Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERILAKU NEGATIVE DARI MASYARAKAT DALAM


MENYIKAPI GLOBALISASI

IX-2
KELOMPOK 5
 RIZKY EMILIA RAMADHANI
 ANGGUN FATIKA DEWI
 BERLIANA
 BELVA GHAZANI FAUZI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “ Perilaku negative dari masyarakat
dalam menyikapi globalisasi “ ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 24 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… II
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. III
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………. 5
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN....………………………………………………….. 6
2.1 Jawaban …………………………………………………………………… 6
BAB III PENUTUP…………………………………………………………… 7
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 7
3.2 Saran………………………………………….……………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… xiv

iii

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era global ditandai dengan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap
perubahan kehidupan manusia, baik ekonomi, politik dan kebudayaan.Tiga
dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh globalisasi dibidang budaya sangat
besar dampaknya bagi sebuah bangsa. Efek yang dirasakan saat ini akibat tidak
langsung dari globalisasi adalah nilai kemanusiaan mulai dilupakan karena
kemajuan sains dan teknologi. Perilaku, budi pekerti luhur dan moralitas sudah
terlupakan oleh budaya hidup kita yang semakin instan dan menghendaki
kesenangan serta pencapaian tujuan dengan menghalalkan segala cara. Nilai
moral semakin ditinggalkan oleh masyarakat, dengan alasan modernitas telah
berpaling dari ikatan kebudayaan Indonesia, menuju kepada kebudayaan global
yang tidak seluruhnya sesuai dengan watak serta jati diri bangsa yang religius.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Darajat (2011:12) bahwa:

Sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang dicirikan dengan


derasnya arus informasi dan teknologi ternyata dari satu sisi memunculkan
persoalan-persoalan baru yang kerap ditemukan pada diri individu dalam suatu
masyarakat. Munculnya kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, narkoba,
penyimpangan seksual, kekerasan serta berbagai bentuk penyimpangan penyakit
kejiwaan, seperti stress, depresi, dan kecemasan, adalah bukti yang tak ternafikan
dari adanya dampak negatif dari kemajuan peradaban modern. Hal ini kemudian
secara tidak langsung berpengaruh tidak baik pula pada kemapanan dan tatanan
masyarakat damai seperti yang kita harapkan.

Fenomena ini dalam rumusan yang sederhana dapat dikatakan bahwa


modernisasi dan kemajuan masyarakat akan semakin kompleks dan beragam
problematika kehidupan yang akan dijumpai. Efek negatif modernisasi dan
kemajuan global saat ini terlihat jelas dalam kehidupan keseharian bangsa
Indonesia yang mulai kehilangan jati diri bangsanya diri bangsa sebagai karakter
khas yang dimiliki bangsa seolah-olah tenggelam oleh karakter yang masuk dari
luar.

1
Orang tua yang sibuk bekerja untuk mendapatkan nafkah dan kurang mempedulikan
perilaku dan pendidikan anaknya, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian yang
baik dari keluarganya. Hal ini diperparah dengan kebiasaan para orang tua serta pemuda
di lingkungan masyarakat sekitar yang gemar mengkonsumsi minuman keras dan
bermain judi togel, bahkan para orang tua mengkonsumsi minuman keras.
Para pemuda juga terbiasa berbicara dengan kata-kata yang kotor dan kasar, serta
sering terlibat dalam perkelahian. Kegiatan kerja bakti bergotong royong membersihkan
lingkungan yang kumuh dan kotor penuh sampah di lingkungan tempat tinggal para siswa
tidak pernah diadakan. Selain itu kesadaran warga yang kaya untuk membantu warga
yang miskin tidak terlihat, hal ini nampak dari tidak adanya komunikasi antara warga
yang kaya dengan warga yang miskin, warga yang kaya cenderung tertutup terhadap
warga lainnya. Fenomena yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat tempat tinggal
para siswa ini membuat tugas orang tua dalam memberikan pendidikan nilai kepedulian
sosial menjadi jauh lebih berat, sebab anak tinggal di lingkungan yang memiliki
permasalahan sosial, selain itu orang tua murid sebagai pendidik utama nilai-nilai
karakter bagi anaknya tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Apabila hal itu terus
berlanjut akan melahirkan generasi-generasi yang tidak pandai secara afektif. Mereka
tidak peduli dengan sesama, acuh tak acuh, dan tidak memiliki karakter yang kurang
humanis.
Dampak-dampak negatif globalisasi terhadap karakter bangsa ini haruslah menjadi
perhatian semua pihak. Dunia pendidikan mengemban peranan penting dalam menangkal
berbagai efek tersebut. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu memberikan
solusi positif untuk menanggulanginya, kesiapan menghadapi ekses negatif dari
globalisasi oleh dunia pendidikan akan berefek positif terhadap masyarakat secara umum
dan pembelajar secara khusus. Dunia pendidikan harus memberikan masukan tentang
sikap-sikap peduli dan nilai-nilai moral yang perlu dikembangkan.
Menurut Rukiyati, dkk (2008:59) menyatakan nilai bagi manusia dipakai dan
diperlukan untuk menjadi landasan alasan, motivasi dalam segala sikap, tingkah laku dan
perbuatannya. Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, dijunjung tinggi, yang mewarnai
dan menjiwai tindakan manusia. Nilai sangat dibutuhkan oleh semua manusia mengingat
nilai merupakan landasan dari tingkah laku dan perbuatan manusia.
Masalah nilai moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja,
baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih
terbelakang. Karena kerusakan moral seseorang mengganggu ketenteraman yang lain.
2
Jika di dalam suatu masyarakat banyak yang rusak moralnya, maka akan goncanglah
keadaan masyarakat itu.
Ditinjau keadaan masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini
akan didapati bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak atau mulai merosot.
Gejala-gejala yang menunjukkan kemerosotan moral juga terjadi pada anak-anak muda.
Menurut Darajat (2011:13) dapat digolongkan kepada beberapa bagian sebagai berikut:
1. Kenakalan ringan, misalnya keras kepala, tidak mau patuh kepada orang tua dan guru,
lari (bolos) dari sekolah, tidak mau belajar, sering berkelahi, suka mengeluarkan kata-
kata yang kurang sopan, cara berpakaian, dan lain sebagainya.
2. Kenakalan yang mengganggu ketenteraman dan keamanan orang lain,
misalnyamencuri, menfitnah, merampok, menodong, menganiaya, merusak milik orang
lain, membunuh, kebut-kebutan dan lain-lainnya.
3. Kenakalah seksual, baik terhadap jenis lain (betero-seksual) maupun terhadap orang
sejenis (homo-seksual).
Perilaku masyarakat juga sudah menunjukkan kemerosotan nilai moral dan tata krama,
rasa kepedulian terhadap sesama juga sudah menipis. Hasil observasi di Desa Banyuurip
Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali tahun 2016 menunjukkan bahwa orang-orang
yang gemar berjudi tidak lagi segan ataupun malu-malu, berjudi di tempat terbuka.
Minum-minuman keras bagi beberapa orang juga sudah menjadi hobi. Selanjutnya dalam
bertata krama, beberapa anak muda kelihatan bercakap-cakap dengan bahasa Jawa
”ngoko” yang kasar, tidak ada lagi ”unggah-ungguh” seperti masyarakat di masa lalu.
Komunikasi dengan orangtua pun juga kurang menggunakan sopan-santun.
Muda kelihatan bercakap-cakap dengan bahasa Jawa ”ngoko” yang kasar, tidak ada
lagi ”unggah-ungguh” seperti masyarakat di masa lalu. Komunikasi dengan orangtua pun
juga kurang menggunakan sopan-santun. muda kelihatan bercakap-cakap dengan bahasa
Jawa ”ngoko” yang kasar, tidak ada lagi ”unggah-ungguh” seperti masyarakat di masa
lalu. Komunikasi dengan orangtua pun juga kurang menggunakan sopan-santun.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan
kepedulian sosial masyarakat, sehingga masyarakat dapart mempertahankan nilai-nilai
moral yang baik sehingga akan berdampak pula terhadap kehidupan bangsa ini di masa
depan. Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang memuat
pendidikan moral memiliki tugas untuk menjadikan anak manusia bermoral baik dan
manusiawi. 3
Menurut Suryadi dan Somardi dalam Muchson (2006: 5) Kompetensi yang hendak
dikembangkan oleh Pendidikan 6 Kewarganegaraan adalah agar anak (siswa) mampu
menjadi warga negara yang berperan serta secara aktif dalam sistem pemerintahan negara
yang demokratis. Untuk memiliki kompetensi seperti itu diperlukan seperangkat
pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), serta watak (afektif). Dalam konsep
Pendidikan Kewarganegaraan disebut (1) civic knowledge, (2) civic skills, dan (3) civic
disposition/traits. Pengetahuan masyarakat mengenai pendidikan kewarganegaraan
menjadi unsur penting dalam upaya masyarakat menjaga nilai-nilai moral anak. Dalam
hal ini ada beberapa tokoh atau pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral
dengan tujuan membentuk watak atau karakter anak. Salah satu pakar yang mencoba
menerapkan cara atau strategi dalam membentuk watak atau karakter anak adalah
Thomas Lickona. Dalam pandangan Lickona (1992: 219):Watak atau karakter anak dapat
dibentuk atau dikenal dengan educating for character. Dalam pembentukan karakter
tersebut, Lickona mengacu pada pemikiran filosof Michael Novak yang berpendapat
bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek meliputi: moral
knowing, moral feeling, dan moral behavior.
Melalui tiga kerangka berpikir tersebut hasil pembentukan sikap atau karakter anak
dapat dilihat. Masing-masing aspek dalam tiga kerangka pembentukan moral yang
dikemukakan Lickona di atas memiliki unsur atau aspek-aspek tersendiri. Aspek konsep
moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness), pengetahuan nilai
moral (knowing moral value), pandangan ke depan (perspective taking), penalaran moral
(moral reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan pengetahuan diri (self
knowledge). Aspek sikap moral (moral feeling) meliputi: kata hati (conscience), rasa
percaya diri (self esteem), empati (emphaty), cinta kebaikan (loving the good),
pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (huminity). Aspek perilaku moral
(moral behavior) mencakup: kemampuan (compalance), kemauan (will), dan kebiasaan
(habbit).
Melalui penanaman nilai-nilai moral tersebut di dalam kehidupan bermasyarakat
diharapkan mampu mempertahankan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat
tersebut. Hilangnya salah satu bagian penting dalam penanaman nilai-nilai moral di
dalam masyarakat tentu akan menyebabkan munculnya sikap yang kurang
menguntungkan pada diri anak dan akan terjadi ketidaksesuaian dengan standar dan
harapan sosial. Sejak kecil anak harus dibiasakan untuk mempelajari nilai-nilai moral.
Bila dasar ilmu moral telah diberikan sejak kecil, besarnya sambil anak-anak mengikuti
pendidikan formal yang umumnya maka,pendidikan moral dapat dipelajari sendiri,
sehingga pendidikan moral itu dapat diterapkan berdasarkan baik dan buruk.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai
moral ?
2. Hambatan apa saja yang dapat mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam
mempertahankan nilai-nilai moral?
3. Slusi yang diambil oleh masyarakat dalam mengatasi hambatan yang mengurangi
kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai moral?

C. Tujuan Penelitian Tujuan


Dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilainilai
moral Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2016.
2. Mendeskripsikan hambatan yang dapat mengurangi kepedulian sosial masyarakat
dalam mempertahankan nilai-nilai moral Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten
Boyolali Tahun 2016
3. Mendeskripsikan solusi yang diambil oleh masyarakat untuk mengatasi hambatan yang
mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai moral Desa
Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun 2016.

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian


a. Manfaat atau Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
wawasan kepada masyarakat luas mengenai penanaman karakter khususnya terkait
dengan sikap-sikap dan perilaku yang sesuai dengan konsep kepedulian sosial,
serta sebagai bahan referensi atau masukan untuk penelitian sejenis dan bahan
pengembangan tentang penanaman nilai-nilai moral
b. Menambah cakrawala pengetahuan khususnya mengenai fenomena perilaku
masyarakat di desa saat ini
5
BAB III

A. Kesimpulan
Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pengolahan
data. Selain itu, peneliti juga memberikan beberapa saran yang memungkinkan kepada
pihak-pihak terkait yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini.

1. Efek negatif modernisasi dan kemajuan global saat ini terlihat jelas dalam kehidupan
keseharian bangsa Indonesia yang mulai kehilangan jati diri bangsanya diri sebagai
karakter khas yang dimiliki bangsa seolah-olah tenggelam oleh karakter yang masuk dari
luar.
2. Efek yang dirasakan saat ini akibat tidak langsung dari globalisasi adalah nilai
kemanusiaan mulai dilupakan karena kemajuan sains dan teknologi. Perilaku, budi
pekerti luhur dan moralitas sudah terlupakan oleh budaya hidup kita yang semakin instan
dan menghendaki kesenangan serta pencapaian tujuan dengan menghalalkan segala cara.
3. Orang tua yang sibuk bekerja untuk mendapatkan nafkah dan kurang mempedulikan
perilaku dan pendidikan anaknya, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian yang
baik dari keluarganya. Hal ini diperparah dengan kebiasaan para orang tua serta pemuda
di lingkungan masyarakat sekitar yang gemar mengkonsumsi minuman keras dan
bermain judi togel, bahkan para orang tua mengkonsumsi minuman keras.

B. SARAN
UPAYA MENGHADAPI GLOBALISASI DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Globalisasi faktanya membawa dampak yang besar bagi kehidupan kelompok masyarakat
juga pada setiap individu. Kenapa bisa begitu? Karena di era globalisasi seperti sekarang,
seorang remaja seperti kalian dapat dengan mudah mengakses berita-berita, musik, film,
dan gaya hidup masyarakat di negara lain melalui internet. Percepatan dan keterbukaan
arus informasi inilah yang kemudian mengubah gaya hidup dan cara pandang seseorang.
7
• Upaya Mengatasi Globalisasi

Globalisasi membawa masyarakat pada keadaan culture shock atau gegar budaya, di
mana masyarakat dalam keadaan tidak siap atau terkejut dengan kebudayaan baru yang
masuk di kehidupan sehari-hari mereka. Akibatnya, kebiasaan-kebiasaan dan norma-
norma lama yang berlaku mulai pudar karena masuknya budaya asing.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai remaja dalam menghadapi globalisasi.

UPAYA MENGHADAPI GLOBALISASI DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI


• cinta produk lokal

Aksi ajakan mencintai produk-produk lokal (Sumber: theactualstyle.com)

• Mencintai produk dalam negeri


Mencintai produk dalam negeri adalah sikap yang bisa dikembangkan untuk menghindari
gaya hidup ala Barat yang berlebihan.

• Menyaring budaya asing sesuai dengan panduan nilai, norma, dan keyakinan agama
Untuk menghadapi globalisasi dan kemajemukan budaya, semua orang harus bisa
menyaring kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan lokal.
8
Memahami nilai-nilai kebangsaan dan pancasila dengan baik
Cinta akan nilai-nilai pancasila akan membantu kita untuk tetap menghormati budaya
Indonesia meski sudah banyak budaya asing yang masuk ke kehidupan sehari-hari kita.
Memprioritaskan pemulihan ekonomi
Jika kita ingin Negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, pastinya aspek
ekonomi menjadi salah satu prioritas utama. Jika tidak, banyak konsekuensi yang akan
dihadapi, seperti:
1. Meningkatnya harga barang-barang (inflasi yang tinggi),
2. Pengangguran yang semakin membengkak
3. Kemiskinan yang semakin memilukan,
4. Pertumbuhan ekonomi yang masih rendah.
5. Potensi konflik di masyarakat yang semakin tinggi

• Meningkatkan daya potensi nasional


Dengan sumber daya alam dan manusia yang berlimpah, sudah seharusnya negara kita
menjadi negara yang mampu memenuhi segala kebutuhannya secara mandiri. Tentunya
dengan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengolah sumber daya alam yang
kita miliki, bukan lagi bergantung pada pihak asing.

9
• Memasukkan kemajuan teknologi dalam pembangunan
Contohnya dengan menyediakan jaringan informasi yang menghubungkan berbagai
pihak, mulai dari pemerintah, BUMN, juga swasta baik dari dalam maupun luar negeri.
Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri kita.
• Meningkatkan pengembangan usaha mikro
Indonesia memiliki potensi dan kekuatan pada ranah usaha mikro. Usaha-usaha mikro
memiliki beberapa keunggulan, seperti menjadi penyedia barang-barang murah untuk
rumah tangga maupun ekspor, efisiensi dan fleksibilitas yang tinggi, semangat usaha
tinggi, profitabilitas yang tinggi, serta kemampuan pengembalian pinjaman yang tinggi.

• Melakukan deregulasi dan debirokrasi


Tujuannya adalah untuk menciptakan regulasi baru dalam menjunjung tinggi supremasi
hukum, pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia, hak kepemilikan, kebebasan
berusaha, dan hak-hak masyarakat sipil.

• Memanfaatkan forum-forum kerja sama Internasional


Tujuannya guna memperdalam kerja sama untuk saling menguntungkan, mendorong
proses globalisasi perdagangan dan investasi, serta kerja sama ekonomi dan teknologi.

10
BAB II
PEMBAHASAN

Jawaban rumusan masalah


1. Bagaimanakah kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai
moral ?
Jawaban : sangat tipis karena mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri

2. Hambatan apa saja yang dapat mengurangi kepedulian sosial masyarakat dalam
mempertahankan nilai-nilai moral?
Jawaban : egoisme masyarakat dan materialistis dimana masyarakat terkadang lebih
mengutamakan materi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidupnya

3. Solusi yang diambil oleh masyarakat dalam mengatasi hambatan yang mengurangi
kepedulian sosial masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai moral?
Jawaban : membangun suasana kehidupan yang harmonis antar warga masyarakat,
memberikan pemahaman pada masyarakat melalui rapat warga

6
Referensi:
Setiawan, Iwan, Retno Kuning Dewi Pusparatri, Suciati, dan Ach. Mushlih. 2018. Ilmu
Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTS Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sumber Foto:

Ajakan untuk mencintai produk lokal. Tautan: http://theactualstyle.com/1500-orang-


dukung-sunday-dress-up/nggallery/page/1/slideshow

Pengrajin usaha mikro. Tautan: https://free.facebook.com/story.php?


story_fbid=1441769102539000&id=119429241439666&_rdr

Daftar perpustakaan

https://www.ruangguru.com/blog/beberapa-upaya-untuk-menghadapi-globalisasi

xiv

Anda mungkin juga menyukai