Anda di halaman 1dari 17

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial

Pembimbing:
Muhammad Ramadhana Alfaris - S.S
Oleh:
Ahmad Rusli Wahyu Setiawan (181202018151579)
Muhamad Arifin Prastyono (181202018151535)
Candara Dwi Santoso (181202018151713)
Deny Dwi Purna (181202018151889)
Inov Rainhard Widyantoro Meka (181202018152049)
Dikcy Dika Nanda Nafish (181202018152036)
Imam Muhyiddin (181202018151581)

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


JL BOROBUDUR, NO. 35, MOJOLANGU, KEC. LOWOKWARU, KOTA
MALANG, JAWA TIMUR 65142
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..I
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………....1
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………..1
1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………….3
1.3 TUJUAN PENULISAN ……………………………………………...3
BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………….4
2.1 PENNGERTIAN DEGRADASI MORAL …………………………..4
2.2 KARAKTERISTIK GENERASI MILENIAL………………….…….6
2.3 PANCASILA MENJADI MORAL KEHHIDUPAN BANGSA……..8
2.4 DEGRADASI MORAL BANGSA INDONESIA DI ERA
MILENIAL …………………………………...………………………9
2.5 PERAN PESANTREN DALAM MENGHADAPI DEGRADASI
MORAL BANGSA INDONESIA DI ERA MILENIAL……………11
BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………13
3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………...13
3.2 SARAN ……………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...15

I
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Pesatnya perkembangan teknologi di abad 21 juga menciptakan tatanan


kehidupan baru bagi manusia modern. Perkembangan teknologi dan globalisasi
secara langsung maupun tindak langsung dapat mempengaruhi perkembangan
moral remaja pada era milenial. Pada era milenial manusia mulai meninggalkan
cara-cara konversional dalam menjalani kehidupannya dan digantikan oleh
gaya hidup. Gaya hidup modereniasasi saat ini yang sedang trend membawa
dampak positif sekaligus juga dampak negatif yang sangat besar. Dampak
positifnya adalah kontribusi aktif pada dunia ilmu pengetahuan, kemajuan
peradaban, dsb. Sementara dampak negatifnya juga tak kalah banyaknya, dapat
mempengaruhi perkembanga moral remaja. Hal ini dapat terlihat pada
meningkatnya pula tingkat kejahatan yang dilakukan para remaja sehingga
menyebabkan terjadi degradasi moral yang sangat tajam. Remaja terlena
dengan kemajuan teknologi terutama handphone, internet, dan televisi. Mereka
sibuk di dunia maya tanpa peduli batasannya dan lingkungan sekitarnya. Hal
ini karena kemajuan teknologi yang terkoneksi dengan jaringan komunikasi
internasional sedemikian luasnya dengan batas-batas yang tidak begitu jelas.
Masa remaja dikatakan sebagai masa yang penuh dengan guncangan-
guncangan dan perubahan-perubahan mendadak baik fisik maupun psikis.
Menurut Ramonasari (1996) Perubahan fisik pada remaja ditandai dengan
perubahan bentuk tubuh dan fungsi organ-organ tubuh. Sedangkan perubahan
psikis ditandai dengan perubahan sikap, perasaan terhadap lawan jenis, dan
perubahan temperamen. Seiring terjadinya perubahan tersebut, berubah pula
berbagai macam kebutuhan mereka termasuk dalam hal menunjukkan
eksistensi dan jati dirinya. Pergaulan remaja menjadi sangat mengkhawatirkan
karena mencontoh gaya hidup dari film atau pun dari sosial media yang banyak
tidak mendidik namun menjadi panutan. Pada rentang usia yang singkat ini,
remaja harus mampu untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut. Jika tugas
perkembangan tersebut tidak terpenuhi dengan baik, maka akan timbul
permasalah yang menjadi hambatan dalam perkembangan dirinya. Dari

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 1


beberapa permasalahan yang dialami oleh remaja yakni banyak ditemukan
berhubungan dengan tugas perkembangannya pada permasalahan emosional
remaja berupa gejala-gejala tekanan perasaan seperti konflik internal, frustasi
maupun konflik eksternal pada diri individu (Ray, Mahapotro dan Kar, 2011).
Pada akhirnya untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi dengan cepat
remaja cenderung melakukan berbagai tindak kejahatan seperti penggunaan
obat terlarang, minuman keras, pencurian, penganiayaan, kenakalan remaja,
pembunuhan, sex bebas.
Komisi perlindungan anak Indonesia KPAI mencatat pada tahun 2017
terdapat laporan 22 kasus yang diterima dengan 46 anak terkait kasus anak
sebagai korban penyalahgunaan narkoba dan yang berhadapan dengan hukum
pada usia maksimal 18 tahun sebanyak 87 juta orang, 27 % atau 1,6 juta anak
pengedar narkoba (Destryawan, 2018).
Menurut data Kemenkes RI tahun 2015, usia 15-17 tahun adalah
proporsi terbesar berpacaran pertama kali. Sekitar 33,3% remaja perempuan
dan 34,5% remaja laki-laki berusia 15-19 tahun telah berpacaran saat usia
mereka di bawah 15 tahun. Secara umum, remaja laki-laki lebih banyak yang
menyatakan pernah melakukan hubungan seks dibandingkan perempuan.
Tidak hanya Fenomena kasus LGBT yang menjadi gaya tren masa kini, Seks
bebas di kalangan remaja Indonesia makin sangat mengkhawatirkan di
sepanjang tahun 2018. Karena makin banyak jumlah bayi yang baru dilahirkan
dibuang di jalanan. Data Ind Police Watch (IPW) sepanjang Januari 2018 bayi
yang dibuang di Indonesia ada sebanyak 54 bayi. Angka ini mengalami
kenaikan dua kali lipat 100 persen lebih jika dibandingkan dalam periode yang
sama pada Januari 2017 angka pembuangan bayi di Indonesia tergolong tinggi
dalam sejarah, yakni ada 179 bayi yang dibuang di jalanan, 79 tewas, 10 masih
bentuk janin dan 89 berhasil diselamatkan (Lazuardi, 2018). Realita dilapangan
ini sungguh sangat miris, disaat semakin pesatnya teknologi dan tingginya
pendidikan seseorang bukan membuat menurunnya tingkat kejahatan tapi
sebaliknya. Apabila, degradasi moral pada remaja ini terus terabaikan, maka
remaja akan semakin terjerumus kepada hal-hal yang negatif karena mereka
menganggap perbuatan yang mereka lakukan adalah benar, tanpa memandang
dari sudut agama.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 2


Pada kondisi yang demikian, orang kemudian berpaling pada
pendidikan. Pendidikan nasional dianggap gagal dalam menanamlan moral
kepada Mahasiswa. Di bidang pendidikan masalah yang dihadapi adalah
berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan
pribadi dan watak peserta didik, yang berakibat hilangnya kepribadian dan
kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Hal ini membuktikan bahwa
pendidikan yang tidak dibarengi dengan pendidikan moral akan menimbulkan
ketimpangan dalam upaya menanamkan moral pada remaja, satu hal yang
paling penting adalah memperhatikan perkembangan moral. Dalam upaya
menanamkan moral pada remaja salah satu hal terpenting adaah
memperhatikan perkembangan moral. Menurut Supriyanto (2016) bahwa
keberhasilan dalam menanamkan moral disekolah pada remaja adalah adanya
kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan guru bimbingan dan konseling.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas


dalam makalah ini terinci sebagai berikut.

1. Bagimana pengertian degradasi moral?

2. Bagaimana karakteristik generasi melenial?

3. Bagaimana pancasila menjadi moral kehidupan bangsa?

4. Bagaimana degradasi moral bangsa Indonesia di era milenial?

5. Bagaimana peran pesantren dalam mengatasi degradasi moral bangsa


Indonesia di era milenial?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian degradasi moral.

2. Mengetahui karakteristik generasi melenial.

3. Mengetahui pancasila menjadi moral kehidupan bangsa.

4. Mengetahui degradasi moral bangsa Indonesia di era milenial.

5. Mengetahui peran pesantren dalam mengatasi degradasi moral bangsa


Indonesia di era milenial.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Degradasi Moral


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2014) Deg·ra·da·si /
dégradasi / kemunduran, kemerosotan, penurunan, (mutu, mor al, pangkat).
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral
berasal dari bahasa latin, Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Konsep dasar moral berisi nilai-nilai perilaku atau tindakan manusia yang
berupa kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma
hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya atau adat istiadat
masyarakat. Dengan demikian, degradasi moral merupakan suatu kondisi
dimana telah terjadi kemerosotan moral yang artinya bahwa individu maupun
kelompok telah melanggar aturan serta tata cara yang berlaku di masyarakat.
Seseorang bisa dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut
mampu menjunjung nilai-nilai moral di masyarakat, sehingga tugas
terpenting yang harus dikuasai remaja adalah apa yang menjadi harapan
masyarakat tanpa ada dorongan orang lain. Perkembangan moral
berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai mengenai apa yang harus
dilakukan individu dalam berinteraksi. Kohlberg (Santrock, 2003) membagi
perkembangan moral menjadi tiga tahap yaitu:
1. Tahap Prakonvensional
Pada tahap ini anak peka terhadap aturan-aturan budaya dan
ungkapan-ungkapan budaya, moral masih ditafsirkan oleh anak
berdasarkan akibat fisik baik berupa sesuatu yang menyakitkan atau
kenikmatan.
2. Tahap Konvensional
Pada tahap ini anak menemukan pemikiran moral, aturan-aturan dan
ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga,
kelompok, atau masyarakat.
3. Tahap Pascakonvensional
Pada tahap ini anak merumuskan aturan-aturan dan ungkapan-
ungkapan moral secara jelas berdasarkan nilai-nilai dan prinsip moral

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 4


yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas
kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip tersebut dan terlepas
pula dari identifikasi diri dengan kelompok tersebut.
Perkembangan moral remaja terjadi pada tingkat kognisi yang sudah
mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal terjadi pada taraf
kognitif. Menurut Piaget (Sulvian,2006) mempercayai bahwa struktur
kognitif dan kemampuan kognitif adalah dasar dari pengembangan moral.
Jika meminjam dari perkembangan moral teori Kohlberg perkembangan
moral remaja berada pada tahap konvensional yang memiliki dua tahap Pada
tahap pertama remaja berorientasi pada hubungan kesepakatan antar pribadi,
dimana remaja melihat moralitas dengan sederhana memandang suatu
perbuatan itu baik dan berharga bagi dirinya apabila dapat menyenangkan,
membantu, disetujui sesuai harapan masyarakat. Pada tahap kedua remaja
dapat melihat sistem sosial secara keseluruhan, perilaku yang baik adalah
semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan
menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya
sendiri.
Tingkat moralitas menjadi nilai pribadi remaja melalui pengalaman
belajar interaksi sosial, mereka mengenal nilai moral dan konsep moral bukan
dari dorongan orang tua melainkan pilihan atau keinginan dari hati yang
bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga aspek psikis
berupa penilaian positif dari teman sebaya atau orang lain tentang
perbuatannya.
Namun kondisi kemunduran penalaran moral remaja yang dirasakan di
era milenial perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu dibangkitkan agar
perkembangan moral Mahasiswa dapat menjadi lebih baik, konselor juga
berperan penting di dalamnya. Untuk mencegah hal tersebut serta
memperbaikinya maka harus dipahami gejala penurunan moral yang terjadi
pada peserta didik. Ada 10 indikasi gejala penurunan moral yang perlu
mendapatkan perhatian agar berubah ke arah yang lebih baik;
1) Kekerasan dan tindakan anarki.
2) Pencurian.
3) Tindakan Curang.
4) Pengabaian terhadap aturan yang berlaku.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 5


5) Tawuran antar Mahasiswa.
6) Ketidaktoleran.
7) Penggunaan bahasa yang tidak baik.
8) Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya.
9) Sikap perusakan diri.
10) Penyalahgunaan Narkoba (Lickona,2013).
Degradasi moral remaja merupakan salah satu permasalahan sosial
yang dapat diartikan bahwa kualitas moral remaja pada saat ini terus menerus
mengalami penurunan dan terlihat semakin tidak terkendali sehingga perlu
mendapat perhatian baik dari orang tua secara khusus serta masyarakat atau
pemerintah pada umumnya. Pada era milenia persaingan manusia modern
berkompetisi semakin berat guna mencapai sukses. Kondisi demikian jelas
bisa memberikan tekanan mental pada setiap anggota masyarakat, banyak
orang mengalami kekecewaan termasuk di dalamnya para remaja.

2.2 Karakteristik Generasi Melenial


Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin) yang berarti berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Manusia merupakan makhluk
sosial, yang mana dalam setiap kehidupannya mereka tidak dapat terlepas dari
makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, manusia membutuhkan interaksi
dengan makhluk hidup yang lain. Manusia merupakan makhluk yang terus
berkembang mengikuti jaman. Pendeknya, kodrat manusia bukan sesuatu yang
kaku, melainkan bersifat dinamis-evolutif dan tidak “di-kapsul-kan”. Generasi
yang tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan dalam dominasi penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi. Generasi milenial merupakan perwujudan
dari generasi yang tumbuh dan berkembang pada era ini.
Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan
teknologi. Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980
sampai dengan tahun 2000. Bertumbuh di era pergantian abad menjadikan gaya
hidup pada generasi mengalami perubahan yang drastis dibandingkan dengan
generasi sebelumnya, yaitu generasi X. Terutama sejak diperkenalkan dengan
pemanfaatan teknologi. Kehidupan sosial pada generasi ini sangat tergantung
kepada teknologi informasi dan komunikasi yang ada, dalam hal ini teknologi

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 6


informasi dan komunikasi yang paling banyak dipergunakan adalah teknologi
berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini merupakan generasi dengan
tingkat penggunaan internet tertinggi saat ini.
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut
menyebabkan generasi milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai
sumber informasi dan komunikasi karena internet dirasa lebih menjanjikan
kemudahan penggunaan dan kecepatan akses. Berikut adalah karakteristik
generasi milenial:
1. Selalu terhubung : Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia luar
melalui internet mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop,
mobile phone mereka selalu terkoneksi dengan informasi dan komunitas
dunia maya.

2. Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang menyebabkan mereka


sangat tergantung dengan keberadaan internet (Oblinger & Oblinger)
3. Segera : Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu
berhubungan dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan
dalam memperoleh informasi. Mereka terbiasa melakukan multitasking
dalam memperoleh informasi ataupun dalam melakukan apapun. Mereka
dengan cepat bergerak dari satu aktifitas ke aktifitas lainnya dan kadang
mereka melakukannya secara bersamaan. Mereka dengan cepat membalas
email ataupun permintaan respon dari komunitasnya, bahkan mungkin
mereka lebih mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan
(Oblinger & Oblinger).
4. Sosial : Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu
chatting dengan teman-teman lama, memposting buku harian web
(blogging), berbagi informasi dan bersosialisasi melalui situs jejaring sosial
semacam facebook, twitter dan lain-lain. Mereka terbuka terhadap
keanekaragaman, perbedaan, dan mereka nyaman berinteraksi dengan orang
asing yang tidak dikenal sekalipun (Oblinger & Oblinger). Generasi
milenial adalah orang-orang yang paling sering, bahkan selalu terhubung
dengan media sosial. Kadang, apa yang dilakukan di media sosial hanya
menunjukan eksistensi keseharian mereka bahkan tidak segan untuk
mencurahkan isi hati melalui media sosial.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 7


5. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah
politik, fokus pada nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk
membantu sesama jika dibandingkan dengan generasi X dan generasi baby
boom pada saat usia yang sama.
6. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung
kesetaraan hak (misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas). Mereka juga
memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan
perasaannya, pribadi liberal, optimis, dan menerima ide-ide dan cara-cara
hidup.
7. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos kerja
yang buruk, sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi
atau ponsel pintar. Banyak yang menyebutnya sebagai generasi galau karena
sering tidak betah di suatu tempat atau menekuni suatu hal.

2.3 Pancasila Menjadi Moral Kehidupan Bangsa


Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila
menjadi moral kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan
penyelenggaraan negara menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral atau
etika politik. Sebagai konsekuensinya, negara tunduk kepada moral dan wajib
mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan negara
sehingga perlu dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Moral Pancasila memberikan inspirasi dan menjadi pembimbing dalam
pembuatan undang-undang yang mengatur kehidupan negara, menetapkan
lembaga-lembaga negara dan tugas mereka masing-masing, serta hubungan
kerja sama diantara mereka, hak-hak dan kedudukan warga negara, dan
hubungan warga negara dan negara dalam iklim semangat kemanusiaan.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus
dijadikan norma yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hukum
positif selama norma itu mengatur tindakan-tindakan lahiriah yang
menyangkut masyarakat. Sementara itu, masalah yang semata-mata batiniah
merupakan urusan pribadi warga negara. Hal ini harus senantiasa diperhatikan
dalam pelaksanaan pembinaan dan pengaturan negara terhadap peri kehidupan
bangsa.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 8


Oleh karena itu, tampaklah bahwa materi perundang-undangan terbatas
pada moral bersama rakyat Sehubungan dengan pengamalan Pancasila dalam
konteks moral perorangan, negara wajib menciptakan suasana yang mampu
memupuk budi pekerti luhur dengan baik. Dalam penjelasan umum UUD 1945
dengan tepat ditandaskan bahwa “undang-undang dasar harus mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur.

2.4 Degradasi Moral Bangsa Indonesia Di Era Milenial


Degradasi berarti kemunduran, kemerosotan atau penurunan dari suatu
hal sedangkan moral adalah akhlak atau budi pekerti menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jika kita interpretasikan keduanya maka degradasi moral
merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti seseorang
maupun sekelompok orang. Dimana kali ini kita akan membahasnya dalam
konteks Bangsa Indonesia. Di tahun 2016, Indonesia sudah menginjak usianya
yang ke-71, namun jika dilihat dari tingkat kemakmuran yang dimiliki
masyarakatnya, apakah Indonesia termasuk negara yang cukup dewasa?
Banyak hal yang dapat digunakan sebagai tolak ukur suatu negara dapat
dikatakan sebagai negara maju. Salah satunya dapat dilihat dari pola tingkah
laku masyarakatnya yang dapat bertindak secara dewasa atas dirinya sendiri
maupun orang lain. Jika dilihat dari banyaknya fenomena remaja saat ini,
apakah Indonesia bisa disebut semakin dewasa dengan umurnya yang sudah
menginjak angka 7? Fenomena remaja yang terjadi menunjukkan bahwa
adanya degradasi moral yang saat ini dialami oleh bangsa Indonesia. Masa
depan suatu bangsa sesungguhnya dipegang oleh para pemudanya tak lain
merupakan masyarakat yang berada pada usia remaja, maka dari itu penting
sekali bangsa ini untuk meningkatkan kualitas para pemudanya untuk
Indonesia yang lebih baik.
Hal yang menyebabkan terjadinya degradasi moral ini karena adanya
globalisasi yang semakin masuk ke Indonesia. Dengan adanya globalisasi
seharusnya bisa meningkatkan moral masyarakatnya jika diimbangi dengan
pengetahuan dan tindakan preventif yang kuat dari masyarakat itu sendiri.
Namun sayangnya masyarakat Indonesia kurang bisa menyaring budaya mana

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 9


saja yang baik dan sesuai dengan buadaya leluhur Bangsa Indonesia. Seakan-
akan semua budaya Barat ditelan mentah-mentah oleh pemuda-pemudi kita,
entah dari gaya berbusana, tingkah laku sehari-hari serta gaya hidup yang
kebarat-baratan dianggap sebagai sesuatu yang sangat modern dan dapat
dibanggakan jika kita dapat menirukannya.
Lalu fenomena remaja apa saja yang umum terjadi saat ini sedang
menghantui Bangsa Indonesia?
1. Budaya hedonisme yang tinggi
Budaya Barat tidak hanya memiliki dampak positif di dalamnya,
namun mereka juga memiliki budaya negatif yang patutu dihindari
masyarakat kita salah satunya adalah budaya hedonisme atau suka jalan-
jalan dengan perilaku konsumtif. Buadaya ini seiring berjalannhya waktu
semakin disukai oleh remaja Indonesia. Mereka lebih suka untuk
berjlaan—jalan atau hang out bersama teman-temannya dibandingkan
belajar di rumah pada malam hari.
2. Pola berpakaian yang semakin minim
Jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, saat ini kita lebih
sering menjumpai remaja perempuan menggunakan pakaian yang serba
mini seperti memakai hotpants dan tanktop. Seakan-akan budaya memakai
pakaian mini yang lebih menonjolkan bagian tubuh terutama kaki saat ini
sudah dianggap lumrah oleh mereka, padahal yang namanya pikiran laki-
laki terhadap wanita yang memakai pakaian mini dari dulu sampai saat ini
sama saja.
3. Menurunnya sikap sopan santun terhadap orang lain
Budaya leluhur Indonesia yang sangat memegang budaya sopan
santun antar satu sama lain terutama dengan orang yang lebih tua dari kita
haruslah tetap dilestarikan. Buadaya tersebut dapat membatasi diri ktia
dari perbuatan semena-mena antar satu sama lain dan kita bisa lebih
menghargai pendapat orang lain. Namun dengan mencontoh budaya Barat,
banyaknya remaja yang sudah tidak terlalu mempedulikan hal tersebut.
Contohnya saja, saat ada remaja berjalan melewati orang tua sedang
duduk, tak jaring kita menemukan bahwa sebagain dari remaja tidak
menundukan badan ataupun kepala saat berjalan. Bahkan ada beberapa
yang tidak menoleh sedikitpun terhadap apa yang dilewatinya.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 10


Dari beberapa paparan di atas sudah seharusnya kita lebih peduli
terhadap nasib penerus bangsa ini. Tidak hanya pemerintah yang perlu
membenahi hal tersebut, namun dari diri kita sendiri juga perlu untuk turut
membantu dengan memberi tahu mana yang benar dan mana yang salah jika
kita menemui fenomena-fenomena terbut di lingkungan sekitar. Karenan nasib
suatu Bangsa akan selalu berada di tangan pemuda-pemudanya.

2.5 Peran Pesantren Dalam Mengatasi Degradasi Moral Bangsa Indonesia Di


Era Milenial
Kemajuan berbagai aspek di era globalisasi saat ini terus dituntut, tanpa
terlebih dahulu memandang aspek kesantunan budaya yang ada di negara ini.
Kesenjangan inilah yang akhirnya membuat moral remaja semakin jatuh dan
rusak. Sebab para remaja tidak pernah menyadari terhadap arus perkembangan
globalisasi saat ini, mereka hanya mengikutinya begitu saja tanpa memilah-
milah terlebih dahulu.
sampai saat ini pendidikan agama, dan etika (tata krama) masih
terabaikan, padahal hal itu sangat dibutuhkan dalam pembentukan dan
pembinaan karakter dan moral generasi penerus Bangsa. Akhlak dan moral
remaja di negara ini bisa dikatakan sudah tidak baik, bisa dilihat ketika mereka
berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah. Hal inilah yang
membuktikan bahwa pendidikan di negara ini masih perlu banyak perbaikan
dalam mencetak para penerus Bangsa yang dikatakan berkualitas. Walaupun
banyak dari remaja yang berhasil dibidang akademik, namun banyak juga
diantara mereka yang gagal di bidang akhlak dan moral. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pesantrenlah yang mampu menjawab tantangan itu semua.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana kabar santri di tengah arus
globalisasi ini? Apa kabar? Kita semua mengetahui, di pesantren, santri tidak
diperbolehkan untuk membawa gadgetmaupun alat elektronik sejenisnya,
terkecuali laptop (inipun tidak semua pesantren membolehkan). Aktivitas
santri dalam mengakses dunia maya (internet) selalu dibatasi oleh berbagai
peraturan yang mengikat. Bagi santri yang kedapatan
membawa handphone,maka akan disita oleh petugas keamanan.
Tetapi ada juga pesantren yang memberikan aturan, boleh
membawa gadget dan peralatan elektronik lainnya, tetapi hanya boleh

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 11


digunakan pada saat libur, selebihnya dititipkan kepada pengurus bagian
keamanan. Aturan tersebut, bukan berarti pesantren menutup diri dari dunia
luar bagi para santrinya, tidak! Santri masih mempunyai kesempatan untuk
mengakses internet ketika sekolah, ketika di ruang komputer, atau saat pulang
ke rumah masing masing. Tujuannya untuk apa peraturan tersebut diterapkan?
Agar santri fokus dalam belajar, mengaji,menghafal, dan mengikuti semua
aktivitas yang sudah terjadwal di pesantren. Inilah konteks sebenarnya yang
dapat kita fahami bahwa pesantren itu sebagai solusi Degradasi Moral Remaja.
Hal terpenting yang juga bisa kita dapatkan dari pesantren dalam
mengatasi masalah degradasi di kalangan remaja adalah "Pendidikan Akhlak".
Akhlak yang dimaksudkan bukan hanya dalam persoalan etika saja. Akan
tetapi, juga merujuk terhadap persoalan yang berkaitan dengan sikap dan
ucapan. Seseorang yang bisa dikatakan berakhlak, jika antara perkataan,
perbuatan, perasaan, dan pikirannya selalu berjalan secara beriringan.
Pesantren selalu menyelenggarakan pendidikan karakter secara
maksimal. Bukan hanya dalam masalah teori saja, akan tetapi juga yang
berkaitan dengan praktek secara langsung. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pesantrenlah yang mampu memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan
degradasi moral pada remaja sebai calon penerus bangsa Indonesia dimasa
mendatang.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 12


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. degradasi moral merupakan suatu kondisi dimana telah terjadi
kemerosotan moral yang artinya bahwa individu maupun kelompok telah
melanggar aturan serta tata cara yang berlaku di masyarakat. Seseorang
bisa dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut mampu
menjunjung nilai-nilai moral di masyarakat, sehingga tugas terpenting
yang harus dikuasai remaja adalah apa yang menjadi harapan masyarakat
tanpa ada dorongan orang lain.
2. Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan
teknologi. Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun
1980 sampai dengan tahun 2000. Bertumbuh di era pergantian abad
menjadikan gaya hidup pada generasi mengalami perubahan yang drastis
dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu generasi X.

3. Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila


menjadi moral kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan
penyelenggaraan negara menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral
atau etika politik. Sebagai konsekuensinya, negara tunduk kepada moral
dan wajib mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan
kebijaksanaan negara sehingga perlu dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.
4. Hal yang menyebabkan terjadinya degradasi moral ini karena adanya
globalisasi yang semakin masuk ke Indonesia. Dengan adanya globalisasi
seharusnya bisa meningkatkan moral masyarakatnya jika diimbangi
dengan pengetahuan dan tindakan preventif yang kuat dari masyarakat itu
sendiri.
5. Hal terpenting yang juga bisa kita dapatkan dari pesantren dalam
mengatasi masalah degradasi di kalangan remaja adalah "Pendidikan
Akhlak". Akhlak yang dimaksudkan bukan hanya dalam persoalan etika
saja. Akan tetapi, juga merujuk terhadap persoalan yang berkaitan dengan

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 13


sikap dan ucapan. Seseorang yang bisa dikatakan berakhlak, jika antara
perkataan, perbuatan, perasaan, dan pikirannya selalu berjalan secara
beriringan
3.2 Saran
Akan lebih baik jika dosen dapat membimbing lebih intensif agar
mahasiswa dapat mengerti maksud dari materi yang akan disampaikan pada
makalah ini.

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 14


DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/biyanka/5742766d949773c304e0b781/degrada
si-moral-bangsa-indonesia
https://www.kompasiana.com/faalaja/59d523b09648906dfd7e5d62/peran-
pesantren-dalam-mengatasi-degradasi-moral-remaja
http://journal.uii.ac.id/Unisia/article/download/10491/8171
https://www.scribd.com/doc/112248220/Artikel-Degradasi-Moral-Bangsa

Degradasi Moral Bangsa Pancasila Di Era Milenial 15

Anda mungkin juga menyukai