Dwinda Atikarini
Unika Widya Mandala Madiun
ABSTRAK
Setiap manusia memiliki hak atas dirinya dalam konteks Actus Humanus yaitu
tahu, mau dan bebas yang identing dengan free action (tindakan bebas).
Kebebasan mengendalikan dua hal, yaitu: tahu dan mau yang artinya hanya
apabila manusia itu mengetahu dan menghendaki, ia disebut bebas, dan dengan
demikian ia bertanggung jawab atasnya. Generasi muda sekarang banyak yang
melakukan hal-hal menyimpang tanpa rasa takut akan adanya hukuman. Mereka
yang seharusnya tahu, mau dan bebas, tahu dalam artian pada usia remaja, mereka
seharusnya menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, melakukan hal-hal positif yang
dapat dibanggakan, mau dan bebas yang artinya bukan bebas melakukan apapun
walau itu buruk karena masih muda tetapi bebas yang seperti menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya, melakukan hal-hal positif dan berguna yang bisa
dibanggakan karena mereka tahu dan sadar pada usia mereka, mereka seharusnya
melakukan hal hal yang baik, positif dan dapat membuat bangga orang tua
maupun Bangsa Indonesia.
Salah satu hal menyimpang yang dilakukan generasi muda sekarang yaitu:
kovoi kelulusan, sebenarnya tidak ada yang salah dengan konvoi, tetapi sekarang
ini anak-anak muda melakukan konvoi dengan cara yang tidak sehat seperti trak-
trakan dijalan yang dapat berujung tragedi atau dapat membahayakan nyawa
hingga membuat resah warga sekitar, mencoret-coret seragam, dan ada beberapa
anak perempuan yang merobek atau mengetatkan rok seragam mereka, bahkan
pose tidak senonoh saat foto. Hal yang seharusnya dirayakan dengan syukur dan
hal-hal baik lainnya seperti menyumbangkan seragam mereka kepada orang yang
kurang mampu daripada mencoret-coretnya menjadi hal yang tabu bagi anak-anak
remaja jaman sekarang.
Hal yang lebih parah yaitu anak remaja sekarang semakin berani. Minuman
keras, narkoba dan seks bebas seolah menjadi gaya hidup generasi muda saat ini.
Mengadakan pesta-pesta yang tidak wajar. Seperti yang baru-baru ini terjadi yaitu
penggrebekan sejumlah remaja yang berpesta seks dan minuman keras. Juga
masih banyak kasus serupa yang terjadi di negera ini, Hal ini sangat
memprihatinkan. Hal ini tidak terjadi dikalangan remaja SMA saja tetapi juga
terjadi pada remaja SMP, sangat disayangkan, mereka yang seharusnya fokus
belajar untuk masa depan dan dapat mengharumkan nama bagsa malah terjerumus
pada hal-hal buruk seperti ini.
Sifat matrealis dan hedonisme juga merupakan ciri remaja sekarang, tidak
hanya pada perempuan, tetapi juga pada laki-laki. Dalam pergaulan, pertemanan
dan persahabatan mereka lebih mengedepankan gengsi, keren dan gaul sehingga
cenderung melihat harta dan pangkat orang tua daripada kesetiakawanan,
persamaan tujuan untuk mencari teman, hal seperti ini memang seperti tidak
masuk akal, tetapi memang itulah faktanya karena fenomena seperti ini sangat
sering dijumpai, terutama di kota-kota besar. Sifat materealis dan hedonisme ini
sangatlah tidak baik dan dapat merusak moral generasi muda Indonesia karena
bagi mereka yang termakan oleh gengsi akan menghalalkan segala cara supaya
diterima di lingkungan pergaulannya dan tidak diremehkan oleh teman-temannya.
Sifat materealis dan hedonism tersebut merupakan hati nurani yang tumpul,
dimana mereka hanya memuja materialisme, sekularisme, konsumenisme dan
hedonisme, mereka cenderung tidak peka pada kebaikan dan menukar kebaikan
hati atau kejujuran dengan uang.
Hal-hal seperti diatas dapat memicu bullying, bullying saat ini tidak hanya
karena faktor benci, atau korban terlihat lemah, tetapi juga karena pangkat orang
tua, ekonomi, atau mereka yang tidak mau diajak untuk melakukan hal-hal buruk
diatas, mereka akan disepelekan, dikucilkan dan dianggap pencitraan. Hal ini
kerap terjadi di lingkungan sekola seperti SMP, SMA, bahkan di lingkungan
Universitas.
Setiap manusia memiliki hak atas dirinya dalam konteks Actus Humanus yaitu
tahu, mau dan bebas yang identing dengan free action (tindakan bebas).
Kebebasan mengendalikan dua hal, yaitu: tahu dan mau yang artinya hanya
apabila manusia itu mengetahu dan menghendaki, ia disebut bebas, dan dengan
demikian ia bertanggung jawab atasnya.
Hati nurani merupakan suara Tuhan. Manusia sejak lahir sudah dibekali
dengan hati nurani yang sama, tetapi seiring berjalannya waktu, hati nurani juga
akan berubah tergantung dengan manusia itu sendiri. Berubahnya hati nurani
dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Dari beberapa
kasus kenakalan remaja diatas, sangatlah merugikan banyak pihak, seperti warga
yang tidak bersalah, orang tua anak tersebut, nama baik sekolah, korban serta
keluarga korban pembullyan, dan masih banyak lagi.
Mereka melakukan hal-hal menyimpang tersebut tanpa rasa takut akan adanya
hukuman, mereka dengan bangganya melakukan hal-hal menyimpang diatas
padahal seharusnya pada usia mereka, mereka seharusnya melakukan hal-hal yang
posif. Mereka yang seharusnya tahu, mau dan bebas, tahu dalam artian pada usia
remaja, mereka seharusnya menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, melakukan hal-
hal positif yang dapat dibanggakan, mau dan bebas yang artinya bukan bebas
melakukan apapun walau itu buruk karena masih muda tetapi bebas yang seperti
menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, melakukan hal-hal positif dan berguna yang
bisa dibanggakan, seperti memperoleh medal dalam lomba-lomba dan
mengharumkan nama Bangsa karena mereka tahu dan sadar pada usia mereka,
mereka seharusnya melakukan hal hal yang baik, positif dan dapat membuat
bangga orang tua maupun Bangsa Indonesia.
Hal-hal seperti diatas dapat terjadi karena kurangnya kepercayaan pada Tuhan,
keyakinan beragama milai menipis dan kepercayaan kepada Tuhan hanyalah
simbol, larangan dan suruhan Tuhan tidak di jalankan lagi. Longgarnya pegangan
sesorang pada ajaran agama menghilangkan pengontrol dalam dirinya dan satu-
satunya alat pengontrol moral yang dimilikinya adalah masyarakat dan hukum.
Bagaimana Negara ini akan maju jika generasi mudanya seperti itu. Maka dari
itu untuk mengurangi generasi muda sekarang melakukan hal-hal menyimpang
tersebut perlu adanya pengawasan yang ketat dari pihak orang tua, maupun
sekolah, dan perlu adanya kerja sama kepolisian, pemerintah, sekolah dan orang
tua untuk saling mengawasi putra-putrinya. Hal yang harus segera dibenahi antara
lain yaitu moral dan pola pikir generasi muda dan perlu adanya pendidikan agama
yang kuat untuk mengetahui mana yang benar dan salah serta membentengi
dirinya sendiri dari hal-hal yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA