Anda di halaman 1dari 8

Kompetensi (Dini )

Edit lagi ya mana aja yang akan masuk ke makalah sekalian buat power pointnya juga
Usia remaja erat sekali kaitannya dengan kecorobohan dalam pengambilan keputusan.
Tetapi, pada masa ini, remaja dituntut dalam mengambil keputusan dalam hidupnya secara
mandiri. Bahkan terkadang menentang arahan yang bertentangan dengan keinginnannya. Pada
usia ini remaja di hadapkan pada situasi-situasi seperti siapakah memutuskan teman-teman yang
akan dipilih, apakah melanjutnya studi atau tidak, atau pun masalah asmara yang mereka miliki.
Karena memutuskan suatu hal di dasari oleh banyak pertimbangan, sebagian besar orang akan
membuat keputusan yang lebih baik dalam seting situasi yang damai atau suasana yang tenang
dan tidak berada dalam keadaan emosional.
Selanjutnya (Syamsi, 1995) menjelaskan lebih lanjut pandangan umum tentang
pembuatan keputusan, keputusan karir adalah suatu tindakan untuk dapat memutuskan atau
menjatuhkan pilihan pada satu pilihan karir atau pekerjaan dari berbagai macam jenis pilihan,
atau alternatif karir atau pekerjaan yang ada keputusan tentang karir yang dipilih nanti akan
mempengaruhi seluruh kehidupan seseorang termasuk diantaranya penggunaan aktivitas waktu
luang, hubungan sosial, dan pemilihan tempat tinggal (Grinder, 1978).
Menurut KBBI Edisi V Kompetensi adalah kewenangan untuk memutuskan atau
bertindak. Kompetensi meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap dan minat
(Becker, 1977; Gordon, 1988).
Keterampilan pengambilan keputusan mencakup kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi pilihan
2. Mengidentifikasi kemungkinan hasil pilihan
3. Mempertimbangkan pro dan kontra dari pilihan
4. Mengidentifikasi hasil alternatif
5. Memilih opsi yang tidak hanya bisa dilakukan tetapi kemungkinan untuk
mendapat apa yang diinginkan (Ferguson, 2007)
Penguasaan terhadap kemampuan-kemampuan tersebut akan sangat mempengaruhi
seorang individu menentukan pilihannya dari berbagai alternatif yang tersedia serta membuat
komitmen untuk melaksanakan pilihan dalam wujud tindakan
Teori keputusan berlaku untuk situasi yang ditandai oleh :
1. Seorang individu yang harus membuat keputusan
2. Satu set tujuan hidup yang ingin dicapai individu
3. Satu set alternatif untuk memilih alternatif yang tersedia
4. Satu set atribut dan faktor bahwa individu memperhitungkan ketika
membandingkan alternatif (Athanassou dan Esbroeck, 2008)
Pada akhirnya remaja akan berusaha membuat pilihan dari berbagai pilihan yang ada
untuk menghindari berbagai kemungkinan munculnya kerugian pada diri sendiri dan orang lain.

Winkel (1997) mengatakan bahwa ada beberapa faktor dalam perkembangan karir yang
dapat mmpengaruhi pembuatan keputusan karir antara lain, inteligensi, bakat dan minat,
kepribadian, pengetahuan, keadaan fisik, serta nilai-nilai kehidupan. Kemudian status sosial
ekonomi keluarga, pendidikan sekolah, teman ebaya serta latar belakang budaya juga dapat
mempengaruhi proses pembuatan keputusan karir.
Selain itu, perkembangan karir menurut Ginzburg dan Super (dikutip oleh Selgmna,
1994) bahwa remaja sudah dapat mengarahkan cita-cita, tujuan masa depan, dan membuat
aspirasi karir berdasarkan minat, kesenangan, kemampuan, kapasitas, dan nilai-nilai mereka.
Namun, pada kenyataannya ada sebagian remaja yang tidak mampu membuat rencana karir
dengan tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya, sehingga diperlukan usaha-usaha
untuk membantu meningkatkan kapasitas remaja dalam merencanakan masa depan mereka.
Ketidakmampuan remaja dalam membuat keputusan karir kemungkinan dapat disebabkan oleh
kurangnya penbetahuan remaja mengani jenis-jenis pekerjaan yang tersedia dan
ketidakmampuan mereka dalam menyelaraskan jinat dengan kesempatan yang tersedia
(Setiawati, 1999). Dengan demikian remaja merassa kesulitan dan bingung dengan adanya
berbagai macam pekerjaan yang belum diektahui prospeknya secara jelas, karena mereka tidak
memiliki keterampilan, kemampuan atau pengetahuannya yang sesuai, serta ada tingkat
persaingan yang tinggi di bidang yang diminatinya (Turner & Helms, 1995).
Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, da Herma (dikutip oleh Winkel, 1997) memandang
perkembangan karir sebagai suatu proses pemilihan karir yang dapat dibagi menjadi tiga tahap
yaitu fantasi, tentatif, dan realistik. Tahap Fantasi usia lahir sampai 11 tahun. Pada tahap fantasi
inianak hanya bermain-main saja dan permainan ini dinilai tidak memiliki kaitan ke dalam
pemilihan karir karena anak memiliki kesadaran yang masih rendah terhadap hambatan-
hambatan perkembangan karir mereka.
Tahap tentatif (usia 11-17 tahun). Pada tahap ini terdapat 4 periode yaitu:
a) tahap minat (interest) usia 11-12 tahun, di mana anak membuat sikap terhadap apa
yang disukainya dan apa yang mereka tidak sukai
b) tahap kemampuan (capacity) usia 12-13 tahun, di mana anak mulai menyadari
berbagai kemampuan serta kapasitas dirinya dalam menentukan tujuan karir, mereka
dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan karakteristik yang
dibutuhkan oleh berbagai jenis pekerjaan dan mengevaluasi kemampuannya apakah
sesuai dengan pilihan yang mereka minati
c) tahap nilai-nilai religius usia 14 tahun, di mana anak remaja mulai menghayati nilai-
nilai kehidupan yang ingin dicapainya
d) tahap transisi (translation) usia 15-16 tahun, di mana anak remaja mulai memadukan
minatnya dan sudah dapat merencanakan karirnya yang merupakan integrasi dari
nilai-nilai kapasitas dan minat. Mereka memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk
membuat pilihan karir mengambil tanggung jawab seperti orang dewasa dan
melakukan transisi dari sekolah ke dunia kerja (Winkle, 1997).
Tahap realistik (mulai usia 17-25 tahun). Pada tahap ini dimulai dengan eksplorasi
(exploration) di mana remaja masih mempertimbangkan 2 atau 3 alternatif jabatan tetapi belum
dapat membuat keputusan kemudian diikuti oleh masa kristalisasi (crystallization) di mana
remaja mulai merasa lebih mantap kalau memangku jabatan tertentu atau adanya komitmen
terhadap tujuan karir, dan yang terakhir adalah penentuan (specification) di mana remaja
membuat keputusan tentang jabatan tertentu (Wingkle, 1997). Selama masa ini, remaja sudah
dapat memperluas pandangannya mengenai pekerjaan mereka lebih sadar akan faktor-faktor
yang terlibat dalam perencanaan karir dan mengembangkan konsep diri yang lebih jelas dan
tepat adanya kebutuhan untuk menentukan masa depan menjadi lebih terasa sehingga mendorong
remaja menjadi lebih cenderung melihat ke masa depan dan mengantisipasi gaya hidup yang
akan mereka jalani di masa yang akan datang.
Crites dalam (Supraptono, 1994:19) juga mengembangkan suatu model komprehenstif
yang ditujukan bagi remaja, dengan merumuskan kematangan karir kedalam empat dimensi,
yaitu:
1. Dimensi Konsistensi Pemilihan Karir
Dimensi ini mengandung aspek-aspek kemantapan individu untuk mengambil keputusan
dalam waktu yang berbeda; kemantapan dalam mengambil keputusan atas pekerjaan yang
dipilihnya; kemantapan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan tingkat
pekerjaan, kemantapan di dalam memilih pekerjaan dengan adanya pengaruh keluarga.
2. Dimensi Realisme dalam Pemilihan Karir
Dimensi ini mengandung aspek kesesuaian antara kemampuan individu dengan pekerjaan
yang dipilihnya; kemampuan antara keinginan dengan pekerjaan yang dipilihnya; mampu
mengambil keputusan untuk memilih pekerjaan yang disesuaikan dengan sifat kepribadiannya;
dan dapat menyesuaikan antara tingkat status sosial dengan pekerjaan yang dipilihnya.
3. Dimensi Kompetensi Pemilihan Pekerjaan
Dimensi ini memiliki aspekaspek mengenai kemampuan individu dalam memecahkan
masalah yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, rencana yang berhubungan dengan
pemilihan pekerjaan; memiliki pengetahuan mengenai pekerjaan yang dipilihnya; mengevaluasi
kemampuan diri dalam hubungannya dengan pemilihan pekerjaan; dan menetapkan tujuan
pekerjaan yang hendak dipilihnya.
4. Dimensi Sikap dalam Pemilihan Pekerjaan
Dimensi ini mengandung aspekaspek tentang keaktifan individu dalam proses pengambilan
keputusan; bersikap dan berorientasi positif terhadap pekerjaan dan nilai-nilai kerja yang
dipilihnya; tidak bergantung pada orang lain dalam memilih pekerjaan; mendasarkan factor-
faktor tertentu menurut kepentingannya di dalam memilih pekerjaan; dan memiliki ketepatan
konsepsi dalam pengambilan keputusan.

Potensi
Potensi diri merupakan kemampuan atau kekuatan diri seseorang baik yang belum
terwujud maupun yang telah terwujud, akan tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan
secara maksimal oleh seseorang. Kata potensi berasal dari serapan dari bahasa Inggris, yaitu
potencial. Artinya ada dua kata, yaitu, (1) kesanggupan; tenaga (2) dan kekuatan; kemungkinan.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara
sederhana, potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi, 2007:86).
Teori tipe kepribadian Holand menjelaskan perlu dilakukan suatu usaha agar pemilihan
karir seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Menurut Holand, begitu orang menemukan karir
yang sesuai dengan kepribadiannya ia akan lebih menikmati pekerjaan tersebut dan bekerja
dibidang tersebut lebih lama daripada orang yang bekerja di bidang yang tidak cocok dengan
kepribadiannya (Santrock, 2003: 484).
Holland juga merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan
berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat. Kemudian, setiap tipe-tipe
kepribadian itu dijabarkan ke dalam suatu model teori yang disebut model orientasi. Model
orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku-perilaku penyesuaian yang khas. Setiap orang
memiliki urutan orientasi yang berbeda-beda, dan hal inilah yang menyebabkan mengapa setiap
orang itu mempunyai corak hidup yang berbeda-beda.
Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh John L. Holland adalah sebagai berikut:
1) Realistis
Tipe model ini memilik kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi pada
penerapan. Ciri-cirinya yaitu agresif, pada dasarnya kurang dapat bergaul, interaksi interpersonal
buruk, mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan,
keterampilan otot, koordinasi motorik yang kuat kurang memiliki kecakapan yang verbal,
kongkrit, bekerja praktis, kurang memiliki keterampilan sosial, serta kurang peka dalam
hubungan dengan orang lain.
Orang model orientasi realistis dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas-
tugas yang kongkrit, fisik, eksplisit, yang memberikan tantangan bagi penghuni lingkungan ini.
Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif sering kali memerlukan bentuk-bentuk
kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu diantaranya kecakapan mekanik, ketahanan dan
gerakan fisik untuk berpindah-pindah dan sering kali diluar gedung. Sifat-sifat yang nampak
dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah pekerja terampil seperti tukang
pipa, tukang listrik, dan operator mesin. Keterampilan teknisi seperti juru mesin pesawat terbang,
juru foto, juru draft dan pekerjaan servis tertentu.
2) Investigatif atau Intelektual
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik.
Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan dari pada mengatasinya dalam
memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tindak sosial. Membutuhkan pemahaman,
menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak
konvensional dan kegiatan-kegiatan bersifat intraseptif.
Orang model orientasi intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas
yang memerlukan berbagai kemampuan abstrak dan kreatif. Bukan tergantung kepada
pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan
inteligensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual dan
fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi
memerlukan waktu yang cukup lama dan secara bertahap. Kecakapan menulis mutlak dipelihara
dalam orientasi ini.
Contoh pekerjaan orang model orientasi ini terbagi dalam dua kategori yaitu ilmiah seperti
ahli kimia, ahli fisika, dan ahli matematik serta teknisi seperti teknisi lab, programer komputer,
dan pekerja elektronik.
3) Artistik
Tipe model orientasi ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara
tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri. Orang dengan model ini memiliki
ciri-ciri imaginatif, menghargai estetika, lebih menyukai ekspresi diri melalui seni, agak mandiri
dan extrovert. Dengan kata lain, orientasi artistik lebih menitik beratkan menghadapi keadaan
sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal,
keteraturan, atau keadaanyang menuntut ketrampilan fisik.
Contoh pekerjaan orang artistik ada tiga bidang yaitu artistik seperti pematung, pelukis, dan
desainer. Musikal seperti guru musik, pemimpin orkestra, dan musisi. Sastrawan/sastrawati
seperti editor, penulis, dan kritikus.
4) Sosial
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat
membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan berbicara, bersifat
responsif, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religius, membutuhkan perhatian, memiliki
kecakapan verbal, hubungan antar pribadi, kegiatan-kegiatan rapi dan teratur, menjauhkan
bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi pada perasaan dan tertarik pada
kegiatan pendidikan.
Contoh pekerjaan modelorientasi ini adalah edukasional seperti guru, administrator
pendidikan, dan profesor. Kesejahteraan sosial seperti pekerja sosial, sosiolog, konselor
rehabilitasi, dan perawat profesional.
5) Pengusaha
Tipe model ini memiliki ciri khas diantaranya menggunakan keterampilan-keterampilan
berbicara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi
orang lain, menganggap dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan
orang lain, menyukai tugas-tugas sosial yang bersifat kabur, perhatian yang besar pada
kekuasaan, status, dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan lisan, extrovert, petualang,
persuasif, dan memanfaatkan keterampilan verbal yang baik. Contoh pekerjaan orang dengan
model ini adalah manajerial, pemasaran seperti sales person asuransi, real estate, dan mobil.
6) Conventional
Tipe model ini pada umumnya memiliki kecenderungan untuk kegiatan verbal, lebih
menyenangi bahasa yang tersusun rapi, numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi
kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaan, memberi nilai yang tinggi
terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan mengadaptasikan dirinya
ketergantungan pada atasan, praktis, terkendali, bisa bergaul, agak konservatif, dan menyukai
aturan-aturan dengan sanksi masyarakat.
Orang model orientasi konvensional pada lingkungan nyatanya ditandai dengan berbagai
macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan matematis
secara continue, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah akan
nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relatif singkat. Contoh pekerjaan orang
dengan model orientasi ini adalah pekerja kantor dan administrasi seperti penjaga waktu, petugas
file, teller, akuntan, operator, sekretaris, petugas pembukuan, resepsionis, dan menejer kredit
( Ruslan A. Gani, 1996: 42-44).
Berdasarkan teori Holland, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat diprediksi
pemilihan karirnya apabila diketahui tipe kepribadiannya. Bahkan ia dapat diprediksi dalam hal-
hal seperti kompetensinya, tujuan hidupnya, konsep dirinya, dan sikapnya. Seseorang akan lebih
menikmati dan akan bekerja lebih optimal apabila melakukan sesuatu sesuai dengan
kepribadiannya.
Potensi Pekerjaan Pada Remaja
Berkarier pada usia remaja bukanlah hal yang mudah. Banyak orang beranggapan bahwa usia
remaja belum pantas untuk bekerja dan umumnya usia bekerja kerap dengan usia produktif yang
rata-rata tentu berada di usia 20-an. Namun kenyataannya, bekerja di usia yang masih remaja
justru bisa saja memberikan lebih banyak kesempatan untuk meraih kesuksesan.
Ada banyak alasan mengapa bekerja sejak remaja memberikan dampak yang positif. Seperti
dikutip dari Cermati.com, berikut beberapa dampak positif dari bekerja sejak remaja:
1. Kesempatan Menyalurkan Hobi dengan Positif
2. Peluang Mencapai Kesuksesan Lebih Cepat
3. Bisa Menjadi Ahli di Usia Muda
4. Kemampuan Menjalani Hidup dengan Teratur
5. Punya Masa Transisi yang Lebih Mudah
6. Bersenang-senang dan Menghasilkan Uang
7. Bisa Lebih Rajin
8. Memiliki Gairah Kerja yang Tinggi
9. Punya Tanggung Jawab
10. Akan Lebih Disiplin
11. Kemampuan yang Baik dalam Mengatasi Masalah
12. Lebih Mandiri
13. Memiliki Tabungan dan Investasi sejak Muda
14. Terjun ke dalam Kehidupan “Nyata”
15. Menemukan Tujuan Hidup

Anda mungkin juga menyukai