Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Data subjekif
a. Adanya gangguan rasa nyaman/nyeri : lokasi, lama, beratnya, aktor pencetus.
b. Pada gastrointestinal : nausea, vomiting, anorexia, eruction, tidak toleransi pada
makanan berlemak, perubahan warna urine dan faeces.
c. Riwayat demam dan menggigil, serangan jaundice.
d. Masalah pengetahuan tentang pengobatan dan harapan akan pengobatan.
2. Data objektif
a. Tanda vital : TD, nadi, pernapasan dan suhu meningkat.
b. Status cairan : BB, turgor kulit, mukosa membran lembab, intake dan out put.
c. Adanya jaundice.
d. Distensi abdomen, tendernes pada kuadran kanan atas.
e. Wajah menahan nyeri, perilaku berhati-hati dan gelisah.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.
2. Nyeri b/d agen cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,
iskemia jaringan/nekrosis.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual/muntah dyspepsia dan
gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.
III. Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kekurangan volume cairan Pasien akan 1. Kaji membran mukosa / kulit, nadi 1. Memberikan informasi
tubuh b/d Nausea, vomiting, mempertahankan perifer dan pengisian kapiler. tentang status cairan / volume
penurunan intake,demam. keseimbangan cairan yang 2. Awasi tanda / gejala peningkatan / sirkulasi dan kebutuhan
adekuat selama perawatan. berlanjutnya mual muntah, keram penggantian.
mukosa mulut lembab, abdomen,kelemahan kejang, kejang 2. Muntah berkepanjangan,
turgor kulit normal dan ringan, kecepatan jantung tak teratur, aspirasi gaster dan
TTV dalam batas normal. parestesia, hipoaktif/ tak adanya bising pembatasan pemasukan oral
Pasien tidak usus, depresi pernapasan. dapat menimbul-kan defisit
menunjukkkan gejala mual 3. Hindarkan lingkungan yang berbau. natrium, kalium dan klorida.
muntah. 4. Lakukan kebersihan oral dengan 3. Menurunkan rangsangan
pencuci mulut pada pusat muntah.
5. Kaji pendarahan yang tak 4. Menurunkan kekeringan
biasanya.Contoh : pendarahan terus- membran mukosa, menu-
menerus pada sisi injeksi, mimisan, runkan resiko pendara-han
pendarahan gusi, ekimosis, petekkie, oral.
hematemesis / melemah. 5. Protrombin menurun dan
Kolaborasi waktu koagulasi memanjang
1. Masukkan selang NG, hubungkan ke bila aliran empedu terhambat,
penghisap dan pertahankan potensi meningkatkan resiko
sesuai indikasi. pendarahan/ hemonagi.
2. Berikan anti emetik, contoh : Kolaborasi
proglorperazin (compazine). 1. Memberikan istirahat pada
3. Kaji ulang pemeriksaan laboratorium. traksus GI.
Contoh : Ht/Hb, elektrolit; GDA (pH); 2. Menurunkan mual dan
waktu pembekuan. mencegah muntah.
4. Berikan cairan IV, elektrolit dan vitamin 3. Membantu dalam eva-luasi
K. volume sirkulasi,
mengidentifikasi defisit dan
mempengaruhi pilihan
intervensi atau
penggantian/koreksi.
4. Mempertahankan volume
sirkulasi dan memperbaiki
ketidak-seimbangan.
Nyeri akut b/d agen cedera Pasien akan menunjukkan 1. Observasi dan catat lokasi, beratnya 1. Membantu membedakan
biologis : obstruksi/spasemen perasaan nyaman selama (skala 0 – 10) dan karakter nyeri penybab nyeri dan
duktus, proses inflamasi, perawatan. (menetap, hilang timbul, kolik). memberikan informasi
iskemia jaringan/nekrosis. pasien akan menunjukkan 2. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien tentang kemajuan/perbai-kan
perasaan nyaman dan melakukan posisi yang nyaman. penyakit, dan terjadinya
perilaku nyeri hilang. 3. Gunakan sprei halus/katun ; cairan komplikasi.
kalamin ; minyak mandi (Alpha keri), 2. Tirah baring pada posisi
kompres dingin sesuai indikasi. fowler rendah menurunkan
4. Dorong menggunakan tekhaik relaksasi, tekanan intraabdomen ;
contoh bimbingan imajinasi, vasualisasi, namun pasien akan
latihan nafas dalam. melakukan posisi yang
Kolaborasi menghilang-kan nyeri secara
1. Pertahankan status puasa, alamiah.
masukan/pertahankan penghisapan NG 3. Menurunkan iritasi/kulit
sesuai indikasi. kering dan sensasi gatal.
2. Berikan obat sesuai indikasi: 4. Menigkatkan isirahat,
 Antikolinergik, contoh : atropin, memusatkan kembali
propantelin (pro-Banthine). perhatian, dapat meningkatan
 Sedatif, contoh fenobarbital. koping.
 Narkotik, contoh : meperidine Kolaborasi
hidroklorida (Demerol), morfin sulfat 1. Membuang secret gastes
yang merangsang
pengeluaran kolesistokinin
dan kontraksi kandung
empedu.
 Menghilangkan refleks
spasme/kontraksi otot
halus dan membantu
dalam manajemen nyeri.
 Meningkatkan istirahat
dan merilekskan otot
halus, menghilangkan
nyeri.
 Memberikan penurunan
nyeri hebat.

Perubahan nutrisi kurang dari Pasien akan pertahankan 1. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, 1. Tanda-tanda non-verbal
kebutuhan tubuh b/d pola nutrisi yang adekuat mendadak bergerak. ketidak-nyamanan b/d
mual/muntah, dyspepsia dan selama perawatan. 2. Kaji/hitung pemasukan kalori. gangguan pencernaan.
gangguan pencernaan lemak mual / muntah akan 3. Timbang BB sesuai indikasi. 2. Mengidentifikasi
sehubungan dengan obstruksi berhenti. 4. Berikan suasana menyenangkan pada kekurangan/kebutuhan
aliran empedu. Pasien akan menghabiskan saat makan, hilangkan rangsangan nutrisi.
porsi makan yang diberikan berbau. 3. Mengawasi keefektifan
setiap kali makan. 5. Berikan kebersihan oral sebelum makan. rencana diet.
6. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai 4. Untuk meningkatkan nafsu
toleransi. makan/menurun-kan mual.
Kolaborasi 5. Mulut yang bersih
1. Konsul dengan ahli diet/tim pendukung meningkatkan nafsu makan.
nutrisi sesuai indikasi. 6. Membantu dalam
2. Mulai diet cair rendah lemak Setelah mengeluarkan flatus dan
selang NG di lepas. penurunan distensi abdomen.
Kolaborasi
1. Berguna dalam membuat
kebutuhan nutrisi individual
melalui rute yang paling
tepat.
2. Pembatasan lemak
menurunkan rangsangan pada
kandung empedu serta
mencegah kekambuhan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolesistitis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung
empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.
Penyebab batu dalam kandung empedu sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
akan tetapi faktor predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan dan
infeksi kandung empedu.
Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. Kolesistektomi bisa dilakukan
melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi. Penderita yang memiliki resiko
pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet rendah
lemak dan menurunkan berat badan. Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.


http://arifs45.multiply.com/journal/item/8
http://kamus.landak.com/cari/cholecystectomy
http://www.mamashealth.com/stomach/cholecy.asp
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=607
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=608
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, Edisi I. Jakarta : EGC.
Syaifudin, H, B.Ac, Drs. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai