Disusun Oleh:
Nama :
Siti Subekti Wiwin Hartini Aminah Atiatun
Indah Ziadatun NS Rianto Asih Nugrahani
Nursoliah Ani MZ
Priya Dwi Saputra Suminah
Disusun Oleh:
Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya bisa selesaikan makalah
Manajemen Keperawatan yang berjudul “MODEL ADAPTASI ROY” pada semester I
ini tepat pada waktu nya.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi
makalah yang baik dan benar..
Tugas ini disusun untuk melengkapi pembelajaran Ilmu Dasar Keperawatan pada
semester I Program Studi S1 Keperawatan Reguler B STIKES Muhammadiyah
Gombong..
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi dan melimpahkan
anugrah-Nya kepada kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai
yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang
menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan
pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi
Keperawatan. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar
disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan
respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons
mereka terhadap suatu situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung
dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam
bentuk yang lebih konkrit (less abstrac) yang dikembangkan lebih lanjut dalam
bentuk paradigma keperawatan. Contohnya: Nightingale dalam mendefinisikan
“Modern Nursing”.
Sedangkan Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan
teori pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi
keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi
keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett (1995)
dalam Sell dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang
memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi
tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat
di uji secara empiris. Contohnya yaitu “Teori Roy (manusia sebagai sistem yang
adaptif) berasal dari Roy Adaptation Mode”.
The Roy’s Adaptation Model”, menjelaskan 4 (empat) elemen essensial
dalam model adaptasi keperawatan yaitu: Manusia, lingkungan, Kesehatan dan
Keperawatan. (Roys menjelaskan bahwa manusia memiliki sistem adaptasi terhadap
berbagai stimulus atau stressor yang masuk. Mekanisme koping merupakan proses
penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub system kognator dan sub
system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan menghasilkan respon adaptive atau
maladaptive. Secara spesifik Roys menyebutkan dengan istilah Manusia sebagai
system Adaptive. Asuhan keperawatan dengan penerapan teori Roy melalui metode
Prosses Keperawatan merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari. Makalah ini
akan menjelaskan Aplikasi The Roys Adaptation Model dalam pelayanan asuhan
keperawatan dengan metode Proses Keperawatan.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengertian dari model teori konsep keperawatan Roy?
Bagaimana model teori adaptasi Roy diaplikasikan dalam konsep keperawatan
keluarga?
3. Tujuan
Mengetahui pengertian dari model teori konsep keperawatan Roy.
Mengetahui model teori adaptasi Roy diaplikasikan dalam konsep keperawatan
keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri: yaitu
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri
individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang
masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah
ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai
tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat
ditoleransi oleh manusia.
2) Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia sebagai
suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau
pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus
yang dihadapi.
Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam
batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”.
Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi
yang sesuai dengan tujuan “human system.
Dua Mekanisme Coping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistim
Regulator dan Susbsistim Kognator. Regulator dan Kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau
cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
Interdependensi. (Baca Poin 1.4: Sistem Regulator dan Kognator)
3) Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive adalah
espon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat
menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau
meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu
integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan
menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan
dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif
berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona
maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi
(Nursalam; 2003).
d. Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing
komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh : kecemasan berpisah.
Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan
mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan hasil
dari aktivitas Kognator dan Regulator yang diobservasi.
Kebutuhan dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas Fisik,
Psikhologis dan Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim
regulator maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses
yang menghubungkan dua subsistem tersebut. Input-input untuk regulator
diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses dari kognator dan respon-
respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback baik untuk kognator
maupun Regulator. Secara keseluruhan konsep manusia sebagai sistim
Adaptive dapat digambarkan dengan skema pada Gambar 1 dibawah ini.
Proses
Input kontrol Efektor Output
Stimuli
internal dan
external Mekanisme Fs. Fisiologi Respons :
Tkt. Adaptasi koping Konsep Diri
Fokal Adaptif
Regulator Fs. Peran
Kontextual Maladaptif
Kognator Interdependen
Residual
Umpan Balik
Sumber : Tomey and Alligood. 2006. Nursing theoriest, utilization and application.
Mosby : Elsevier.
2.1 Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan
diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). “Stimuluis Internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi,
maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman”(dikutip oleh
Nursalam;2003).
2.4 Keperawatan.
Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek .
Sebagai ilmu, keperawatan “mengobservasi,mengklasifikasi dan
menghubungkan “ proses yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan (1983) Sebagai disiplin praktek keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan secara ilmiah untuk menyediakan pelayanan pada
orang-orang (1983) Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu
dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek
keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan manusia
yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban terhadap stimulus
internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak
biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya
manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti
bahwa aktivitas tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit . Roy
menyetujui pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk
mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang tinggi . Keperawatan
terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan . Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi
peningkatan adaptasi dalam tiap 4 cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi
fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan interdependensi. Harapan terhadap
peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia,
kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat. Tujuan keperawatan diraih ketika
stimulus fokal berada didalam suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika
stimulus fokal tersebut tidak ada dalam area , manusia dapat membuat suatu
penyesuaian diri atau respon efektif . Adaptasi tidak memerlukan energi dari
upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain . Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan
dan kesehatan . Jadi , peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep
ini. Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan,
yang digunakan pada proses keperawatan meliputi pengkajian,diagnosa
keperawatan, intervensi,dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan ditetapkan “
data apa yang dikumpulkan,bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan
utama, pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas
proses keperawatan. Unit unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah
interaksi manusia dengan lingkungan . Proses pengkajian termasuk dalam dua
tingkat pengkajian . Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku
manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri . Data-data tersebut
dikumpulkan dari hasil observasi penilaian respon dan komunikasi dengan
individu. Dari data tersebut perawat membuat alas an sementara tentang apakah
perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian
adalah mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli.
Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.
Keterlibatan ini penting untuk menetapkan factor-faktor utama yang
mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam konteks proses
keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus
focal,kontekstual dan residual. Manipulasi atau pengaturan stimulus ( baik
internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan, peningkatan,
pengurangan , pemeliharaan atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan factor-
faktor stimulus , pencetus tidak efektifnya perilaku diubah atau meningkatkan
kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar
penyesuaian diri. Jadi stimulus akan jatuh ke area yang dibangun oleh tingkat
penyesuaian diri manusia dan perilaku adaptif akan terjadi . Intervensi
keperawatan berikutnya , mengevaluasi hasil akhir perilaku dan memodifikasi
pendekatan-pendekatan keperawatan sesuai kebutuhan Ini harus dicatat bahwa
dalam model manusia dihormati sebagai individu yang berpartisipasi aktif dalam
perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan tujuan yang saling
menguntungkan.
Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan?. Jawabannya adalah:
Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki
potensi sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan
mekanisme Coping, biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak
efektif. Menusia berusaha meminimalkan kondisi yang tidak efektif yang
memelihara yang adaptive. Dengan peningkatan adaptasi menusia terbebas dari
pemakaian energi dan enegi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.
Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.
Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsep-
konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia
sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area
adaptasi manusia dan subsistem regulator dan kognator digunakan untuk
mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat
stimulus jatuh dalam area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi dan
energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain. Dalam hal ini
meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi
melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan.
Hubungan antar komponen dasar dari model adaptasi keperawatan digambarkan
berikut ini:
Keperawatan
untuk meningkatkan
Manusia Output Adaptasi Integriatas Kesehatan
Input
Interaksi
Respon
inefektif
Lingkungan
2) Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi
respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang
sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari
satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai
statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang
stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya:
Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannyag suplay oksigen ke otot jantung
3) Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien
mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah
atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini
disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran
berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja
melaksnakan perannya.
FISIOLOGIS MODE
1. Oksig 6. sensoris.
enasi. Nyeri akut.
Hipoksia/syoks. Nyeri kronis.
Gangguan Sensori overload.
ventilasi. Gangguan sensori
Inadekuat primer.
pertukaran gas. Potensial injuri.
Inadekuat Kehilangan
transport Gas kemampuan perawatan diri.
Gangguan Gangguan persepsi.
perfusi jaringan. Potensial injuri/ hilang
kemam-puan merawat diri.
2. nutrisi
. 7. cairan dan
Malnutrisi. elektriolit.
Mual,muntah. Dehidrasi.
Anoreksia. Retensi cairan intra
seluler.;
3. elimin Edema.
asi. Shok
Diare. hipo/hipervolemik.
Konstipasi. Hyper atau
Kembung. hipokalsemia.
8. Fungsi
4. aktivit Nerologis.
as dan istirahat. Penurunan kesadaran.
Inadekuat pola Defisit memori.
aktivitas dan istirahat. Ketidakstabilan
Intolenransi perilaku dan mood.
aktivitas.
Immobilisasi. 9. Fungsi
Gangguan tidur. endokrin.
Inefektiv regulator
5. interg hormon.
ritas kulit. Inefektiv
Gatal-gatal. pengembangan reproduksi.
Kekeringan. Ketidakstabilan sikulus
Infeksi. ritme stress internal.
Dekubitus
KONSEP DIRI
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
4. Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu
dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien.
Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku,
perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan
perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya
energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen
stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping
dari sub sistim regulator dan kognator.
5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga
difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi,
begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk
beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap
gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut
teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 3. (dikutip oleh
Nursalam,2003)
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
dengan menggunakan koping yang konstruktif (Julia B.George; 1995). Intervensi
ditujukan pada peningktan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan
pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir.
Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).
Kriteria
Memenuhi kebutuhan Nutrisi:
1. memandikna pasien yang tidak
Kriteria sadar/ kondisinya lemah.
1. menyiapkan peralatan 2. mengganti alat-alat tenun sesuai
dalam dressing car. kebutuhan/ kotor.
2. menyeiapkan cairan 3. Merapikan alat-alat pasien.
infus/makanan/darah.
3. memberikan penjelasan
pada pasien. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
4. mencocokan jenis
Kriteria
cairan/darah/diet makanan
5. mengatur posisi pasien. 1. Mengopservasi tanda-tanda vital
6. melakukan pemasangan sesuai kebutuhan.
infus/darah/makana 2. melakukan tes alergi pada
pemberian obat baru.
3. mengobservasi reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Eliminasi
kriteria
Kriteria
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang
berguna bagi keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan
dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri
pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang
dilakukan secara benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap
yang negatif dari klein.
6. Evaluasi:
3.1 Kesimpulan
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan
diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu
kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control dan Feedback Processes
dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang
dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia
didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri dengan
activifitas kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan
Interdependensi.
Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai ruang lingkup
individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah penjabaran konsep
keluarga sebagai (konteks) ini menjadi “keluarga sebagai suatu system adaptif
yang seperti individu, memiliki input, kendali interna dan proses umpan balik, dan
output” (Whall & Fawcett, 1991a, hlm. 23). Roy menjelaskan bahwa keluarga,
individu, kelompok, organisasi social, dan komunitas, dapat menjadi unit analisis
dan fokus praktik keperawatan. McCubbin dan figley (1983) menyatakan bahwa
konsep koping dalam model Roy dapat dengan mudah diperluas menjadi unit
keluarga, yaitu pola koping keluarga yang tidak efektif menyebabkan masalah
fungsi keluarga.
3.2 Saran
Roy menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien
dalam memanipulasi lingkungan mereka, yang konsisten dengan interaksi
lingkungan keluarga yang ditekankan dalam keperawatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn, Bouden, Vicky, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset,
Teori dan Praktik. Jakarta:EGC
Kathleen Koening Blais et al. 2006. Praktik Keperawatan Profesional, Konsep dan
Persefektif. Jakarta: EGC,diunduh tgl 5 Oktober jam 20.wib