Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA KLINIS

Memenuhi tugas matakuliah


Kebijakan Kesehatan Nasional
Yang dibina Ibu Lenni Saragih, S.KM.,M.Kes.

Oleh
Ilmiyatus Sadiyah
1401460046

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN MALANG

Juni 2015

1. Sebutkan konsep tentang SPMKK?


Dalam konsep SPMKK ada lima hal yang menjadi fokus kegiatan dan saling
menunjang antara lain :
1. Standar Operasional Prosedur
Komponen utama yang menjadi kunci dalam SPMKK adalah standar,
yang meliputi standar profesi, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan
pedoman-pedoman yang digunakan oleh perawat disarana pelayanan kesehatan.
Standar keperawatan bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi perawat dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar juga dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan, dapat meningkatkan motivasi
dan pendayagunaan staf, dapat digunakan untuk mengukur mutu pelayanan serta
melindungi masyarakat atau klien dari pelayanan yang tidak bermutu.
Standar

yang

ditetapkan

harus

memenuhi

kreteria

yaitu

spesifik(specific), terukur (measurable), tepat (appropriate), andal (reliable), tepa


t waktu (timely).(Donabedian, 1982).
2. Deskripsi pekerjaan atau uraian tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggungjawab yang
dijabarkan dalam suatu pekerjaan yang dapat menunjukan jenis dan spesifikasi
pekerjaan, sehingga dapat menunjukan perbedaan antara pekerjaan yang satu
dengan yang lainnya. Uraian tugas merupakan dasar utama untuk memahami
dengan tepat tugas dan tanggugjawab serta akuntabilitas setiap perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya.
a.
Dalam lingkup keperawatan uraian tugas meliputi :
1. Posisi struktural
Ketentuan dari posisi struktural ditetapkan oleh pemerintah ditentukan oleh
adanya jabatan sesuai dengan sistem yang ditentukan oleh organisasi,
dibuktikan dengan adanya Surat Keputusan (SK). Posisi struktural ini
ditentukan oleh masing-masing organisasi misal : kepala bangsal, koordinator
puskesmas, penanggungjawab puskesmas pembantu, ketua PPNI dan lain-lain
yang dikukuhkan dengan terbitnya SK pengangkatan.

2. Posisi klinis
Posisi klinis berhubungan dengan kompetensi, tanggungjawab dan kewenangan
yang sangat berhubungan pula dengan tingkat pendidikan. Misalnya : jabatan
fungsional pada jenjang perawat pelaksana, perawat penyelia SPK, D1, D2,
D3, D4, S1 atau tingkat profesi yang memiliki batas kewenangan masingmasing.
b.

Enam langkah untuk mengembangkan uraian tugas yaitu :


1. Identifikasi pekerjaan
2. Analisa pekerjaan
3. Analisa kegiatan setiap pekerjaan
4. Evaluasi fungsi melalui analisis kinerja dengan menggunakan penilaian
kinerja.
5. Analisis indikator kinerja untuk setiap kompetensi
6. Metode penilaian kinerja.

c.

Tujuh kriteria yang harus dipertimbangkan dalam uraian tugas sebagai


berikut :
1. Diskripsi pekerjaan harus terkini dan akurat untuk persyaratan fungsi dan
tugas yang diperlukan.
2. Posisi/jabatan klinis harus jelas berdasarkan ketentuan dan jenjang karir
3.

yang ditetapkan oleh organisasi.


Diskripsi pekerjaan menunjukan jenis dan spesifikasi pekerjaan,
bagaimana dan untuk apa pekerjaan tersebut berbeda satu dengan yang

lainnya.
4. Diskripsi pekerjaan harus lengkap dan tidak mendetail, sehingga dapat
mengembangkan fungsi dan tugas lebih luas.
5. Adanya rancangan standar yang digunakan pada semua pekerjaan bagi
masing-masing kategori.
6. Diskripsi pekerjaan harus realistis untuk aspek teknis dan sumber daya
manusia yang memungkinkan.
7. Diskripsi pekerjaan harus selalu direvisi sesuai dengan kondisi terkini.
3. Indikator kinerja
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil
asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya. Indikator klinis
adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi
kualitas asuhan pasien yang berdampak terhadap pelayanan.

a.

Tujuan :

1. Meningkatkan prestasi kerja staf sehingga mendorong peningkatan kinerja staf


2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil
kerja melalui prestasi pribadi.
3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya
tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan
dan staf.
b.

Karakteristik Indikator :

1. Sahih (valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur


aspek-aspek yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (reliable) artinya mampu menunjukkan hasil yang sama pada
saat yang berulangkali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Peka (sensitive) artinya cukup peka untuk mengukur sehingga memberikan
hasil yang sesuai.
4. Spesifik (specific) artinya memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas
dan tidak tumpang tindih.
5. Berhubungan (relevan) artinya sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur
dan kritikal. Contoh : pada unit bedah indikator yang di buat berhubungan
dengan pre operasi dan post operasi
6. Diskripsi pekerjaan harus realistis untuk aspek teknis dan sumber daya
manusia yang memungkinkan.
7. Diskripsi pekerjaan harus selalu direvisi sesuai dengan kondisi terkini.

4. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)


RDK adalah suatu metode merefleksikan pengalaman klinis perawat dalam
menerapkan standar dan uraian tugas. Pengalaman klinis yang direfleksikan
merupakan pengalaman aktual dan menarik baik hal-hal yang merupakan
keberhasilan maupun kegagalan dalam memberikan pelayanan keperawatan
termasuk untuk menemukan masalah dan menetapkan upaya penyelesaiannya.
Misal dengan adanya rencana untuk menyusun SOP baru.
a. Tujuan RDK

1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengembangkan profesionalisme.


Meningkatkan aktualisasi diri.
Meningkatkan motivasi untuk belajar.
Meningkatkan pemahaman terhadap standar.
Memacu untuk bekerja sesuai standar.

b. Persyaratan Pelaksanaan RDK


1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (supervisor) dan didukung
oleh atasan langsung yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk
melaksanakan RDK secara rutin, terencana dan terjadual dengan baik. Diatur
dalam SK dan Prosedur Tetap Pelaksanaan RDK.
2. Merupakan satu kelompok profesi
3. Kasus/issu yang menarik diambil dari pengalaman kinerja klinik
4. Ditunjuk satu orang sebagai penyaji kasus, satu orang sebagai fasilitator dan
beberapa orang sebagai peserta diskusi, posisi fasilitator, penyaji dan peserta
lain dalam diskusi setara/sejajar.
5. Persyaratan administratif : jadual, laporan kasus, lembar daftar hadir, lembar
notulen.
6. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman kinerja klinis yang
menarik dan memberikan motivasi pada peningkatan kinerja.
7. Waktu pelaksanaan tidak terlalu lama : singkat, padat dan terorganisir dengan
baik 1 jam.
8. Posisi duduk sebaiknya melingkar dan saling berhadapan sehingga bisa
berkomunikasi secara bebas.
9. Tidak boleh ada interupsi saat penyajian kasus, klarifikasi kasus disampaikan
secara bergantian.
10. Tidak diperkenankan ada dominasi dan memberikan kritik yang dapat
memojokan peserta lainnya.
11. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh tertumpu pada
catatan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam diskusi.
5. Monitoring dan kinerja keterampilan
Kegiatan monitoring meliputi pengumpulan data dan analisis terhadap
indikator kinerja yang telah disepakati yang dilaksanakan secara periodik untuk
memperoleh informasi sejauhmana kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Monitoring bermanfaat untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan
dan mempercepat pencapaian target. Hasil monitoring yang dilaksanakan
diinformasikan kepada staf dan dilaporkan kepada pimpinan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindaklanjut.
a.

Tujuan monitoring dan evaluasi

1.

Memperoleh informasi tentang kegiatan apakah telah dilaksanakan sesuai

2.
3.

dengan rencana dan memberikan umpan balik.


Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan.
Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dan tindaklanjut dalam

4.

pengembangan program.
Menentukan kompetensi pekerja dan meningkatkan kinerja dengan menilai

5.

dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai.


Menghargai pengembangan staf dan memotivasi kearah pencapaian kualitas

6.
7.
8.

yang tinggi.
Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
Memilih pegawai yang berkualitas untuk pertimbangan jenjang karir.
Mengidentifikasi ketidakpuasan terhadap sistem.

Sumber:
(Nalahudin,M.

2012.

Manajemen

Pelayanan

Keperawatan

di

Rumah

Sakit,file:///D:/semester 2 tugas/KKN/Dosen Nge Blog_ Sistem Pengembangan


Manajemn Kinerja Klinik (SPMKK).html)
(Darsana,
Wayan.2014.
Media
Keperawatan,

file:///D:/semester

%202%20tugas/KKN/MEDIA%20KEPERAWATAN_%20INDIKATOR
%20KINERJA%20KLINIS%20%28IKK%29.html)

2. Sebutkan standart tentang SPMKK?


a.

Ketentuan standar
1.

Harus ditulis dan dapat diterima untuk dilaksanakan oleh para pelaksana.

2.

Mengandung komponen struktur, proses, hasil.

3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sitem dalam


organisasi.
4.
b.
1.

Standar harus disyahkan atau disetujui oleh yang berwenang.

Komponen standar
Standar struktur atau standar input menjelaskan praturan, kebijakan tatanan
dalam organisasi, meliputi filosofi dan obyektif organisasi dan administrasi,
kebijakan dan peraturan, staffing dan pembinaan, deskripsi pekerjaan,
fasilitas dan peralatan.

2.

Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima
asuhan yang berfokus pada kinerja petugas secara profesional dalam tatanan

klinis meliputi fungsi, tanggungjawab, dan akontabilitas, manajemen kinerja


klinis, monitoring dan evaluasi kinerja klinis.
3.

Standar hasil adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasien.
Standar ini berfokus pada asuhan pasien yang prima meliputi kepuasan
pasien, keamanan pasien, kenyamanan pasien.

3. Sebutkan indikator kinerja dan evaluasi yang berhubungan


dengan kinerja klinis perawat dalam SPMKK?
Pengembangan dan manajemen kinerja pada dasarnya sebuah proses
dalam manajemen sumber daya manusia. Implikasi dari kata manajemen berarti
proses diawali dengan penetapan tujuan dan berakhir dengan evaluasi. Kata
klinis menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan berada pada tatanan
pelayanan klinis langsung untuk memberikan asuhan keperawatan. Secara garis
besar ada lima kegiatan utama yaitu:
a.

Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh seorang
perawat atau bidan dan disepakati oleh atasannya. Rumusan ini mencakup
kegiatan yang dituntut untuk memberikan kontribusi berupa hasil kerja (out
put).

b.

Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam
kurun waktu tertentu, termasuk penetapan standar prestasi dan tolok ukurnya.

c.

Melakukan

monitoring,

koreksi,

memfasilitasi

serta

memberikan

kesempatan untuk perbaikan.


d.

Menilai prestasi kerja (kinerja) perawat atau bidan tersebut dengan cara
membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah ditetapkan.

e.

Memberikan umpan balik kepada perawat atau bidan yang dinilai


berhubungan dengan seluruh hasil penilaian. Pada kesempatan tersebut atasan
dan staf mendiskusikan kelemahan dan cara perbaikannya.untuk meningkatkan
prestasi kerja berikutnya.

Sumber :
(Darsana,

Wayan.2014.

Media

Keperawatan,

file:///D:/semester

%202%20tugas/KKN/MEDIA%20KEPERAWATAN_%20INDIKATOR
%20KINERJA%20KLINIS%20%28IKK%29.html)

4. Keterkaitan konsep SPMKK dalam

upaya meningkatkan

kualitas pelayan keperawatan?


Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) bagi perawat di
rumah sakit dan Puskesmas, merupakan salah satu upaya yang telah dirintis dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dan bidan
dilapangan klinis. Sistem dan model yang dikembangkan dalam SPMKK adalah
sesuatu yang baru di Indonesia dan mempunyai daya ungkit yang cukup tinggi
untuk mendorong dalam meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas secara
profesional.
Dalam konsep SPMKK ada lima hal yang menjadi fokus kegiatan dan saling
menunjang antara lain : standar, deskripsi pekerjaan, indikator kinerja, refleksi
diskusi kasus, sistem monitoring dan pelatihan keterampilan manajerial. Tujuan
dari penyusunan pedoman dan instrumen penerapan SPMKK ini adalah untuk
memberikan gambaran yang jelas bagi pelatih dalam menerapkan SPMKK,
sehingga pengembangan dan kesinambungan SPMKK akan tetap dapat
dipertahankan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya.
Sumber :
Tidak ada sumber melainkan menganalisa sendiri.

5. Fungsi dari pada standart, indikator, dan evaluasi dalam kaitan


meningkatkan kualitas sistem pelayanan kesehatan di :
Komunitas
Fungsi Standar
1. Menetapkan norma dan memberikan kesempatan anggota komunitas dan
perorangan

mengetahui

diharapkan/diinginkan

bagaimana

karena

standar

tingkat
tertulis

pelayanan

yang

sehingga

dapat

dipublikasikan/diketahui secara luas.


2.

menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolak ukur


untuk memonitor kualitas kinerja.

3.

berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi
aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.

4.

meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya


dengan lebih baik;

5.

meningkatkan pemanfaatan anggota dan motivasi anggota.

6.

dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar
maupun post basic pelatihan dan pendidikan.

a.

Fungsi Indikator
Meningkatkan prestasi kerja anggota , baik secara individu maupun dalam

kelompok, setinggi-tingginya. Peningkatan prestasi kerja perorangan dan


pada akhirnya akan mendorong kinerja anggota.
b.

Merangsang dan menumbuhkan minat dalam pengembangan pribadi dengan


meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.

c.

Memberikan kesempatan kepada anggota komunitas untuk menyampaikan


perasaannya tentang pekerjaannya, sehingga jalur komunikasi dua arah antara
pimpinan dan anggota.

1.
2.
3.

Fungsi Evaluasi:
Mengidentifiaksi masalah yang ada
Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya
Mengukur pencapaian sasaran/target.

Rumah Sakit
Fungsi Standar
1.

Menetapkan norma dan memberikan kesempatan anggota komunitas dan


perorangan

mengetahui

diharapkan/diinginkan

bagaimana

karena

standar

tingkat
tertulis

pelayanan

yang

sehingga

dapat

dipublikasikan/diketahui secara luas.


2.

menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolak ukur


untuk memonitor kualitas kinerja.

3.

berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi
aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.

4.

meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya


dengan lebih baik;

5.

meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.

6.

dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar
maupun post basic pelatihan dan pendidikan.

Fungsi Indikator

a.

Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam


kelompok, setinggi-tingginya. Peningkatan prestasi kerja perorangan dan
pada akhirnya akan mendorong kinerja staf.

b.

Merangsang dan menumbuhkan minat dalam pengembangan pribadi dengan


meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.

c.

Memberikan kesempatan kepada anggota komunitas untuk menyampaikan


perasaannya tentang pekerjaannya, sehingga jalur komunikasi dua arah antara
pimpinan dan staf.

Fungsi Evaluasi:

1.

Mengidentifiaksi masalah keperawatan

2.

Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya

3.

Mengukur pencapaian sasaran/target.

4.

Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasien yang mendapat pelayanan.

Sumber :
(Darsana,

Wayan.2014.

Media

Keperawatan,

file:///D:/semester

%202%20tugas/KKN/MEDIA%20KEPERAWATAN_%20INDIKATOR
%20KINERJA%20KLINIS%20%28IKK%29.html)

6. Metode monitoring dan evaluasi dalam SPMKK?


1. Metode Mentoring
a.

Monitoring Rutin :
Kegiatan mengkompilasi informasi secara reguler berdasarkan sejumlah
indikator kunci. Jumlah indikator dalam batas minimum namun tetap
dapat memberikan informasi yang cukup bagi manajer untuk mengawasi
kemajuan/perkembangan. Monitoring rutin dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi penerapan program dengan atau tanpa perencanaan

b. Monitoring jangka Pendek :

Dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan biasanya diperuntukkan bagi


aktifitas yang spesifik. Seringkali bila aktifitas atau proses-proses baru
diterapkan, manajer ingin mengetahui, apakah sudah diterapkan sesuai
rencana dan apakah sesuai dengan keluaran yang diinginkan. Pada
umumnya

manajer memanfaatkan informasi ini untuk membuat

penyesuaian dalam tindakan yang baru. Sekali penerapan telah berjalan


baik maka indikator kunci dimasukkan kedalam monitoring rutin.
Monitoring jangka pendek diperlukan bila manajer menemukan suatu
masalah yang muncul berhubungan dengan input atau pelayanan.

Untuk merancang sistem monitoring rutin atau jangka pendek, beberapa hal perlu
dipertimbangkan:
(1) Memilih indikator kunci yang akan dipergunakan manajer;
(2) Hindari mengumpulkan data yang berlebihan agar tidak menjadi beban
staf.
(3) Berikan feedback pada waktu tertentu;
(4) Gunakan

format

laporan

yang

dapat

dengan

mudah

untuk

menginterpretasikan data dan tindakan.


2. Metode evaluasi
a. Catatan Anecdotal
Catatan Anecdotal adalah catatan individu berdasarkan peristiwa, kegiatan
klinik dan hasil serta masalah yang terjadi pada pegawai yang bersangkutan.
Setiap pegawai mempunyai catatan/buku anecdotal. Isu yang dicatat akan
dibahas antara manajer atau supervisor dengan pegawai/staf yang bersangkutan
dan ditandatangani oleh pegawai dan supervisor. Walaupun catatan anecdotal
memberi satu arti sistematis untuk pencatatan observasi, mereka tidak dapat
menjamin bahwa observasi akan dibuat sistematis atau khusus

terhadap

perilaku yang relevan diobservasi. Hal ini memerlukan pertimbangan waktu


pencatat observasi. Dokumen anecdotal disimpan oleh manajer, dan menulis
laporan rekapitulasi

serta mengirim laporan anecdotal kepada seksi

keperawatan dan kebidanan di rumah sakit / koordinator di Puskesmas.

b. Penilaian Diri Sendiri


Penilaian diri sendiri adalah metoda lain untuk evaluasi kinerja dan sedikit
digunakan dilapangan. Masalah penilaian diri sendiri bagi pelaksana sama
dengan penilaian supervisor dimana membutuhkan suatu pelatihan dalam
menilai diri sendiri. Mereka menjadi terbiasa untuk setiap posisi klinik.
Pertanyaan yang akan memfasilitasi penilaian diri sendiri adalah:

Pikirkan siapa yang lebih efektif untuk menilai?

Perilaku dan hasil apa yang dapat mendukung pilihan?

Pikirkan perilaku dan hasil yang membuat anda bicara dengan diri
anda

sendiri

Akankah

menjadi

lebih

baik

bila

setiap

orang

mengerjakannya ?
Kebiasaan apakah dari pekerjaan yang berkaitan dengan tugas

untuk dinilai?
Bagaimana perbedaan dari orang berpenampilan rata-rata dengan

orang yang sempurna?


c. Check List
Check List dapat mengkaji kategori kehadiran atau absen, atau karakteristik
yang diharapkan atau perilaku. Check list harus digunakan untuk variabel
nyata seperti inventaris perlengkapan. Metoda ini dapat pula digunakan untuk
evaluasi ketrampilan keperawatan atau kebidanan klinis dan disarankan untuk
mencatat perilaku esensial dalam keberhasilan kinerja.
d. Peer Review
Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi
dengan kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview
praktek sejawatnya dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah
self-regulation dan mendukung prinsip autonomi. Peer review terdiri dari
sejawat yang memeriksa tujuan asuhan langsung dari sejawatnya dengan
standar yang khusus, indicator kritis dari asuhan yang ditulis oleh sejawat.
Tujuan peer review adalh untuk mengukur akontabilitas, evaluasi dan
meningkatkan pemberian asuhan, identifikasi kekuatan dan kelemahan,
mengembangkan policy yang baru atau diubah.

Sumber :
( Monitoring Kinerja Klinis Perawat dan Bidan di Rumah Sakit dan Puskesmas,
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQF
jABahUKEwiNzoXIyJLGAhVBMbwKHV_RAX4&url=http%3A%2F
%2Fwww.kmpk.ugm.ac.id%2Fdata%2FSPMKK%2F6i-MONITORING
%2520dan%2520EVALUASI%2520KINERJA%2520KLINIS
%2520%28revFeb
%2703%29.doc&ei=XDl_VY2wFcHi8AXfoofwBw&usg=AFQjCNH6322ZG
N8BohDCWJn5H0kKGRaNYA&bvm=bv.95515949,d.dGc)

Anda mungkin juga menyukai