A. Definisi Kinerja
Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu
organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu (Pabundu, 2006). Sedangkan Mangkunegara (2009) Kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut
Prawirosentono, kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang
dapa dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing–masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika
(Usman,2011).
B. Kinerja Perawat
Kinerja keperawatan atau praktik keperawatan menggambarkan aktivitas yang diberikan
kepada klien melalui pelaksanaan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan layanan
kesehatan sesuai dengan tugas dan wewenang perawat dengan memenuhi ketentuan kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operational (UU No. 36 tahun 2009). Kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya dari
perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang mudah diamati atau dinilai. Kinerja
keperawatan mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan
keperawatan (Ilyas, 2002).
Kinerja keperawatan didasarkan atas pedoman dan standar yang menjadi acuan dalam
pelayanan keperawatan. Kinerja keperawatan diukur berdasarkan hasil pencapaian
pelaksanaan standar kinerja dalam pelayanan keperawatan. Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) pada tahun 2010 telah mensahkan standar profesi keperawatan sebagaimana
tercantum dalam pasal 24 ayat (2) UU No 36 tahun 2009 yang terdiri dari standar kompetensi
dan standar praktik keperawatan. Standar praktik merupakan komitmen perawat dalam
melindungi masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktik
keperawatan meliputi standar asuhan dan standar kinerja profesional yang dipakai sebagai
evaluasi dalam menilai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat meliputi (1) standar
I jaminan mutu, (2) standar II pendidikan, (3) standar III penilaian kinerja, (4) standar IV
kesejawatan, (5) standar V etik, (6) standar VI kolaborasi, (7) standar VII riset dan (8) standar
XIII pemanfaatan sumber. Standar praktik profesional meliputi (1) standar pengkajian, (2)
standar II Diagnosa Keperawatan, (30 standar III Perencanaan, (4) standar IV Pelaksanaan
tindakan (Implementasi), (5) standar V Evaluasi.
C. Prinsip-Prinsip Penilaian
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer
sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu:
1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah
laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, 1986 dikutip Gillies , 1996). Karena diskripsi
kerja dan sstandar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama masa orientasi sebagai
tujuan yang harus diusahakan, pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan
sasaran-sasaran yang sama.
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representatiif sebaiknya diamati dalam rangka
evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian haarus diberikan untuk mengevaluasi tingkah
laku konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan kerja, dan bentuk
evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga baik perawat
maupun supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang sama.
4. Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya menunjukan
segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa memuaskan dan perbaikan apa yang
diperlukan. Supervisor sebaknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingah
laku yang memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat menjelaskan dasar-
dasar komentar yang bersifat evaluative.
5. Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan
seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6. Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat dan manajer,
diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi keduanya.
7. Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun denga terencana sehingga
perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson, 1985).
Seorang pegawai dapat bertahan dari kecamatan seorang manajer yang menunjukan
pertimbangan atas perasaanya serta menawarkan bantuan untuk menigkatkan pelaksanaan
kerjanya.
E. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja harus berpedoman
pada ukuran–ukuran yang telah disepakati bersama dalam standar kerja (Usman, 2011).
Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat sesuai dengan standar
praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu
cara untuk menjaminn tercapainya standar praktek keperawatan. Penilaian kinerja merupakan
alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya
manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam
mengarahkan perilaku pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas
dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja
untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta
memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2008).
Proses penilaian kinerja dengan langkah–langkah sebagai berikut: mereview standar kerja,
melakukan analisis jabatan, mengembangkan instrument penilaian, memilih penilai, melatih
penilai, mengukur kinerja, membandingkan kinerja aktual dengan standar, mengkaji hasil
penilaian, memberikan hasil penilaian, mengaitkan imbalan dengan kinerja, membuat
rencana–rencana pengembangan dengan menyepakati sasaran– sasaran dan standar–standar
kinerja masa depan (Usman, 2011).
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi atau tingkat
keberhasilan atau kegagalan seorang pekerja/karyawan atau tim kerja dalam melaksanakan
tugas/jabatan yang menjadi tanggung jawabnya. (Nawawi, 2006) Sedangkan menurut
Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja yaitu:
a. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan memberikan
kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka
pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.
b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara keseluruhannya.
c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya
dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.
d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf
yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan
tampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.
e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan
gajinya atau sistem imbalan yang baik.
f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya
tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog,
sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Menurut Lumbanraja dan Nizma, (2010), metode penilaian prestasi dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu:
1. Metode yang berorientasi pada masa lalu
a) Rating Scale: Pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi (kuantitatif dan
kualitatif) yang sudah baku.
b) Checklist: Metode ini memerlukan penilaian untuk menyeleksi pernyataan yang
menjelaskan karakteristik karyawan.
c) Critical Incident Method: pengukuran dilakukan berdasarkan catatan aktivitas
seorang karyawan dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam perilaku
positif dan negatif.
d) Field Review Method: Pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau lapangan.
e) Performance Test and Observation: Penilaian prestasi kerja dapat dilaksanakan
didasarkan pada suatu test keahlian.
f) Comparative Evaluation Approach: Pengukuran dilakukan dengan membandingkan
prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain.
2. Metode yang berorientasi pada masa depan
a) Self appraisal: Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi diri adalah untuk
melanjutkan pengembangan diri.
b) Psycological appraisal: penilaian ini biasanya dilakukan oleh seorang psikolog,
terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan.
c) Management By Objectives: Pengukuran ber-dasarkan pada tujuan2 pekerjaan yang
terukur dan disepakati bersama antara karyawan dan atasan-nya.
d) Assesment Center: bentuk penilaian yang di standarisasi, tergantung pada tipe
berbagai penilai.