Anda di halaman 1dari 15

PROBLEM SOLVING FOR BETTER HEALTH (PSBH)

UPAYA PENINGKATAN ANGKA KEPATUHAN HAND


HYGIENE DI UNIT GIZI RUMAH SAKIT HIKMAH
MAKASSAR

RUMAH SAKIT HIKMAH


Jl. Yosef Latumahina No. 1 Makassar 90112
Telp. 0411 (835201-835202), Fax. 0411 (871403-870964)
Email : rshikmah@yahoo.co.id
RISALAH PSBH

NAMA INSTANSI : Instalasi Gizi RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR


NAMA PSBH : CLEANING
TEMA :Meningkatkan tingkat kepatuhan cuci tangan (hand hygiene) pada petugas di Unit Gizi

RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR


MASALAH UTAMA : Terdapat 85 % angka kepatuhan petugas GIZI RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR

yang melakukan Hand Higiene dengan benar.

Disusun Oleh
TIM PSBH CLEANING

PROBLEM SOLVING FOR BETTER HEALTH (PSBH) UPAYA PENINGKATAN ANGKA


KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUANG GIZI
RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR

A. Latar Belakang Masalah

WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan Nine Life
Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
Panduan .ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara,
dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Salah satu solusi
tersebut adalah tingkatkan kebersihan tangan (Hand Hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial.
RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Kesehatan RI telah menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi secara
konsisten dibawah koordinasi, pembinaan serta pengawasan Panitia Pengendali Infeksi (PPI) RUMAH
SAKIT HIKMAH MAKASSAR Adapun sebagai salah satu bentuk wujud nyata komitmen terhadap
program Save Lives: Clean Your Hands, RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR juga telah
melaksanakan penandatanganan bersama “RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR Berkomitmen
Melaksanakan Budaya Hand Hygiene” oleh seluruh karyawan RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR
pada Oktober 2018.
Intalasi Gizi merupakan salah satu instalasi di RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR yang masuk
kategori High Risk untuk terjadinya infeksi dimana angka kepatuhannya mencapai 85%, diambil data
secara random yaitu 30%, sehingga didapatkan angka kepatuhan 85%. Faktor yang menyebabkan
angka kepatuhan di GIZI kurang yaitu tingkat pengetahuan tentang Hand Hygiene yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah PSBH ini adalah “Upaya
meningkatkan angka kepatuhan Hand Hygiene Di Ruang GIZI”
C. Tujuan
Apakah dengan melakukan pelatihan, penyuluhan, sosialisasi dan supervise oleh team CLEANING
tentang Hand Hygiene untuk semua petugas kesehatan di ruang GIZI selama 3 x seminggu selama 2
minggu akan dapat mempertahankan angka kepatuhan Hand Hygiene.
D. Langkah-Langkah
1. Persiapan
a. Melakukan persiapan dalam rangka koordinasi tim PSBH di ruang GIZI
b. Membentuk kelompok yang akan menyusun program untuk maningkatkan mutu pelayanan di
GIZI.
c. Koordinasi dengan Ka Unit GIZI mengenai rencana kegiatan serta Pertemuan dengan karu
beserta staf menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan PSBH ini. Pertemuan ini dilakukan
saat pre comference. Pada minggu pertama selama seminggu. Dengan sasaran seluruh staf
mengetahui program ini dengan metode tanya jawab / diskusi terarah.
d. Pembuatan format formulir observasi hand hygiene harian dengan jalan mengacu pada sop
timbang terima yang ada dengan Ka. Panitia Pengendali Infeksi untuk mendapatkan masukan
standart format yang optimal dan mudah untuk diaplikasikan di lapangan.
e. Penyusunan jadwal sosialisasi

2. Pelaksanaan
a. Melakukan sosialisasi tentang Hand Hygiene dengan mengacu pada five moment Hand
Hygiene kepada seluruh staff oleh team CLEANING seminggu 2 x, selama 2 minggu.
b. Melakukan sosialisasi formulir observasi harian Hand Higiene.
c. Disamping itu dilaksanakannya Evaluasi bulanan dan tiga bulanan. secara berkala saat
pelaksanaan Gizi sesuai dengan five moment oleh team CLEANING.
d. Supervise yang dilakukan oleh team CLEANING setiap hari.
3. Evaluasi
Evaluasi dilakukan semua staff di ruang GIZI secara random sebanyak 30% dari semua staf
GIZI. Apakah semua telah mengikuti sosialisasi sehingga dalam pelaksanaan Praktek kebersihan
tangan dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Cara evaluasi dilakukan dengan melakukan audit
Hand Hygiene sesuai dengan format yang telah disusun.
Evaluasi akan dilaksanakan secara berkala setiap bulannya pada minggu ke IV yang
akan dilakukan oleh Problem Solver atau komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

4. Kesinambungan
Palaksanaan kegiatan ini akan terus dimonitor dan dievaluasi oleh team CLEANING secara
berkala serta akan dibuat laporannya secara tertulis dan akan diusulkan ke ruangan untuk dapat
melakukan penyegaran kembali tentang Hand Hygiene secara berkla bagi karyawan lama dan
sosialisasi bagi karyawan baru.

E. Rencana Waktu

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER


NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I PERSIAPAN
1. Persiapan koordinasi antara tim PSBH
di GIZI
2. Membentuk kelompok untuk menyusun
kegiatan
3. Pertemuan dengan Ka Ru GIZI dan staf
GIZI
OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4. Menyusun format formulir observasi
harian Hand Hygiene
5. Menyusun jadwal sosialisasi
II PELAKSANAAN
1.Sosialisasi tentang hand hygiene
2.Melakukan sosialisasi format
3.Evaluasi bulanan dan tiga bulanan
secara berkala
4. Supervise setiap hari oleh tean
CLEANING
III EVALUASI
Evaluasi harian
Evaluasi bulanan
RENCANA KESINAMBUNGAN
1V 1. Audit Hand Hygiene
2. Sosialisasi untuk karyawan
baru dan penyegaran untuk
karyawan lama

F. Rencana Anggaran

SUMBER DAYA YANG


TERSEDIA YANG DIBUTUHKAN Rp REALISASI Rp
Peralatan : Kertas, pulpen 50.000 50.000
Foto copy format evaluasi 50.000 50.000
Konsumsi 400.000 400.000
Tinta printer 75.000 75.000
Dokumentasi (foto) 100.000 100.000
JUMLAH 675 000 675 000

G. Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan terhadap kepatuhan petugas kesehatan terhadap Hand Higiene
dengan menggunakan formulir observasi terhadap kepatuhan. Kegiatan Sosialisasi tentang Hand
Hygiene yang mengacu pada Five moment Hand Hygiene di Ruang GIZI.
H. Kesinambungan

1. Mengusulkan untuk melakukan penyegaran bagi karyawan lama dan sosialisasi bagi pasien baru
secara berkala.
2. Melakukan supervise secara rutin
3. Meningkatkan fasilitas dan sarana Hand Higiene.
POA
(PLAN OF ACTION)

UPAYA MEMPERTAHANKAN KEPATUHAN HAND HYGIENE


AGAR 85% MENJADI 100% DI UNIT GIZI
RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR

DISUSUN OLEH
PSBH CLEANING

UNIT GIZI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RUMAH SAKIT


HIKMAH MAKASSAR
TAHUN 2018
UPAYA MEMPERTAHANKAN KEPATUHAN HAND HYGIENE
AGAR 85% MENJADI 100% DI UNIT GIZI
RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR

A. Latar Belakang
Hand hygiene masalah terselubung di dunia kesehatan yang belum terselesaikan hingga saat
ini. Setiap tahun, ratusan hingga jutaan pasien di seluruh dunia terkena dampaknya. Infeksi
nosokomial merupakan kejadian yang sangat merugikan, paling seriing terjadi saat proses pelayanan
kesehatan meskipun pada prinsipnya hal ini dapat dicegah.
147 negara berkembang, hanya 16% yang memiliki sistem surveilans yang terpadu, padahal
infeksi nosokomial lebih banyak terjadi pada negara berkembang. Menurut WHO, angka pada
negara berkembang yaitu 15,5 per 100 pasien. Semua studi membuktikan bahwa komponen penting
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu hand hygiene(kebersihan tangan).
Sebuah tindakan yang sederhana dan mudah dilakukan. Karena sederhana dan mudah,
sehingga tingkat kepatuhan terhadap hand hygiene seringkali diabaikan. Apakah betul bahwa hand
hygiene itu mudah dan sederhana? Sesungguhnya Hand Hygiene tidak mudah dilakukan karena
memerlukan komitmen dari semua pihak. Hand Hygiene memerlukan perubahan perilaku atau
kebiasaan.
RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSARo mendukung pelaksanaan hand hygiene tersebut maka
RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR berkomitmen melaksanakan komitmen budaya Hand Hygiene
oleh seluruh karyawan RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR pada Oktober 2018 yang mengacu dari
WHO. Unit (GIZI) merupakan salah satu instalasi di RUMAH SAKIT HIKMAH MAKASSAR yang
masuk kategori High Risk untuk terjadinya infeksi dan wajib untuk meningkatkan angka
kepatuhannya dari 85% menjadi 100% . Faktor yang menyebabkan angka kepatuhan di GIZI tinggi
yaitu tingkat tingkat pengetahuan tentang Hand Hygiene yang bagus sehingga harus di pertahankan.

B. Tujuan Kegiatan
Apakah dengan melakukan pelatihan, penyuluhan, sosialisasi dan supervise oleh team
CLEANING tentang Hand Hygiene untuk semua petugas kesehatan di ruang GIZI selama 3 x
seminggu selama 2 minggu akan dapat mempertahankan angka kepatuhan Hand Hygiene dari 85%
menjadi 100%

C. Langkah-Langkah
1. Persiapan
a. Persiapan koordinasi dengan tim PSBH di GIZI
b. Membentuk kelompok untuk menyusun kegiatan kegiatan untuk meningkatkan mutu
pelayanan di GIZI.
c. Melakukan koordinasi dengan Kepala GIZI rencana kegiatan serta pertemuan dengan
kepala ruang beserta staf..
d. Pembuatan format formulir observasi hand hygiene harian.
e. Penyusunan jadwal sosialisasi.

2. Pelaksanaan
a. Melakukan sosialisasi tentang Hand Hygiene
b. Melakukan sosialisasi format
c.Evaluasi bulanan dan tiga bulanan secara berkala
d. Supervise setiap hari oleh tean CLEANING
3. Evaluasi
a. Evaluasi harian
b. Evaluasi bulanan.
4. Kesinambungan
a. Audit hand hygiene
b. Sosialisai pada karyawan baru dan penyegaran pada karyawan lama.

LAMPIRAN

A. HAND HIGIENE
Kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama
infeksi rumah sakit dan penyebaran mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan
dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002)
Praktek hand hygiene atau membersihkan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran
dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme di tangan
ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga
tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu S. epidermidis.
Tujuan Melakukan Hand Hygiene:
1. Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan:
a. Diantara area petugas Gizian dan zona pasien
b. Pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh: membrane mukosa, kulit non-
intak, alat invasif)
c. Dari darah dan cairan tubuh.
2. Untuk mencegah:
a. kolonisasi patogen pada pasien (termasuk yang multiresisten).
b. penyebaran patogen ke area petugas Gizian
c. infeksi yang disebabkan oleh mikroba endogen.
d. kolonisasi dan infeksi pada petugas kesehatan.

B. TEORI KEPATUHAN MENCUCI TANGAN


Lankford, Zembover, Trick, Hacek, Noskin, & Peterson (2003) bahwa faktor yang berpengaruh
pada tindakan cuci tangan adalah tidak tersedianya tempat cuci tangan, waktu yang digunakan untuk
cuci tangan, kondisi pasien, efek bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya pengetahuan
terhadap standar. Sementara itu Tohamik (2003) menemukan dalam penelitiannya bahwa kurang
kesadaran petugas Gizi dan fasilitas menyebabkan kurang patuhnya petugas Gizi untuk cuci tangan.
Kepatuhan cuci tangan juga dipengaruhi oleh tempat tugas.
Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk melakukan KU (Kewaspadaan
Universal), khususnya berkaitan dengan HIV / AIDS, dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin,
jenis pekerjaan, profesi, lama kerja dan tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap HIV
dan virus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi terhadap resiko),
dan faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untuk membuat suasana lingkungan kerja
yang aman, adanya dukungan dari rekan kerja dan adanya pelatihan).
Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Smet (1994), mengatakan bahwa kepatuhan
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan
dapat berupa tidak lain merupakan karakteristik petugas Gizi itu sendiri. Karakteristik petugas Gizi
merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat
maupun sakit (Adiwimarta, et.al. 1999 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia). Karakteristik petugas
Gizi meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat pendidikan),
kemampuan, persepsi dan motivasi.
Menurut Smet (1994), variabel demografi berpengaruh terhadap kepatuhan. Sebagai contoh
secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung taat mengikuti anjuran atau peraturan di bidang
kesehatan. Data demografi yang mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit
putih, orang tua dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar belakang
pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melaksanakan etos kerja. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik.
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi
kecerdasan telah dijumpai sebagai peramal dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran
yang besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan (Muchlas,
1997).
Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam soal kemampuan
kerja, maka wajar-wajar saja kalau ada petugas Gizi yang merasa mampu atau tidak mampu dalam
melaksanakan tindakan sesuai dengan protap. Demikian juga dalam pelaksanaan protap mencuci
tangan, petugas Gizi yang memiliki kemampuan melaksanakan, akan cenderung patuh untuk
melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan dalam protap tersebut (Arumi, 2002).
Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara selektif, kemudian diberi
makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh masing-masing petugas Gizi. Dengan
demikian muncul persepsi yang berbeda tentang protap tersebut, sehingga kepatuhan petugas Gizi
didalam pelaksanaan protap tersebut juga akan berbeda (Arumi, 2002).
Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimilki seseorang
atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan /
nilai-nilai yang diterima petugas Gizi, dan dukungan sosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang
dilakukan oleh petugas Gizi akan mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan
tindakan. Beberapa aspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan petugas Gizi
adalah ketidakpuasaan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap pendelegasian
maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam pelaksanaan program pengobatan (Arumi,
2002). Smet (1994) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau petugas Gizi
dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan petugas Gizi dalam melaksanakan
peran dan fungsinya.
Sedangkan dukungan sosial menurut Smet (1994) berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang.
Variabel-variabel sosial mempengaruhi kepatuhan petugas Gizi. Dukungan sosial memainkan peran
terutama yang berasal dari komunitas internal petugas Gizi, petugas kesehatan lain, pasien maupun
dukungan dari pimpinan atau manajer pelayanan kesehatan serta kepetugas Gizi.

LAMPIRAN GAMBAR

1. Tehnik Cuci Tangan Hand Rub


2. Tehnik Cuci Tangan Hand Wash
3. 5 Saat Mencuci Tangan
4. Formulir Audit Hand Higene

OBSERVER
TGL OBSERVASI
KODE
UNIT/INST
RUANG/ LANTAI
WAKTU MULAI JAM S/D
PROFESI
Opp Indication HH Action
1.  Bef-pat.  HR
 Bef-asept  HW
 Aft-b.f.  missed
 Aft-pat  gloves
 Aft.p.surr.

Opp Indication HH Action


2  Bef-pat.  HR
 Bef-asept  HW
 Aft-b.f.  missed
 Aft-pat  gloves
 Aft.p.surr.

Opp Indication HH Action


3  Bef-pat.  HR
 Bef-asept  HW
 Aft-b.f.  missed
 Aft-pat  gloves
Aft.p.surr.
Opp Indication HH Action
5  Bef-pat.  HR
 Bef-asept  HW
 Aft-b.f.  missed
 Aft-pat  gloves
Aft.p.surr.

Opp Indication HH Action


6  Bef-pat.  HR
 Bef-asept  HW
 Aft-b.f.  missed
 Aft-pat  gloves
Aft.p.surr.

Pentunjuk tehnis Pengisian Form

RUANGAN diisi tempat observasi dilakukan

OBSERVER diisi nama jelas yang melakukan observasi

TANGGAL diisi tanggal observasi dilakukan, tanggal – bulan - tahun


OBSERVASI

KTU diisi waktu memulai observasi di ruangan terpilih, sampai dengan waktu
OBSERVASI selesai melakukan observasi. Contoh : Mulai Jam 9.30 s/d Jam 10.00

PROFESI diisi menurut klasifikasi berikut

1. Petugas 1.1. Petugas Gizi


Gizi/ 1.2. Bidan
Bidan 2.1. Siswa
2. Pekarya

3. Dokter 3.1. Penyakit Dalam


3.2. Bedah
3.3. Anestesi
3.4. Anak
3.5. Ginekolog
3.6. Konsultan
3.7. Co-Ass/PPDS
4. Petugas lain 4.1.Terapis (Fisioterapis, Okupasional Terapis
Audiologis, Terapis Wicara)
4.2. Teknisi (radiologist, cardiology technician,
operating room technician, laboratory technician, etc)

4.3. Lainnya ( Ahli gizi, Pekerja sosial, dan profesi lain


yang terlibat di pelayanan pasien) 4.4. Siswa
Opp Opportunity : Kesempatan subjek yang diobservasi melakukan HH

Indication Indikasi yang membutuhkan HH


bef.pat : sebelum kontak dengan pasien
bef.asept : sebelum melakukan tindakan aseptik
aft.b.f : setelah terkena cairan tubuh pasien
aft.pat : setelah kontak dengan pasien
aft.p.surr : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
HH Action Respon terhadap indikasi yang membutuhkan HH, dapat berupa aksi positif
dengan melakukan Handrub atau Handwash, atau aksi negatif dengan
meninggalkan Handrub atau Handwash.

HR: Melakukan Handrub dengan menggunakan disinfektan handrub


berbahan dasar alcohol.
HW: Melakukan Handwash dengan menggunakan sabun dan air
Missed : Tidak melakukan HR atau HW.

Anda mungkin juga menyukai