Anda di halaman 1dari 10

Epidemiologi

Traveler’s Rabies
Cahya Wulandari
2000029099
Epidemiologi 2020
Apa itu Rabies ?

Traveler’s Rabies
Rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang sistem saraf
pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus
rabies, ditularkan melalui saliva hewan penderita rabies melalui gigitan
atau luka terbuka. Penyakit ini bersifat fatal, biasanya berakhir dengan
kematian (Kemenkes, 2017) RABIES
Epidemiologi Rabies

a ra n
Se b
Ra bies
dian
Keja

Ditinjau dari segi statistik, penularan penyakit rabies akibat


gigitan anjing mencapai 98% sedangkan 2% lainnya
ditularkan oleh kera dan kucing. Dari sejumlah
wilayah provinsi di Indonesia, tercatat bahwa sejumlah
delapan provinsi belum bebas rabies yaitu Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Kepulauan Riau,
Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Papua Barat, Provinsi
Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur hingga Provinsi
DI Yogyakarta dan sejumlah 26 provinsi lainnya tercatat
endemik rabies (Kementerian Kesehatan, 2020).
Rabies juga masih terdapat dibeberapa Negara Asia antara lain India
20.000 kasus, Vietnam 9000 kasus, Filipina 300-600 kasus dan Indonesia
131 kasus pada 5 tahun terakhir (Infodatin , 2017).
Segitiga
Epidemiologi Teori Segitiga
Epid

Rabies
Terdiri dari Host, Agent dan
Lingkungan
1. Host : Usia (Simbong, et
al., 2022)
2. Agent
virus Lyssavirus dan
termasuk ke dalam family
Rhabdoviridae (Kemenkes,
2017)
3. Lingkungan
a. Kepadatan Penduduk
(Yulianita, et al., 2023)
b. Populasi HPR dan HPR
yang sudah di vaksin
(Simbong, et al., 2022)
Riwayat Alamiah Penyakit
Tahap Pasca Patogenesis
Setelah beberapa hari pasien meninggal karena henti
jantung dan pernafasan

Tahap pathogenesis
 Tahap Inkubasi : Pada umumnya 3-8
minggu.
Tahap Pre-Patogenesis Penyakit  Tahap Penyakit Dini : Timbul gejala
Pada tahap ini sebenarnya telah  Tahap Penyakit Lanjut : Pada tahap ini
terjadi interaksi antara penjamu penderita mengalami berbagai macam
dengan bibit penyakit. gangguan neurologik
Cara Penularan Rabies
Virus masuk melalui kulit yang terluka atau melalui mukosa utuh seperti konjungtiva mata,
mulut, anus, genitalia eksterna, atau transplantasi kornea. Infeksi melalui inhalasi virus
sangat jarang ditemukan.

Cara penularan Cara penularan

Cara penularan rabies dan non gigitan (aerogen,


dapat melalui gigitan transplantasi kontak dengan
bahan mengandung virus
rabies pada kulit manusia
yang luka atau mukosa)
atau bahan infeksius
(Maharani, et al., 2023). (spesimen air liur, otak, urin
dll) (Subdit Zoonosis,
2020).
Upaya Pencegahan Rabies

 Mengindari kontak langsung dengan HPR


 Menjaga kebersihan diri
 Melakukan vaksinasi saat akan berpergian keluar
kota

Peran Industri Wisata Sebagai Wisatawan


Pencegahan Penyakit

 Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau


menurunkan anjing, kucing, kera dan hewan
sebangsanya di daerah bebas rabies.
 Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan
sebangsanya yang masuk tanpa izin ke daerah
bebas rabies
 Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing,
kucing dan kera, 70% populasi yang ada dalam
jarak minimum 10 km disekitar lokasi wisata.
Kesimpulan Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa rabies disebut
juga penyakit anjing gila adalah suatu penyakit infeksi akut pada
susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Sebaran kasus
rabies di Indonesia masih tergolong tinggi. Tingginya kasus rabies
disebabkan oleh factor lingkungan, host dan agen. Rabies dapat
ditularkan melalui gigitan dan non gigitan. Upaya pencegahan dapat
dilakukan oleh wisatawan saat akan pergi berwisata dan industry wisata
sendiri.
Daftar
Referensi
Pustaka
Hamdani, R. & Puhilan, 2020. Epidemiologi Penyakit Rabies di Provinsi Kalimantan Barat: Epidemiology of Rabies
in West Kalimantan Province. JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Disease ,
6(1), pp. 7-14.
Infodatin , P. d. d. I. K. K. R., 2017. Situasi Rabies Di Indonesia. [Online]
Available at: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-rabies-2017.pdf
Kemenkes , 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies Di Indonesia.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes, D. P. d. P. P., 2017. Petunjuk Teknis Surveilans Epidemiologi Rabies Pada Manusia Di Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan, 2020. 8 Dari 34 Provinsi di Indonesia Bebas Rabies. [Online]
Available at: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200928/4735079/8-34-provinsi-indonesia-
bebas-rabies/ [Accessed 2023].
Maharani, S. A., Hilmi, I. L. & Salman, 2023. Review : Efektivitas Vaksin Antirabies pada Manusia dan Cara
Pemberantasan Kasus Rabies yang ada di Indonesia. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(4), pp. 473- 479.
Simbong, M., Azis, R. & Juhanto, A., 2022. Kejadian Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) Di Kabupaten Luwu
Timur Dan Faktor Risikonya. Jurnal Promotif Preventif, 5(1), pp. 1-15.
Subdit Zoonosis, 2020. Lembar Balik Rabies. Jakarta: Kemenkes RI.
Yulianita, N. L., Adisanjaya, N. N. & Wasita, R. R. R., 2023. Pemetaan Faktor Risiko Kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies Pada Manusia Berbasis Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Buleleng Pada Tahun 2021.
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 9(1), pp. 1-9.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai