Anda di halaman 1dari 50

Kelompok 4

Kelas A-1 Angkatan 2012

Meyvita Sari Rike Y 131211132013


Muthmainnah 131211132004
Meifianto Agus Eko K 131211131104
Devi Ayu Kumalasari 131211131096
Rizmala Ayu Prasanthi 131211131028
Fitria Andiny 131211131020
Nur Faizah 131211131012
Mita Nur Lathifah 131211131004
Oleh : Kelompok 4
Usus halus merupakan tabung
kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai
katup ileosekal. Panjangnya ± 6
meter, dan merupakan saluran
pencernaan yang paling panjang.
Usus halus mengisi bagian tengah
dan bawah rongga abdomen. Ujung
proksimalnya bergaris tengah
sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke
bawah lambat laun garis tengahnya
berkurang sampai menjadi sekitar
2,5 cm. Dalam usus halus terdapat
sekitar 9 L air setiap hari, 2 L dari
makanan dan 7 L dari sekresi
saluran cerna, akan tetapi hnya 1-2
L yang sampai ke kolon.
 Usus halus berfungsi mencerna
makanan, getah usus dan pankreas
yang mengandung enzim yang
mengubah protein dan asam amino
karbohidrat menjadi glukosa,
maltosa, dan galaktosa. Lemak dan
gliserol (dengan bantuan garam
empedu di dalam empedu yang
dikeluarkan ke dalam empedu oleh
kontraksi kantong empedu).
Pencernaan menjadi lengkap,
makanan dipecah menjadi bentuk
yang lebih sederhana yang diserap
melalui dinding usus halus ke
dalam darah atau limfe. (John G.
2002)
Obstruksi usus halus
merupakan suatu
penyumbatan mekanis pada
usus halus dimana
penyumbatan tersebut
menutup dan menyumbat
jalannya isi usus halus
(Sabara, 2007).

Obstruksi usus halus juga dapat


difenisikan bentuk obstruksi organik
pada usus halus yang paling sering
terjadi di ileus mekonium (Omar Faiz,
2004).
1. Mekanik
a. Adhesi atau perlengketan
pasca bedah
b. Tumor atau polip
c. Hernia.
d. Volvulus
e. Intususepsi
2. Nonmekanik
a. Ileus paralitik
b. Lesi medula spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan
elektrolit
Patofisiologi obstruksi usus halus
yaitu kondisi obstruksi mekanik
pada usus halus akan
meningkatkan dilatasi usus
proksimal serta akan
memberikan manifestasi
akumulasi cairan dan udara pada
saluran gastrointertinal. Dilatasi
usus ini merangsang aktivitas sel
– sel sekretorit untuk
menghasilkan lebih banyak
akumulasi cairan. Kondisi ini
akan meningkatkan peristaltik
baik di atas dan di bawah lesi
obstruksi (Khan, 2009)
Adhesi Tumor/polip Hernia Intususepsi

Dilatasi usus bagian


proksimal

Penurunan absorpsi Merangsang sel-sel


cairan sekretorit

Iskemia Nekrosis Akumulasi cairan di usus

Peningkatan Meningkatkan
permeabilitas usus peristaltik usus
Peristaltik
Penurunan melawan
motilitas Absorpsi bakteri/toksin Distensi usus halus obstruksi
saluran cerna ke rongga peritoneum

Peningkatan Nyeri episodic


MK : tekanan kram
Bakteriemia intraluminal
Konstipasi

MK : Nyeri
MK : Resiko tinggi Kompresi mukosa
infeksi limfatik

Mual/muntah

Cairan keluar
Penurunan nafsu berlebih
makan

Tubuh
kekurangan
MK : Perubahan nutrisi
cairan
kurang dari kebutuhan
tubuh
MK :
Kekurangan
volume cairan
a. Muntah
b. Nyeri abdomen
c. Kejang di daerah periumbilikal
d. Dehidrasi
e. Mengeluarkan darah dan mukus
f. Diare/konstipasi berakhir pada
distensi abdomen
g. Syok hipovolemik
a. Radiologi
b. Foto penyumbatan usus halus
c. Ultrasonografi
d. Foto kontras
e. Hb (hemoglobin), PCV (volume
sel yang ditempati sel darah
merah)
f. Leukosit
g. Rontgen toraks
h. CT Scan pada usus halus
Mortalitas ileus obstruktif ini
dipengaruhi banyak faktor
seperti umur, etiologi, tempat
dan lamanya obstruksi. Jika umur
penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap
penyakit maupun tindakan
operatif yang dilakukan sangat
rendah sehingga meningkatkan
mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi
dibandingkan obstruksi usus
halus.
a. Konservatif
1. Penderita dipuasakan
2. Dekompresi
3. Koreksi ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
b. Medications
1. Antibiotics broad-spectrum
2. Analgesic apabila nyeri
a. Nekrosis usus
b. Perforasi usus
c. Peritonitis
d. Sepsis infeksi
e. Syok hipovolemik
f. Pneumonia
g. Gangguan elektrolit
c. Surgery
Bila telah diputuskan untuk
tindakan operasi, ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan :
1. Berapa lama obstruksinya
sudah berlangsung.
2. Bagaimana keadaan atau fungsi
organ vital lainnya, baik
sebagai akibat obstruksinya
maupun kondisi sebelum sakit.
3. Apakah ada risiko strangulasi.
Indikasi intervensi bedah
a. Obstruksi usus halus dengan
prioritas tinggi adalah
strangulasi, volvulus, dan
jenis obstruks usus tersebut.
b. Operasi dilakukan setelah
rehidrasi dan dekompresi
nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder atau rupture
usus.
c. Operasi diawali dengan
laparotomi kemudian disusul
dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil
eksplorasi melalui laparotomi.
a. Anamnesa
1. Keluhan utama
2. Riwayat kesehatan
sekarang
3. Riwayat kesehatan masa
lalu
4. Riwayat kesehatan
keluarga
b. Pemeriksan fisik
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
a. Nyeri berhubungan dengan
distensi, kekakuan
b. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual,
muntah, demam dan atau
diforesis
c. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi
d. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan ketidak
adekuatan pertahanan primer.
e. Konstipasi berhubungan dengan
penurunan motilitas saluran
gastrointestinal.
Nyeri berhubungan dengan distensi,
kekakuan
Tujuan : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan penurunan
ketidaknyamanan
Menyatakan nyeri pada tingkat dapat
ditoleransi
Menunjukkan relaks.
Dapat beraktivitas
Intervensi :
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 0-10) dan faktor
pemberat/penghilang.
2. Pantau tanda-tanda vital.
3. Palpasi kandung kemih terhadap distensi
bila berkemih ditunda. Tingkatkan privasi
dan gunakan tindakan keperawatan untuk
meningkatkan relaksasi bila pasien
berupaya untuk berkemih. Tempatkan
pada posisi semi-fowler atau berdiri sesuai
kebutuhan.
4. Berikan analgesik, narkotik, sesuai
indikasi.
5. Kateterisasi sesuai kebutuhan.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,
muntah, demam dan atau diforesis.
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Klien mendapat cairan yang cukup untuk
mengganti cairan yang hilang.
b. Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi
yang adekuat.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan
peningkatan nadi, perubahan TD, takipnea, dan
ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering
selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda
darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan.
2. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler,
turgor kulit dan status membran mukosa.
3. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran
urine, berat jenis,. Kalkulasi keseimbangan 24 jam,
dan timbang berat badan setiap hari.
4. Perhatikan adanya atau ukur distensi abdomen.
5. Observasi atau catat kuantitas, jumlah dan karakter
drainase NGT. tes pH sesuai indikasi. Anjurkan dan
bantu dengan perubahan posisi sering.
6. Pertahankan potensi penghisap NGT atau usus
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi nutrisi.
Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi
teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
2. Berat badan stabil.
3. Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi:
1. Auskultasi bising usus, palpasi
abdomen, catat pasase flatus.
2. Tinjau faktor-faktor individual yang
mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis: status puasa,
mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas.
3. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan
diet dari pasien. Anjurkan pilihan
makanan tinggi protein dan vitamin C.
4. Observasi terhadap terjadinya diare;
makanan bau busuk dan berminyak.
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi:
Antimetik, mis: proklorperazin
(Compazine). Antasida dan inhibitor
histamin, mis: simetidin (tagamet).
Konstipasi berhubungan dengan
penurunan motilitas saluran
gastrointestinal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan masalah konstipasi
klien teratasi.
Kriteria hasil :
1. Pola eliminasi klien dalam
rentang normal.
2. Klien akan mengeluarkan feses
tanpa bantuan.
3. Klien akan mengonsumsi cairan
dan serat dengan adekuat.
Intervensi :
1. Auskultasi bising usus
2. Kaji keluhan nyeri abdomen.
3. Observasi gerakan usus.
4. Anjurkan makanan atau cairan
yang tidak mengiritasi bila
masukan oral diberikan.
5. Kolaborasi : berikan pelunak
feses, supositoria gliserin sesuai
indikasi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan ketidak adekuatan pertahanan
primer.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
1. Klien tidak menunjukkan
adanya tanda atau gejala
infeksi.
2. Klien menunjukkan personal
hygiene yang adekuat.
3. Klien akan menghindari
pajanan terhadap ancaman
kesehatan.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital,
perhatikan suhu
2. Pantau pernafasan. Pertahankan
kepala tempat tidur tinggi 35’-45’
3. Observasi terhadap tanda atau
gejala peritonitis
4. Kolaborasi : berikan obat-obatan
sesuai indikasi.
. Obstruksi usus halus merupakan
penyumbatan disaluran usus dan
karena adanya kelainan anatomi
pada usus halus. Etiologi dari
obstruksi usus halus ada dua
yaitu secara mekanis dan
nonmekanis. Tanda dan
gejala obstruksi usus halus,
gejala awal biasanya berupa nyeri
abdomen bagian tengah seperti
kram yang cenderung bertambah
berat sejalan dengan beratnya
obstruksi dan bersifat hilang
timbul. Pasien dapat
mengeluarkan darah dan mukus.
Oleh : Kelompok 4
Usus besar merupakan tabung muskular
berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum
sampai kanalis ani. Diameter usus besar
sudah pasti lebih besar daripada usus kecil.
Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm),
tetapi makin dekat anus semakin kecil (Price
& Wilson, 1994).

Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens,


transversum, descendens dan sigmoid :

Gambar 1.1 Usus Besar (www.google.com)


 Arteri mesenterika superior memperdarahi
belahan bagian kanan (sekum, kolon ascendens,
dan dua pertiga proksimal kolon transversum) :
(1) ileokolika, (2) kolika dekstra, (3) kolika media.

 Arteria mesenterika inferior memperdarahi bagian


kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon
descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal
rektum) : (1) kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3)
rektalis superior (Price & Wilson, 1994; Schwartz,
2000).
Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan
atau absorbsi makanan. Fungsi utama usus besar
adalah untuk menyerap air, garam dan glukosa,
menyimpan limbah, penyerapan beberapa vitamin
(seperti vitamin K), penebalan dan pengeluaran
dari tinja. Rumah usus yang besar sekitar 700
spesies bakteri, yang membantu dalam fermentasi
serat dalam bahan makanan. Bakteri ini juga
menghasilkan sejumlah besar vitamin, seperti
vitamin K dan biotin (vitamin B), yang diserap ke
dalam darah.
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang
merupakan tanda adanya obstruksi usus akut
yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan (Dermawan, dkk. 2010. Hal. 72).

Obstruksi usus besar adalah gangguan pada


aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001).
1. Volvulus
Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau
kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Usus
besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir
sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus
yang terjadi amat distensi.
a. Volvulus Sigmoid
Terpluntirnya kolon pada daerah sigmoid.
b. Volvulus sekum
Terpluntirnya kolon pada daerah sekum.

Gambar 1.2 Volvulus (Suindra, 2005)


2. Karsinoma
Kanker kolon atau karsinoma adalah suatu
bentuk keganasan dari masa
abnormal/neoplasma yang muncul dari
jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 :
72).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya
sel kanker yang ganas di dalam permukaan
usus besar atau rektum (Boyle & Langman,
2000 : 805).

3. Tumor Jinak

Munculnya tumor biasanya


dimulai sebagai polip jinak,
yang kemudian dapat
menjadi ganas dan
menyusup, serta masuk ke
jaringan normal yang
meluas ke dalam struktur
sekitarnya.
Gambar 1.3 Tumor (Suindra, 2005)
4. Impaksi Fekal
Adalah massa atau kumpulan feses yang
mengeras di dalam rektum. Impaksi terjadi
akibat retensi dan akumulasi materi feses
dalam waktu yang lama.
5. Penyakit Hirschsprung
Penyakit kongenital yang ditandai dengan
penyumbatan pada usus besar karena otot –
otot dalam usus bergerak dengan tidak
semestinya.
6. Divertikulum Meckel
Divertikulum Meckel adalah tonjolan keluar
yang kecil dari usus kecil yang biasanya
berlokasi pada perut kanan bagian bawah
dekat appendix.

Gambar 1.4 Divertikulum Meckel


Seperti pada obstruksi usus halus,
obstruksi usus besar mengakibatkan isi
usus, cairan, dan gas berada proksimal
disebelah obstruksi. Obstruksi dalam
kolon dapat menimbulkan distensi hebat
dan perforasi kecuali gas dan cairan dapat
mengalir balik melalui katup ileal.
Obstruksi usus besar, meskipun lengkap,
biasanya tidak dramatis bila suplai darah
ke kolon tidak terganggu. Apabila suplai
darah terhenti, terjadi strangulasi usus dan
nekrosis (kematian jaringan); kondisi ini
mengancam hidup. Pada usus besar,
dehidrasi terjadi lebih lambat
dibandingkan pada usus besar karena
kolon mampu mengabsorpsi isi cairannya
dan dapat melebar sampai ukuran yang
dipertimbangkan diatas kapasitas
normalnya.
Obstruksi usus besar ditandai dengan adanya :
1. Nyeri perut yang bersifat kolik dalam
kualitas yang sama dengan obstruksi pada
usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih
rendah.
2. Muntah muncul terakhir terutama bila katup
ileosekal kompeten. Pada klien dengan
obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi
dapat menjadi gejala satu – satunya selama
beberapa hari.
3. Abdomen menjadi sangat distensi, loop dari
usus besar menjadi dapat dilihat dari luar
melalui dinding abdomen.
4. Klien mengalami kram akibat nyeri
abdomen bawah. (Suratun & Lusianah,
2010, hlm 339)
5. Klien mengalami takipnea dan takikardi
akibat distensi abdomen.
Tabel 1.2 Perbedaan Ileus Obstruktif Usus Halus dan
Usus Besar (Suindra, 2005)

Usus Halus Usus Besar


Nyeri Abdomen +++ +
Muntah +++ +
Muntah Feculen - ++
Distensi Abdomen + +++
Dehidrasi Cepat Lambat
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan foto polos
abdomen
3. Pemeriksaan CT scan
4. Pemeriksaan radiologi dengan
barium enema
5. Pemeriksaan angiografi
Prognosis tergantung pada umur dan
keadaan umum penderita, kerusakan
vaskularisasi, ada tidaknya perforasi,
penyebab obstruksi dan ketepatan
waktu dilakukannya pembedahan.
Secara umum persentase kematian
sekitar 20%. Pada perforasi
meningkat menjadi 40%. Obstruksi
kolon yang disebabkan oleh
keganasan mempunyai prognose
yang lebih buruk.
1. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat dilakukan untuk
membuka lilitan dan dekompresi
usus dan untuk mengevaluasi bagian
dalam kolon.

Gambar 1. 5 Kolonoskopi (www.google.com)


2. Sekostomi
Sekostomi adalah prosedur
pembedahan yang cukup baru yang
digunakan untuk membersihkan
perut kotoran.

Gambar 1. 6 Sekostomi (bedahunmuh.wordpress.com)


3. Reseksi Bedah
Reseksi bedah yaitu suatu
tindakan pembedahan dengan
mengangkat lesi penyebab
obstruksi biasanya pada kolon
sigmoid dan sebagian dari
rektum beserta pembuluh darah
dan saluran limfe.
1. Peritonitis Septikemia
Peritonitis septikemia adalah peradangan
atau infeksi yang hebat membran serosa
yang melapisi rongga perut dan organ –
organ yang terkandung di dalamnya yang
disebabkan karena absorbsi toksin dalam
rongga peritonium.
Peritonitis disebabkan karena adanya kuman
atau bakteri yang berakumulasi saat terjadi
distensi abdomen.

2. Sepsis
Sepsis merupakan infeksi bakteri yang
tersebar merata dalam aliran darah. Sespsis
adalah suatu sindroma radang sistemik yang
ditandai dengan gejala – gejala : demam,
takipnea, takikardia, hipotensi, nadi cepat
dan lemah serta gangguan mental yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
(Rasional, 2002)
3. Perforasi usus
Perforasi usus adalah suatu kondisis medis
yang ditandai dengan terbentuknya suatu
lubang pada usus besar yang menyebabkan
kebocoran isi usus ke dalam rongga perut.
Kebocoran isi usus rongga perut
menyebabkan peritonitis, yaitu peradangan
pada peritonium.

4. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah suatu kondisi
dimana terdapat kehilangan volume darah
sirkulasi efektif. Syok hipovolemik
disebabkan oleh kehilangan cairan eksternal
akibat hemoragik, perpindahan cairan
internal yaitu dehidrasi berat, edema berat,
atau asites, kehilangan cairan akibat muntah
atau diare yang berkepanjangan.
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Nyeri, Mual muntah, distensi
abdomen, konstipasi, dehidrasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat tumor, riwayat
pembedahan.
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan fisik
TTV, IPPA
6. Pemeriksaan penunjang
Lab, radiologi, CT-Scan, USG
Diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dimana perawatan dapat
mengidentifikasikan masalah dengan repons
klien terhadap status kesehatan atau suatu
penyakit yang dihubungkan dengan
penyebab suatu masalah atau penyakit
(etiologi) dan kemampuan klien untuk
mencegah dan menyelesaikan masalah
kesehatan. (Nursalam, 2001).

1. Nyeri berhubungan dengan distensi


abdomen.
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan
pembedahan.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan mual muntah.
1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi atau terkontrol.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan penurunan
ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat
ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan
menyangga lutut.
Rasional : gerakan yang berulang akan mengakibatkan nyeri
semakin menjalar.
b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri.
Rasional : diketahui seberapa parah tingkat nyeri.
c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping analgesik;
hindari morfin.
d. Berikan periode istirahat terencana.
Rasional : nyeri dapat teratasi.
e. Kaji dan anjurkan melakukan latihan rentang gerak aktif atau
pasif setiap 4 jam.
Rasional : relaksasi daerah nyeri
f. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung
dan perawatan kulit.
g. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau
nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
Rasional : diketahui derajat nyeri.
h. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
2. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : Ansietas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil : Klien tenang, klien kooperatif dalam
pemberian intervensi dan pengobatan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan yang dirasakan klien.
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan
ansietas dan rasa takut klien : berikan penanganan.
Rasional : mengurangi rasa takut dan cemas.
c. Berikan informasi akurat dan jujur mengenai tindakan
pembedahan.
Rasional : klien mengetahui tujuan pembedahan.
d. Jelaskan prosedur tindakan pembedahan dan beri
penguatan penjelasan mengenai penyakit
Rasional : memantapkan tingkat kepahaman klien.
e. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa
stress.
Rasional : lingkungan yang tenang akan mengurangi
kecemasan klien.
f. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.
Rasional : klien merasa aman dan nyaman.
Evaluasi merupakan kriteria yang dapat diukur dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Berikut evaluasi dari obstruksi usus besar :
1. Klien tidak mengalami nyeri hebat serta tidak
terjadi distensi abdomen.
2. Klien mengetahui tujuan dilakukan pembedahan
(operasi) sehingga tidak merasa cemas, gelisah.
3. Klien tidak mengalami dehidrasi karena
masukan dan keluaran cairan terpenuhi.
Obstruksi usus besar adalah gangguan pada aliran
normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina,
2001).

Ditandai nyeri perut yang bersifat kolik dalam


kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus
halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah
muncul terakhir terutama bila katup ileosekal
kompeten. Pada pasien dengan obstruksi di sigmoid
dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-
satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen
menjadi sangat distensi, loop dari usus besar
menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding
abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri
abdomen bawah.

Penyebab tersering obstruksi usus besar adalah


volvulus, karsinoma, impaksi fekal, penyakit
hirschsprung, dan divertikulum meckel.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai