Disusun Oleh:
Kelompok C4 A
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Ruangan Poli Anak
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................i
Lembar Pengesahan.............................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB 2 Resume Kasus
2.1 Definisi Trauma Mata..............................................................................4
2.2 Klasifikasi Trauma Mata.........................................................................4
2.3 Etiologi Trauma Mata..............................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis Trauma Mata.............................................................8
2.5 Patofisiologi Patofisiologi Trauma Mata...............................................14
2.6 WOC (web of causation) Trauma Mata.................................................14
2.7 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................14
2.8 Penatalaksanaan Trauma Mata..............................................................15
2.9 Komplikasi Trauma Mata......................................................................17
2.10Asuhan Keperawatan Dasar Henderson................................................18
BAB 3 Pembahasan.......................................................................................39
BAB 4 Penutup..............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................43
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah merupakan cairan yang ada di dalam tubuh manusia yang berfungsi
sebagai alat transportasi yaitu mengangkut Oksigen dan karbondioksida, zat –
zat makanan serta sisa – sisa zat yang aka di buang oleh tubuh. Selain itu
darah jga berfungs sebagai alat pelindung tubuh, menjaga keseimbangan
asam basa menstabilkan suhu tubuh. Namun, apabiila darah dalam tubuh
manusia mengalami kelainan maka akan menyebabkan penyakit thalsemia.
Thalasemia merupakan penyakit gangguan darah yang diturunkan yang di
tandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada hemoglobin (Suriadi,
2010). Pegertian lain dari thalasemia suatu kelainan geetik yang ditandai
dengan penurunan sintesis rantai α atau rantai β dari globulin yang
membentuk hemoglobin (Bakta, 2006 dan Thomas, 2012). Dari pengertian
tersebut maka dapat di simulka thalasemia adalah penyakit kelainan darah
yang disebabkan oleh keturunan sehingga protein dalam darah tidak berfungsi
secara normal atau kurangnya hemoglobin dalam darah.
World Health Organization atau WHO (2012) menyatakan kurang lebih
penduduk yang ada di dunia sebesar 7% mempunyai gen thalasemia dimana
prevalensi tertinggi terdapat di Asia sebesar 40%. Di Indonesia hasil skrining
pada masyaraat umum tahun 2008 – 2017 didapatkan pembawa sifat
sebanyak 699 orang (5,8%) dari 12.038 orang yang diperiksa, sedangkan
hasil skrining pada keluarga thalasemia tahun 2009 – 2017 sebanyak 1.184
orang (18,61%) dari 4.137 orang. Angka kejadian penderita thalasemia α di
Indonesia sekitar 2,6 – 11%, banyak ditemukan di Pulau Sulawesi.
Thalasemia β ditemukan sekitar 3 – 10% dengan pembawa sifat terbanyak di
temukan di Pulau Sumatra dan sekitar 10% di Palembang. Di pulau Jawa
angka pembawa sifat sebesar 5% (Lembaga Eijkman; IDAI, 2016).
Pembiayaan kesehatan untuk pengobatan thaasemia mengalami peningkatan
dari 217 miliar rupiah di tahun 2014 menjadi 444 miliar rupiah di tahun 2015
dan menjadi 485 miliar di tahun 2016 (YTI & POPTI, 2014). Hal ini
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Thalasemia
Nama Thalasemia berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu thalassa
yang berarti lautan dan anaemia (“weak blood”). Perkataan Thalassa
digunakan karena gangguan darah ini pertama kali ditemui pada pasien yang
berasal dari Negara-negara sekitar Mediterranean (TIF, 2010).
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi
sel darah merah yang mudah rusak atau umumnya lebih pendek dari sel darah
normal (120 hari). Akibatnya penderita thalassemia akan mengalami gejala
anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, suka tidur, nafsu
makan hilang, dan infeksi berulang (Nucleus Precise, 2010).
Nama Thalasemia berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu thalassa
yang berarti lautan dan anaemia (“weak blood”). Perkataan Thalassa
digunakan karena gangguan darah ini pertama kali ditemui pada pasien yang
berasal dari Negara-negara sekitar Mediterranean (TIF, 2010).
Thalasemia adalah kelainan herediter berupa defisiensi salah satu rantai
globin pada hemoglobin sehingga dapat menyebabkan eritrosit imatur (cepat
lisis/rusak) dan menimbulkan anemia (Fatimah, 2009)
kehamilan. Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah hati, limpa,
dan sumsum tulang.
Karena rantai globin merupakan suatu protein maka sintesisnya
dikendalikan oleh gen tertentu. Ada 2 kelompok gen yang bertanggung jawab
dalam proses pengaturannya, yaitu kluster gen globin-α yang terletak pada
lengan pendek autosom 16 (16 p 13.3) dan kluster gen globin-β yang terletak
pada lengan pendek autosom 11 (11 p 15.4). Kluster gen globin-α secara
berurutan mulai dari 5’ sampai 3’ yaitu gen 5’-ζ2-ψζ1-αψ2-αψ1-α2-α1-θ1-3’
(Evans et al., 1990). Sebaliknya kluster gen globin-β terdiri dari gen 5’-ε-Gγ-
Aγ-ψβ-δ-β-3’.
Hemoglobin normal adalah terdiri dari dari Hb-A dengan dua polipeptida
rantai alpha dan dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau
kurangnya rantai beta dalam molekul hemoglobin, sehingga ada gangguan
kemampuan eritrosit membawa oksigen. Ada suatu kompensator yang
meningkat dalam rantai alpha, tetapi rantai beta memproduksi secara terus-
menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defektif.
Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantai alpha ditemukan pada beta thalasemia dan kelebihan
rantai beta dan gama ditemukan pada alpha thalasemia. Kelebihan rantai
polipeptida ini mengalami presippitasi dalam sel eritrosit. Globin intra
eritrosik yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida
alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak
sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin
menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi
yang konstan pada bone marrow, produksi RBC secara terus-menerus pada
suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak
adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC,
menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan
destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah
atau rapuh.
11
pembesaran limpa dan hati akibat anemia yang lama dan berat, perut
membuncit karena pembesaran kedua organ tersebut, sakit kuning (jaundice),
luka terbuka di kulit (ulkus/borok), batu empedu, pucat, lesu, sesak napas
karena jantung bekerja terlalu berat, yang akan mengakibatkan gagal jantung
dan pembengkakan tungkai bawah. Sumsum tulang yang terlalu aktif dalam
usahanya membentuk darah yang cukup, bisa menyebabkan penebalan dan
pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang
menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita talasemia akan
tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan
anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan
seringnya menjalani transfusi, maka kelebihanzat besi bisa terkumpul dan
mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal
jantung (Tamam, 2009).
Bayi baru lahir dengan talasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awalnya
tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan
pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir. Anak tidak
nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam
berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan
pembesaran jantung. Terdapat hepatosplenomegali, ikterus ringan mungkin
ada. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk
muka mongoloid akibat system eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan
tulang panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis.
Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai,
dan batu empedu.
Tanda dan gejala lain dari thalasemia yaitu :
1. Thalasemia Mayor:
a) Pucat
b) Lemah
c) Anoreksia
d) Sesak napas
e) Peka rangsang
f) Tebalnya tulang kranial
13
2.10 Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri,
thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut
telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan
pada thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak
baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
3. Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb
yang berfungsi sebagai alat transport.
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya
pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi
terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah
kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan
seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak.
Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada
jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan
perkembangan anak normal.
5. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan
usianya.
22
6. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak
tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah
merasa lelah.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah
orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua
menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita
thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya
perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya
penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.
8. Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC)
Aktifitas:
1. Tentukan lokasi,
31
PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Identitas Anak
Nama : An. N
Tanggal lahir : 25 Agustus 2009
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 9 tahun
Diagnosa medis : Thalasemia
Alamat : Nganjuk
Sumber informasi : Orang tua
2. Identitas Orang Tua
Nama ayah : Tn. S
Nama ibu : Ny. I
Pekerjaan ayah/ibu : Pegawai swasta/ibu rumah tangga
Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Nganjuk
B. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama : An. N mengeluh demam dan mual tetapi tidak muntah.
2. Riwayat penyakit sekarang : An. N datang ke poli anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada tanggal 17 Desember 2018 dengan keluhan demam sejak malam hari dan mual
sejak 2 hari yang lalu. An. N pernah dirawat di RSUD Nganjuk saat masih bayi dan
didiagnosa thalasemia saat usianya 1 tahun. Saat mengandung An. N, ibu mengatakan
34
tidak ada masalah. Ibu mengatakan An. N tidak pernah kejang demam. Pasien pernah
mempunyai riwayat transfusi darah 1 bulan yang lalu di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Saat dikaji pasien terlihat lemas, pucat, konjungtiva anemis, dan demam
38,3oC.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya:
Riwayat kesehatan yang lalu :
Penyakit yang pernah diderita : demam dan batuk pilek. Pasien terdiagnosa penyakit
thalassemia sejak usia 1 bulan setelah dilahirkan. Awalnya pasien diperiksakan di
rumah sakit di Nganjuk dan dilakukan beberapa kali transfusi dara kemudian pasien
dirujuk di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Kemudian dilakukan transfusi lagi dan
kontrol rutin setiap satu bulan sekali
Operasi : tidak pernah
Alergi : tidak ada
Imunisasi : BCG (umur: 1 bulan), Polio: 3 kali (umur: 0-4 bulan), DPT (umur: 4
bulan), Campak (umur: 1 tahun), Hepatitis (umur: 6 bulan)
4. Riwayat kesehatan keluarga:
Penyakit yang pernah diderita keluarga : ayah dan ibu pasien mengatakan tidak
memiliki penyakit yang serius. Ibu pasien mengatakan paman pasien memiliki
penyakit yang sama dengan pasien, yaitu thalasemia.
Lingkungan rumah dan komunitas : Ibu pasien mengatakan lingkungan rumah bersih
dan memiliki pencahayaan serta ventilasi yang cukup.
Persepsi keluarga terhadap penyakit anak : Ibu pasien mengatakan penyakit ini
merupakan ujian dari Tuhan.
5. Riwayat Nutrisi
a) Nafsu makan : mual
b) Pola makan : 3 kali sehari
c) Minum : air putih dan air es manis, jumlah: + 1000 cc/hari
d) Pantangan makanan : tidak ada
e) Menu makanan : nasi, sayur dan lauk (ayam, telur, nugget), An. N kurang makan
sayur.
6. Riwayat Pertumbuhan
a) BB saat ini : 31 kg, TB : 130 cm
b) BB lahir : 3100 gr, TB : 48 cm
7. Riwayat Perkembangan
35
PEMERIKSAAN FISIK
A. Observasi dan Pemeriksaan Fisik (ROS: Review of System)
1. Keadaan umum : compos mentis, lemah dan pucat.
2. Tanda vital : Tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi: 91 x/menit, suhu badan: 38,3 oC,
RR: 19 x/menit.
3. Pernafasan (B1: Breath)
a) Bentuk dada : normal
b) Pola napas : irama: reguler, teratur
c) Jenis : suara nafas vesikuler
d) Sesak nafas : tidak
e) Retraksi otot bantu nafas : tidak ada
f) Alat bantu nafas : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
4. Kardivaskular (B2: Blood)
a) Irama jantung : teratur
b) Nyeri dada : tidak
c) Bunyi jantung : normal, , S1/S2 tunggal
d) CRT : 1 detik
e) Akral : hangat, kering dan merah
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
5. Syaraf (B3: Brain)
a) GCS : Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6, Total:15
b) Reflek fisiologis : tidak dikaji
c) Reflek patologis : tidak dikaji
d) Istirahat/tidur : 9 jam/hari, tidak ada gangguan tidur
e) Kebiasaan sebekum tidur : menonton televisi
f) Penglihatan (mata) :
- Pupil : isokor
- Konjungtiva : anemis
- Gangguan penglihatan : tidak ada
36
g) Pendengaran (telinga)
- Gangguan pendengaran : tidak ada
h) Penciuman (hidung)
- Bentuk : normal
- Gangguan penciuman : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
6. Perkemihan (B4: Bladder)
a) Kebersihan : bersih
b) Urin : 800 cc/hari, warna: kuning, bau: pesing
c) Alat bantu : tidak ada
d) Kandung kemih : tidak ada pembesaran dan nyeri tekan
e) Bentuk alat kelamin : normal
f) Uretra : tidak dikaji
g) Gangguan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
7. Pencernaan (B5: Bowel)
a) Nafsu makan : menurun, frekuensi 3 kali sehari
b) Porsi makan : tidak habis, An. N mau makan 3-5 sendok makan
c) Minum : + 1000 cc/hari, jenis: air putih dan air es manis
d) Mukosa : bersih
e) Tenggorokan : tidak ada nyeri telan
f) Abdomen
- Perut : tidak ada nyeri tekan dan pembesaran hepar/lien
- Peristaltik : 8 kali per menit
- Buang air besar : 1 kali sehari, tidak teratur
- Konsistensi : lunak, bau : bau BAB, warna : coklat
g) Lain-lain : An. N mengeluh mual sejak 2 hari yang lalu.
Masalah keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan nausea.
8. Muskuloskeletal (B6: Bone dan Integumen)
a) Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b) Kekuatan otot :
c) Kulit :
37
9. Endokrin
a) Tiroid : tidak ada pembesaran
b) Hiper/hipoglikemi : tidak
c) Luka gangren : tidak
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
10. Personal Hygiene
a) Mandi : 2 kali sehari
b) Keramas : 3 hari sekali
c) Ganti pakaian : 2 kali sehari
d) Sikat gigi : 2 kali sehari
e) Memotong kuku : ketika panjang
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
11. Psiko-sosio-spiritual :
a) Ekspresi afek dan emosi : diam dan tenang
b) Hubungan dengan keluarga : baik
c) Dampak hospitalisasi bagi anak : anak tampak tenang
d) Dampak hospitalisasi bagi orang tua : ibu tampak tenang
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
B. DATA PENUNJANG
1. Darah lengkap
a) WBC : 7,89 10e3/uL
b) RBC : 3,26 10e6/uL
c) HGB : 7,35 g/dL
d) HCT 23,7 %
e) PLT 156,* 10e3/uL
C. TERAPI/TINDAKAN LAIN
1. Terapi transfusi PRC
38
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Ibu mengatakan An. N Anemia Hipertermia
demam sejak malam hari. ↓
Suplai O2 menurun
DO : Badan pasien terasa ↓
hangat, suhu: 38,3oC, TD: Iskemia jaringan
100/70 mmHg, N: 91 x/menit ↓
Hb : 7,35 g/dL, bibir kering, Infark jaringan
mata berair. ↓
Rekasi peradangan sistemik
↓
Demam
↓
Hipertermia
DS : Pasien mengatakan Proses penyakit Perfusi perifer tidak efektif
badannya lemas ↓
Kurangnya Hb A
DO : Klien tampak pucat, ↓
lemas, Hb: 7,35 g/dL, CRT 1 Produksi rantai globin
detik, mata berair, berkurang
konjunctiva anemis, mukosa ↓
bibir pucat dan kering, turgor Produksi Hb berkurang
kulit menurun ↓
Sel darah merah rusak
↓
Eritrosit menurun
↓
Anemia
↓
Perfusi perifer tidak efektif
DS : Ibu pasien mengatakan Anemia Nausea
39
mukosa bibir pucat dan kering, mmHg, N: 60-100 x/menit, RR: 16-20 x/menit, transfuse darah
turgor kulit menurun CRT <2 detik) 6. Kolaborasi tentang diit pasien
Nausea berhubungan dengan Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Observasi tanda-tanda nonverbal dari
gangguan biokimia (anemia) diharapkan mual teratasi dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
ditandai dengan pasien mengeluh 3. Pasien tidak mengeluh mual 2. Monitor status nutrisi
mual dan tampak pucat 4. Pasien tidak tampak pucat 3. Anjurkan pasien untuk makan pelan-pelan
5. Tidak ada penurunan nafsu makan dengan porsi sedikit tapi sering
(nutrisi adekuat) 4. Anjurkan pasien untuk makan makanan
yang hangat
5. Jelaskan untuk menggunakan napas dalam
untuk menekan refleks mual
6. Kolaborasi pemberian obat anti-emetik
47
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dimulai dari identitas pada klien yang bernama An. N
(perempuan) berusia 9 tahun tahun dengan diagnosa masuk Thalasemia. An.
N datang ke poli anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 17
Desember 2018 dengan keluhan demam sejak malam hari dan mual sejak 2
hari yang lalu. An. N pernah dirawat di RSUD Nganjuk saat masih bayi dan
didiagnosa thalasemia saat usianya 1 tahun. Saat dikaji pasien terlihat lemas,
pucat, konjungtiva anemis, dan demam 38,3oC
4.2 Intervensi
4.2.1 Hipertermi
Definisi: diagnosa keperawatan hipertermi menurut SDKI didefinisikan
merupakan suhu tubuh meningkat diatas rentang normal.
Etiologi: penyebab dari hipertermi adalah tidak adanya atau kurangnya
rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan
kemampuan eritrosit membawa oksigen. Adanya suatu kompensator yang
meningkat dalam rantai alfa, tetapi rantai beta memproduksi secara terus-
menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defective.
Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia. Anemia menyebabkan suplai O2 menurun,
sehingga menyebabkan iskemia jaringan. Jaringan menjadi infark sehingga
menyebabkan reaksi peradangan sistemik menyebabkan timbul demam.
Masalah Keperawatan Kasus: berdasarkan pengkajian, masalah
hipertermi muncul dikarenakan proses penyakit (thalassemia) yakni
ketidakstabilan hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit
membawa oksigen. Anemia menyebabkan suplai O2 menurun, sehingga
menyebabkan iskemia jaringan. Jaringan menjadi infark sehingga
51
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
55
56
DAFTAR PUSTAKA