Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

SISTEM PENGEMBANGAN KINERJA KLINIK


Untuk memenuhi tugas matakuliah
Kebijakan Kesehatan Nasional
Dibimbing Ibu Lenni Saragih S.KM.,M.Kes.

Oleh:
Rizky Tiara Damayanti (1401460028)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN MALANG
Juni 2015

SPMKK
Pengertian SPMKK
SPMKK adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan disarana atau institusi pelayanan
kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2006)
Sumber:

Blog

dosen.

2014.

Pengertian

SPMKK

(http://dosenngeblog.blogspot.com/2012/03/sistem-pengembangan-manajemnkinerja.html), diakses pada tanggal 13 Juni 2015.


Konsep SPMKK
Dalam konsep SPMKK ada lima hal yang menjadi fokus kegiatan dan saling
menunjang antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

standar
deskripsi pekerjaan
indikator kinerja
refleksi diskusi kasus
sistem monitoring dan pelatihan keterampilan manajerial
Sumber:Konsep

SPMKK(http://nswayandarsana.blogspot.com/2014/02/indikator-kinerja-klinisikk.html), diakses pada tanggal 13 Juni 2015.


Standart SPMKK
Komponen utama yang menjadi kunci dalam SPMKK adalah standar, yang
meliputi standar profesi, Standar Operasioanal Prosedur (SOP), dan pedomanpedoman yang digunakan oleh perawat disarana pelayanan kesehatan. Standar
keperawatan bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi perawat dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar juga dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pekerjaan, dapat meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf, dapat
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan serta melindungi masyarakat atau klien
dari pelayanan yang tidak bermutu.

Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati
bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktik untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan (Reyers, 1983).
Standar yang ditetapkan harus memenuhi kreteria yaitu : spesifik (specific),
terukur (measurable), tepat (appropriate), andal (reliable), tepat waktu (timely).
(Donabedian, 1982)
a. Ketentuan standar
1. Harus ditulis dan dapat diterima untuk dilaksanakan oleh para pelaksana.
2. Mengandung komponen struktur, proses, hasil.
3. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sitem dalam organisasi.
4. Standar harus disyahkan atau disetujui oleh yang berwenang.
b.
1.

Komponen standar
Standar struktur atau standar input menjelaskan praturan, kebijakan tatanan dalam
organisasi, meliputi filosofi dan obyektif organisasi dan administrasi, kebijakan dan

2.

peraturan, staffing dan pembinaan, deskripsi pekerjaan, fasilitas dan peralatan.


Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi dan penerima asuhan
yang berfokus pada kinerja petugas secara profesional dalam tatanan klinis meliputi
fungsi, tanggungjawab, dan akontabilitas, manajemen kinerja klinis, monitoring dan

3.

evaluasi kinerja klinis.


Standar hasil adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan status pasien. Standar ini
berfokus pada asuhan pasien yang prima meliputi kepuasan pasien, keamanan
pasien, kenyamanan pasien.

c.
1.

Manfaat standar
Menetapkan norma dan memberikan kesempatan anggota masyarakat dan
perorangan mengetahui bagaimana tingkat pelayanan yang diharapkan/diinginkan

2.

karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.


menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolok ukur untuk

3.

memonitor kualitas kinerja.


berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan

4.

sesuai dengan kondisi lokal.


meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan

5.
6.

lebih baik;
meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.
dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun post
basic pelatihan dan pendidikan.

Sumber:

Standart

SPMKK

(http://dosenngeblog.blogspot.com/2012/03/sistem-

pengembangan-manajemn-kinerja.html), diakses pada tanggal 13 Juni 2015.


Indikator kinerja dan evaluasi yang berhubungan dengan kinerja klinis
perawat
Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu
pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil
asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya. Indikator klinis adalah
ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas
asuhan pasien yang berdampak terhadap pelayanan.
a. Tujuan :
1. Meningkatkan prestasi kerja staf sehingga mendorong peningkatan kinerja staf
2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja
melalui prestasi pribadi.
3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang
pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.
b. Karakteristik Indikator :
1. Sahih (valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspekaspek yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (reliable) artinya mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulangkali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Peka (sensitive) artinya cukup peka untuk mengukur sehingga memberikan hasil
yang sesuai.
4. Spesifik (specific) artinya memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan
tidak tumpang tindih.
5. Berhubungan (relevan) artinya sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan
kritikal. Contoh : pada unit bedah indikator yang di buat berhubungan dengan pre
operasi dan post operasi.
c. Klasifikasi indkator :
1. Indikator input : merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
aktivitas misalnya personil, alat, informasi, dana , peraturan.
2. Indikator proses : memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
3. Indikator out put : mengukur hasil meliputi cakupan, pengetahuan, sikap dan
perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator ini juga
disebut indikator effect.

4. Indikator out come : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact)
suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kasehatan
masyarakat/penduduk.
Keterkaitan konsep SPMKK dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan
Dalam menerapkan SPMKK diperlukan pelatihan ketrampilan manajerial
bagi setiap manajer lini pertama perawat dan bidan dalam mengelola kinerja staf.
Pada pelatihan tersebut ditekankan pada penguasaan komponen SPMKK. Komponen
dimaksud mencakup standar pelayanan, uraian tugas, indikator kinerja klinis, diskusi
refleksi kasus, dan monitoring.
a.

Standar Oprasional Prosedur


Standar Operasional Prosedur

adalah

pedoman

atau

acuan

untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi
pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan procedural
sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa yang
dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good
governance (Atmoko, Tjipto, 2005).
Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal,
karena SOP selain dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, juga
dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik di mata masyarakat berupa
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dengan
demikian SOP merupakan pedoman atau acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja
instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai dengan tata hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan
(Atmoko, Tjipto, 2005).
SOP merupakan tolok ukur dlm menilai mutu dan penampilan kinerja,
memberi arah dan bimbingan langsung dalam asuhan sehingga dapat digunakan
untuk menilai diri sendiri, inspeksi dan akreditasi. Berdasarkan fungsi tersebut, maka
ada persyaratan SOP yang harus dipenuhi yaitu: secara berkala harus direvisi sesuai
situasi, kondisi dan perkembangan IPTEK. Pada beberapa rumah sakit yang telah
menerapkan sistem informasi berbasis komputer, SOP ini telah dikembangkan
dengan sistem komputerisasi. Sehingga apabila pada pelaksanaan evaluasi seperti

assessment competencies (uji kompetensi lokal/uji kompetensi dengan standar rumah


sakit tertentu saja), maka dapat dievaluasi secara langsung performa klinik perawat
dan bidan. Nilai dari evaluasi penampilan klinik ini bisa diinput ke komputer dan
dibandingkan dengan SOP yang berlaku di rumah sakit tersebut, sehingga didapatkan
hasil apakah perawat tersebut memenuhi standar operasional yang berlaku di sana
atau perlu dilakukan pengulangan evaluasi kinerja (Hennessy, 2008).
b. Uraian tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggungjawab yang
dijabarkan dalam suatu pekerjaan yang dapat menunjukkan jenis dan spesifikasi
pekerjaan, sehingga dapat menunjukkan perbedaan antara set pekerjaan yang satu
dengan yang lainnya. Uraian tugas merupakan dasar utama untuk memahami dengan
tepat tugas dan tanggung jawab serta akuntabilitas setiap perawat dan bidan dalam
melaksanakan peran dan fungsinya.
Selama proses penerapan SPMKK, perawat dan bidan difasilitasi untuk
mengidentifikasi kembali seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Hasil
identifikasi masing-masing perawat dan bidan dibahas dalam kelompok untuk
menghasilkan uraian tugas sesuai dengan posisi pekerjaan dan standar yang telah
disepakati. Dengan melibatkan perawat dan bidan dalam proses perumusan
diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas terhadap uraian tugas dari
suatu pekerjaan dan akan member keyakinan dan dorongan untuk menilai tingkat
kemampuan diri (self evaluation) dan peningkatan motivasi kerja perawat dan bidan.
Uraian Tugas pekerjaan adalah pernyataan tertulis untuk setiap tingkat
jabatan dalam unit kerja yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab dan kualitas
yang dibutuhkan. Uraian tugas ini sangat bermanfaat untuk menyeleksi individu
yang berkualitas, menyediakan alat evaluasi, menentukan budget, penentuan fungsi
depertemen hingga klasifikasi fungsi depertemen. Untuk itu uraian tugas pun harus
mengikuti perkembangan IPTEK dan perkembangan kebijakan organisasi. Uraian
tugas perawat harus memperhitungkan segala aspek seperti beban kerja, waktu
efektif bekerja (FTE), tugas-tugas keperawatan, tugas-tugas non keperawatan,
jabatan termasuk predikat/kriteria perawat seperti PK I-V. Selanjutnya setelah semua
poin perhitungan itu dijabarkan, maka dapat dimasukkan data dari kriteria penilaian
untuk masing- masing personil perawat. Uraian tugas ini secara langsung dapat cepat
mendeteksi beban kerja perawat/ bidan. Bila terjadi tingginya beban kerja maka
dapat segera diantisipasi dengan pelimpahan tugas non keperawatan/kebidanan

kepada petugas lain (Pekarya, Administrasi), jika memungkinkan penambahan


jumlah petugas (Perawat, Administrasi, Pekarya), ataupun bila terdeteksi beban
masih rendah maka dilakukan pengarahan bimbingan kepada staf untuk melakukan
tugas-tugas keperawatan dan kebidanan
yang belum dilakukan (Hennessy, 2008).
c. Indikator kinerja
Indikator kinerja perawat dan bidan adalah variabel untuk mengukur prestasi
suatu pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil
asuhan keperawatan dan kebidanan kepada pasien dan proses pelayanannya disebut
indicator klinis. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien yang berdampak terhadap
pelayanan. Indikator klinis SPMKK ini diidentifikasi, dirumuskan, disepakati, dan
ditetapkan bersama diantara kelompok perawat dan bidan serta manajer linis pertama
keperawatan/kebidanan (first line manajer), untuk mengukur hasil kinerja klinis
perawat dan bidan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga variabel yang
akan dimonitor dan dievaluasi menjadi lebih jelas bagi kedua belah pihak.
Indikator kinerja klinis adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan
untuk melihat mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan ke arah yang lebih baik.
Indikator ini lebih menitik beratkan pada hasil akhir dari semua tindakan pelayanan
yang telah dilakukan oleh perawat dan bidan (outcome). Biasanya variabel ini
merupakan pelengkap yang harus ada dari uraian tugas serta SOP yang telah disusun.
Indikator kunci ini tidak secara langsung menjadi perhitungan poin dari sistem
remunerasi yang ada, namun lebih terkait erat dengan kualitas/ mutu rumah sakit
yang bersangkutan. Dengan adanya indikator kunci yang telah disepakati, maka itu
dapat mencerminkan mutu rumah sakit termasuk baik/ tidak. Sebagai contoh adalah
angka plebitis di rumah sakit:
pasien dengan pemberian infus yang terkena plebitis 100% =
Jumlah semua pasien yang menggunakan infus
X 100% = 30%
150 orang plebitis
500 org dgn infuse
Dari data tersebut, dapat dianalisis bahwa terdapat 30% yang menderita
plebitis, ini merupakan temuan untuk memacu rumah sakit mengevaluasi bagaimana

pelayanan tis keperawatan dan kebidanan yang dilaksanakan, apakah sesuai dengan
standar rumah sakit atau tidak. Selain itu juga dapat menjadi tujuan tambahan bagi
rumah sakit untuk menurunkan angka plebitis tersebut dengan berbagai upaya,
seperti perbaikan SDM keperawatan, mengkaji ulang kompetensi perawat dan bidan,
pelatihan tambahan dan lain sebagainya. Apapun yang menjadi tujuan rumah sakit
untuk ke arah kualitas yang lebih baik, akan berkorelasi langsung dengan perbaikan
kualitas dan performa inputnya dalam hal ini adalah perawat dan bidan (Hennessy,
d.

2008).
Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Diskusi refleksi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan pengalaman
klinis perawat dan bidan dalam menerapkan standar pelayanan dan uraian tugas.
Pengalaman klinis yang direfleksikan merupakan pengalaman aktual dan menarik
baik hal-hal yang merupakan keberhasilan maupun kegagalan dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan termasuk untuk menemukan masalah dan
menetapkan upaya penyelesaiannya misalnya dengan adanya rencana untuk
menyusun SOP baru DRK dilaksanakan secara terpisah antara profesi perawat
minimal satu bulan sekali selama 60 menit dengan tujuan untuk mengembangkan
profesionalisme, membangkitkan motivasi belajar, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, aktualisasi diri serta menerapkan teknik asertif dalam berdiskusi tanpa
menyalahkan dan memojokkan antar peserta diskusi. Tindak lanjut DRK ini dapat
berupa kegiatan penyusunan SOP-SOP baru sesuai dengan masalah yang ditemukan.
DRK adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan pengalaman
perawat dan bidan yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola
asuhan keperawatan dan kebidanan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang
mengacu pemahaman standar yang ditetapkan. DRK ini merupakan wahana untuk
masalah dengan mengacu pada standar keperawatan/kebidanan yang telah
ditetapkan. Selain itu, DRK ini pun dapat meningkatkan profesionalisme perawat
dan bidan. Meningkatkan aktualisasi diri perawat dan bidan, membangkitkan
motivasi belajar perawat dan bidan, belajar untuk menghargai kolega untuk lebih
sabar dan meningkatkan kerja

sama, memberikan kesempatan individu untuk

mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan serta memberikan masukan kepada


pimpinan sarana kesehatan untuk penambahan dan peningkatan SDM perawat dan

bidan (pelatihan,pendidikan berkelanjutan, magang, kalakarya), penyempurnaan


SOP dan bila memungkinkan, pengadaan alat (Hennessy 2008).
Sebagai gambaran pelaksanaan DRK adalah:
a) Memilih/Menetapkan kasus yang akan didiskusikan topik yang didiskusikan antara
1.

lain:
Pengalaman pribadi perawat/ bidan yang aktual dan menarik dalam menangani

kasus/pasien di lapangan baik di RS/Puskesmas.


2. Pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan/kebidanan dan isu strategis.
3. Pengalaman yang masih relevan untuk dibahas dan akan memberikan informasi
b)

berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan.


Menyusun jadwal kegiatan. Seperti contoh di bawah ini:
Tabel 2.1
Jadwal kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
Di Rumah Sakit Akbar
Tahun 2010
Topik
Pembahasan
Kekeliruan

Waktu

14 Jan
memberikan obat
Askep TB
16 Feb
Askep tipoid
14 Mar
Management terapi
15 Apr
cairan
Perawatan
luka
14 Mei
bakar
Sumber data: Sekunder
c) Pelaksanaan DRK minimal 60 menit sbb:
Pembukaan
: 5 menit
Penyajian
: 15 menit
Tanya Jawab
: 30 menit
Penutup/rangkuman : 10 menit
d) Membuat laporan hasil DRK.
e.

Penyajian

Moderator

Nhira

Lisna

Irma
Chieka

Syamsi
Lovato

Nairha

Odes

Syamsul

Tia

Ket.

Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis dari
penerapan suatu program termasuk mengecek secara regular untuk melihat apakah
kegiatan/program itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah yang dilihat/ditemui
dapat diatasi (WHO). Kegiatan monitoring meliputi pengumpulan data dan analisis
terhadap indikator kinerja yang telah disepakati yang dilaksanakan secara periodik
untuk memperoleh informasi sejauhmana kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Monitoring bermanfaat untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan dan


mempercepat pencapaian target. Monitoring perlu direncanakan dan disepakati
antara pimpinan, supervisor terpilih dan pelaksana.
Monitoring dilakukan terhadap indikator yang telah ditetapkan guna
mengetahui penyimpangan kinerja atau prestasi yang dicapai, dengan demikian
setiap perawat/bidan akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri. Hasil monitoring
yang dilaksanakan oleh supervisor diinformasikan kepada staf. Bila terjadi
penyimpangan, supervisor bersama pelaksana mendiskusikan masalah tersebut dan
hasilnya dilaporkan kepada pimpinan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dan tindak lanjut.
Sumber:Keterkaitan SPMKK dengan kinerja Keperawatan (http://chieka-nhiranairha.blogspot.com/2012/01/qu-ingin-hidup-seribu-tahun-lagi-faktor.html), diakses
pada tanggal 14 Juni 2015.
Upaya SPMKK dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
RDK adalah suatu metode merefleksikan pengalaman klinis perawat dalam
menerapkan standar dan uraian tugas. Pengalaman klinis yang direfleksikan
merupakan pengalaman aktual dan menarik baik hal-hal yang merupakan
keberhasilan maupun kegagalan dalam memberikan pelayanan keperawatan
termasuk untuk menemukan masalah dan menetapkan upaya penyelesaiannya. Misal
dengan adanya rencana untuk menyusun SOP baru.
a. Tujuan RDK
1. Untuk mengembangkan profesionalisme.
2. Meningkatkan aktualisasi diri.
3. Meningkatkan motivasi untuk belajar.
4. Meningkatkan pemahaman terhadap standar.
5. Memacu untuk bekerja sesuai standar.
b. Persyaratan Pelaksanaan RDK
1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (supervisor) dan
didukung oleh atasan langsung yang mendorong serta mewajibkan
anggotanya untuk melaksanakan RDK secara rutin, terencana dan
terjadual dengan baik. Diatur dalam SK dan Prosedur Tetap Pelaksanaan
RDK.
2. Merupakan satu kelompok profesi.

3. Kasus/issu yang menarik diambil dari pengalaman kinerja klinik.


4. Ditunjuk satu orang sebagai penyaji kasus, satu orang sebagai fasilitator
dan beberapa orang sebagai peserta diskusi, posisi fasilitator, penyaji dan
peserta lain dalam diskusi setara/sejajar.
5. Persyaratan administratif : jadual, laporan kasus, lembar daftar hadir,
lembar notulen.
6. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman kinerja klinis
yang menarik dan memberikan motivasi pada peningkatan kinerja.
7. Waktu pelaksanaan tidak terlalu lama : singkat, padat dan terorganisir
dengan baik 1 jam.
8. Posisi duduk sebaiknya melingkar dan saling berhadapan sehingga bisa
berkomunikasi secara bebas.
9. Tidak boleh ada interupsi saat penyajian kasus, klarifikasi kasus
disampaikan secara bergantian.
10. Tidak diperkenankan ada dominasi dan memberikan kritik yang dapat
memojokan peserta lainnya.
11. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh tertumpu
pada catatan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam diskusi.

Fungsi daripada standart, indikator, evaluasi yang berkaitan meningkatkan


kualitas :
1. Komunitas
Secara tidak langsung standart, indikator, dan evaluasi sangat berkaitan dengan
kualitas sistem pelayanan kesehatan baik pada komunitas dan rumahsakit/
puskesmas karena jelas sekali tujuanya utuk meningkatkan mutu asuhan yang
diharpak yang diharapkan dapat meningkatkan kepuasaan pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan
Sumber: Pusdiklat, Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

2013,www.sledeshare.net/pjj_kemenkes/sistem-pembinaan-manajemen-

kinerja-klinis-perawat.diakses pada 14 Juni 2015


2. Rumah sakit

1. Untuk membentuk Tim Penerapan SPMKK Rumah


Sakit yang profesional
2. Memberikan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan
dilapangan klinik.
Sumber:

Anonim.

2003.

PENGEMBANGAN

LANGKAH-LANGKAH
MANAJEMEN

PENERAPAN
KINERJA

SISTEM
KLINIS

(pkko.fik.ui.ac.id/files/materi.rtf), diakses pada 14 Juni 2015.


Metode monitoring dan evaluasi dalam SPMKK
Kegiatan monitoring meliputi pengumpulan data dan analisis terhadap
indikator kinerja yang telah disepakati yang dilaksanakan secara periodik untuk
memperoleh informasi sejauhmana kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Monitoring bermanfaat untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan
dan mempercepat pencapaian target. Hasil monitoring yang dilaksanakan
diinformasikan kepada staf dan dilaporkan kepada pimpinan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindaklanjut.
a. Tujuan monitoring dan evaluasi
1. Memperoleh informasi tentang kegiatan apakah telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan memberikan umpan balik.
2. Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan.
3. Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dan tindaklanjut dalam
pengembangan program.
4. Menentukan kompetensi pekerja dan meningkatkan kinerja dengan
menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai.
5. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi kearah pencapaian
kualitas yang tinggi.
6. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
7. Memilih pegawai yang berkualitas untuk pertimbangan jenjang karir.
8. Mengidentifikasi ketidakpuasan terhadap sistem.
b. Manfaat monitoring dan evaluasi
1. Mengidentifiaksi masalah keperawatan.
2. Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya.
3. Mengukur pencapaian sasaran/target.
4. Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasien yang mendapat
pelayanan.
c. Prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi

1. Libatkan staf dalam perencanaan dan implementasi, diskusikan dengan


staf untuk memberikan kesempatan mengerti konsep, ide-ide dan
keuntungan sehingga evaluasi menjadi berguna.
2. Bentuk tim monev yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan monev.
3. Pastikan ada kesepakatan pelaksanaan evaluasi.
4. Siapkan sumber-sumber pengambilan data dan analisa, jika
memungkinkan melibatkan pendapat ahli.
5. Mendorong evaluator untuk melaporkan kemajuan.
6. Dokumentasikan seluruh proses monev, jika ditemukan ketidaksesuaian
dengan standar berikan peluang untuk langkah-langkah perbaikan.
7. Hasil temuan bukan kesalahan tetapi merupakan awal proses perubahan
ke arah perbaikan.
Sumber

Metode

monitoring

dan

evaluasi

dalam

SPMKK.

(http://dosenngeblog.blogspot.com/2012/03/sistem-pengembangan-manajemnkinerja.html), diakses pada tanggal 13 Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai