Anda di halaman 1dari 6

DEMORALISASI SEBAGAI WUJUD ANCAMAN KEHIDUPAN BANGSA

DAN NEGARA DI MASA DEPAN


diajukan untuk memenuhi tugas esai mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Perkembangan yang diampu oleh:
Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd
Dr. Ilfiandra, M.Pd

oleh:

Kelompok 7

Ruth Claudya (1806794)


Sinta Afiatul Jannah (1804059)
Wildan Fairuz I. S (1800974)

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
PENTINGNYA PENDIDIKAN MORAL DI KALANGAN REMAJA
Oleh: Kelompok 7

PENDAHULUAN
Perubahan bentuk kehidupan saat ini terjadi, terlepas disadari atau tidak
merupakan revolusi besar-besaran cara berpikir manusia. Manusia dengan segala
bentuk tingkat kecerdasannya akan terus melakukan perubahan-perubahan yang
tentunya disesuaikan dengan perkermbangan zaman. Hal tersebut bisa berdampak
positif dan negative, tergantung bagaimana kita memaknai perubahan tersebut.
Remaja yang lebih sering disebut “Generasi Penerus Bangsa” pada kenyataannya
masih banyak yang tidak bisa memaknai perubahan sebagai suatu konsekuensi
sosial. Sehingga mereka mengalami suatu degradasi yang pada akhirnya akan
merusak moral mereka sendiri. Isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat
hanya bisa mereka terima tanpa sebuah filter yang baik. Demoralisasi semacam
itu sebenarnya merupakan suatu penghambat bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa
ini memerlukan regenerasi yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih
maju.

ISI
Pada dewasa ini, banyak konten-konten yang dimuat di berbagai media
tidak layak untuk ditonton terutama bagi anak di usia yang masih terbilang rawan
dan labil yaitu remaja. Dan jika dilihat dari sudut pandang moral, para remaja
masa kini khususnya di Indonesia sedang mengalami krisis moral atau
demoralisasi. Brooks dan Gable (1997) mengatakan, “Demoralisasi berhubungan
dengan rendahnya standar moral dan penetapan nilai serta norma dalam
masyarakat”. Dal ini tidak terlepas dari kuatnya arus globalisasi yang diiringi oleh
gaya ke barat-baratan atau yang biasa disebut dengan westernisasi yang sangat
kuat pada masa ini. Kondisi penurunan moral bangsa ini semakin gencar dan tidak
terkontrol, dan sangat berdampak buruk pada darinya (remaja) maupun orang
disekitarnya.
Menurut D.H. Blocher dalam bukunya Developmental Counseling,
menyatakan bahwa masa remaja awal merupakan tahap perkembangan manusia
yang paling kritis dan menyakitkan. Hal tersebut terjadi akibat dari adanya
perubahan fisiologis yang drastis, dan bersamaan pula dengan adanya harapan
untuk dapat berperan di kehidupan sosial yang baru. Dan Eric Ericson juga
menyebutkan bahwa “Remaja itu memiliki konflik antara identitas dan
kebingungan peran”. Karenanya remaja harus bisa membangun identitas barunya,
dan membuang ketergantungan lama, dan membentuk nilai nilai baru yang positif.
Dan disinilah para remaja mesti dibimbing agar bisa lebih optimal dan termonitor
dalam mengembangkan nilai nilai baru yang masuk kedalam dirinya sehingga
nilai yang dapat terbentuk adalah nilai-nilai yang positif.
Para remaja terkadang merasa bingung dengan identitasnya, sehingga
mengakibatkan adanya ambiguitas pada dirinya dalam mengambil suatu
keputusan ataupun dalam melakukan sesuatu. Karena pada tahap remaja,
seseorang terkadang labil dalam mengambil keputusan. Dan mengakibatkan
seseorang mudah terbawa arus dan bahkan terombang ambing dalam menentukan
sesuatu. Biasanya para remaja tidak mau lagi dikategorikan sebagai anak-anak,
akan tetapi belum dapat dikategorikan sebagai dewasa. Sejatinya seorang remaja
harus mencapai identitas diri yang lebih baik melalui pencairan dan eksplorasi
baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
Sebagai akibat dari munculnya demoralisasi remaja memberikan dampak
besar terhadap remaja itu sendiri, seperti tindakan kekerasan, tutur kata dan
prilaku yang buruk, tidak dapat menghargai diri sendiri, dan menurun rasa hormat
kepada yang lebih tua terutama kepada orang tua dan guru.
Contoh kasus viral kemarin seperti seorang anak yang memukul gurunya
yang sudah tua, sementara teman-temannya hanya bersorak. Melihat dari kejadian
tersebut, tentu kita miris dengan perilaku remaja saa ini bahkan mungkin
mengutuknya.
P ermasalahan demoralisasi yang terjadi pada remaja tidak bisa kita
anggap sepele sabagai permasalahan pada umumnya. Kita ketahui bersama bahwa
moral sebagai citra diri seseorang akan sangat berdapak terhadap baik-buruknya
seseorang, yang terjadi apabila para remaja kini sudah dilanda demoralisasi adalah
terhambatnya pencapaian identitas diri hingga mengarah pada hal-hal negatif.
Peran peer dan lingkungan dipercaya memiliki dorongan kuat mempengaruhi
selain factor lingkungan keluarga di rumah.
Untuk mencapai bangsa dan negara yang maju dan berkeadaban, tidak
hanya cukup sekedar membangun infrastruktur dimana-mana, melainkan kualitas
manusia pembangun bangsa di dalamnya yang turut di perhitungkan. Salah
satunya remaja sebagai pewaris generasi penerus bangsap harus memiliki moral
yang baik sehingga dirindukan kehadirannya. Untuk membangun moral yang
baik, khususnya penanaman moral yang baik pada remaja tidak bisa dilakukan
dengan hanya pengajaran biasa saja, melainkan harus adanya pembelajaran yang
berkelanjutan dan terkontrol salah satunya yaitu melalui pendidikan.
Pendidikan senantiasa mengayomi individu untuk menumbuhkan krakter-
karakter yang di harapkan. Adakalanya moral dan pendidikan tidak bisa di
pisahkan. Moral dan pendidikan sama-sama menjadi kacamata terhadap kemajuan
dan kemunduran suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita
yaitu UU No 20 tahun 2003, menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
berfungsi untuk “mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis”.
Tujuan pendidikan nasional yang mengharapkan terbentuknya moral pada
setiap peserta didik jelas akan miss seperti yang di harapkan apabila para remaja
saat ini sudah tidak mengindahkan moral lagi sehingga mengancam kehidupan
bangsa dan negara. Hal yang luput remaja sadari adalah bahwa moral yang
memiliki hubungan erat dengan etika akan menjadi kunci dalam berprilaku atau
bertindak.
Akan tetapi kita bisa lihat fakta di lapangan, masih banyak sekali para
remaja yang melakukan prilaku-prilaku yang menyimpang (melanggar norma-
norma) bahkan tidak senang melakukan hal-ha yang baik, seperti membuang-
buang waktu dengan terlibat tawuran pelajar, minum-minuman keras atau
memakai obat-oabtan terlarang. Tentu ketidaksadaran pada remaja sebagai
generasi penerus bangsa ini tidak boleh dibiarkan begitu saja dan mencapai
puncaknya.
Bagaimana kita akan membangun bangsa dan negara menjadi lebih
berkembang dan maju sementara moral sebagai salah satu membangun
kepribadian saja tergrogoti.
Sejalan kekhawatiran adanya demoralisasi yang terjadi pada remaja
dewasa ini, orang tua sebagai orang yang lebih dewasa harus bisa meminimalisir
bahkan mencegah terjadinya demoralisasi atau kemerosotan moral bangsa ini.
Misalnya memperingatkan dan senatiasa menumbuhkan kesadaran pada anaknya
(remaja) agar ia terbebas dari belenggu merosotnya moral. Mengingat pentingnya
pemuda khususnya remaja sebagai generasi penerus bangsa ini maka seperti yang
dikutip oleh Presiden pertama Indonesia “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku
guncangkan dunia”. Dalam kalimat tersebut membuktikan bahwa anak muda atau
yang sering kita sebut dengan remaja, memiliki kekuatan dan peranan yang besar
bagi kemajuan bangsa dan menjadi bangsa yang lebih beradab. Maka dari itu
sangatlah perlu menanamkan moral yang baik kepada remaja agar terhindar dari
demoralisasi yang kini menjadi penyakit di bangsa ini.

PENUTUP
Lantas ketika demoralisasi telah merebak di kalangan remaja, apa hal yang
harus dilakukan oleh seorang remaja?. Orang tua ataupun pihak lain yang
berwenang tidak akan terus menekan bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah
tindakan yang salah. Tindakan preventif dan represifpun tidak akan berhasil jika
seorang remaja tidak mempunyai kesadaran diri, kemauan dan komitmen untuk
berubah. Hal yang terpenting adalah ketika seorang remaja menyadari apa yang
mereka lakukan adalah perbuatan yang salah. Selain itu seorang remaja yang telah
terdemoralisasi dituntut untuk mempunyai filter yang baik, dan filter terbaik dan
paling ampuh adalah mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Referensi

(n.d.). Retrieved from http:/www/juproni.com/2018/10/kata-kata-bung-karno-


untuk-pemuda.html?m=1
Ahmad, F. (2019, 07 28). Kompasiana. Retrieved from Membangun Moral
Bangsa:
https://www/kompasiana.com/ahmad_fauzi/550e6d94a33311bb2dba80bf/
membangun-moral-bangsa

Blocher, D. H. (1974). Developmental Counseling. John WIley & Sons.

Purwanti, F. (2019, 07 28). Retrieved from


lib.unnes/ac,id/18500/1/150408030.pdf

Anda mungkin juga menyukai