Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebijakan dan Inovasi
Pendidikan yang diampu oleh :
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd.
Kelompok: 7
Disusun oleh:
Ananda Diar Shafira 1806529
Dini Anggraeni 1805234
Fauzan Laif Rifa’i 1806451
Halimatun Nihayah 1808544
Ruth Claudya 1806794
PPB-A 2018
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat serta sehat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Kebijakan dan Inovasi Pendidikan dengan judul “Contoh Kasus – Kasus Inovasi
Pendidikan Dalam Bimbingan Dan Konseling”. Penulis menyadari bahwa
makalah ini sangat jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Demikian semoga makalah ini bermanfaat.
Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sejumlah besar informasi secara nonlinear. 2. Pengguna dapat mencari
informasi secara lebih mendalam sesuai dengan keinginan. 3. Interaksi
dengan materi pelajaran dapat diulang-ulang. 4. Hypermedia menarik
untuk digunakan 5. Hypermedia mempresentasikan cara kerja pikiran
manusia.
Konsep dasar yang menjadi ciri khusus hypermedia adalah
penghubung (link) dan yang dihubungkan (nodes). Nodes adalah
bagian-bagian dari sumber informasi yang ada dalam hypermedia yang
meliputi basis data, seperti video, suara, musik, teks, animasi, film,
grafik, gambar dan data lainnya. Sedangkan link adalah penghubung
atau yang membuat hubungan antara nodes dengan pengguna.
Hypertext dalam hypermedia berfungsi sebagai link. Jadi nodes tidak
berarti dalam hypermedia tanpa adanya peranan hypertext sebagai link
(Munir, 2009). Ada 2 jenis struktur navigasi pada hypermedia, yaitu
hypermediastructured dan hypermedia unstructured. Hypermedia
structured merupakan salah satu jenis struktur navigasi hypermedia
yang berdasarkan pada struktur hirarkis dengan hyperlink yang
digunakan untuk bergerak ke samping antar bagian dalam struktur
hirarkis. Adapun hypermedia unstructured yang memungkinkan
pengguna bergerak kemanapun sesuai yang diinginkan (Winarno et al,
2009).
Hypermedia dapat diartikan sebagai multimedia yang
terhubung dan bersifat non linear, artinya siswa bebas menentukan
pilihan dalam mendapatkan konten. Menurut Ansori (2012) file
hypermedia dapat digunakan apabila pengguna, memiliki sebuah
komputer pendukung multimedia, yang umumnya terdiri dari: sound
card, VGA card, loud speaker dan sistem operasi seperti Windows atau
Linux. Membuka dokumen hypermedia di internet diperlukan sebuah
program yang disebut dengan browser. Browser biasanya sudah
dilengkapi fasilitas pendukung untuk menampilkan grafik, suara dan
video. World Wide Web (www) merupakan contoh bentuk hypermedia
yang dapat dikenali apabila pengguna mengakses internet.
3
Media bimbingan konseling berbasis hypermedia tidak hanya guru BK
saja yang berperan, siswa turut peran serta dalam pelaksanaannya.
Penggunaan hypermedia dalam pemberian layanan juga
memperhatikan kebutuhan siswa, materi, hiburan sekaligus evaluasi
agar media tersebut efektif dalam pemberian layanan meski tanpa
bertatap muka secara langsung. Multimedia interaktif dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ini memberikan
suasana dan inovasi baru dalam pemberian layanan bimbingan
konseling agar dapat berjalan dinamis sesuai dengan perkembangan
zaman.
4
Sebagian besar tujuan dari layanan tersebut diatas cenderung
bersifat informatif, sehingga perlu dibangun sebuah Layanan Informasi
berbasis web yang dinamis dengan content yang menarik dan mudah di
atur, yaitu dengan menggunakan Content Management System yang
mudah dioperasikan. Bahkan dapat digunakan oleh pengguna yang tidak
mengerti tentang bahasa pemrograman . Sistem ini diciptakan untuk
membangun layanan informasi sekolah. Sistem ini memiliki ukuran yang
kecil dan mudah untuk di konfigurasikan secara manual pada local server
atau server- server gratis yang ada di internet sehingga akan lebih
ekonomis. Sehingga sangat membantu konselor sekolah, tanpa
memerlukan bantuan tenaga ahli.
5
Yang terutama harus diperhatikan dalam pelaksanaan layanan
konseling melalui e-mail bagi konselor dan konseli adalah:
a. Memiliki alamat e-mail;
b. Ada fasilitas komputer/laptop/netbook;
c. Terhubung dengan internet (modem, wifi, hot spot, smartphone,
android, warnet).
6
merupakan kombinasi dari dua aspek yaitu teknik dan pendekatan.
Berbeda dengan Tindall dan Gray, Kan membedakan antara konseling
teman sebaya dengan dukungan teman sebaya (peer support). Menurut
Kan peer support lebih bersifat umum (bantuan informal; saran umum dan
nasehat diberikan oleh dan untuk teman sebaya); sementara peer
counseling merupakan suatu metode yang terstruktur. Konseling sebaya
merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja.
Judy A. Tindall & H. Dean Gray (1985) mengemukakan: “peer
counseling is defined as variety of interpersonal helping behaviours
assumed by nonprofessionals who undertake a helping role with
others”(konseling teman sebaya dapat diartikan sebagai jenis bantuan
interpersonal yang dilakukan oleh nonprofesional untuk membantu teman
yang lainnya ). Lebih lanjut dijelaskan bahwa: “peer counseling includes
one-to-one helping relationships, group leadership, discussion leadership,
advisement, tutoring, and all activities of an interpersonal human helping
or assisting nature”(konseling teman sebaya meliputi hubungan bantuan
individu ke individu, kepemimpinan kelompok, kepemimpinan dalam
diskusi, pemberian nasehat, tutorial, dan semua aktifitas hubungan
interpersonal manusia yang saling membantu).
Budaya teman sebaya yang positif memberikan kesempatan kepada
remaja untuk menguji keefektivan komunikasi, tingkah laku, persepsi, dan
nilai-nilai yang mereka miliki. Budaya teman sebaya yang positif sangat
membantu remaja untuk memahami bahwa dia tidak sendirian dalam
menghadapi berbagai tantangan. Budaya teman sebaya yang positif dapat
digunakan untuk membantu mengubah tingkah laku dan nilai-nilai remaja
(Laursen, 2005: 138). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
membangun budaya teman sebaya yang positif adalah dengan
mengembangkan konseling teman sebaya dalam komunitas remaja.
Dengan adanya layanan peer counseling berarti sekolah
menyiapkan siswa-siswa tertentu untuk menjadi konselor nonprofesional
dalam membantu menyelesaikan masalah teman-temannya. Para siswa
calon peer counselor akan mendapatkan serangkaian pelatihan yang
7
memadai untuk jadi konselor sebaya, sehingga diharapkan meningkatkan
kemampuan siswa (yang dilatih sebagai peer-conselor dan konseli yang
dibimbingnya) dalam menghadapi masalah.
BAB III
PENUTUP
8
DAFTAR PUSTAKA