Anda di halaman 1dari 27

Degradasi Moral Masa Kini !!!!

Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi di
banggakan. Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit di atasi. Baru baru ini sering
kita dengar berita di televisi maupun di radio yang di sebabkam oleh kenakalan
remaja di antara tawuran, pemerkosaan yang di lakukan oleh pelajar SMA ,
pemakaian narkoba dan lain-lain. Kehidupan remaja pada masa kini mulai
memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi penerus bangsa kini tidak
bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan bangsa dan negara. Bahkan perilaku
mereka cenderung merosot. Oleh karena itu, kami sebagai remaja yang
berpendidikan sadar bahwa kenakalan remaja harus segera di hilangkan.
Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negatif
dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan
teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal
tersebut dapat berbentuk positif hingga negatif yang sering kita sebut dengan
kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan
pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial.
Akibat tidak adanya keserasian dan keselarasan, norma-norma dalam
masyarakat menjadi lumpuh dan arahnya menjadi samar-samar. Apabila hal itu
berlangsung lama dalam masyarakat, maka besar pengaruhnya terhadap proses
sosialisasi. Anggota masyarakat akan bingung dan sulit memperoleh pedoman.
Akhirnya, mereka memilih cara atau jalan sendiri-sendiri. Jalan yang ditempuh
tidak jarang berupa perilaku-perilaku yang menyimpang.
Gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas (14 18 tahun),
karena pada masa ini jiwanya masih dalam keadan labil sehingga mudah
terpengaruh oleh lingkungan yang negatif.
Penyebab kenakalan remaja antara lain :
a. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis.
b. Situasi yang membosankan
c. Lingkungan masyarakat yang tidak mendukung. Misalnya lingkungan kumuh
dan penuh kejahatan.
Contoh perbuatan kenakalan seperti pengrusakan tempat/fasilitas umum,
penggunaan obat terlarang, pencurian, perkelahian atau tawuran dan lain
sebagainya. Salah satu bentuk tawuran tersebut adalah tawuran pelajar. Tawuran
pelajar berbeda dengan perkelahian biasa. Tawuran pelajar dapat digolongkan

sebagai patologi (penyakit) karena sifatnya yang kompleks dengan penyebab


dan akibat yang berbeda-beda.
Di mulai dari perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma dan nilai
yang ada pada masyarakat membuat moral bangsa khususnya remaja mulai
tergoyahkan atau mungkin mengalami penurunan drastis yang pada
kenyataannya membuat negara Indonesia runtuh. Khususnya bagi pemerintah,
ini merupakan masalah yang begitu sulit dan wajib bagi para pemerintah untuk
mengatasi masalah ini. Karena jika masalah ini tidak segera di atasi, maka akan
berpengaruh besar dengan keberadaan penerus bangsa yang tidak sesuai dengan
harapan.
Degradasi sering diartikan sebagai penurun suatu kualitas. Dalam
kesempatan ini saya ingin berbagi tentang pengamatan saya selama ini kepada
para kompasianer.
Moral remaja dari tahun ketahun terus mengalami penurunan kualitas
atau degradasi. Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian
dll. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus
berkembang.
Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja ialah
perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus
menggerogoti bangsa ini. Sayangnya kita seakan tidak sadar, namun malah
mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang
(lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada
akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.
Adapun contoh lain dari degradasi moral adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Meningkatnya kekerasan pada remaja


Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas
Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru
Membudayanya ketidakjujuran
Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara
Dari kelima tanda-tanda tersebut. Saya melihat aspek yang keempat yakni
membudayanya ketidakjujuran tampaknya menjadi persoalan serius di negeri
ini. Kejujuran seolah-olah telah manjadi barang langka. Atas dasar itulah maka
pendidikan karakter menjadi sangat penting. Pendidikan karakter menjadi

tumpuan harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri ini dari jurang
kehancuran yang lebih dalam.
Dengan terjadinya degradasi moral ini, pendidikan karakter sangatlah di
perlukan. Karena dengan pendidikan karakter ini kita juga dapat mencegah
terjadinya degradasi moral. Selain untuk mengatasi degradasi moral ini,
masyarakat juga harus turun langsung dan membantu masalah ini. Tanpa
masyarakat,pemerintah merasa sangat sulit untuk mengatasinya.
Berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan nilai-nilai inti etika di
sekolah,

kejujuran adalah sebagai prioritas utama dalam pengembangan

program pendidikan karakter di sekolah. Gordon Allport menyebutkan bahwa


kejujuran adalah mahkota tertinggi dari sistem kepribadian individu. Jadi.
sehebat apapun kepribadian seseorang jika di dalamnya tidak ada kejujuran,
maka tetap saja dia hidup tanpa mahkota, bahkan mungkin justru dia bisa
menjadi manusia yang berbahaya dan membahayakan.
Dengan pendidikan karakter sejak dini, tentu saja akan mencegah
terjadinya degradasi moral bangsa. Marilah kita perbaiki bersama masalah ini.
Saya sebagai remaja merasa takut menatap Indonesia nanti.Tingkatkan budaya
moral, tanamkan rasa kecintaan kita terhadap negara kita agar terciptanya warga
negara yang tinggi akan moral !!!
Menurut saya, ada sedikit cara untuk mencegah terjadinya degradasi
moral yaitu:

Perlu adanya tindakan-tindakan untuk mengawasi tindak remaja di Indonesia


agar tidak terjerumus pada perilaku remaja yang akan menyebabkan degradasi
moral bangsa.
Perlunya penanaman nilai moral, pendidikan dan nilai religious pada usia dini.

Mungkin dengan sedikit pandangan saya terhadap degradasi moral ini


dapat menginsipirasikan teman-teman semua dan lebih meningkatkan nilai dan
rasa kecintaan terhadap negara kita. Tunjukan prestasi mu guys

Terimakasih....
Makalah Degradasi Akhlak dan Moral Generasi Muda

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Megahnya sebuah kerajaan tergantung kepada kehebatan dari pengurus dan keluarga
kerajaan. Jayanya suatu negara tergantung kepada pemimpin dan jiwa peran pemudanya.
Mustahil sekali kejayaan, kemegahan dan kemakmuran dicapai apabila perran pemuda tidak
bisa memberikan nilai kontribusi kepada negaranya. Kontribusi dimaksud adalah sejauhmana
kualitas moral dan intelektual generasi muda disumbangkan kepada eksistensi negaranya.
Sudah menjadi hukum alam yang tua akan digantikan yang muda, yang patah akan ditumbuhi
tunas baru untuk terus berkembang sehingga siklus perkembangan berjalan secara hukum
alam dan kodrati.
Generasi muda merupakan harapan untuk menggantikan mereka yang sudah tua. Sudah
sepantasnya generasi muda harus siap melanjutkan bahkan mengembangkan apa yang sudah
dilakukan oleh orang sebelumnya. Hal ini akan terus berjalan sesuai dengan perkembangan
zaman dan menjadi pengaruh besar dalam perkembangan sebuah bangsa dan negara kedepan.
Pada zaman dewasa ini, kita sebagai manusia telah banyak mengalami transisi menuju
dunia modernisasi dan zaman yang terbuka terhadap perkembangan dan kemajuan dunia.
Banyak hal yang memang harus kita perhatikan dari sudut yang berbeda untuk kemajuan
sebuah Negara, termasuk generasi muda Indonesia pada saat ini.
Remaja-remaja Indonesia pada saat ini sebagai generasi muda yang selanjutnya yang
akan meneruskan cita-cita sebuah bangsa, untuk memimpin dan mengatur sebuah Negara,
haruslah memiliki kepribadian yang baik, kecerdasan yang dilandasi dengan ilmu dan
wawasan yang luas, memiliki jiwa yang semangat, pikiran terbuka dan tujuan yang baik,
berbobot dan bermanfaat serta berguna untuk Kemajuan bangsa dan negara. Sayangnya,

generasi muda pada saat ini telah banyak terjerumus pada dunia modernisasi dan westernisasi
sehingga melupakan adab ketimuran yang kita miliki yang dikenal oleh Negara lain sebagai
Negara yang menjunjung tinggi moral dan adat kesopanan tapi fakta mengatakan lain.
Generasi muda saat ini mengalami krisis identitas dan korban dari gaya hidup hedonisme
barat. Semakin banyak gaya hidup dari luar negara yang masuk semakin tidak terkendali
generasi muda saat ini.
Jika dilihat dari latar belakang, generasi-generasi muda saat ini yang korban dari budaya
permisif yang tidak terikat dengan nilai dan norma bisa dipastikan diantaranya adalah
kurangnya perhatian, kepedulian dan kasih sayang dari keluarga, lingkungan yang tidak
mendukung, pola hidup yang terlalu bebas dan individualisme, teman sepergaulan yang
menyukai kehidupan bebas dan rapuhnya iman serta kepribadian.
Fakta yang diambil dari beberapa sumber, sebagian generasi muda Indonesia saat ini
sudah mengalami kerusakan akhlak, moral dan nilai-nilai norma adat sopan ketimuran yang
tidak digunakan lagi oleh kita sendiri sebagai bangsa Indonesia, menyedihkan sekali
mengetahui generasi muda saat ini.
Hilangnya moral generasi muda adalah suatu hal yang telah banyak disaksikan diseluruh
pelosok bumi nusantara, termasuk di Indonesia. Moral generasi muda yang telah hilang
termasuk dalam kenakalan remaja. Yaitu masalah yang telah mengancam masa depan
generasi muda ini. Para generasi muda yang seharusnya menjadi tumpuhan masa depan
bangsa tidak lagi dapat diharapkan. Tidak sedikit para generasi muda yang berada dijalan
yang salah. Bahkan mereka tidak sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri.
Dari penelitian yang telah dilakukan, dalam makalah ini akan membahas mengenai
fenomena sosial yang terkait dengan akhlak dan moral generasi muda era kini.

BAB II
A.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan fenomena sosial, akhlak dan moral pada generasi muda ?
Mengapa generasi muda saat ini mengalami kemrosotan akhlak dan moral ?
Apasajakah faktor yang menyebabkan generasi muda mengalami degradasi dalam akhlak dan

moral ?
4. Mengapa generasi muda saat ini mengalami kemrosotan akhlak dan moral ?

5. Bagaimanakah solusi yang diberikan untuk generasi muda saat ini untuk memperbaiki akhlak
dan moral yang telah rusak atau hilang ?

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Fenomena sosial adalah kondisi dimana manusia menganggap segala hal yang dialaminya
adalah sebuah kebenaran absolut. Padahal, hal itu sebenarnya adalah kebenaran semu yang
dibuat melalui simulasi simbol-simbol, kode-kode yang dicitrakan sedemikian dari sebuah
objek yang benar.
Dalam sebuah fenomena sosial terdapat banyak sekali permasalahan sosial yang terjadi
disekeliling kita. Segala sesuatu yang disebut sebagai masalah jika sesuatu sebagai gejala
bergerak atau berjalan diluar koridor yang semestinya. Maka masalah sosial, bisa kita sebut
sebagai gejala atau fenomena yang tidak semestinya pada masyarakat dan ia memiliki potensi
penderitaan pada masyarakat. Sebuah permisalan, fenomena yang terjadi disimpang-simpang
lampu lalu lintas, anak-anak hingga orang tua yang meminta sedekah adalah termasuk
masalah sosial. Selainnya, kita menemui masalah sosial lainnya, seperti pemakaian narkoba,
pencurian, perjudian, pergaulan bebas, adalah beberapa diantara banyak masalah sosial.
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.[1] Akhlak merupakan
bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku,
atau tabiat. Tiga pakar dibidang akhlak yaitu Ibu Miskawaih, Al Gazali dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau
hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan
sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan
pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang sehingga terkesan sebagai
keterpaksaan. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan
dari akhlak.[2]
Moral dalam bahasa latin yakni moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki
oleh manusia. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral

dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau
sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.
[3]
Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian
terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan atau
tingkah laku atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang
dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan
dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai
memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan
agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
Kata Generasi sebagaimana sering diungkapkan dengan istilah angkatan seperti
angkatan 66, angkatan 45 dan lain sebagainya. Pengertian generasi menurut Prof. Dr Sartono
Kartadiharjo ditinjau dari dimensi waktu, semua yang ada pada lokasi sosial itu dapat
dipandang sebagai generasi, sedangkan menurut August Comte (Pelopor sosiologi modern)
generasi adalah jangka waktu kehidupan sosial manusia yang didasarkan pada dorongan
keterkaitan pada pokok-pokok pikiran yang asas. Secara umum generasi muda diartikan
sebagai golongan manusia yang berusia muda.
B. Permasalahan Akhlak dan Moral Generasi Muda Era Kekinian
Masalah yang dihadapi generasi muda sebenarnya tidak terpisah dari masalah secara
umum yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, karena pada hakekatnya generasi muda
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat yang ditentukan oleh faktor dan
keadaan yang ada pada generasi muda itu sendiri serta kondisi masyarakat yang
bersangkutan.
Masa remaja pada generasi muda adalah masa dimana seseorang mulai bisa beridola,
yakni mulai bisa tertarik akan sesuatu yang telah ada didalam fikirannya. Sehingga kaum
muda terkadang lebih condong meniru tentang apa yang sedang trend atau sedang
mengglobal. Namun, terkadang hal yang ditiru kurang tepat karena bertentangan dengan
aturan kebiasaan yang dilakukan dengan aturan, kebiasaan yang dilakukan, adat istiadat, serta
aturan agama sehingga akan timbul kerusakan moral. Karena masa remaja ialah masa gimana
manusia menjadi labil. Oleh karena itulah kaum muda khususnya remaja ingin lebih
mengenal satu sama lain tak luputnya dengan caranya sendiri yakni dengan cara memperbaiki

diri meliputi penampilan dan sikapnya, khususnya tak luputnya dengan peran budaya. Tanpa
kecuali, budaya asing yang telah meracuni bangsa kita.
Begitu mudahnya budaya asing masuk tanpa adanya upaya pencegahan yang serius oleh
pemerintah mengakibatkan banyaknya budaya asing negatif yang masuk kenegara ini dan
jelas-jelas budaya ini tidak cocok dan cenderung merugikan karena telah merusak moral
generasi muda. Bagaimana tidak, sebagai contoh kebudayaan barat yang tak sesuai dengan
budaya kita telah banyak masuk ke Indonesia seperti berpakaian yang tak sewajarnya bahkan
kemudian trend tersebut diikuti oleh para entertainer Indonesia sehingga mempengaruhi gaya
trend kaum muda masa kini yang terlalu terpesona oleh dunia entertainer. Hal itu dapat
menjadikan perubahan negatif kaum muda, yakni :
a.

Rusaknya akhlak generasi muda Indonesia


Pada saat ini rata-rata disebabkan karena kurang pemahaman agama melihat dari hal tersebut,
sebaiknya kita harus sadar bahwa zaman sekarang ini sudah menjadi zaman yang jahiliyah.
Selain, itu sekarang banyak anak muda mempergunakan waktunya untuk hal-hal yang tidak
baik seperti zaman bermain game online, anak muda zaman sekline pada saat pulang sekolah,

pacaran, dan lain-lain.[4]


b. Tidak menyadari akan peran dirinya terhadap Agama dan Bangsa
Generasi muda merupakan harapan untuk menggantikan mereka yang sudah tua. Sudah
sepantasnya generasi muda harus siap melanjutkan bahkan mengembangkan apa yang sudah
dilakukan oleh orang sebelumnya. Keadaan seperti ini akan terus berjalan sesuai dengan
perkembangan zaman dan menjadi pengaruh besar dalam perkembangan sebuah bangsa dan
negara kedepan.
Banyak remaja yang lebih mengetahui dan paham dengan budaya seperti budaya eropa yang
sangat jauh berbeda dengan budaya timur. Misalkan saja dari cara berpakaian, cara bergaul
yanga kurang beradab.
Ada beberapa faktor kesimpulan yang dilandasi sebagai penyebab kemrosotannya
akhlak dan moral generasi muda terkini, yakni :
a.

Kemajuan teknologi
Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif tetapi tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negatif bagi kerusakan moral.
Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang berdampak sangat
berbahaya bila tidak digunakan oleh orang yang tepat. Misalnya, video porno, berbagai

jejaring sosial yang menguras waktu belajar kaum generasi muda.


b. Pudarnya keimanan
Sekuat apapun iman seseorang terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan
seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral. Jika

dibiarkan tentu akan membuat kesalahan semakin kronis dan akan menimbulkan kerusakan
moral.
c. Pengaruh lingkungan sekitar
Kronis lingkungan, layaknya lingkungan rumah, sekolah, dan sebagainya tentu akan
berdampak dalam pembentukan karakter moral itu sendiri.
Kita sering melihat dan sudah menjadi pemandangan umum, bahwa generasi muda zaman
sekarang sebagai tulang punggung negara sudah sangat memprihatinkan dan sudah tidak ada
lagi seperti akhlaknya umat Islam. Banyak pemuda Islam sudah tidak lagi memperdulikan
lagi pedoman hidup Islam, yaitu Quran dan Hadits sebagai obor yang bisa menerangi
kehidupan. Disana sini terjadi kerusakan moral dan akhlak, pemuda lebih suka hidup
dalam gemerlapnya dunia malam yang mengarah kepada pergaulan bebas tentunya yang
berujung kepada perzinahan.[5]
Banyak pemuda lebih mengetahui dan paham dengan budaya-budaya aneh seperti budaya
Eropa yang sangat jauh berbeda dengan budaya Timur (Islam). Misalkan saja dari cara
berpakaian yang sangat menyilaukan mata, cara bergaul yang sungguh tidak bermoral dan
beradab, cara berbicara yang tidak mengenai lawan bicara apakah itu yang tua atau yang
muda dan masih banyak budaya dan kebiasaan luar Indonesia yang kita ambil tapi
sesungguhnya merupakan kerugian besar bagi kita pribadi dan negara kita.
Fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi merupakan salah satu faktor yang merubah
kemuliaan dan perilaku generasi muda dewasa ini. Jaringan internet misalnya, merupakan
sebuah terobosan baru yang bisa menghubungkan antara mereka yang di Timur dengan
mereka yang di Barat atau di Selatan. Sehingga penyebaran informasi baik membangun
maupun yang merubuhkan akhlak akan berkontaminasi dengan kepribadian kita sebagai
orang timur ditambah dengan kurangnya nilai iman untuk menyaring arus perjanjian
informasi tersebut.
Beragam pula permasalahan lain yang dihadapi pada generasi muda maka beragam pula
faktor penyebabnya, antara lain :
a.

Kebutuhan akan figur teladan.


Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari keteladanan
orangtua mereka daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus yang tinggal hanya kata-kata

b.

indah.
Sikap apatis.
Sikap apatis merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang
bersamaan tidak ingin melibatkan diri didalamnya. Sikap apatis ini terwujud didalam

ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.


c. Kecemasan dan kurangnya harga diri.

Kata stress atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang
mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk pelarian yakni memburu kenikmatan
d.

lewat minuman keras, obat penenang, seks, dan lainnya.


Ketidakmampuan untuk terlibat.
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat
para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi
dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan

dengan uang.
e. Perasaan tidak berdaya.
Perasaaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya
hidup dan pola berfikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknoritis yang memaksa kita untuk pertama-tama berfikir tentang keselamatan
diri kita ditengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari jalan pintas, misalnya
f.

menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
Pemujaan akan pengalaman.
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minuman keras, obat-obatan dan
seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda
dewasa ini memberikan pandangan yang keliru tentang pengalaman.
Sudah banyak sekali kasus yang bisa kita saksikan melalui media massa bahwa generasi
muda sebagai motor dan tulang punggung negara ini sudah rusak moral (akhlak) dan
perilakunya. Budaya Islam sebagai budaya yang seharusnya dikembangkan dan dijadikan
sebagai ukuran atau filter penyaring dilupakan bahkan dilecehkan. Generasi muda sudah
kehilangan takaran iman yang bisa menepis pengaruh budaya luar yang merusak kepribadian
kita sebagai bangsa. Generasi muda kita banyak kehilangan arah dan tersesat dalam area yang
sangat berbahaya dan cenderung hanya menggunakan nafsu sebagai takarannya.[6]
Dari sebuah penelitian menunjukkan, kondisi remaja generasi muda Indonesia kita saat

a.

ini sungguh memprihatinkan. Faktanya :


12 Agustus 2005, Harian Radar Yogyakarta, memberitakan di Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), dari Januari sampai Juli terdapat 62% remaja yang dinikahkan
ternyata hamil sebelum menikah. Tepatnya, 74 calon pengantin perempuan yang akan

menikah, 46 diantaranya dalam kondisi hamil.[7]


b. Balai Pasar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Sosial (B2P3KS).
Departemen Sosial Republik Indonesia (Depsos RI) melakukan penelitian ilmiah. Penelitian
yang bertajuk Kehamilan yang tidak dikehendaki Pada Remaja Tahun 2007 ini dilakukan
disebuah kota di Pulau Jawa. Kalangan remaja usia 10-24 thn.[8]
c. Remaja yang tidak terdata status pendidikan 21,15%

d.

2002-2005 remaja yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki terbanyak adalah


mahasiswi 59,22%
Secara keseluruhan, remaja hamil diluar nikah terbesar terjadi pada tahun 2002 dengan 640
kasus. Kemudian tahun 2004 sebanyak 560 kasus dan tahun 2005 sebanyak 551 kasus.[9]
Baru-baru ini terdapat pula pemberitaan mengenai kelakuan menyimpang remaja,
remaja putri yang baru berusia 15 tahun sudah melakukan hubungan seks bebas, dan yang
lebih mencengangkannya remaja tersebut melakukan hubungan tersebut yang hanya layak
dilakukan oleh pasutri yang resmi tersebut, melakukannya dengan 4 teman prianya, parahnya
juga direkam oleh teman mereka sendiri via kamera telepon seluler. Efeknya dari peristiwa
tersebut bisa ditebak, sang remaja putri yang diketahui masih berstatus sebagai pelajar SMA
negri, langsung dicoret namanya dari sekolah tersebut dan keempat temannya berakhir
dibalik jeruji besi karena harus mempertanggung jawabkan atas perbuatan mereka.
Selain itu terdapat pula rincian masalah-masalah yang menyangkut generasi muda yakni[10]

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme dikalangan generasi


muda.
Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda
Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia.
Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan.
Masih banyaknya perkawinan-perkawinan dibawah umur.
Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental.
Pergaulan bebas.
Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika
Belum adanya peraturan perundang-undangan yang menyangkut generasi muda.

C. Solusi Untuk Permasalahan Generasi Muda


Para generasi muda hari ini harus berpegang teguh kepada keyakinan akan nilai-nilai
moralitas yang diajarkan agamanya masing-masing. Dalam Islam, ada disebutkan bagaimana
keteguhan sekelompok pemuda yang disebut ashbabul kahfi.[11] Allah Swt berfirman :
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman pada Tuhan mereka
dan kami tambahkan mereka petunjuk. ( Al-Kahfi:13)
Salah satu solusi yang perlu dilakukan sebagai salah satu bagian dari generasi muda yang
terpelajar yaitu jangan menyalah artikan mencoba hal yang baru. Karena salah satu faktor
yang menyebabkan terjadi di kalangan generasi muda adalah mencoba hal yang negatif.
Sebagai generasi muda, sudah seharusnya dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak.

Memperkuat pertahanan spiritual atau agama, karena agama merupakan pedoman diri
yang menunjukkan segala aspek. Akan tetapi peran masyarakat sebagai elemen pergaulan
generasi muda juga mempunyai andil yang lebih besar lagi, karena remaja tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat sekitarnya. Disamping itu, kondisi para generasi muda saat
ini masih tergolong labil, ada yang telah mampu menyaring pengaruh era globalisasi dengan
benar, namun ada juga yang belum mau atau terlalu cuek atau mengabaikan dalam
menanggapi perubahan zaman dengan bijak. Oleh karena itu, pemerintah pun berperan dan
dapat melakukan pengendalian terhadap media telekomunikasi dan informasi untuk
membantu para generasi muda menyaring pengaruh-pengaruh dari budaya barat.
Ada beberapa solusi untuk mengatasi masalah ini :
a.

Hindari salah dalam bergaul, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena
pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak. Karena kepribadian
manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila seseorang bergaul dilingkungan
yang baik, maka ia akan timbul kepribadian yang baik juga. Begitu juga sebaliknya, apabila
seseorang bergaul dilingkungan yang tidak baik, maka akan timbul kepribadian yang baik

b.

juga.
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam
mengenalkan pendidikan agama sejak kecil. Perhatian dari orangtua juga sangat penting,
karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk

c.

pada sikap anak.


Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh
buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan,
merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok pasif maupun aktif.
Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga

orang-orang disekelilingnya.
d. Mengingatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar dan beramal sholeh.
Dari semua hal dalam menyikapi upaya atau solusi yang ada dengan cara bijak,
kesadaran dari diri sendiri bagi setiap generasi mudalah yang paling utama. Adanya kemauan
dan keinginan dalam merubah pola pikir dan perilaku yang baik dan bijak menghadapi
tantangan era globalisasi melalui situs media sosial, telekomunikasi dan informasi. Peran dari
luar memang diperlukan akan tetapi dari diri perorangan mampu membuat perubahan dalam
membangun karakter, perbaikan akhlak dan moral generasi muda lebih efektif.
Diri dari setiap generasi muda diharapkan mampu memilah dengan baik dan
memahami benar pengaruh budaya barat akan dampak yang ditimbulkan. Salah satunya ialah
meningkatkan prestasi, mengikuti pendidikan dan seminar-seminar juga kajian-kajian.

Dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt, rajin beribadah, beramal shaleh, tentu
akan membuat kita terhindarkan dari perbuatan yang tidak berjalan dijalan Allah. Seperti
halnya dalam surat Al-Qalam :
Sesungguhnya Engkau (Muhammad) berada pada landasan akhlak yang agung, (Q.S AlQalam 68)
Sebagai manusia yang telah diberi akal dan fikiran oleh sang Maha Kuasa, maka kita
pergunakan dengan maksimal. Kita harus berfikir cerdas tentang bagaimana cara
menjalankan sesuatu hal agar dapat menimbulkan efek yang baik bagi kita. Terutama dalam
memilih hal yang kita sukai seperti halnya trend masa kini, idola dan lain sebagainya.
Pesan untuk para generasi muda saat ini dalam belajar atau menuntut ilmu lakukanlah
secara ikhlas, contohnya akhlak dari sahabat Rasulullah yaitu Ali bin Abi Thalib yang ria
melakukan semua demi mendapatkan satu ilmu dari Rasulullah Saw. Setiap apa yang ada
dibumi dan langit adalah ciptaan Allah mereka senantiasa bertasbih dan memujiNya maka
ambillah semua untuk hidupmu. Pastikan setiap ilmu apalagi ilmu agama yang didapat
asbabun wurudnya sampai kepada Rasulullah Swt.[12]

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2008. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Helmy, Masdar. 2012. Tuntunan Moral untuk Muslim. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Yayasan Islam Trengganu.1998. Krisis Akhlak dan Moral. Trengganu : Bahagian
Penyelidikan dan Penerbitan Yayasan Islam Trengganu.
Madon Zainal,dkk. 2004. Panduan Mengurus Remaja Modern. Surabaya: PTS Professional.
Latif,Jaafar Sidek. 2005. Membentuk Identiti Remaja. Surabaya: PTS Professional.
Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. 2012. Ensiklopedi Islam Lengkap.
Yogyakarta: Ghani Pressindo.
Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher.
Arifin Nur,Muhammad. 2004. Generasi Muda Bahagia. Bandung: Pustaka Setia.
Nur Hidayati, Mawardi. 2002. Remaja Modern. Bandung: Pustaka Setia.
Sartono Kartodirjo, Ahmad.1990. Pendekatan Generasi Muda terhadap Perubahan Zaman.
Jakarta: PT Gramedia.

Menanggulangi Degradasi Moral Remaja


Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan
manusia. Pola kehidupan pun semakin bergeser pada pola kehidupan yang semakin
universal. Suatu masalah yang sering kali muncul di masyarakat adalah seputar permasalahan
kenakalan remaja, pendidikan, dan pergaulan masyarakat yang kurang atau bahkan tidak baik
sehingga munculah istilah degradasi moral.
Degradasi dapat diartikan sebagai penurunan suatu kualitas. Degradasi moral remaja
dapat diartikan bahwa moral remaja pada saat ini terus menerus mengalami penurunan
kualitas atau degradasi dan tampak semakin tidak terkendali. Penurunan kualitas moral terjadi
dalam segala aspek mulai dari tutur kata, cara berpakaian hingga perilaku. Degradasi moral
remaja merupakan salah satu masalah sosial yang perlu mendapat perhatian baik dari orang
tua secara khusus serta masyarakat atau pemerintah pada umumnya terutama perhatian dalam
hal agama sehingga dapat menamengi pengaruh buruk globalisasi.

Faktor modernisasi dan globalisasi sangat berpengaruh pada degradasi moral remaja
pada saat ini. Globalisasi menuntut kesiapan mental dari masyarakat. Ketidak siapan mental
menimbulkan kelengahan akan bahaya globalisasi yang timbul . Bahaya tersebut secara tidak
sadar bukan dihindari tetapi diikuti oleh para remaja di masyarakat kita. Efek tersebut
misalnya seperti maraknya penyimpangan di berbagai norma kehidupan, baik agama maupun
sosial, yang terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku antisosial seperti tawuran, pencurian,
pembunuhan, penyalah gunaan narkoba, penganiayaan, pemerkosaan, serta perbuatan amoral
lainnya. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan
terhadap ajaran-ajaran agama Islam. Kenyataannya para remaja yang melakukan kejahatan
sebagian besar kurang memahami norma-norma agama, bahkan mungkin lalai menunaikan
kewajibannya terhadap Allah SWT.
Degradasi moral remaja secara nasional dapat dilihat dari pemberitaan media masa
seperti perilaku yang salah yang dilakukan oleh remaja di Bandar Lampung dan Samarinda:
Sebanyak 28,8 persen remaja di Bandar lampung melakukan seks bebas. Perilaku ini
membuat mereka berpotensi terserang human immunodeficiency virus (HIV) . Demikian
dikemukakan Dwi Hafsah Handayani, S.Psi. dalam semiloka Kesehatan Reproduksi Remaja
di Hotel Marcopolo.
Dari permasalahan permasalahan yang timbul seperti contoh di atas, akan muncul
pertanyaan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berlarut
larut?
Sebenarnya moral itu berkembang mulai dari bayi hingga akhir hayat, namun moral
akan menjadi baik apabila pada saat moral berkembang diiringi dengan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang akan membentuk karakter anak. Dalam pembentukan karakter
tersebut perlu ditanamkan moral yang meluhurkan peradaban, kemanusiaan serta prinsipprinsip moral dan ilmu pengetahuan. Dari sini dapat kita pahami bahwa pembentukan moral
seorang anak dimulai dari lingkungan atau masyarakat yang paling kecil yaitu rumah atau
keluarga.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Buqhori yang artinya:
Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yanhg sesuai dengan nalurinya),
sehingga lancar lidahnya, kedua orang tuanya-lah yang menjadikan dia beragama yahudi,
Nasrani, atau Majusi(HR. Buqhori).

Dari maksud hadits tersebut dapat diambil sebagai landasan bahwa keluaga-lah yang
dapat membekali anak-anaknya tentang nilai-nilai yang diperlukan. Nilai dan norma itulah
yang akan menjadi pegangan atau sebagai benteng rohaniah yang tangguh.
Pembiasaaan-pembiasaan yang ditanamkan anak sejak usia dini akan membentuk
karakter anak seiring usia perkembangannya. Pembiasaan ini dapat berupa pendidikan agama,
budaya, sopan santun, tanggung jawab dan lain-lain. Kebiasaan ini akan melekat dan menjadi
pondasi bagi kepribadian anak hingga dia dewasa. Dengan pondasi yang kuat, akan
membentuk kepribadian yang kuat. Dengan mental dan pribadi yang kuat maka dia dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
Berikut ini beberapa aspek yang dapat menanggulangi degradasi moral remaja.
1. Aspek pendidikan formal atau lingkungan sekolah. Pendidikan yang lebih menekankan
kepada bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif menjadi faktor
penting, karena melatih mental dan moral remaja menuju terbentuknya pribadi yang
memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial dalam yang berlaku dalam lingkungan remaja itu
sendiri berikut lingkungan sosialnya.
2. Aspek lingkungan keluarga, jelas memberi andil yang signifikan terhadap berkembangnya
pola perilaku menyimpang para remaja, karena proses penanaman nilai-nilai bermula dari
dinamika kehidupan dalam keluarga itu sendiri dan akan terus berlangsung sampai remaja
dapat menemukan identitas diri dan aktualisasi pribadinya secara utuh. Remaja akan
menentukan perilaku sosialnya seiring dengan maraknya perilaku remaja seusianya. Oleh
karenanya, peranan orang tua termasuk sanak keluarga lebih dominan di dalam mendidik,
membimbing, dan mengawasi serta memberikan perhatian lebih sedini mungkin terhadap
perkembangan perilaku remajanya.
3. Aspek lingkungan pergaulan seringkali menuntut dan memaksa remaja harus dapat
menerima pola perilaku yang dikembangkan remaja. Hal ini sebagai kompensasi pengakuan
keberadaan remaja dalam kelompok. Maka, perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang
kondusif, agar situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi
pengaruh dan nilai-nilai positif bagi aktifitas remaja dapat terwujud.
4. Aspek penegakan hukum atau sanksi. Ketegasan penerapan sanksi mungkin dapat menjadi
shock teraphy (terapi kejut) bagi remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang
menyimpang. Ini dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya.
5. Aspek sosial kemasyarakat. Terciptanya relasi-relasi sosial yang baik dan serasi di antara
warga masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya
kontak-kontak

sosial

yang

memperhatikan sekaligus

dinamis,

sehingga

muncul

sikap

saling

memahami,

mengawasi tindak perilaku warga terutama remaja di

lingkungannya. Hal ini tentu sangat mendukung terjalinnya hubungan dan aktifitas remaja
yang terkontrol.
6. Yang terahir tidak kalah pentingnya lagi adalah aspek keagamaan. Pembinaan agama bagi
remaja dalam menjalankan ibadah tau kewajiban beragama. Dalam upaya mewujudkan
generasi remaja yang penuh dengan kepatuhan terhadap syariat ajaran agama Islam, untuk
mencegah perilaku yang menyimpang salah satu diantaranya adalah solat. Firman Allah
SWT., dalam QS. Al-Ankabut [29]: 45 sebagai berikut:

- See more at: http://tabahkuwatno.blogspot.co.id/2014/12/menanggulangi-degradasi-moralremaja.html#sthash.4tw7cAYi.dpuf

Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang


Di masyarakat kita mengenal bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri atas
penyimpangan individual ( individual deviation ), penyimpangan kelompok ( group deviation
), dan penyimpangan gabungan dari keduanya ( mixture of both deviation ). Terkadang ada
pula yang menambahkan dengan penyimpangan primer ( primary deviation ) dan
penyimpangan sekunder ( secondary deviation ).
a. Penyimpangan Individual ( Individual Deviation )
Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan
menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya
mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan
dirinya. Contohnya seorang anak yang ingin menguasai warisan atau harta peninggalan orang
tuanya. Ia mengabaikan saudarasaudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma pembagian
warisan menurut adat masyarakat maupun menurut norma agama. Ia menjual semua
peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan diri sendiri.
Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar penyimpangannya dibedakan
atas pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat, dan munafik.
1) Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2) Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
3) Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
4) Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum
sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri,
penjambret, penodong, dan lain-lain.
5) Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat,
dan berlagak membela.
b. Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma
kelompoknya, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Penyimpangan
ini terjadi dalam subkebudayaan menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai,
sikap, dan tradisi sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat yang lebih luas. Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta
menyalahgunakan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman,
dan separatis. Mereka memiliki aturan-aturan sendiri yang harus dipatuhi oleh anggotanya.
c. Penyimpangan Campuran ( Mixture of Both Deviation )
Sebagian remaja yang putus sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran
yang frustasi (penyimpangan individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan
kehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang
akhirnya menempuh jalan pinta untuk hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang
terpilih karena kenekatan dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam 'organisasi rahasia'
(penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya
norma yang mereka buat bertentangan dengan norma yang berlaku umum di masyarakat.
Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang
memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan
tunduk kepada norma golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku.
Misalnya gank-gank anak nakal. Kelompok semacam itu dapat berkembang menjadi
semacam kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat
meresahkan masyarakat.
d. Penyimpangan Primer ( Primary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang, di mana hanya bersifat temporer atau
sementara dan tidak berulang-ulang. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih dapat
diterima oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang
tersebut dan di lain kesempatan tidak akan melakukannya lagi. Misalnya seorang siswa yang
terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda
pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan
bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.
e. Penyimpangan Sekunder ( Secondary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh seseorang secara terusmenerus, sehingga akibatnya
pun cukup parah serta mengganggu orang lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara
khas memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang yang
menyimpang. Masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu semacam
itu hidup bersama dalam masyarakat mereka. Misalnya seorang siswa yang sering tidak
masuk sekolah tanpa keterangan. Contoh lainnya adalah seseorang yang sering mabukmabukan baik di rumah, di pesta, maupun di tempat umum serta seseorang yang sering
melakukan pencurian, perampokan, dan tindak kriminal lainnya.

4. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang


a. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan
Suatu perbuatan anggota masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila memang
didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah semata-mata ciri
tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi
yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut. Singkatnya, penilaian
menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui
penyebabnya.

b. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa juga Ditolak


Perilaku menyimpang ada yang positif dan negatif. Positif, apabila penyimpangan
yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti penemuan baru oleh para ahli itu
kadangkadang bertentangan budaya masyarakat. Sedangkan penyimpangan negatif adalah
penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat, seperti perampokan, pembunuhan terhadap
etnis tertentu, dan menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun.
c. Penyimpangan Relatif dan Mutlak
Dalam masyarakat, tidak ada seorang pun yang masuk dalam kategori sepenuhnya
penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang benar-benar
menyimpang). Orang yang termasuk kedua kategori itu justru akan mengalami kesulitan
dalam kehidupannya.
d. Penyimpangan terhadap Budaya Nyata ataukah Budaya Ideal
Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok
masyarakat. Dalam kenyataan di masyarakat, banyak anggota masyarakat yang tidak patuh
terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Jadi antara budaya nyata dengan budaya ideal
selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam
kenyataan sehari-hari cenderung banyak dilanggar. Contohnya peraturan mengenai
penggunaan helm pada saat mengendarai sepeda motor. Banyak masyarakat yang melanggar
peraturan tersebut, di mana kita dapat melihat di jalan-jalan banyak orang mengendarai
sepeda motor tanpa memakai helm.
e. Terdapat Norma-Norma Penghindaran dalam Penyimpangan
Norma penghindaran ini muncul apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau
norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang. Apakah
norma penghindaran itu? Pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan
mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma
penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah
melembaga ( semi-institusionalized ).
f. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif (Menyesuaikan)
Tidak selamanya penyimpangan sosial menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat,
karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Perilaku apa
yang kita harapkan dari orang lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud
masyarakat seperti apa yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku
menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan
sosial. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu
yang lama. Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan
penduduk, perubahan teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional
mengharuskan banyak orang menerapkan norma-norma baru.

5. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang


Dalam masyarakat kita mengenal dua sifat perilaku menyimpang yaitu perilaku menyimpang
yang bersifat positif dan perilaku menyimpang yang bersifat negatif.
a. Penyimpangan yang Bersifat Positif
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan
aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap

sistem sosial. Atau dengan kata lain, penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang
ideal (didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan itu seolah-olah atau
tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku, padahal sebenarnya tidak. Seseorang
dikatakan menyimpang secara positif apabila dia berusaha merealisasikan suatu citacita,
namun masyarakat pada umumnya menolak atau tidak dapat menerima caranya. Akibatnya
orang tersebut akan menerima celaan dari masyarakat.
b. Penyimpangan yang Bersifat Negatif
Penyimpangan negatif adalah kecenderungan bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang
dipandang rendah dan akibatnya selalu buruk. Jenis tindakan seperti ini dianggap tercela
dalam masyarakat. Si pelaku bahkan bisa dikucilkan dari masyarakat. Bobot penyimpangan
negatif itu diukur menurut kaidah susila dan adat istiadat, sehingga sanksi yang diberikan
kepada pelanggarnya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan
santun. Contohnya pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.

6. Tipe-Tipe Perilaku Menyimpang


Menurut Robert M.Z. Lawang, perilaku menyimpang dapat digolongkan menjadi
empat tipe, yaitu tindakan kriminal atau kejahatan, penyimpangan seksual, penyimpangan
dalam bentuk pemakaian atau konsumsi secara berlebihan, serta penyimpangan dalam gaya
hidup ( lifestyle ).
a. Tindakan Kriminal atau Kejahatan
Tindakan kriminal merupakan suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok terhadap nilai dan norma atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku di masyarakat. Kita mengenal dua jenis kejahatan seperti yang tercantum dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu violent offenses dan property offenses .
b. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan oleh
masyarakat. Adapun beberapa jenis perilaku ini di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah.
2) Homoseksual, yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan sesama jenis. Homoseksual
dibedakan atas lesbian dan homoseks. Lesbian adalah sebutan bagi wanita yang melakukan
hubungan seksual dengan sesama wanita, sedangkan homoseks adalah sebutan bagi pria yang
melakukan hubungan seksual dengan sesama pria.
3) Kumpul kebo, yaitu hidup bersama seperti suami istri, namun tanpa ada ikatan
pernikahan.
4) Sadomasochist , yaitu pemuasan nafsu seksual dengan melakukan penyiksaan terhadap
pasangannya.
5) Paedophilia , yaitu memuaskan keinginan seksual yang dilampiaskan kepada anak kecil.
6) Sodomi, yaitu hubungan seksual yang dilakukan melalui anus atau dubur.
7) Gerontophilia , yaitu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang-orang lanjut usia.

BAB III

KESIMPULAN
Degradasi moral sudah tak dihiraukan lagi. Masih mending jika yang mengalami
degradasi mereka yang sudah dewasa. Sebab setidaknya usia produktif mereka akan segera
habis. telah banyak teori yang dikembangkan untuk menerangkan faktor penyebab perilaku
menyimpang. Misalnya, ada yang menyebutkan kawasan kumuh ( slum ) di kota besar
sebagai tempat persemaian deviasi dan ada juga yang mengatakan bahwa sosialisasi yang
buruk membuat orang berperilaku menyimpang. Selanjutnya ditemukan hubungan antara
'ekologi' kota dengan kejahatan, mabuk-mabukan, kenakalan remaja, dan bunuh diri. Untuk
lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan beberapa sebab atau proses terjadinya perilaku
menyimpang ditinjau dari faktor sosiologis.

SARAN
Di harapkan kepada seluruh masyarakat agar memahami norma dan nilai sosial yang
berlaku dalam masyarakat agar tidak terjadi hal-hal yang menyimpang dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, N. S., 1983. Degradation and Stabilisation of Polyolefins. Applied Science Publisher :
London
Billmeyer, F. W., 1970. Textbook Of Polymer Science. Second Edition. John Wiley & Sons,
Inc.: USA

Degradasai Moral Seorang Santri Akibat Kecanggihan Teknologi

Tahun demi tahun lanjut terus berganti dan berubah, otak


dan watak serta pikiran manusia kian terus berkembang, menggali potensi, memudahkan
sesuatu hal yang sulit, menginstankan suatu pekerjaan. Kemajuan teknologi kian terus

berkemabang pesat, khususnya teknologi dibidang Informasi, yang telah menggiring umat
manusia menjadi satu kesatuan, diantaranya yang sudah tak asing lagi bagi kita yakni , TV,
Hand Phone dan Internet. Inilah yang menyajikan kepada kita kekuatan daya imajinasi
teknologi komuikasi1 , yang memungkinkan tersebarnya informasi dalam kualitas yang
hampir sempurna dalam waktu yang sangat cepat. Itulah kenyataan yang kian terus kita
hadapi 1.Kecanggihan teknologi kian terus berkembang, namun bila seorang santri tidak dapat
mengejar dan menguasanya, bahkan buta dan tak mampu menangkap arah zaman, niscaya
kita akan menjadi sasaran Gombalisasi mereka yang menguasai teknologi, dan kita akan
dianggap gaptek2 Oleh sebab itu saat ini teknologi sangat bebas masuk di dunia pesantren,
yang memberikan peluang pada santri untuk mampu menggunakan teknologi masa kini, agar
tidak ketinggalan zaman atau Gaptek.Dismping memberi kemanfaatan yang luar biasa juga
membawa efek/dampak yang negatif bagi perkembangan santri di pesantren khususnya dan
semua remaja pada umumnya. Karena dengan kecanggihan teknologi apa saja santri di
pesantren bisa melihat dunia luar dengan bebas dan leluasa, meskipun dipesantren dikurung
tidak boleh keluar namun dengan kecanggihan teknologi inilah para santri meliahat dunia luar
dengan bebas. Sehingga apa-apa yang mereka lihat merupakan suatu hal yang asing dan
mengasyikkan sehingga rasa penasaran dan mengikuti tren zaman mulai muncul di dunia
pesantren.Semisal saja seorang santri dengan leluasa menggunakan Hp (handPhone) sebagai
alat komunikasi, namun sekarang Hp (HandPhone) itu memiliki berbagai fitur atau media
fasilitas yang lengkap. Sehingga pengguna alat komunikasi tersebut tidak hanya digunakan
sebagai komunikasi saja, namun juga bisa digunakan mengakses internet, atau menyimpan
dan memutar Video dan lain sebagainya. Di mulai dari sinilah pengaruh pengaruh dipesantren
mulai muncul, yag mulanya hanya mengetahui selembar kertas kuning dan kitab suci,
sekarang juga mengetahui beberapa media pornoaksi. [1]Muali dari sinilah Moral santri
mulai terpengaruhi, beberapa budaya budaya dunia luar masuk ke pesantren melalui alat
teknologi. Pergaulan-pergaulan bebas di dunia luar pun menjadi kiblat oleh seorang santri,
trend model remaja masa kini menjadi figur penampilan mereka. Dan akhirnya budayabudaya pesantren yang mulanya sangat unik kini menjadi nyentrik. Dimulai dari belajar
internet, santri mulai bisa nge-date atau chatting dengan berbagai kenalan di dunia non
pesantern khususya dengan lawan jenis. Dengan rasa penasaran tentang kecnggihan
tekonologi yang mampu membuka tabir dunia gelap, mak merekapun mencoba tuk
mengakses dari internet sutu hal yang kurag normatif. Dari sinilah sehingga moral santri
menjadi terpengaruh, fikiran-fikiran mereka tidak fokus dengan pelajaran dan pengajian,
fikiran mereka dihantui berbagai fikiran yang tidak normatif. Hura-hura dan berhubungan

ghoiru mukhrim yang diluar kewajaranpun ingin dilakukan hanya utnuk ingin melampiaskan
fikirannya. Maka tidak heran ketika ada santri yang melenceng dari kaidah-kaidah
kepesantrenan (al-Qowaidul maahid) maupun kaidah-kaidah normativisme. Dan seakanakan mereka pun kehilangan moralnya. Degredasi moral pada dunia pesantren itu dimulai
dari pengaruh kecangggihan teknologi dan pergaulan bebas seorang santri

3 (

Sehingga tak

heranlah nanti banyak santri yang gagal menjadi orang, banyak santri yang tidak disegani,
dan banyak santri yang menjadi penjudi dan sampah masyarakat. Naudzubiillah.Oleh sebab
itu untuk menghindari hal semacam itu, hendaknya pesantren lebih ketat untuk mengawasi
gerak gerik santri. Dan diharapkan untuk berlebihan menggunakan alat teknologi khususnya
Hp atau internet,pesantren bukanlah tempat kost yang bebas dari aturan namun pesntren
adlah duinia pendidikan yang mendidi moral dan mengarah pada pembentukan karakter. Alat
alt teknologi seharusnya dibatas untuk digunakan oleh santri, dan sebaikya santri tidak
boleh membawa dan menggunakan alat teknologi. Namun pesantern diharapkan untuk
menjadwal dalam menggunakan internet atau hp secara bersama-sama dengan control dan
pengawasan dihari-hari tertentu. Hal ini menaggulanginya penyalahgunaan kecanggihan
teknologi. Dan khirnya pun santri selamat dari pengaruh moral dunia luar serta santri tidak
gaptek/ketinggalan dalam menggunakan alat-alat teknologi.

Mari Bergandengan Tangan Guna Wujudkan Masa Depan Cemerlang Bagi Remaja

Diposting 16-Feb-2016 Oleh Admin Jatim


Remaja memiliki peran yang cukup signifikan terhadap maju atau tidaknya suatu bangsa.
Pasalnya, jika remaja bisa melewati masa remajanya dengan baik maka kesuksesan
nampaknya hanya tinggal mengikuti. Sebaliknya, jika remaja tidak melewati masa remajanya
dengan baik maka masa depan bangsa menjadi abu-abu.
Sekarang, kami ingin mencoba memberikan penjelasan yang lebih gamblang mengenai
fenomena yang terjadi di kalangan remaja. Pertama, pergaulan bebas remaja/seks bebas. Saat
ini seks bebas adalah salah satu masalah yang melanda remaja di indonesia. Hal ini terjadi
karena pergaulan bebas, pengaruh media, keadaan lingkungan masyarakat, tidak berpegang
teguh pada agama dan kurangnya perhatian orang tua. Remaja mudah terpengaruh dan
mengikuti hawa nafsu karena tidak di bentengin oleh iman yang kuat. Remaja di Indonesia
telah terbukti mulai melakukan hubungan seks pada usia muda.
Sebesar 46 persen remaja berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seksual. Data Sensus
Nasional bahkan menunjukkan 48-51 persen perempuan hamil adalah remaja. Sungguh

ironis melihat fenomena tersebut. Remaja yang harusnya fokus belajar dan menyiapkan masa
depannya dengan baik, mereka harus dengan terpaksa menerima kenyataan bahwa ada janin
yang kadang tidak mereka inginkan. Alhasil, banyak dari mereka yang putus sekolah bahkan
lebih parahnya lagi mereka nekat melakukan aborsi.
Fenomena pergaulan bebas ini juga turut menyumbang terjadinya pernikahan dini.
Berdasarkan data penelitian Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia tahun
2015, terungkap angka perkawinan dini di Indonesia peringkat kedua teratas di kawasan Asia
Tenggara. Sekitar 2 juta dari 7,3 perempuan Indonesia berusia di bawah 15 tahun sudah
menikah dan putus sekolah. Jumlah itu diperkirakan naik menjadi 3 juta orang pada 2030.
Banyak dari remaja berusia < 21 tahun memilih untuk menikah dengan berbagai alasan.
Padahal, masih banyak PR yang harus dikerjakan oleh remaja guna meraih sukses ke
depannya. Selain itu, banyak hal yang harus dipersiapkan menuju jenjang pernikahan, baik
dari sisi ekonomi, psikologi dan kesehatan reproduksi.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Surya Chandra Surapaty
menjelaskan dari sisi kesehatan. Dia mengatakan, leher rahim remaja perempuan masih
sensitif sehingga jika dipaksakan hamil, berisiko menimbulkan kanker leher rahim di
kemudian hari. Risiko kematian saat melahirkan juga besar pada usia muda. Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 menunjukkan, 48 orang dari 1.000 remaja putri
usia 15-19 tahun sudah melahirkan.
Lebih lanjut, Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Budi
Wahyuni, menjabarkan, dari kasus-kasus yang ia tangani, umumnya orangtua menganggap
anak bisa melanjutkan pendidikan setelah menikah dengan mengikuti Kejar Paket A, B, dan
C. Ia mengatakan, anak-anak yang menikah mengaku lelah karena dipaksa mengurus
keluarga.
Ketiga, saat ini juga sedang marak fenomena penyuka sesama jenis. Fenomena ini masih
menjadi kontroversi di Indonesia pasalnya bertentangan dengan agama, adat dan budaya yang
ada di negara ini. Berdasarkan data Tahun 2014, di kota Depok saja tercatat penyuka sesama
jenis sebanyak 4.932. Dan tahun 2015 meningkat menjadi 5.791 LSL (Lelaki Suka Lelaki).
Ini masih di satu kota, belum ditambah jumlah di kota lain. Sungguh sebuah fenomena yang
mencengangkan banyak pihak.
Ketiga fenomena diatas hanyalah sekelumit fenomena-fenomena yang terjadi di kalangan
remaja. Jika ditelisik apa, siapa dan mengapa hal-hal tersebut terjadi nampaknya tidak akan
ada ujungnya. Yang kita perlukan saat ini adalah kerjasama dan tekad yang kuat dari Orang
tua, pihak sekolah, instansi pemerintah dan seluruh pihak yang berkaitan untuk menjaga agar
para remaja terhindar dari hal-hal negatif sehingga mereka bisa melewati masa remajanya
dengan baik dan bisa mewujudkan masa depan yang cerah.
Adalah menjadi salah satu tugas BKKBN untuk peduli terhadap para remaja. Melalui
program Generasi Berencana (GenRe), BKKBN ingin mengajak para remaja untuk aktif

mengikuti kegiatan-kegiatan positif. Program GenRe merupakan program dari, oleh dan
untuk remaja. Melalui program GenRe, para remaja dibekali berbagai skill baik life skill
maupun social skill sehingga para remaja bisa menjadi orang sukses kedepannya, tutur Dr.
Sudibyo Alimoeso, MA saat live talkshow dengan radio Sonora Surabaya pada 9 Februari
2016.
Program GenRe diwujudkan salah satunya melalui kegiatan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja/Mahasiswa (PIK R/M). Disini, remaja akan banyak mendapatkan informasi dan
konseling secara gratis dari pendidik atau konselor sebaya yang notabene merupakan remaja
juga. Selain itu, para remaja yang aktif di PIK akan selalu dilibatkan di event-event baik
skala nasional atau internasional.Sehingga dengan banyak terlibatnya remaja di kegiatankegiatan positif, diharapkan remaja bisa terhindar dari pergaulan yang salah dan mereka bisa
jadi remaja tangguh yang bisa mempersiapkan masa depan dengan baik. Manfaat dari
program GenRe adalah agar remaja bisa melewati masa transisi dengan baik; bisa sekolah
setinggi mungkin; cari kerja secara kompetitif; bisa merencanakan pernikahan dengan baik
serta bisa jadi anggota masyarakat yang baik,tambah Sudibyo.
Menanggapi berbagai fenomena kenakalan remaja, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi
Jawa Timur, Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc, Dip.Com mengutarakan pendapatnya.
Menurutnya, pendampingan orang tua ke remaja harus lebih intensif. Kalau anak sudah
beranjak remaja jangan dimarahi, tapi didampingi sambil diberi nasihat tetang bahaya
berhubungan badan sebelum waktunya, ungkapnya saat menjadi narasumber talkshow radio
Sonora Surababaya pada 9 Februari 2016.
Senada dengan Kepala Perwakilan BKKBN Jatim, Elly Risman yang merupakan psikolog
pemerhati parenting ini juga mengungkapkan pandangannya berkenaan dengan maraknya
kasus pornografi yang sudah melanda anak-anak. Kehadiran gadget bisa menjadi ancaman
yang serius dalam menyebarluaskan arus pornografi. Oleh karena itu, orang tua memegang
peran penting agar anak tidak terpapar pornografi.
Sementara itu, Sudibyo memiliki pandangan dan masukan agar para remaja di daerah-daerah
terhindar dari hal-hal negatif. Banyakin ruang terbuka yang terang. Hal ini bisa
meminimalisir aktivias negatif remaja. Di taman terbuka para remaja bisa menyalurkan
aktivitas yang positif, ungkapnya.
Teruntuk semua orang tua, marilah kita intropeksi diri kita. Apakah kita sudah menjadi
sahabat bagi anak-anak kita? Ataukah malah gadget yang selalu jadi sahabat kita dan
akhirnya anak kita terabaikan dan mereka terjerumus kedalam hal-hal negatif? Mereka adalah
penerus bangsa, mereka butuh pendampingan agar mereka bisa menjadi generasi yang cerdas.
Kalau anak kita berhasil dan sukses di kemudian hari, kita juga nanti yang akan bangga.
Sebelum semuanya terlambat, mari bersama bergandengan tangan untuk mencegah arus
pergaulan bebas. Dan, berikan pemahaman-pemahaman positif mengenai hak dan kodrat
sebagai manusia secara normal yang sesuai dengan kaidah agama yang dianut dan tidak

menyimpang. Biarkan anak kita mewujudkan cita-citanya setinggi mungkin tanpa harus
memaksakan mereka untuk menikah dini.

Anda mungkin juga menyukai