Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN PROGRAM PELAYANAN REMAJA

DI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS (GKE)

Tugas UAS PAK Remaja

Diserahkan kepada:

Dr. Daniel Stefanus

Dosen:

Sekolah Tinggi Teologi Cipanas

Oleh:

Yohanes

NIM: 140716

Mei 2016

1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------
1.1. Latar Belakang -----------------------------------------------------------------------
1.2. Tujuan Penulis -----------------------------------------------------------------------
1.3. Perumusan Masalah -----------------------------------------------------------------
BAB 2 PEMBAHASAN DAN ISI ---------------------------------------------------------
2.1. Definisi Kenakalan Remaja ------------------------------------------------------------
2.2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja -----------------------------------------
2.3. Kenakalan Remaja di Tinjau dari Tiga perspektif ----------------------------------
2.3.1. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Perspektif Sosiologis ---------------
2.3.2. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Perspektif Psikologis ---------------
2.3.3. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Perspektif Teologis -----------------
2.4. Mencegah Kenakalan Remaja -----------------------------------------------------
BAB 3 PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------
3.1. Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------
3.2. Saran --------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4. Latar Belakang
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun.
Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.1 Menurut Daniel Nuhamara,
ada beberapa batasan mengenai usia remaja. Istilah yang biasa dipakai dalam percakapan psikologi
perkembangan adalah “adolescence” yang dimulai kira-kira pada usia 12 tahun sampai dengan 28
tahun. Untuk masa adolescence ini dibagi lagi menjadi remaja awal (early adolescence: 12-15
tahun) dan remaja madya (middle adolescence: 16-18 tahun).2

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Masa remaja juga sesebut
sebagai masa transisi, bertanya, keterbukaan, dan mengambil keputusan. Seorang remaja sudah
tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang untuk dapat
dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering
dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang
dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan
teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari
identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering
disebut sebagai kenakalan remaja.

1.5. Tujuan Penulis


Tujuan penulisan karya ilmiah ini ialah sebagai tugas UAS (ujian akhir semester) dalam
mata kuliah PAK Remaja. Selain untuk tugas, tulisan ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui definisi dari kenakalan remaja;
b. Mengetahui masalah-masalah kenakalan remaja;
c. Melihat kenakalan remaja dari berbagai perspektif yaitu sosiologi, psikologi dan teologi.
1.6. Perumusan Masalah
a. Apakah definisi kenakalan remaja itu?

1
http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/ (diakses 21 April 2016; 20:10).
2
Daniel Nuhamara, PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), 9.

3
b. Apakah penyebab-penyebab terjadinya kenakalan remaja?
c. Bagaimana kenakalan remaja jika ditinjau dari perspektif sosiologi, psikologi dan teologi?
BAB 2
PEMBAHASAN DAN ISI
2.1. Definisi Kenakalan Remaja
Istilah kenakalan remaja merupakan kata lain dari kenakalan anak yang terjemahan dari
“juvenile delinquency”.3 Kata juvenile berasal dari bahasa Latin “juvenilis” yang artinya anak-
anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.
Sedangkan kata delinquent juga berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang artinya terabaikan,
mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat
ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan dursila.4 Menurut ahli psikologi
Drs. Bimo Walgito, merumuskan arti selengkapnya dari “juvenile delinquency” yakni tiap
perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan
kejahatan, jadi merupakan perbuatan melawan hukum jika dilakukan oleh anak, khususnya anak
remaja.5
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum
dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana
yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di
sekitarnya.6 Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma
hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan
orang-orang di sekitarnya.7
Nurul Chomaria di dalam tulisannya juga mengatakan hal yang sama mengenai kenakalan
remaja. Menurutnya, Kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang dari aturan atau
melanggar hukum sehingga menganggu keterlibatan dan ketenangan hidup di masyarakat. Apapun
yang dilakukan remaja, yang dianggap mengganggu ketentraman dan ketertiban umum, biasa
dikategorikan ke dalam kenakalan remaja. Bermacam-macam tindakan dan kebiasaan dapat

3
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 5. Pdf.
4
Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), 6. Pdf.
5
Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 11. Pdf.
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Kenakalan remaja (diakses 3 April 2016).
7
http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/ (diakses 3 April 2016).

4
dipandang sebagai perbuatan yang “nakal”, baik yang biasa dilakukan dalam kehidupan keluarga
sendiri (misalnya kabur dari rumah, berbohong, mencuri dan lain-lain), maupun dalam kehidupan
masyarakat (misalnya melepas knalpot kendaraan sehingga suaranya sangat mengganggu, gitaran
dibarengi nyanyian-nyanyian bersama-sama di malam hari, nongkrong di pinggir jalan dan
mengganggu lawan jenis lewat, kebut-kebutan dan lain-lain). Setiap tindakan nakal meskipun kecil
jika tidak mendapatkan penjelasan dan teguran untuk memperbaikinya, akan menyebabkan remaja
melakukannya terus-menerus dan kemungkinan bertambah kenakalannya dan menjurus ke arah
tindakan kejahatan. Menurut Didik Hermawan, kenakalan remaja dapat dibagi dalam empat jenis,
yaitu:8
a. kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan,
perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan,
dan lain-lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain: pelacuran, penyalahgunaan
obat, nonton film porno, dan lain-lain.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya melawan status sebagai pelajar dengan cara
membolos sekolah, melawan status sebagai anak dengan cara kabur dari rumah, dan lain
sebagainya. Indikator seorang remaja telah terlibat kenakalan remaja adalah kabur dia dari
rumah.
2.2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku “kenakalan remaja” bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).9
Faktor internal:
1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya
dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai
masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’.

8
Nurul Chomaria, Aku Sudah Gede (Sukoharjo: Samudera, 2008), 97-99. Pdf.
9
https://id.wikipedia.org/wiki/Kenakalan remaja (diakses 3 April 2016).

5
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. Keluarga dan perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang
salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama,
atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik.
3. Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Adapun faktor-faktor lain kenakalan remaja menurut Hasian B.M.S. Purba di dalam
blognya yang menyatakan:10

a. Kurangnya Kasih Sayang Orangtua


Kasih sayang orangtua merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan remaja
karena dukungan orangtualah yang bisa membuat remaja termotivasi untuk berusaha dan untuk
berprestasi. Tetapi, jika orangtua sibuk dengan urusan mereka sendiri dan tidak mempedulikan
remaja tersebut, ia akan menjadi anak yang kurang kasih sayang dan ia akan mencari kesenangan
sendiri yang bisa membuat dia tenang dan tidak memikirkan masalah di rumah, paling banyak
kasus dari kenakalan remaja ini di Indonesia adalah mereka yang berasal dari golongan atas atau
anak dari orangtua yang berlebihan dalam materi, orangtua yang sibuk dengan segala urusan bisnis
membuat anaknya terlantar dan hanya diurusi oleh pembantu.

b. Pergaulan dengan Teman yang Tidak Sebaya.


Akibat dari kurangnya kasih sayang dan pengawasan dari orangtua anak akan mencari
kesenangan di luar dan mereka akan bergaul bebas dengan siapa saja yang mereka inginkan dan
terkadang mereka mencari teman yang tidak sebaya. Yang lebih dewasa dari mereka karena
mereka merasa dilindungi sehingga mereka mencari teman-teman yang lebih dewasa dari mereka.
Dengan begitu mereka akan terpengaruh dangan apa yang dilakukan orang dewasa.

10
http://hasianpurba.blogspot.co.id/2011/10/normal-0-microsoftinternetexplorer4.html (Diakses 21 April 2016;
20:34).

6
c. Peran dari Perkembangan Iptek yang Berdampak Negatif
Perkembangan iptek memang sangat baik dan penting bagi perkembangan ilmu
pengetehuan dan informasi para remaja, namun saat ini remaja justru salah mempergunakan
kecanggihan teknologi tersebut, dan mereka menyelewengkan fungsi teknologi yang sebenarnya.

d. Tidak Adanya Bimbingan Kepribadian dari Sekolah


Peran guru di sekolah juga sangat berpengaruh pada sikap dan tingkah laku seorang remaja.
Terkadang guru di sekolah lebih lebih mementingkan intelegensi pelajar daripada pembinaan
terhadap mental dan sikap mereka dan hal ini juga akan berepengaruh pada tingkah laku mereka
ada masa depan, karena guru juga sangat bertanggung jawab atas murid atau pelajar yang mereka
didik.

e. Dasar-dasar Agama yang Kurang


Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orangtua yang sibuk dengan segala usaha
dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang memperhatikan hal ini. Karena
jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti
tingkah laku mereka akan sembarangan.

f. Tidak Adanya Media Penyalur Bakat dan Hobinya


Masa remaja merupakan masa di mana mereka mulai menyalurkan berbagai bakat dan
potensi yang mereka miliki dan terkadang media atau tempat untuk mereka menyalurkan bakat
mereka, tidak tersedia dan akhirnya yang mereka lakukan adalah mencari kesenangan sendiri dan
lebih suka hura-hura daripada duduk tenang di rumah atau belajar.

g. Kebebasan yang Berlebihan


Ada orangtua yang dalam mendidik anak mereka menerapkan pola asuh yang demokratis
yang berlebihan sehingga anak menjadi yang keras kepala dan sering memaksakan kehendaknya
kepada orangtua dan pola asuh seperti ini akan berakibat buruk pada anak.

h. Masalah yang Dipendam


Masa remaja sering penuh dengan berbagai problem, terkadang remaja tidak terbuka pada
orangtua, sehingga mereka merasa bahwa mereka mampu mengatasi masalah itu sendiri. Ternyata
mereka tidak sanggup. Contoh masalah berpacaran, ketika remaja putus cinta terkadang mereka
tidak mau menceritakan hal ini kepada orangtua tetapi yang mereka lakukan adalah memendam

7
dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke hal-hal yang tidak baik. Mabuk-
mabukan, merokok, dan hal-hal yang negatif lainnya.
2.3. Kenakalan Remaja ditinjau dari Tiga perspektif
Agar kita dapat mengetahui kehidupan remaja, penulis akan mencoba membahas mengenai
kenakalan remaja yang ditinjau dari tiga perspektif, di antaranya ialah:
2.4.1. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Perspektif Sosiologis
Ditinjau dari segi sosiologis, tindakan kriminalitas dan kenakalan remaja disebabkan tidak
ada integrasi yang harmonis antara lembaga-lembaga kemasyarakatan, sehingga masing-masing
individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan macam-macam hubungan sosial.
Tidak adanya integrasi yang harmonis dan penyesuaian diri yang wajar dengan melakukan
penyimpangan-penyimpangan terhadap norma dan sistem nilai masyarakat merupakan gejala yang
abnormal dan merupakan problema sosial. Gejala problema sosial mengakibatkan hubungan-
hubungan sosial terganggu dan menimbulkan kegoyahan dalam kehidupan kelompok.11
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan dalam
hubungannya dengan problema sosial tersebut adalah:12
a. Bertambahnya jumlah penduduk.
b. Penemuan-penemuan baru dalam proses modernisasi yang terlalu cepat menimbulkan cultural
lag dan technological lag, sedangkan masyarakat tidak sempat mengadakan reorganisasi atas
norma-norma yang membeku tradisional dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
c. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat (kesukuan, intoleransi agama, generasi tua –
generasi muda, persaingan atau rivalitas).
d. Pengaruh kebudayaan masyarakat, terutama kebudayaan Barat yang diterapkan begitu saja
(imitasi).
Dalam pengupasan masalah ini, akan dibatasi pada peninjauan sebab masalah yang terjadi
di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat yang mengalami perubahan-perubahan dan kegoyahan
yang ditimbulkan.

11
Soerjono Soekanto, Sosiologi, Suatu Pengantar (Jakarta: Yayasan Penerbitan UI, 1969), 282.
12
Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangan (Yogyakarta: Kanisius, 1989),
26.

8
a. Keluarga13
Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anggota keluarga terutama untuk anak-
anak yang sedang mengalami pertumbuhan fisik dan rohani. Dengan demikian kedudukan
keluarga sangat fundamental dan mempunyai peranan yang vital bagi pendidikan seorang anak.
Lingkungan keluarga, secara potensial dapat membentuk pribadi anak atau seseorang untuk hidup
secara lebih bertanggung jawab. Tetapi apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan
terbentuk seorang anak yang cenderung melakukan tindakan kenakalan dalam masyarakat dan
sering menjurus kepada tindakan kejahatan atau kriminal. Sebab-sebab adanya kenakalan remaja
adalah:
1. Disharmoni keluarga (broken home). Terutama bagi perkembangan seorang anak yang pada
tahap itu sedang berada dalam proses mencari identifikasi diri. Oleh sebab itu, tindakan
ketidakharmonisan di dalam keluarga akan membingungkan, sebab mereka kehilangan tempat
berpijak dan pegangan hidup.
2. Pendidikan yang salah. Banyak orangtua yang sibuk dengan pekerjaan mereka dan mereka
menganggap bahwa dengan memenuhi kebutuhan yang diperlukan si anak mereka, maka anak
tersebut akan mendapatkan kebahagian dan merasakan kasih sayang dari orangtuanya. Dan
terjadi juga kurangnya menanamkan nilai-nilai kehidupan atau norma masyarakat, norma
religius dan sebagainya.
3. Terjepitnya generasi muda antara norma-norma lama dengan norma-norma baru, menyebabkan
mereka tidak mempunyai pegangan untuk menilai semua sikap dan tingkah laku sebab
semuanya serba relatif dan kabur. Sedangkan bimbingan dari pihak orangtua kurang atau
diabaikan sama sekali.
4. Anak yang ditolak (rejected child). Penolakan anak diakibatkan oleh suami dan istri yang tidak
dewasa secara psikis sehingga tidak mau bertanggung jawab sebagai ayah dan ibu.
b. Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang mempunyai peranan untuk
mengembangkan kepribadian anak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya untuk
melaksanakan tugas.14

13
Y. Bambang Mulyono, 26-29.
14
Y. Bambang Mulyono, 29-31.

9
c. Masyarakat15
Dewasa ini perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
dengan sangat pesat, sehingga membawa perubahan-perubahan yang sangat berarti, tetapi juga
timbul permasalahan yang mengejutkan. Banyak penemuan-penemuan baru yang diperoleh
sehingga terjadi melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat akibat perubahan
sosial. Orang yang sudah tidak memperdulikan (cuek) lagi orang yang di sekitarnya. Hal ini sangat
mempengaruhi budaya setempat. Oleh sebab itu, anak mulai terpengaruhi dengan apa yang
masyarakat terapkan dalam kesehariannya.
2.4.2. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Perspektif Psikologis
Peninjauan dari segi psikologis merupakan peninjauan untuk menemukan sebab-sebab
‘intern’, dalam totalitas kepribadian seseorang. Dalam peninjauan ini lebih dahulu dikaitkan
dengan adanya hubungan pengaruh bio-fisis pada struktur organisasi kepribadian manusia yang
diselidiki oleh teori kepribadian. Teori kepribadian adalah suatu konsep pemikiran yang sistematis
mengenai manusia sebagai individu. Yang dipelajari adalah semua aspek individual manusia yang
meliputi aspek individualitas biologis dan individualitas psikologis.16
Sigmund Freud (1856 – 1939) dari Australia mempunyai pandangan sebagai berikut:
pergolakan-pergolakan jiwa seseorang bukanlah aktivitas-aktivitas yang sadar (das bewuste),
tetapi merupakan aktivitas-aktivitas yang melibatkan alam bawah sadar (das unbewuszte). Secara
singkat dapat diterangkan bahwa proses kejiwaan itu bersumber kepada Id, Ego dan Superego.
Yang di maksud dengan Id ialah unsur landasan dasar dan merupakan sumber enersi psikis yang
berasal dari instink-instink biologis manusia. Ego merupakan jiwani yang logis dan mempunyai
fungsi untuk mempermudah transaksi atau perbuatan manusia dalam menguasai alam
lingkungannya. Ego ini mencakup kemampuan untuk merencanakan, memecahkan masalah dan
menciptakan teknik-teknik untuk menguasai dunia di sekitarnya. Sedangkan Superego adalah
fungsi mental yang disebut sebagai hati nurani. Superego merupakan konsep yang melambangkan
internalisasi dari nilai-nilai orangtua pada diri anak, yaitu nilai-nilai yang ditanamkan dengan
sanksi hukuman jikalau anak melanggar, dan akan mendapat hadiah jikalau nilai-nilai tersebut
ditaati. 17

15
Y. Bambang Mulyono, 31-34.
16
Y. Bambang Mulyono, 35.
17
Y. Bambang Mulyono, 38-40.

10
Granville Stanley Hall adalah seorang ahli yang pertama di Amerika, yang berpendapat
bahawa psikologi remaja perlu dipisahkan dari psikologi anak maupun orang dewasa, dan harus
dipandang sebagai suatu bidang tersendiri. Ia berpendapat di dalam bukunya yang berjudul
“Adolescence”, bahwa perkembangan psikis banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis.
Sedangkan faktor-faktor fisiologis ini tergantung dari faktor-faktor yang ditentukan oleh aspek
keturunan atau faktor-faktor yang sudah ada padanya sejak saat lahir. Karena ia berpendapat
bahwa perkembangan dan pertumbuhan dikendalikan oleh proses kematangan yang terjadi di
dalam dirinya, maka pengaruh kebudayaan dan lingkungan sosial kurang diperhitungkan dalam
pembahasannya.18
2.4.3. Kenakalan Remaja Ditinjau dari Perspektif Teologis
Teologi bukan ilmu yang mencari Allah. Teologi lebih merupakan ilmu yang
menginterpretasikan tindakan-tindakan Allah di dalam sejarah dan bagaimana sikap orang atau
manusia terhadap tindakan Allah dalam penyelamatan manusia. Sebab itu dapat juga dikatakan
bahwa teologi merupakan pengetahuan tentang iman. Alasan mengapa kenakalan remaja perlu
ditinjau dari segi teologis:
1. Manusia makhluk ciptaan Allah. Pernyataan ini didasarkan pada Mazmur 8:4-6, yang berisikan
suatu ungkapan kagum atau pesona seseorang terhadap karya penciptaan Allah yang begitu
menakjubkan dan dasyat yang dianugerahkan kepada manusia. Manusia mendapatkan tempat
yang lebih tinggi daripada ciptaan Allah yang lainnya. Pernyataan ini diungkapkan bahwa
manusia itu berasal dari Allah saja. Allah adalah satu-satunya sumber kehidupan manusia.19
2. Allah mengikat manusia dengan perjanjian. Kedudukan manusia di hadapan Allah sebagai
karya ciptaan di dalam Perjanjian Lama tidak seperti karya ciptaan yang lain. Memang benar
kedudukan manusia hanya makhluk, tetapi Allah mau memahkotainya dengan kemuliaan dan
hormat (Mazmur 8:6). Allah memberikan janji kepada manusia dan Allah tidak pernah
mengingkarinya. Seperti halnya dengan janji Allah kepada Nuh Kejaidan 9:1-17. Kepada
Abram (Abraham), Kejadian 12:1-9, 15:7-16.20
3. Allah sebagai Bapa. Yesus datang ke dunia untuk menyatakan siapakah Bapa yang
sesungguhnya. Melalui segala karya dan firman-Nya, Yesus menyatakan kehedak Bapa,

18
Singgih D. Gunarsa. Psikologi Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), 20-21.
19
Y. Bambang Mulyono, Kenakalan Remaja dalam Perspektif Pendekatan: Sosiologis-Psikologis-Teologis dan
Usaha penanggulangannya (Yogyakarta: Andi Offset, 1986), 111.
20
Y. Bambang Mulyono, 112-113.

11
sehingga dengan melihat tindakan-tindakan Yesus, kita dapat melihat pekerjaan Bapa yang
dinyatakan melalui diri-Nya (Yohanes 14:9-10). Tujuan kehidupan dan misi Yesus yang
menyatakan kehendak Bapa (Lukas 14:18-19). Allah telah menyatakan Diri dan hadir di dalam
peristiwa sejarah. Dia memeluk anak-anak-Nya di dalam keberadaan mereka.21
Dapat dijelaskan bahwa bila seorang remaja (atau manusia pada umumnya) terlibat dalam
perbuatan yang jahat, dalam konteks ini sebenarnya mereka mengalami ketiadaan kehidupan
religius dalam kehidupan profannya. Jelasnya mereka mengalami ketiadaan cinta kasih dalam
praktek kehidupannya. Sehingga menghambarkan rohaninya, dengan akibat bersikap
‘mendeskreditkan’ orang lain.22
2.5. Mencegah Kenakalan Remaja
Dari segi sosiologis, cara penanggulangan kenakalan remaja ialah dengan jalan
mengadakan inventarisasi pengalaman-pengalaman dan kerja sama antara para ahli teknik dan para
ahli bidang sosial, untuk mengadakan seleksi masuknya unsur-unsur yang baru dan diintegrasikan
dengan unsur-unsur yang lama. Di samping itu juga mengadakan perencanaan sosial (social
planning) yang bertujuan untuk menghilangkan atau membatasi keterbelakangan unsur-unsur
kebudayaan material atau teknologi, sebab problema sosial dewasa ini disebabkan oleh
keterbelakangan tersebut, yang mengakibatkan penyalahgunaan sumber-sumber alam,
demoralisasi kehidupan keluarga, angka kejahatan yang tinggi, sakit jiwa. Dengan usaha itu
diharapkan tercipta suatu keseimbangan dalam masyarakat (social equilibrium). dalam social
equilibrium masyarakat mampu mengadakan penyesuaian diri (adaption) yang meliputi:
perubahan teknik, pengisian waktu senggang, pendidikan, aktivitas dalam masyarakat, suasana
dalam rumah tangga (keluarga) dan agama. Dalam usaha mencapai social equilibrium tersebut
akan dititikberatkan pada pendidikan dan pengawasan di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
itu sendiri, mengingat ketiganya merupakan lingkungan yang utama untuk perkembangan pribadi
seorang anak, agar terhindar dari tindakan kenakalan atau kriminal. Sebab, suatu kenakalan atau
kriminalitas, bila diamati ternyata mempunyai latar belakang lingkungan dan kehidupan sosial
yang buruk, misalnya karena ditolak orangtuanya (rejected child). Artinya dengan pemeliharaan
dan pengaturan yang “human” dalam lingkungan akan memungkinkan seseorang untuk

21
Y. Bambang Mulyono, 114.
22
Y. Bambang Mulyono, 137.

12
mengembangkan hal-hal yang positif, daripada mengembangkan segi negatif yang “primitif”
dalam bentuk perbuatan kriminal.23
Dalam menghadapi seorang remaja ada beberapa hal yang harus selalu diingat, yaitu bahwa
jiwa seorang remaja adalah jiwa yang penuh gejolak “strum und drang”. Lingkungan seorang
remaja juga ditandai dengan perubahan sosial yang cepat apalagi didaerah kota-kota besar dan
daerah yang sudah terjangkau oleh sarana dan prasarana komunikasi dan perhubungan yang
mengakibatkan kesimpang siuran norma (keadaan anomie). Jika kondisi intern dan ekstern seorang
remaja sama-sama bergejolak, inilah yang menyebabkan masa remaja lebih rawan daripada tahap-
tahap lain dalam perkembangan manusia.24 Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya
Psikologi Remaja menjelaskan bahwa, untuk mengurangi benturan antar gejolak itu dan untuk
memberi kesempatan agar remaja dapat mengembangkan diri secara optimal, maka perlu
diciptakan kondisi lingkungan terdekat yang setabil mungkin, khususnya lingkungan keluarga.25
Selanjutnya, untuk mencegah kenakalan remaja, bisa dengan cara meningkatkan kemampuan
remaja dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing.
Dengan adanya kemampuan khusus yang dimiliki remaja atau siswa seperti dalam bidang teater,
musik, olahraga dan lain sebagainya ini bisa mengembangkan kepercayaan diri remaja atau siswa
dan menjadikannya terpandang dengan adanya kemampuan itu dan ia tidak perlu bergantung pada
orang lain untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya.26
Usaha penanggulangan secara teologis ialah mengajak mereka untuk dapat bertanggung
jawab dengan apa yang sudah mereka lakukan. Dan kita harus dapat menerima keberadaan mereka,
karena penerimaan terhadap diri mereka menjadi otentik, jika dilandasi oleh sikap mengampuni.
Yesus Kristus menerima dan mengampuni wanita yang berdosa sebelum wanita itu menyesal
perbuatannya (Yohanes 8:1-11).27 Perlu diketahui bahwa terlepas dari penilaian remaja yang kita
bimbin g, hidup kerohanian kita sangat menentukan pelaksanaan tugas bimbingan itu.28 Dengan
kata lain kita harus memperlengkapi kerohanian diri kita terlebih dahulu. Usaha selanjutnya yang
bisa dilakukan ialah melakukan bimbingan konseling kepada remaja. Di dalam konseling, kita

23
Y. Bambang Mulyono, 51-53.
24
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 228. Pdf.
25
Sarlito Wirawan Sarwono, 229.
26
Sarlito Wirawan Sarwono, 230.
27
Y. Bambang Mulyono, 140-145.
28
Y. Bambang Mulyono, 153.

13
dapat menyelidiki permasalahan apa yang tengah dialami oleh remaja, dan itu akan
mempermudahkan kita untuk dapat berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Perlu diketahui
bahwa kita tidak memaksakan remaja untuk melakukan apa yang kita inginkan tetapi berusahalah
mendengarkan mereka serta memberikan pilihan-pilihan kepada mereka, sehingga mereka
sendirilah yang dapat menentukan pilihan mereka sendiri.29
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masalah kenakalan remaja merupakan masalah sosial, sehingga perlu dipikirkan secara
lebih matang dengan meninjau segi-segi yang melatarbelakangi secara menyeluruh. Masalah ini
sangat kompleks baik karena faktor dari dalam pribadi remaja, maupun karena faktor dari luar
yang ikut mempengaruhinya.
Kenakalan remaja meliputi semua prilaku menyimpang dari norma sosial, norma hukum,
norma kelompok dan merugikan dirinya sendiri serta mengganggu ketrentaman masyarakat.
Untuk itu waktu luang hendaknya digunakan untuk berkumpul bersama seluruh anggota keluarga
dan mengadakan kegiatan keluarga guna mengeratkan kasih sayang, remaja harus pandai memilih
teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan denga siap dan di komunitas mana
remaja harus bergaul, orangtua hendaknya memberikan kebijaksanaan terhadap anak untuk
memilih pendidikan sesuai dengan kesenangan dan bakatnya dan orangtua harus berusaha
memenuhi kebutuhan anak secara maksimal baik itu materi, perhatian, kasih sayang, pendidikan
agama dan pendidikan moral.
3.2. Saran
a. Orangtua
Disarankan kepada orangtua untuk dapat menjaga hubungan yang hangat dalam keluarga
dengan cara saling menghargai, pengertian, dan penuh kasih sayang serta tidak bertengkar di depan
anak. Serta memberi pengarahan tentang cara bergaul. Orangtua harus bisa menjadi teman, agar
anak dapat terbuka dan anak dapat menjadikan orangtua sebagai seorang sahabat terpercaya.
b. Pihak Sekolah
Pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa untuk mengenali potensi-potensi yang
dimiliki siswa. Sehingga dapat meningkatkan konsep diri siswa, serta dapat meminimalisir

29
Y. Bambang Mulyono, 172-175.

14
penggunaan kata-kata atau sikap yang dapat menurunkan konsep diri siswa. Dan dapat membuat
program kegiatan yang cukup bagi remaja, seperti menyediakan perlombaan antar sekolah,
pramuka, dan lain-lain.
c. Pihak Pemerintah
Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di
Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja. Seperti membuat kegiatan-kegiatan yang
melibatkan remaja untuk berperan, serta membuat seminar-seminar tentang peran remaja di dalam
masyarakat.
d. Masyarakat Umum
Bagi masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi guna pencegahannya. Apabila
melihat hal-hal yang tidak wajar yang dilakukan oleh para remaja segera laporkan ke penegak
hukum setempat agar diberi penyuluhan dan pengarahan. Perlu diingat bahwa remaja tidak suka
ditegur dengan cara yang keras. Jadi, gunakan bahasa yang lembut kepada remaja.
e. Gereja
Gereja harus turut berpartisipasi dalam pencegahan kenakalan remaja. Di mana gereja
diusahakan untuk dapat membuat program untuk remaja di gereja. Supaya remaja tidak
memanfaatkan waktu kosong mereka di luar, namun lebih baik mereka meluangkan waktunya
untuk ikut kegiatan-kegiatan kerohanian di gereja. Seperti retreat, kunjungan antar gereja, belajar
main musik, paduan suara atau vocal group, dan lain-lain.
f. Para Remaja
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai
remaja yang baik dan benar sesuai tuntutan dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Agar
kita dapat menjadi remaja yang baik dan agar kita bisa menciptakan negara dan bangsa yang
sukses. Sebagai seorang remaja, kita seharusnya bisa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada
perkembangan kenakalan remaja yang sudah memprihatinkan saat ini. Oleh karena itu sebagai
salah satu bentuk implementasi dari tanggung jawab tersebut terhadap kenakalan remaja adalah
dengan berusaha semaksimal mungkin menjadi remaja yang baik.

15
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Gunarsa, Singgih D. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Mulyono, Y. Bambang. 1986. Kenakalan Remaja dalam Perspektif Pendekatan: Sosiologis-
Psikologis-Teologis dan Usaha penanggulangannya. Yogyakarta: Andi Offset.
Mulyono, Y. Bambang. 1986. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangan.
Yogyakarta: Kanisius.
Nuhamara, Daniel. 2008. PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja. Bandung: Jurnal Info Media.
Soekanto, Soerjono. 1969. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbitan Universitas
Indonesia.

Pdf:
Chomaria, Nurul. 2008. Aku Sudah Gede. Sukoharjo: Samudera.
Kartono, Kartini. 1998. Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: CV. Rajawali
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudarsono. 1991. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
________. 1991. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Internet:
http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/
http://hasianpurba.blogspot.co.id/2011/10/normal-0-microsoftinternetexplorer4.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kenakalan remaja

16

Anda mungkin juga menyukai