Anda di halaman 1dari 12

CONTOH KASUS – KASUS INOVASI PENDIDIKAN DALAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebijakan dan Inovasi
Pendidikan yang diampu oleh :
Dr. H. Endang Herawan, M.Pd.

Kelompok: 7
Disusun oleh:
Ananda Diar Shafira 1806529
Dini Anggraeni 1805234
Fauzan Laif Rifa’i 1806451
Halimatun Nihayah 1808544
Ruth Claudya 1806794
PPB-A 2018

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas nikmat serta sehat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah
Kebijakan dan Inovasi Pendidikan dengan judul “Contoh Kasus – Kasus Inovasi
Pendidikan Dalam Bimbingan Dan Konseling”. Penulis menyadari bahwa
makalah ini sangat jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Demikian semoga makalah ini bermanfaat.
Terimakasih.

Bandung, 09 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1

2.1. Inovasi Media Bimbingan dan Konseling menggunakan HyperMedia. .2

2.2 Inovasi-inovasi Layanan Bimbingan & Konseling..................................4

2.2.1 Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling berbasis IT...................4

2.2.2 Konseling Online/Cyber Counseling...........................................................5

2.2.3 Peer Counseling/Konseling Sebaya.............................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kecanggihan teknologi informasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran


informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu. Kemajuan
suatu bangsa dalam era informasi sangat tergantung pada kemampuan
masyarakatnya dalam memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan
produktifitas. Karakteristik masyarakat seperti ini dikenal dengan istilah
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Siapa yang
menguasai pengetahuan maka ia akan mampu bersaing dalam era global. Oleh
karena itu, setiap negara berlomba untuk mengintegrasikan media seperti
teknologi informasi dengan tujuan dapat bersaing dalam era global. Dalam
mengatasi masalah individu menggunakan pendekatan pribadi melalui berbagai
layanan dan media bimbingan dan konseling. Namun dalam pelaksanaannya,
bimbingan dan konseling sering terkendala pada cara untuk memberikan layanan
dan media apa yang harus digunakan. Menurut [ CITATION Mut17 \l 1033 ]
Teknologi di masa sekarang tidak asing lagi bagi banyak orang, mulai dari anak
kecil sampai orang dewasa dapat mengakses teknologi dengan cepat dan tanpa
batas. Tidak hanya itu, teknologi dirasa sangat bermanfaat dalam proses
komunikasi. Manfaat teknologi untuk meminimalisir jarak untuk berkomunikasi,
manusia dapat berkomunikasi kapan saja dan dimana saja dengan berbagai media.
Upaya untuk mengoptimalkan fungsi layanan bimbingan dan konseling adalah
dengan menggunakan media dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi adalah dengan hypermedia. Dari penjelasan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa guru bimbingan dan konseling perlu memahami teknologi dan
mengimplementasikan teknologi agar dalam memberikan layanan dengan lebih
efektif dan efisien. Selain itu guru harus dapat menyajikan layanan dengan media
yang lebih menarik sehingga antusiame siswa bertambah dan tidak mudah merasa
bosan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Inovasi Media Bimbingan dan Konseling menggunakan HyperMedia


Menurut [ CITATION Mut17 \l 1033 ] Pemberian layanan
menggunakan media memberikan contoh konkrit dan memberikan
banyak kesempatan pada siswa untuk turut berinteraksi dalam
pemberian layanan. Peranan teknologi informasi dalam bimbingan
dan konseling sangatlah banyak, diantaranya mempermudah dalam
merencanakan dan merancang pelayanan bimbingan dan konseling,
memproses data terkait pelayanan bimbingan dan konseling,
menciptakan aplikasi dalam membantu pelayanan bimbingan dan
konseling, mengolah data pelayanan bimbingan dan konseling, dan
masih banyak hal yang bermanfaat bagi terlaksananya bimbingan dan
konseling yang efektif (Setiawan, 2017). Media dengan memanfaatkan
TIK dalam layanan bimbingan konseling memungkinkan guru dan
siswa untuk dapat berinteraksi tanpa batas dengan tetap
memperhatikan asas dan kode etik bimbingan konseling. Salah satu
media dengan memanfaatkan TIK adalah hypermedia. Menurut
Blanchard dan Rotenberg sebagaimana dikutip oleh Munir (2013)
menjelaskan bahwa hypermedia adalah gabungan berbagai format
media yang diatur oleh hypertext yang berupa tulisan tidak berurutan
menggunakan sistem authoring yang mampu menghubungkan antara
file satu dengan yang lain dan menciptakan jalur yang saling berkaitan
(hyperlink). Hypermedia mengacu pada sofware komputer yang
menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video, dan audio yang
dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk
beralih ke suatu informasi (Anitah, 2009). Menurut Chen (2002)
hypermedia memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengoperasikannya.
Alasan penggunaan hypermedia sebagai media pembelajaran
adalah (Siddiqui, 2004) 1. Hypermedia memungkinkan mengakses ke

2
sejumlah besar informasi secara nonlinear. 2. Pengguna dapat mencari
informasi secara lebih mendalam sesuai dengan keinginan. 3. Interaksi
dengan materi pelajaran dapat diulang-ulang. 4. Hypermedia menarik
untuk digunakan 5. Hypermedia mempresentasikan cara kerja pikiran
manusia.
Konsep dasar yang menjadi ciri khusus hypermedia adalah
penghubung (link) dan yang dihubungkan (nodes). Nodes adalah
bagian-bagian dari sumber informasi yang ada dalam hypermedia yang
meliputi basis data, seperti video, suara, musik, teks, animasi, film,
grafik, gambar dan data lainnya. Sedangkan link adalah penghubung
atau yang membuat hubungan antara nodes dengan pengguna.
Hypertext dalam hypermedia berfungsi sebagai link. Jadi nodes tidak
berarti dalam hypermedia tanpa adanya peranan hypertext sebagai link
(Munir, 2009). Ada 2 jenis struktur navigasi pada hypermedia, yaitu
hypermediastructured dan hypermedia unstructured. Hypermedia
structured merupakan salah satu jenis struktur navigasi hypermedia
yang berdasarkan pada struktur hirarkis dengan hyperlink yang
digunakan untuk bergerak ke samping antar bagian dalam struktur
hirarkis. Adapun hypermedia unstructured yang memungkinkan
pengguna bergerak kemanapun sesuai yang diinginkan (Winarno et al,
2009).
Hypermedia dapat diartikan sebagai multimedia yang
terhubung dan bersifat non linear, artinya siswa bebas menentukan
pilihan dalam mendapatkan konten. Menurut Ansori (2012) file
hypermedia dapat digunakan apabila pengguna, memiliki sebuah
komputer pendukung multimedia, yang umumnya terdiri dari: sound
card, VGA card, loud speaker dan sistem operasi seperti Windows atau
Linux. Membuka dokumen hypermedia di internet diperlukan sebuah
program yang disebut dengan browser. Browser biasanya sudah
dilengkapi fasilitas pendukung untuk menampilkan grafik, suara dan
video. World Wide Web (www) merupakan contoh bentuk hypermedia
yang dapat dikenali apabila pengguna mengakses internet.

3
Media bimbingan konseling berbasis hypermedia tidak hanya guru BK
saja yang berperan, siswa turut peran serta dalam pelaksanaannya.
Penggunaan hypermedia dalam pemberian layanan juga
memperhatikan kebutuhan siswa, materi, hiburan sekaligus evaluasi
agar media tersebut efektif dalam pemberian layanan meski tanpa
bertatap muka secara langsung. Multimedia interaktif dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ini memberikan
suasana dan inovasi baru dalam pemberian layanan bimbingan
konseling agar dapat berjalan dinamis sesuai dengan perkembangan
zaman.

2.2 Inovasi-inovasi Layanan Bimbingan & Konseling

2.2.1 Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling berbasis IT


Bimbingan dan Konseling adalah bagian dari sekolah yang
membantu siswa mengatasi segala permasalahan yang dihadapi dalam
proses studi untuk mencapai perkembangan yang optimal. Segala upaya
dapat dilakukan untuk menjalin hubungan emosi antara guru pembimbing
dengan siswa. Menurut [ CITATION Drs15 \l 1033 ] layanan perencanaan
individual ini  adalah agar siswa/konseli bisa membuat, memonitor, dan
mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi
oleh dirinya sendiri melalui media online / blog BK sekolah.
a. Melalui layanan perencanaan individual, diharapkan siswa dapat :
b. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan,
merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-
pribadi, yang didasarkan atas    pengetahuan akan dirinya,
informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
c. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka
pencapaian tujuannya.
d. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.                        
e. Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.

4
Sebagian besar tujuan dari layanan tersebut diatas cenderung
bersifat informatif, sehingga perlu dibangun sebuah Layanan Informasi
berbasis web yang dinamis dengan content yang menarik dan mudah di
atur, yaitu dengan menggunakan Content Management System yang
mudah dioperasikan. Bahkan dapat digunakan oleh pengguna yang tidak
mengerti tentang bahasa pemrograman . Sistem ini diciptakan untuk
membangun layanan informasi sekolah. Sistem ini memiliki ukuran yang
kecil dan mudah untuk di konfigurasikan secara manual pada local server
atau server- server gratis yang ada di internet sehingga akan lebih
ekonomis. Sehingga sangat membantu konselor sekolah, tanpa
memerlukan bantuan tenaga ahli.

2.2.2 Konseling Online/Cyber Counseling


Menurut [ CITATION Drs15 \l 1033 ] Cyber Counseling atau konseling
lewat dunia maya adalah Konseling online dengan Email atau lewat inbox
Facebook. Perkembangan alat komunikasi elektronik yang sangat pesat,
makin canggih, dan mudah dalam pengoperasiannya menuntut konselor
untuk lebih aktif dan proaktif mengikutinya agar tidak tertinggal dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan era ini. Salah
satu tindakan pengembangan atau inovasi yang dapat dilakukan oleh
konselor adalah dengan memberikan layanan konseling melalui e-mail.
Konseling dengan cara ini sangat efektif terutama bagi konselor di sekolah
yang tidak memiliki  pertemuan tatap muka untuk layanan BK secara rutin
terjadwal pada setiap minggu.
Konseling melalui e-mail tidak sulit/rumit dilakukan, karena
hampir semua konselor sudah mahir dalam memanfaatkan teknologi
informasi dan hampir semua sekolah sudah memiliki website, fasilitas
laboratorium komputer, dan lain-lain terkait dengan teknologi informasi.
Konselor tinggal mengkomunikasikan program BK yang direncanakan
sehubungan dengan kegiatan layanan konseling melalui e-mail kepada
pihak terkait di sekolah agar dapat terlaksana dengan lancar. Hal ini
penting, karena juga merupakan salah satu kewajiban sekolah dalam
memfasilitasi program dimaksud (dukungan sistem).

5
Yang terutama harus diperhatikan dalam pelaksanaan layanan
konseling melalui e-mail bagi konselor dan konseli adalah:
a. Memiliki alamat e-mail;
b. Ada fasilitas komputer/laptop/netbook;
c. Terhubung dengan internet (modem, wifi, hot spot, smartphone,
android, warnet).

2.2.3 Peer Counseling/Konseling Teman Sebaya


Teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan tingkat
kematangan atau usia yang kurang lebih sama [ CITATION Nen11 \l 1033 ] .
Keluarga merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi
perkembangan individu. Meskipun demikian perkembangan anak juga
sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam konteks sosial yang lain
seperti relasi dengan teman sebaya. Penelitian yang dilakukan Buhrmester
(Santrock, 2004 : 414) menunjukkan bahwa pada masa remaja kedekatan
hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat
yang bersamaan kedekatan hubungan remaja dengan orang tua menurun
secara drastis.
Pada dasarnya konseling teman sebaya merupakan suatu cara bagi
para siswa (remaja) belajar bagaimana memperhatikan dan membantu
anak-anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Carr,
1981: 3). Sementara itu, Tindall dan Gray (1985: 5) mendefinisikan
konseling teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku membantu
secara interpersonal yang dilakukan oleh individu nonprofesional yang
berusaha membantu orang lain. Menurut Tindall & Gray, konseling teman
sebaya mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual
(one-to-one helping relationship), kepemimpinan kelompok,
kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial, dan semua
aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. Definisi
lain menekankan konseling teman sebaya sebagai suatu metode, seperti
dikemukakan Kan (1996: 3) “Peer counseling is the use problem solving
skills and active listening, to support people who are our peers”. Meskipun
demikian, Kan mengakui bahwa keberadaan konseling teman sebaya

6
merupakan kombinasi dari dua aspek yaitu teknik dan pendekatan.
Berbeda dengan Tindall dan Gray, Kan membedakan antara konseling
teman sebaya dengan dukungan teman sebaya (peer support). Menurut
Kan peer support lebih bersifat umum (bantuan informal; saran umum dan
nasehat diberikan oleh dan untuk teman sebaya); sementara peer
counseling merupakan suatu metode yang terstruktur. Konseling sebaya
merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja.
Judy A. Tindall & H. Dean Gray (1985) mengemukakan: “peer
counseling is defined as variety of interpersonal helping behaviours
assumed by nonprofessionals who undertake a helping role with
others”(konseling teman sebaya dapat diartikan sebagai jenis bantuan
interpersonal yang dilakukan oleh nonprofesional untuk membantu teman
yang lainnya ). Lebih lanjut dijelaskan bahwa: “peer counseling includes
one-to-one helping relationships, group leadership, discussion leadership,
advisement, tutoring, and all activities of an interpersonal human helping
or assisting nature”(konseling teman sebaya meliputi hubungan bantuan
individu ke individu, kepemimpinan kelompok, kepemimpinan dalam
diskusi, pemberian nasehat, tutorial, dan semua aktifitas hubungan
interpersonal manusia yang saling membantu).
Budaya teman sebaya yang positif memberikan kesempatan kepada
remaja untuk menguji keefektivan komunikasi, tingkah laku, persepsi, dan
nilai-nilai yang mereka miliki. Budaya teman sebaya yang positif sangat
membantu remaja untuk memahami bahwa dia tidak sendirian dalam
menghadapi berbagai tantangan. Budaya teman sebaya yang positif dapat
digunakan untuk membantu mengubah tingkah laku dan nilai-nilai remaja
(Laursen, 2005: 138). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
membangun budaya teman sebaya yang positif adalah dengan
mengembangkan konseling teman sebaya dalam komunitas remaja.
Dengan adanya layanan peer counseling berarti sekolah
menyiapkan siswa-siswa tertentu untuk menjadi konselor nonprofesional
dalam membantu menyelesaikan masalah teman-temannya. Para siswa
calon peer counselor akan mendapatkan serangkaian pelatihan yang

7
memadai untuk jadi konselor sebaya, sehingga diharapkan meningkatkan
kemampuan siswa (yang dilatih sebagai peer-conselor dan konseli yang
dibimbingnya) dalam menghadapi masalah.

BAB III
PENUTUP

Di era digital ini konselor harus senantiasa menciptakan inovasi-


inovasi baru dalam pelayanan bimbingan konseling, tentunya ditunjang oleh
kompetensi yang memadai mengenai teknologi informasi. Teknologi
informasi mampu menunjang pelayanan bimbingan konseling agar lebih
efektif. Maka dari itu, konselor harus selalu meningkatkan kemampuannya
dalam menggunakan teknologi yang berkembang saat ini. Konselor akan
selalu menjadi idola klien apabila selalu up to date. Karena pada dasarnya
bimbingan adalah long life learning atau belajar sepanjang hayat.
Penyediaan infrastruktur harus ditingkatkan disetiap sekolah.
Penyediaan perangkat teknologi informasi adalah hal yang mutlak dalam
konseling melalui teknologi informasi, sehingga pelayanan bimbingan
konseling akan berjalan efektif tanpa batas ruang dan waktu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Darma, Y. A. (2016). Landasan Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press.


Noviza, N. (2011). Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Suatu Inovasi
Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Jurnal Raden
Fatah, 83-98.

Purwanto, M. (1988). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remadja


Karya.
Rasyidin, W. (2014). Pedagogik Teoretis dan Praktik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sadulloh, U. (2010). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Syaripudin, T. (2017). Pedagogik Teoretis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai