan
membimbing pada pola perilaku anak. Pembiasaan karakter yang baik di sekolah,
seperti salat berjamaah, membuang sampah di kotak sampah, berbicara dengan santun,
akan menumbuhkan rasa disiplin, tanggung jawab, menghormati dan hal-hal lainnya.
Kedua, yaitu lingkungan masyarakat maupun teman bergaul. Masyarakat memiliki
tanggung jawab besar dalam pembentukan akhlak yang baik bagi anak. Jika anak besar
di lingkungan yang keras, tidak dihargai, di-bully, mendapat tindak kekerasan, maka ia
bisa jadi akan tumbuh menjadi anak yang pendendam, tidak percaya diri, keras, dan
mungkin juga menjadi anak yang menyimpang atau nakal. Namun, anak yang tumbuh
pada lingkungan yang melindungi, menghargai, mendukung, memberikan penghargaan,
maka anak akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri, sopan, tumbuh dengan
perilaku-perilaku yang mulia.

Akhlak mulia pada generasi zaman now ini bisa diterapkan dengan memaksimalkan
peran ketiga pemegang tanggung jawab di atas. Perannya tak hanya dilakukan oleh
salah satu pihak saja, tetapi ketiganya harus berjalan dengan sinergi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai