Anda di halaman 1dari 6

MORAL GENERASI MUDA YANG SEMAKIN HANCUR

Dwinda Atikarini
Unika Widya Mandala Madiun

ABSTRAK

Setiap manusia memiliki hak atas dirinya dalam konteks Actus Humanus yaitu
tahu, mau dan bebas yang identing dengan free action (tindakan bebas).
Kebebasan mengendalikan dua hal, yaitu: tahu dan mau yang artinya hanya
apabila manusia itu mengetahu dan menghendaki, ia disebut bebas, dan dengan
demikian ia bertanggung jawab atasnya. Generasi muda sekarang banyak yang
melakukan hal-hal menyimpang tanpa rasa takut akan adanya hukuman. Mereka
yang seharusnya tahu, mau dan bebas, tahu dalam artian pada usia remaja, mereka
seharusnya menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, melakukan hal-hal positif yang
dapat dibanggakan, mau dan bebas yang artinya bukan bebas melakukan apapun
walau itu buruk karena masih muda tetapi bebas yang seperti menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya, melakukan hal-hal positif dan berguna yang bisa
dibanggakan karena mereka tahu dan sadar pada usia mereka, mereka seharusnya
melakukan hal hal yang baik, positif dan dapat membuat bangga orang tua
maupun Bangsa Indonesia.

Generasi muda Indonesia sangat diharapkan dapat menjadi generasi penerus


bangsa ini di masa depan. Entah saat ini masih dibangku SD, SMP, SMA, atau
kuliah diharapkan dapat mengemban beban di masa depan, terutama bagi masa
depan Bangsa Indonesia. Untuk itu maka moral generasi muda haruslah dibentuk
dengan benar dan baik untuk menghasilkan pribadi yang berkarakter sesuai
dengan pancasila dan agama. Pribadi sendiri dapat dibentuk dari keluarga,
lingkungkan disekitar, dan agama. Pola pikir yang rasional, kritis dan adil juga
perlu dilatih sejak dini guna mempersiapkan masa depan calon penerus Bangsa.
Namun, akhir-akhir ini banyak muncul berita-berita di televisi, dan media sosial
yang mengatakan bahwa moral dan pola pikir generasi muda di Indonesia sangat
jauh dari harapan. Dari berita-berita yang keluar dikatakan bahwa beberapa anak
muda jaman sekarang memiliki moral yang jauh dari kata baik, dan menuju hati
nurani sesat.

Salah satu hal menyimpang yang dilakukan generasi muda sekarang yaitu:
kovoi kelulusan, sebenarnya tidak ada yang salah dengan konvoi, tetapi sekarang
ini anak-anak muda melakukan konvoi dengan cara yang tidak sehat seperti trak-
trakan dijalan yang dapat berujung tragedi atau dapat membahayakan nyawa
hingga membuat resah warga sekitar, mencoret-coret seragam, dan ada beberapa
anak perempuan yang merobek atau mengetatkan rok seragam mereka, bahkan
pose tidak senonoh saat foto. Hal yang seharusnya dirayakan dengan syukur dan
hal-hal baik lainnya seperti menyumbangkan seragam mereka kepada orang yang
kurang mampu daripada mencoret-coretnya menjadi hal yang tabu bagi anak-anak
remaja jaman sekarang.

Hal yang lebih parah yaitu anak remaja sekarang semakin berani. Minuman
keras, narkoba dan seks bebas seolah menjadi gaya hidup generasi muda saat ini.
Mengadakan pesta-pesta yang tidak wajar. Seperti yang baru-baru ini terjadi yaitu
penggrebekan sejumlah remaja yang berpesta seks dan minuman keras. Juga
masih banyak kasus serupa yang terjadi di negera ini, Hal ini sangat
memprihatinkan. Hal ini tidak terjadi dikalangan remaja SMA saja tetapi juga
terjadi pada remaja SMP, sangat disayangkan, mereka yang seharusnya fokus
belajar untuk masa depan dan dapat mengharumkan nama bagsa malah terjerumus
pada hal-hal buruk seperti ini.

Sifat matrealis dan hedonisme juga merupakan ciri remaja sekarang, tidak
hanya pada perempuan, tetapi juga pada laki-laki. Dalam pergaulan, pertemanan
dan persahabatan mereka lebih mengedepankan gengsi, keren dan gaul sehingga
cenderung melihat harta dan pangkat orang tua daripada kesetiakawanan,
persamaan tujuan untuk mencari teman, hal seperti ini memang seperti tidak
masuk akal, tetapi memang itulah faktanya karena fenomena seperti ini sangat
sering dijumpai, terutama di kota-kota besar. Sifat materealis dan hedonisme ini
sangatlah tidak baik dan dapat merusak moral generasi muda Indonesia karena
bagi mereka yang termakan oleh gengsi akan menghalalkan segala cara supaya
diterima di lingkungan pergaulannya dan tidak diremehkan oleh teman-temannya.
Sifat materealis dan hedonism tersebut merupakan hati nurani yang tumpul,
dimana mereka hanya memuja materialisme, sekularisme, konsumenisme dan
hedonisme, mereka cenderung tidak peka pada kebaikan dan menukar kebaikan
hati atau kejujuran dengan uang.

Hal-hal seperti diatas dapat memicu bullying, bullying saat ini tidak hanya
karena faktor benci, atau korban terlihat lemah, tetapi juga karena pangkat orang
tua, ekonomi, atau mereka yang tidak mau diajak untuk melakukan hal-hal buruk
diatas, mereka akan disepelekan, dikucilkan dan dianggap pencitraan. Hal ini
kerap terjadi di lingkungan sekola seperti SMP, SMA, bahkan di lingkungan
Universitas.

Bullying merupakan perilaku negative dan tidak terpuji yang menyebabkan


seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka. Pada dasarnya bullying
merupakan perilaku agresif berupa kekerasan fisik maupun kekerasan mental yang
dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang yang
dapat merugikan orang lain demi mendapatkan kekuasaan atau ditakutu oleh
orang lain. Kasus bullying baru-baru ini marak diperbincangkan, terlebih lagi
kasus tersebut terjadi didalam dunia pendidikan khususnya dilingkungan sekolah
(SD, SMP, dan SMA). Namun tidak menutup kemungkinan bullying akan terjadi
pada anak usia pra sekolah hingga mahasiswa. Benayak para pelajar yang
melakukan bullying karena perbedaan ras, derajat, dan lain-lain, biasanya bullying
juga biasanya terjadi pada golongan minoritas. Bentuk bullying sendiri banyak,
bukan hanya secara fisik namun juga bisa dalam bentuk psikis seperti mengejek,
menggosipkan, dan sejenisnya. Meskipun hanya sekedar ejekan, jika korbannya
merasa terbebani bisa disebut sebagai bullying dan akan menimbulkan efek
negatif pada perkembangan psikologis korbannya. Bullying sendiri termasuk hati
nurani yang sesat karena mereka melakukan hal tersebut padahal mereka tahu
kalau bullying sendiri adalah tindakan yang tidak baik, dan mereka melakukannya
demi kesenangan sesaat.

Perilaku-perilaku menyimpang lainnya yaitu tawuran, bahkan tawuran


sekarang sudah menjadi tradisi di beberapa sekolah, padahal hal tersebut jelas
jelas tidak baik. Menantang, melawan dan menganiaya guru juga kerap dilakukan
generasi muda sekarang terutama pelajar. Hal tersebut kerap terjadi di lingkungan
sekolah, tahun lalu juga terjadi kasus siswa menganiaya guru hingga tewas.

Setiap manusia memiliki hak atas dirinya dalam konteks Actus Humanus yaitu
tahu, mau dan bebas yang identing dengan free action (tindakan bebas).
Kebebasan mengendalikan dua hal, yaitu: tahu dan mau yang artinya hanya
apabila manusia itu mengetahu dan menghendaki, ia disebut bebas, dan dengan
demikian ia bertanggung jawab atasnya.

Hati nurani merupakan suara Tuhan. Manusia sejak lahir sudah dibekali
dengan hati nurani yang sama, tetapi seiring berjalannya waktu, hati nurani juga
akan berubah tergantung dengan manusia itu sendiri. Berubahnya hati nurani
dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Dari beberapa
kasus kenakalan remaja diatas, sangatlah merugikan banyak pihak, seperti warga
yang tidak bersalah, orang tua anak tersebut, nama baik sekolah, korban serta
keluarga korban pembullyan, dan masih banyak lagi.

Mereka melakukan hal-hal menyimpang tersebut tanpa rasa takut akan adanya
hukuman, mereka dengan bangganya melakukan hal-hal menyimpang diatas
padahal seharusnya pada usia mereka, mereka seharusnya melakukan hal-hal yang
posif. Mereka yang seharusnya tahu, mau dan bebas, tahu dalam artian pada usia
remaja, mereka seharusnya menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, melakukan hal-
hal positif yang dapat dibanggakan, mau dan bebas yang artinya bukan bebas
melakukan apapun walau itu buruk karena masih muda tetapi bebas yang seperti
menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, melakukan hal-hal positif dan berguna yang
bisa dibanggakan, seperti memperoleh medal dalam lomba-lomba dan
mengharumkan nama Bangsa karena mereka tahu dan sadar pada usia mereka,
mereka seharusnya melakukan hal hal yang baik, positif dan dapat membuat
bangga orang tua maupun Bangsa Indonesia.

Hal-hal seperti diatas dapat terjadi karena kurangnya kepercayaan pada Tuhan,
keyakinan beragama milai menipis dan kepercayaan kepada Tuhan hanyalah
simbol, larangan dan suruhan Tuhan tidak di jalankan lagi. Longgarnya pegangan
sesorang pada ajaran agama menghilangkan pengontrol dalam dirinya dan satu-
satunya alat pengontrol moral yang dimilikinya adalah masyarakat dan hukum.

Kurangnya pembinaan moral yang dilakukan orang tua, dan lingkungan


sekitarnya. Pembinaan moral seharusnya dilakukan sejak dini, sesuai dengan
kemampuan dan umurnya. Anak seharusnya dibiasakan bersikap baik untuk
menumbuhkan moral mereka.

Budaya materialistis, hedonistis dan senang-senang juga sangat


mempengaruhi moral generasi muda. Ada beberapa anak-anak sekolah menengah
yang dipergoki oleh guru atau polisi mengantongi obat-obatan, gambar-gambar
fulgar, alat kontrasepsi dan benda-benda tajam, dan hal tersebut dapat merusak
moral mereka. Perilaku menyimpang tersebut terjadi karena pola hidup yang
semata-mata mengejar kepuasan materi, dan kesenangan sesaat. Ingin terlihat
keren dan gaul juga dapat merusak moral mereka, remaja yang merokok hanya
ingin terlihat keren dan gaul, padahal itu adalah hal yang tidak benar, setelah
mencoba rokok, akan mencoba hal-hal lain seperti narkoba dan seks bebas.

Bagaimana Negara ini akan maju jika generasi mudanya seperti itu. Maka dari
itu untuk mengurangi generasi muda sekarang melakukan hal-hal menyimpang
tersebut perlu adanya pengawasan yang ketat dari pihak orang tua, maupun
sekolah, dan perlu adanya kerja sama kepolisian, pemerintah, sekolah dan orang
tua untuk saling mengawasi putra-putrinya. Hal yang harus segera dibenahi antara
lain yaitu moral dan pola pikir generasi muda dan perlu adanya pendidikan agama
yang kuat untuk mengetahui mana yang benar dan salah serta membentengi
dirinya sendiri dari hal-hal yang tidak baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup


Manusia).

Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di


Indonesia. CIVIS, 5(1/Januari).

DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO


DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA
BAGI NASIONALISME INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).

Anda mungkin juga menyukai