Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia mengalami fase-fase tertentu dalam hidupnya, seperti
pada masa bayi, fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa, dan fase lanjut usia.
Namun, yang sering mengalami pencarian makna hidup berada pada fase
remaja. Pada suatu periode dalam masa perkembangan yang merupakan fokus
yang menarik untuk dikaji adalah remaja. Sebab pada masa ini, individu
remaja mengalami masa penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada
disekitarnya, khususnya dengan tatanan norma, nilai, adat, dan etika yang
berlaku di masyarakat. Masa remaja merupakan masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja termasuk
juga masa yang indah dan terkadang kita mendengar slogan “Indahnya Masa
Remaja”, tapi jangan lupa masa ini juga merupakan masa yang menentukan,
di mana anak banyak mengalami perubahan fisik dan psikis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Neurosa?
2. Bagaimana Keadaan Sekolah dan Pekerjaan pada masa remaja dan
Dewasa?
3. Bagaimana Perkembangan Emosional pada masa remaja dan dewasa?
4. Bagaimana remaja dalam pandangan Islam ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Neurosa
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa
(untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut
Singgih Dirgagunarsa, neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya
pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya
masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih
bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. 1
Dali Gulo, berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan
mental, hanya memberi pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih
ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas
yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan
emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki
energi fisik, dst.2
Neurosis, menurut W.F. Maramis, adalah suatu kesalahan
penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu
konflik tidak sadar.3
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut
dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai
berikut:
1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
2. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.
3. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol
yaitu kecemasan.

1
Dirgagunarsa, Singgih. Pengantar Psikologi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1988), h.
143
2
Burns, David D. Terapi Kognitif: Pendekatan Baru Bagi Penanganan Depresi. (Alih
Bahasa : Santosa) Jakarta : Erlangga. 1998) h. 179
3
W.F. Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa. (Surabaya : Airlangga University.1980), h. 97

2
4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu
melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah
sakit jiwa.
B. Sekolah dan Pekerjaan
1. Masa Remaja
a. Sekolah
Sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara
perkembangan intelektual dan emosional remaja di sekolah menengah
(SLTP/ SLTA). Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak
awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di
rumah dan di sekolah. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi,
pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui
media massa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Dari segi fisik,
para remaja sekarang juga cukup terpelihara dengan baik sehingga
mempunyai ukuran tubuh yang sudah tampak dewasa, tetapi
mempuyai emosi yang masih seperti anak kecil. Terhadap kondisi
remaja yang demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya
berhadapan dengan masalah membesarkan dan mendewasakan anak-
anak di dalam masyarakat yang berkembang begitu cepat, yang
berbeda secara radikal dengan dunia di masa remaja mereka dulu.
Masalah Remaja
Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para
remaja di sekolah:4
1) Perilaku Bermasalah (problem behavior).
Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat
dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya
sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang
dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses
4
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Rineka Cipta. 2000), h. 65

3
sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan
masyarakat.
2) Perilaku menyimpang (behaviour disorder).
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku
yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup
(nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol).
3) Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment).
Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya
didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan
sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya..
4) Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder).
Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu
membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct
disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan
sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah.
Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan
perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua
harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia
memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau
hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau
benar.
5) Attention Deficit Hyperactivity disorder
yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan
tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya
tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah
yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam
menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang
hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya.
b. Pekerjaan

4
Dalam kenyataannya seorang remaja ketika menentukan
pilihan karir, seringkali tidak dilakukannya sendiri. Penentuan dan
pemilihan karir seorang remaja ditentukan oleh berbagaa faktor
diantaranya orang tua, teman-teman, gender, dan karakteristik diri
sendiri. Dalam buku Psikologi Pendidikan oleh John W. Santrok pada,
berikut adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi
pemilihan karir pekerjaan pada remaja.5
Orang Tua
Orang tua ikut berperan dalam menentukan arah pemilihan
karir pada anak remajanya. Walaupun pada akhirnya keberhasilan
dalam menjalankan karir selanjutnya sangat tergantung pada
kecakapan dan keprofesionalan pada anak yang menjalaninya.
Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi
menghendaki anaknya untuk memilih program studi yang cepat
menghasilkan nilai materi, misalnya fakultas ekonomi (akuntasi,
manajemen), teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lain-
lain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki program ini
tentu akan terjamin masa depannya.
Teman (Peer Group)
Tidak dipungkiri, pada kenyataannya, lingkungan pergaulan
dalam kelompok remaja cukup memberi pengaruh pada diri seseorang
dalam memilih jurusan program studi di SMA maupun Perguruan
Tinggi. Mereka mungkin merasa tidak enak kalau tidak sama dalam
pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh teman kelompok
sebaya ini bersifat eksternal.
Peran Jenis Gender
Stereotype masyarakat seringkali telah menilai terhadap jenis
kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau
pekerjaan tertentu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula. Memang

5
Santrock . Perkembangan Anak Jilid 1. (Jakarta : Erlangga, 2007) , h. 89

5
baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang menentukan
seseorang dalam memilih karir pekerjaan.
Karakteristik Kepribadian Individu
Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik pribadi yang
mempengaruhi pemilihan program studi maupun karir individu,
diantaranya bakat minat, kepribadian, dan intelektual. Sudah banyak
lembaga pendidikan SMA yang mengadakan tes psikologi dengan
membantu siswa-siswinya dalam menentukan jurusan agar sesuai
dengan minat dan bakatnya. Hal ini untuk menghindari penyesalan
dalam pengambilan studinya atau merasa tidak cocok dengan minat
bakatnya.
2. Masa Dewasa
a. Sekolah
Setelah menjadi orang dewasa, individu akan mengalami
perubahan, dimana mereka akan memiliki tanggung jawab sendiri dan
memiliki komitmen-komitmen sendiri.
Mengenai komitmen, Bardwick mengatakan: “Nampak tidak
mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini
akan menjadi suatu tanggung jawab yang terlalu berat untuk dipikul.
Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda
menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda
menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan
terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar
doctor, karena ada prestasi baik di sekolah sewaktu anda masih muda,
besar kemungkinan anda sampai akhir, hidup anda akan berkarier
sebagai guru besar”6
Masa dewasa dini sering merupakan masa ketergantungan.
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan
pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin
pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa
6
Elizabeth B Hurlock. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (Jakarta: Erlangga.1994), h. 250

6
sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka
memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.
Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai.
Orang dewasa yang tadinya menganggap sekolah itu suatu
kewajiban yang tidak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan sebagai
batu loncatan untuk meraih suatu keberhasilan social, karier, dan
kepuasan pribadi. Akibat dari nilai-nilai yang berubah seperti itu,
banyak orang dewasa yang semula putus sekolah atau universitas
memutuskan untuk sekolah kembali dan belajar kembali
menyelesaikan pendidikan mereka. Banyak yang merasakan kegiatan
belajar sebagai perangsang semangat mereka, sehingga mereka
mengikuti berbagai kursus setelah mereka tamat sekolah lanjutan atas
7
maupun perguruan tinggi. Masa ini individu banyak mengalami
perubahan dimana gaya hidup baru paling menonjol di bidang
perkawinan dan peran orangtua.
Masa dewasa dini sebagai masa kreatif.
Orang yang dewasa tidak terikat lagi oleh ketentuan dan aturan
orangtua maupun guru-gurunya sehingga terbebas dari belenggu ini
dan bebas untuk berbuat apa yang mereka inginkan. Bentuk kreatifitas
ini tergantung dengan minat dan kemampuan individual. Ada yang
menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang
menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi
kreativitas.8
b. Pekerjaan
Masalah utama dalam penyesuaian pekerjaan pada masa
dewasa muda meliputi pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam
pilihan dan penyesuaian terhadap situasi kerja. Sejauhmana
keberhasilan pria dan wanita melakukan penyesuaian diri dapat dinilai
dari prestasi, perubahan pekerjaan secara sukarela dan kepuasan yang
diperoleh dari pekerjaan.
7
Ibid, h. 251
8
Ibid, h. 252

7
Selain itu penyesuaian keluarga dan pekerjaan khususnya pada
masa dewasa awal sangatlah sulit karena kebanyakan orang dewasa
awal membatasi dasar-dasar karena adanya pembaruan(newness)
peran-peran dalam penyesuaian diri. Keberhasilan penyesuaian diri
dengan masa dewasa dapat dinilai dengan tiga kriteria yaitu prestasi
dalam pola pekerjaan dan pola hidup yang dipilih seseorang, tingkat
kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan dan pola hidup yang dipilih,
dan keberhasilan dari penyesuaian personal.
C. Masalah Emosional
1. Remaja
Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat
periode yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengah dan remaja
akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana
dipaparkan berikut ini.
a. Periode Praremaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama
antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak
jelas, Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari
luar dan respon mereka biasanya berlebihan sehingga mereka mudah
tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan
meledak-ledak. 
b. Periode Remaja Awal
Selama periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak
adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat kelamin
semakin nyata, remaja sering kali mengalami kesukaran dalam
meyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu.
c. Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh
remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri
bagi mereka Akibatnya remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai
mereka sendiri yang mereka anggap benar.

8
d. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai
orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran: sikap,
prilaku yang semakin dewasa.
2. Dewasa
Ketika seseorang berumur 20an (sebelum 30an), kondisi
emosionalnya tidak terkendali. Ia cendrung labil, resah dan mudah
memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergalora dan
mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum
tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun ketika telah
berumur 30an, seseorang akan cendrung stabil. Kedewasaan seseorang itu
dapat dilihat dari cara seseorang dalam mengendalikan emosinya. Jika
seseorang pandai mengendalikan emosinya, berarti semua tindakan yang
dilakukan bukan hanya mengandalkan dorongan nafsu melainkan dia telah
menggunakan akalnya juga.
D. Remaja dalam Pandangan Islam
Agama Islam sangat memberikan perhatian besar dalam masalah ini,
terbukti dengan banyaknya hadits Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam
yang berisi pujian bagi pemuda yang taat kepada Allah dan hadits lainnya
yang berisi himbauan kebaikan khusus bagi para pemuda.
Dia antara hadits-hadits tersebut adalah:9
1. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan
manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada
hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya…Dan
seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah…”
2. Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Allah Subhanu wa Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda
yang tidak memiliki shabwah.” Artinya: pemuda yang tidak

9
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002. Hal. 8

9
memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya
melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
3. Hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Wahai para
pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mampu menanggung beban
pernikahan (memberi nafkah lahir dan batin), maka hendaknya dia
menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaknya dia
berpuasa, karena itu merupakan pengekang syahwat baginya.”
Syeikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin berkata, “Kalau kita
meninjau dengan seksama (keadaan) para remaja, maka secara umum kita
dapat mengklasifikasi para remaja ke dalam tiga (golongan):  remaja yang
istiqamah (baik akhlaknya), remaja yang menyimpang (akhlaknya), dan
remaja yang kebingungan/terombang-ambing (di persimpangan jalan) di
antara dua golongan tersebut di atas. Adapun pengertiannya Sebagai berikut :10
1. Adapun remaja yang istiqamah (baik akhlaknya) adalah remaja yang
beriman (kepada Allah Ta’ala) dalam arti yang sebenarnya, dia meyakini
agama Islam, mencintai, merasa cukup dan bangga dengannya.
Mengamalkan Islam merupakan target utamanya, dan lalai dari agama
merupakan kerugian yang nyata baginya. Dia adalah remaja yang selalu
beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agamanya bagi-Nya
semata-mata dan tidak ada sekutu baginya. Remaja  yang selalu
meneladani Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dalam (semua)
ucapan dan perbuatannya, karena dia meyakini beliau sebagai utusan Allah
dan panutan yang (harus) diteladani. Remaja  yang mendirikan shalat
secara sempurna sesuai dengan kemampuannya, karena dia yakin bahwa
shalat memiliki banyak manfaat dan kebaikan dalam agama maupun
dunia, bagi diri pribadi dan masyarakat.
2. Adapun golongan yang kedua adalah remaja yang menyimpang
akidahnya, buruk tingkah lakunya, tertipu dengan dirinya sendiri dan

10
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17. H. 18 - 32

10
tenggelam dalam keburukan hawa nafsunya. Dia tidak mau menerima
(nasehat) kebenaran dari orang lain dan tidak mau menjauhkan dirinya dari
kebatilan, egois dalam tindak-tanduknya, seolah-olah dia diciptakan untuk
kekal di dunia dan dunia diciptakan untuk dirinya saja. Dia adalah remaja
yang membangkang dan tidak mau tunduk kepada kebenaran, serta tidak
mau meninggalkan kebatilan.
3. Dan golongan yang ketiga adalah remaja yang kebingungan dan
terombang-ambing di persimpangan jalan, (sebenarnya) dia telah
mengetahui dan meyakini kebenaran serta hidup di masyarakat yang baik,
akan tetapi pintu-pintu keburukan terbuka lebar (di hadapannya melalui
berbagai media dan sarana), berupa pendangkalan akidah, penyimpangan
akhlak, kerusakan amal perbuatan, adat dan kebiasaan buruk, serta
serangan berbagai macam kebatilan, yang membuatnya (terkurung) dalam
pergolakan pikiran dan mental. Dia berdiri di depan berbagai macam
gelombang (fitnah) ini dalam keadaan bingung dan tidak mengetahui,
‘Apakah semua pemikiran dan tingkah laku modern ini yang benar,
ataukah adat-istiadat dari nenek moyang dan masyarakatnya yang baik?’
Maka jadilah dia bimbang dan guncang (dalam menentukan pilihan),
sehingga terkadang dia mengikuti yang ini dan terkadang yang itu.
Golongan remaja ini akan mengalami keburukan dalam hidupnya, maka
dibutuhkan pendorong yang kuat untuk membimbing mereka ke jalan
yang baik dan benar, dan ini sangatlah mudah dengan Allah menghadirkan
seorang juru dakwah (yang mengajak kepada) kebaikan dengan bijaksana,
dan dilandasi ilmu serta niat yang baik….”

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa perkembangan ini, remaja mulai menuntut untuk diberi
kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri, suka mencetuskan
perasaannya, jika dianggap perlu remaja tersebut memberontak karena dia
merasa bahwa dirinya bukan anak-anak lagi, dan mengapa belum diakui
kedewasaannya hingga mengakibatkan kegelisahan di dalam dirinya, kurang
tenang dengan keadaan lingkungan. Biasanya remaja memiliki yang
dikaguminya, namun sikapnya tidak selalu negatif. Remaja juga sangat tertarik
kepada kelompok sebaya, mencari perhatian di dalam lingkungannya, emosi
yang meluap-luap, serta pertumbuhan fisik mengalami perubahan yang pesat.
Di sisi lain, kehidupan remaja sangat kompleks dengan berbagai kreatifitas
dan keinginan untuk mencoba segala yang ada di sekitarnya, baik dalam
bidang pergaulan maupun intelektual. Olehnya itu dibutuhkan suatu wadah
agar bakat, minat serta keinginan berprestasi dapat diwujudkan.
Pendidikan yang merupakan usaha sadar dan dilakukan oleh orang
dewasa (pendidik) dengan berencana, terprogram dan terkendali untuk
menyiapkan individu melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Dengan  pendidikan itulah, individu
remaja mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya melalui alat atau
media pendidikan hingga peserta didik (remaja) mampu menemukan
aktivitasnya sendiri serta dapat mengalami perubahan positif dalam aspek
kepribadiannya yang menyangkut tri domain yaitu, perubahan kognitif,
afektif, dan psikomotor.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami

12
DAFTAR PUSTAKA

Burns, David D. Terapi Kognitif: Pendekatan Baru Bagi Penanganan Depresi.


Alih Bahasa : Santosa Jakarta : Erlangga. 1998

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17.

Dirgagunarsa, Singgih. Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1988

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. (Jakarta: Erlangga.1994

Maramis, W.F., Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University.198097

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 2000

Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002.

Santrock . Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 2007

13

Anda mungkin juga menyukai