Anda di halaman 1dari 27

KONSEP DAN APLIKASI PSBH

Dibuat untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan

Oleh Kelas VIII E :

Anggie Melisa (181030100172)


Citra Putri Wahyuni (181030100162)
Fiscarina Wulandari (181030100334)
Khoerotun Nisa (181030100171)
Haniyyah Daryanti (181030100168)
Izah Nur Afifah (181030100165)
Muhammad Robbi. A (181030100333)
Sarah Sihombing (181030100160)
Sonia Nila Maylani (181030100146)
Windi Puji Astuti (181030100338)

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya beserta segala kemudahan, sehingga kami sebagai penulis

dapat menyelesaikan makalah manajemen keperawatan dengan sebaik

mungkin dan insya Allah bermanfaat bagi semua pembaca.

Dalam proses penyelesaian makalah ini, penulis banyak

mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, karenanya

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya.

1. Amelia Nurul H,S.Tr.Kep,M.Kep selaku dosen Manajemen

Keperawatan.

2. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut

membantu penyusunan tugas ini.

Dengan selesainya makalah sebagai salah satu tugas “Manajemen

Keperawatan” ini, penulis menyadari bahwa makalah penuh dengan

kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

penulis harapkan untuk makalah yang lebih baik kedepannya. Dan

akhirnya dengan penuh harapan semoga karya kecil ini bermanfaat juga

menambah wawasan bagi pembaca. Amin yaarabbal ‘alamin.

Pamulang, 2 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dan Aplikasi PSBH
C. Akreditasi Konsep Mutu
D. Patient Safety

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga negara. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang standar

pelayanan minimal rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit sebagai

salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat memiliki peran strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang bermutu (Depkes RI,

2008). Peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara sistem perlu

dilakukan, sehingga diharapkan seluruh lingkup pelayanan kesehatan

termasuk pelayanan keperawatan di rumah sakit memiliki karakter mutu

pelayanan prima yang sesuai dengan harapan pasien (Wiyono, 2012).

Pelayanan keperawatan merupakan indikator mutu rumah sakit yang

menjadi suatu konsekuensi terhadap profesionalisme dalam bidang

keperawatan yang berkualitas dan mengaktualisasikannya sehingga

pemenuhan dimensi mutu pelayanan keperawatan tercapai (Kemenkes

RI, 2013).

PSBH merupakan salah satu program yang dapat digunakan untuk

membantu dalam pengembangan problem solving skala kecil yang

secara langsung dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Melalui

PSBH diharapkan dapat mengembangkan ide dan metode baru untuk

1
2

menggunakan sumber daya yang ada dengan cara yang lebih efektif

untuk mengatasi masalah kesehatan meskipun terjadi kekurangan sumber

dana, sumber daya manusia, tenaga kesehatan yang paling depan seperti

perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain (Dreyfus Health, 2017).

langkah-langkah PSBH terdiri dari tahap persiapan berupa koordinasi

dengan pihak rumah sakit dan penyampaian permasalahan penelitian,

tahap pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan mendefinisikan masalah,

mendefinisikan suatu solusi, networking dan menyusun rencana kerja

yang baik (Plan of Action) serta mengimplementasikanya, tahap

sosialisasi dan tindak lanjut terdiri dari sosialisasi pelaksanaan rencana

kerja dan hasil PSBH. (Sugandi 2015)

Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kinerja perawat diperlukan

pengetahuan terkait konsep dan pengaplikasian PSBH agar nantinya

didapatkan kinerja yang baik

B. Rumusan Masalah

Pada pembahasan materi ini yaitu untuk mengetahui dan memahami


tentang konsep dan pengaplikasian PSBH serta mengidentifikasi
penerapan SAK, akreditasi konsep mutu dan mengidentifikasi Pasient
Sapety dalam manajement keperawatan.
3

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum PSBH untuk menyelesaikan masalah yang


berhubungan dengan kualitas operan pasien dari shift ke shift yang
disebabkan oleh faktor individu perawat. Yaitu kesadaran individu
perawat untuk menilai dirinya, imajinasi atau menciptakan sesuatu
dalam pikirnya yang tidak di batasi oleh dunia nyata, suara hati,
kesadaran batin, yang dalam tentang benar dan salah. Tentang
prinsip-prinsip yang mengatur perilaku dan kehendak bebas.

b. Tujuan Khusus

a) Untuk mengidentifakasi pengertian PSBH


b) Untuk mengidentifikasi macam-macam PSBH
c) Untuk mengidentifikasi proses PSBH
d) Untuk mengidentifikasi prinsip PSBH
e) Untuk mengidentifikasi penerapan PSBH
f) Untuk mengidentifikasi penerapan SAK
g) Untuk Mengidentifikasi Akreditasi konsep mutu
h) Untuk mengidentifikasi Keselamatan Paien (patient safety)
i) Untuk Mengidentifikasi Standar Keselamatan Pasien
j) Untuk mengetahui Penyebab Kecelakann Pasien
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Aplikasi PSBH

1. Pengertian PSBH

PSBH merupakan salah satu program yang dapat digunakan untuk

membantu dalam pengembangan problem solving skala kecil yang

secara langsung dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.

Melalui PSBH diharapkan dapat mengembangkan ide dan metode

baru untuk menggunakan sumber daya yang ada dengan cara yang

lebih efektif untuk mengatasi masalah kesehatan meskipun terjadi

kekurangan sumber dana, sumber daya manusia, tenaga kesehatan

yang paling depan seperti perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain

(Dreyfus Health, 2017).

Menurut Yuliastuti (2009), langkah-langkah PSBH terdiri dari tahap

persiapan berupa koordinasi dengan pihak rumah sakit dan

penyampaian permasalahan penelitian, tahap pelaksanaan yang

terdiri dari kegiatan mendefinisikan masalah, mendefinisikan suatu

solusi, networking dan menyusun rencana kerja yang baik (Plan of

Action) serta mengimplementasikanya, tahap sosialisasi dan

tindak lanjut terdiri dari sosialisasi pelaksanaan rencana kerja dan

hasil PSBH.

4
5

PSBH adalah proses yang terdiri dari langkah-langkah yang mudah

untuk mengatasi masalah. Selama workshop (dan dalam buku

pedoman ini) anda akan dibimbing untuk melaksanakan langkah-

langkah tersebut. Apabila anda sudah memahami proses ini, anda

akan mampu untuk mengatasi berbagai masalah dalam aktivitas

pribadi dan profesional anda, tidak hanya untuk bidang kesehatan.

2. Macam – Macam PSBH

a) PSBH Hospital

Adalah PSBH yang diterapkan dirumah sakit sebagai strategi

menjamin mutu dari rumah sakit tersebut. PSBH hospital ini

basanya dilakukan dengan cara pemberian Workshop dan

pelatihan mengenai bagaimana cara menjadi seorang Problem

Solver dengan memberikan langkah- langkah penyelesaian

masalah yang terjadi di rumah sakit. Masalah yang sering

dihadapi di rumah sakit contohnya adalah infeksi nosocomial,

infeksi jarum infus, kejadian pasien jatuh, kejadian cedera/

kecelakaan, dan kejadian decubitus.

b) PSBH-Nursing

Diluncurkan pertama kali pada tahun 2002 di Peking Union

Medical College School of Nursing di Beijing pada Lokakarya

PSBHN. Diadakan agar dapat mendorong seorang perawat untuk


6

menyadari potensi pemecahan masalah mereka sehingga mereka

dapat mengarahkan individu, keluarga, dan masyarakat untuk

menangani masalah – masalah kesehatan yang lebih baik.

3. Proses PSBH

Proses PSBH menekankan untuk menggunakan sumber yang


ada untuk memecahkan masalah kesehatan, daripada menunggu
solusi dari luar. PSBH didesain untuk memberi seseorang
kepercayaan diri untuk melepaskan apa yang dia punya untuk
memecahkan masalah. Proses PSBH melatih kita untuk
memantapkan keterampilan dalam mencari dan mengembangkan
cara – cara baru yang inovatif sehingga dengan demikian secara
pribadi dapat mengatasi masalah yang di alami untuk meningkatkan
keadaan kesehatan secara umum.
Langkah-Langkah dari proses PSBH adalah (Smith, Fitzpatrick, &

Hoyt-Hudson, 2009):

a. Mendefinisikan Masalah

Mendefinisikan masalah dengan jelas dan pasti tentang sifat,

besar, penyebab masalah dan berbagai factor yang

mempengaruhinya. Masalah tersebut harus benar-benar ada di

sekitar lingkunagn kita. Jangan menciptakan suatu masalah

karena anda tidak mungkin dapat mengatasi masalah maya

(virtual) yang anda ciptakan. Kita harus yakin bahwa masalah

ini dapat diatasi.

b. Memprioritaskan Masalah

Di Rumah Sakit biasanya mempunyai lebih dari satu masalah

yang harus diatasi, maka dari itu cara yang tepat selanjutnya
7

adalah mengambil bagian yang kecil dari masalah yaitu, bagian

yang realistic dan dapat dikelola. Kemudia, mempersempit

masalah menjadi satu masalah yang dapat diatasi.

c. Mendefinisikan Solusi

Mendefinisikan solusi dalam pertanyaan baik, pertanyaan baik

adalah pertanyaan yang relevan, didefinisikan dengan baik, dan

dapat dijawab. Pertanyaan yang baik untuk mendefinisikan

solusi harus mencakup:

1) Melakukan kegiatan apa?

2) Dengan siapa dan untuk siapa?

3) Dimana?

4) Untuk berapa lama?

5) Tujuan yang diinginkan

Sebelum mencari solusi dari masalah, kumpulkan sebanyak mungkin

informasi tentang apa yang sudah diketahui tentang masalah tersebut.

Apakah ada orang lain yang telah menyelesaikan masalah tersebut di

lingkungan kerja? Perlu dicari informasi tentang apa yang telah

berhasil dan tidak berhasil. Agar tidak mengulangi sesuatu yang

telah dilakukan sebelumnya dan cegah kegagalan yang telah

mereka alami. Dengan cara ini akan dapat melangkah lebih baik

dalam mengatasi masalah.


8

4. Prinsip PSBH

Prinsip PSBH antara lain:

a. Menggunakan sumber daya (tenaga, teknis, peralatan, logistik, dana)


setempat yang ada untuk mengatasi masalah

b. Apa yang dapat dilakukan secara pribadi untuk mengatasi masalah

c. Mengatasi masalah bagian demi bagian dengan setiap kali mengambil


mengambil bagian yang kecil, realistik dan dapat dikelola, kemudian
mengatasi setiap bagian yang kecil tersebut sebelum mengatasi bagian
lain yang lebih besar.

5. Penerapan PSBH

Ketika menangani sebuah kasus yang dialami di lapangan, seorang perawat

berpedoman pada prinsip PSBH diatas. Kita menggunakan ide atau

pendekatan baru, menggunakan sumber daya yang tersedia. Pelatihan yang

tidak memerlukan biaya, karena dilakukan dalam proses belajar sambil

bekerja. Yang terpenting perawat yang menerima pelatihan bisa diuji

kemampuannya. Seperti contoh kasus dibawah ini.

Contoh Penerapan PSBH:

Contoh penerapan PSBH di RSUD Tugu Rejo, perawat yang bertugas di

ruang ICU tidak bisa membaca EKG dengan benar. Sebanyak 20 orang atau

83,3% karena perawat tidak mendapatkan pelatihan. Faktor penunjang

terjadinya masalah tersebut karena tidak mendapat pelatihan dan tidak

tersedianya dana untuk melatih seluruh perawat ICU.

Untuk mengatasi masalah itu, kelompok PSBH membuat program pelatihan

cara membaca EKG. Narasumbernya adalah petugas yang sudah memahami

cara membaca EKG. Mereka membagi ilmunya kepada para petugas yang
9

belum bisa membaca EKG sambil bekerja, tidak perlu dilakukan pelatihan

secara khusus di dalam kelas. Hasilnya 100% perawat di ICU sekarang

mampu membaca EKG dengan benar.

Agar PSBH dilakukan dengan baik dan lancara, ada cara untuk menarik

minta melakukan gerakan PSBH seperti yang dilakukan di RSUD Tugurejo,

yaitu dengan diadakannya” Mini Konvensi PSBH”. Mini Konvensi PSBH

ini dilakukan dengan masing-masing unit PSBH menampilkan penjelasan

cara memecahkan masalah yang dihadapi masing-masing unit. Jika unit

tersebut pemecahan masalahnya tidak meningkatkan mutu maka unit

tersebut gugur.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti didapatkan bahwa

penerepan PSBH di rumah sakit dapat meningkatkan proaktifitas perawat

yang terdiri dari kesadaran diri (self-awareness), kemampuan untuk

bermajinasi (imagination), kepemilikan akan hati nurani (conscience), dan

kemerdekaan untuk berkehendak (independent-will). Dengan adanya

pelatihan peningkatan dalam implementasi PSBH membuat perawat berfikir

tentang hal-hal baru yang ideal yang harus dilakukan dalam meningkatkan

proaktifitas perawat secara individual, mengingatkan perawat apa yang

harus dilakukan dan memotivasi seorang perawat untuk memberikan

pelayanan yang optimal. (Yuliastuti, 2009).

B. Penerapan SAK

1. Pengertian Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan


10

kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies,

1989,h.121). Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-

kegiatan asuhan yang mengarah kepada praktek keperawatan profesional

(ANA,1992,h.1).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat,

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif , ditujukan

kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup kehidupan manusia (lokakarya Nasional 1983).

Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu

kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk

klien ( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah

klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan

yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui

standar praktek dapat diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan

itu yang telah diberi sesuai dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

a) Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan

pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional

b) Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien

dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan

c) Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada

d) Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk


11

mengembangkan tingkat kemampuan profesional

e) Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan

kesehatan

f) Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan

kesehatan

Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan penting lainnya

mencakup pada dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan

efektifitas manajemen organisasi. Dalam pengembangan standar

menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim sehingga dapat

ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar bagaimana

proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil pasien,

standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk

memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus

dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat

bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).

Tujuan Sak ( Standar Asuhan Keperawatan ) : Sk Dirjen Yanmed :

Ym.00.03.2.6.7637/1993) Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh

MENKES RI dalam Surat Keputusan Nomor : 660/Menkes/SK/IX/1987.

Kemudian diperbaruhi dan disahkan berdasarkan SK DIRJEN YANMED RI

No : OO.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996,

DPP PPNI menyusun standar profesi keperawatan SK No : 03/DPP/SK/I/1996

yang terdiri dari standar pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, standar

pendidikan keperawatan dan standar pendidikan keperawatan berkelanjutan.

Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1989) adalah :

a) Meningkatkan asuhan keperawatan.


12

b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan

c) Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanaka tugas dan

melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.

3. Pelaksanaan Penerapan SAK

Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan tersedianya

Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan dan penilaian

penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis, objektif dan

berkelanjutan.

1) Standar I: Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentangstatus

kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan

berkesinambungan. Kriteria Proses:

a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan data

diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan

mempelajari catatan klien lainnya ).

b) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan,

rekam medis dan catatan lain.

c) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :

(a) Status kesehatan klien saat ini

(b) Status kesehatan klien masa lalu

(c) Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual

(d) Respon terhadap alergi

(e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

(f) Resiko – resiko tinggi masalah.


13

2) Standar II: Diagnosis Keperawatan Perawat menganalisa data pengkajian untuk

merumuskan diagnosis keperawatan Kriteria Proses:

a) Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah

klien dan perumusan diagnosis keperawatan.

b) Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E),

dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE). 3.

Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain

untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.

c) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data

terbaru.

3) Standar III: Perencanaan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria Proses :

a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan

rencana tindakan keperawatan.

b) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.

c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan

klien.

d) Mendokumentasikan rencana keperawatan.

4) Standar IV: Implementasi Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di

identifikasi dalam rencana asuhan keperawatan.

Kriteria Proses :

a) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

b) Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status


14

kesehatan klien

c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

kesehatan klien.

d) Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan

dibawah tanggung jawabnya.

e) Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk

mencapai tujuan kesehatan.

f) Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan

fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

g) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,

ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakannya.

h) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien.

5) Standar V: Evaluasi Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan

dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan. Kriteria

Proses:

a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara kompeherensif,

tepat waktu dan terus menerus.

b) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,

tepat waktu dan terus menerus.

c) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan

kearah pencapaian tujuan.

d) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.


15

e) Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

f) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

C. Akreditasi Konsep Mutu

1. Pengertian Akreditasi

Akreditasi adalah proses di mana lembaga atau unit disiplin dalam suatu

lembaga secara berkala mengevaluasi pekerjaannya dan mencari penilaian

independen oleh rekan-rekan bahwa lembaga itu secara substansial mencapai

tujuan pendidikannya sendiri dan memenuhi standar yang ditetapkan dari

badan yang mencari akreditasi.

Akreditasi adalah metode yang diakui dimana organisasi dapat mencapai

peningkatan yang terukur. Akreditasi menunjukkan kesediaan untuk menilai

diri sendiri terhadap standar nasional. Biasanya proses sukarela di mana

lembaga pemerintah atau non-pemerintah memberikan pengakuan kepada

lembaga perawatan kesehatan yang memenuhi standar tertentu yang

memerlukan perbaikan terus-menerus dalam struktur, proses, dan hasil.

Menurut Pasal 40 ayat (3) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan

oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa

rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku.

Akreditasi juga merupakan penilaian yang dilakukan oleh lembaga

independen pelaksana akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan

cara penerapan standar pelayanan.


16

Jadi akreditasi merupakan suatu proses pengakuan yang diberikan kepada

rumah sakit dalam rangka peningkatan nilai mutu dengan keberhasilan suatu

rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan rumah sakit.

2. Tujuan Akreditasi

a. Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Khusus
1) Memberikan jaminan, kepuasan, dan perlindungan masyarakat.
2) Memberikan pengakuan terhadap rumah sakit yang telah menerapkan
standar pelayanan rumah sakit.
3) Menciptakan lingkungan intern rumah sakit yang kondusif untuk
penyembuhan dan pengobatan termasuk peningkatan dan pencegahan
sesuai standar struktur, proses, dan hasil

3. Dasar Hukum

a. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


b. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
c. Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementrian Kesehatan

4. Manfaat Akreditasi

a. Bagi Pasien dan Masyarakat:


Mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar yang terukur.
b. Bagi Petugas Kesehatan di Rumah Sakit:
c. Memberikan rasa aman dalam melaksanakan tugas karena rumah sakit
telah mempunyai sarana, prasarana, dan peralatan yang telah memenuhi
standar prosedur.
d. Bagi Pemilik Rumah Sakit:
1) Sebagai bahan negosiasi untuk kerjasama dengan pihak asuransi,
maupun perusahaan – perusahaan lainnya.
2) Sebagai alat pengukur pengelolaan rumah sakit.
e. Bagi Pihak Asuransi dan Perusahaan Lain:
17

Sebagai acuan untuk mengadakan kerjasama.

5. Prinsip Akreditasi

Persatuan Komisi Colleges menyatakan bahwa prinsip akreditasi antara lain


sebagai berikut :
a. Dalam proses akreditasi partisipasinya bersifat sukarela dan terdapat
proses akreditasi status lama dan terbarukan.
b. Anggota lembaga mengembangkan, mengubah, dan menyetujui
persyaratan akreditasi.
c. Proses akreditasi merupakan perwakilan, responsif, dan sesuai dengan
jenis lembaga terakreditasi.
d. Akreditasi adalah pengaturan diri.
e. Akreditasi membutuhkan komitmen kelembagaan dan keterlibatan.
f. Akreditasi didasarkan pada setiap proses penilaian.
g. Akreditasi membutuhkan komitmen kelembagaan untuk pembelajaran
dan prestasif.
h. Akreditasi mengakui hak prerogatif institusi untuk mengartikulasikan
misinya dalam konteks yang diakui pendidikan tinggi dan tanggung jawab
untuk menunjukkan bahwa itu adalah pelaksanaan misinya.
i. Akreditasi mengharapkan institusi untuk seimbang mengembangkan dan
mengatur struktur kelembagaan yang dirancang untuk mempromosikan
otonomi dan fleksibilitas operasi.
j. Akreditasi mengharapkan institusi untuk memastikan bahwa Program
perusahaan dilengkapi dengan dukungan struktur dan sumber daya yang
memungkinkan untuk pertumbuhan total dan pembangunan dari sumber
daya manusianya.

D. Patient Safety

1. Pengertian Patient Safety

Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya

kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di

rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman yang meliputi assesment mengambil tindakan yang seharusnya


18

diambil (Depkes RI, 2011).

Menurut Kemenkes RI (2015), keselamatan pasien (patient safety) adalah

suatu sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem

tersebut meliputi pengkajian risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden,

pelaporan atau analisis insiden, serta implementasi dan tindak lanjut suatu

insiden untuk meminimalkan terjadinya risiko. Sistem tersebut dimaksudkan

untuk menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya cidera atau

insiden pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan.


19

2. Tujuan Patient Safety

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasie dan masyarakat

c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)

3. Standar Patient Safety

Pentingnya akan keselamatan pasien dirumah sakit, maka dibuatlah

standar keselamatan pasien dirumah sakit. Standar keselamatan

pasien dirumah sakit ini akan menjadi acuan setiap asuhan yang

akan diberikan kepada pasien. Menurut Depkes RI, (2011) ada tujuh

standar keselamatan pasien yaitu:

a. Hak pasien

b. Mendidik pasien dan keluarga

c. Keselamatan pasien daam kesinambungan pelayanan

d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

4. Sasaran Patient Safety


20

Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting
dalam pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat
pasien atau Patient Safety Goals. Sasaran keselamatan pasien
merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRSI), dan Joint
Commission International (JCI). Menurut Joint Commission
International (2013) terdapat enam sasaran keselamatan pasien
yaitu:
a. Identifikasi pasien dengan benar

b. Meningkatkan komunikasi yang efektif

c. Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai

d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi

e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

f. Pengurangan risiko pasien jatuh.

5. Hal Yang Dapat Menyebabkan Kecelakaan Pasien

Hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pasien adalah:


a. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
b. Komunikasi yang tidak efektif
c. Penggunaan obat high alert yang tidak aman, Tidak tepat lokasi,
prosedur, dan pasien operasi
d. Pencegahan risiko infeksi yang buruk, Pencegahan pasien jatuh
yang buruk Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
21

dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak


lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan (Depkes R.I.,2006).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan merupakan suatu pelayanan

keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan

oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat)

baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

pasien dan standar pelayanan. Secara sederhana proses kendali mutu ( Quality

Control ) dimulai dari menyusun strandar – standar mutu, selanjutnya mengukur

kinerja dengan membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang telah

ditetapkan. Apabila tidak sesuai, dilakukakn tindakan koreksi. Bila diinginkan

peningkatan kinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan seterusnya

Akreditasi merupakan suatu proses pengakuan yang diberikan kepada rumah

sakit dalam rangka peningkatan nilai mutu dengan keberhasilan suatu rumah

sakit dalam memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai

freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error

yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah

dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan keselamatan pasien dan

menciptakan budaya keselamatan pasien di RS. Dalam Patient Safety terdapat


23

konsep-konsep seperti management risk, good clinical governance, grading

risk, quality assurance, dan root cause analysis.

B. Saran

Adapun saran yang diharapkan penulis kepada para tenaga media khususnya

perawat dapat mulai menerapkan patient safety di dalam pekerjaannya. Mulai

meningkatkan Standar Asuhan keperawatan dan dapat menjaga kualitas mutu

dengan sebaik mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya :


Airlangga University Press.
Anggri. (2011). Peran dan Pemimpin dalam Meningkatkan Mutu.
http://anggri.healthsystemdisaster.blogspot.com/2011/02/peran-pemimpin-
dalam-meningkatkanmutu.html Di akses pada tanggal 2 juni 2022
Tappen 1995. Nursing Leadership and Management: Concepts & Practice.
Philadelphia : F.A. Davis Company.
jci-akreditasirumahsakit.blogspot.com Kebijakan Akreditasi Baru. [online]
Available at:
<http://jci-akreditasirumahsakit.blogpot.com/2011/12/daftar_kebijakan-
akreditasi-baru.html> Accessed [02 juni 2022]

http://www.scribd.com/doc/78390643/Buku-Standar-Asuhan-Keperawatan

24

Anda mungkin juga menyukai