Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH TENTANG

GLOBALISASI

Disusun :

Nama : MUH.SATRIA

Kelas : IX.B

Nis :

SMP NEGERI 4 TAKALAR


Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah pkn yang berjudul Pengaruh Globalisasi Terhadap nilai moral
suatu bangsa.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran pkn
pada semester genap tahun 2015. Dalam makalah ini diuraikan tentang Pengaruh Globalisasi
terhadap nilai moral suatu bangsa, mencakup tentang Pengaruh Positif, dan cara Menaggulangi
pengaruh Negatif Globalisasi.

Penyusun menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak
kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua kearah kesempurnaan
makalah ini.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu guru Mata Pelajaran pkn atas
bimbingannya, dan juga kepada rekan-rekan yang terlibat didalamnya, sehingga makalah ini
bisa tersusun.

Akhirnya penyusun berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri ataupun
semua pihak yang memerlukan.

Takalar, April 2015

MUH.SATRIA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang /Permasalahan

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan
globalisasi untuk kepentingan kehidupan.Di era globalisasi ini dapat mempengaruhi
perkembangan sosial budaya pada suatu bangsa. Akhir-akhir ini, kita tidak bisa menutup mata
terhadap berbagai penyimpangan moral yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia.
Tawuran pelajar, perkelahian antar genk, perilaku seks bebas, gaya hidup tidak beraturan
menjadi beberapa contoh kelunturan moral di kalangan generasi muda kita. Di kalangan
pejabat, praktek korupsi masih merupakan persoalan yang sangat mengerikan di Indonesia.
Masyarakat secara umum pada akhirnya kehilangan rujukan keteladanan, sehingga krisis moral
semakin meluas. Globalisasi ini membawa berbagai perubahan yang menyentuh pada dasar
kehidupan manusia.perubahan tersebut disebabkan oleh pelestarian lingkungan hidup serta
perjuangan hak asasi manusia dan penigkatam kualitas hidup serta dapat merusak nilai moral
suatu bangsa serta masih banyak yang lainya seperti terorisme global dan multidimensi krisis,
yang satu negara tidak dapat mengatasi sendiri karena untuk melakukan hal tersebut perlu
dukungan negara lain Pendidikan nilai moral merupakan alternatif Masalah solusi yang lokal,
regional, nasional, dan internasional di alam. Hal itu telah menjadi isu global di beberapa
negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) dan memiliki beberapa perbedaan dan
persamaan. Hasil perbedaan dari negara yang berbeda ideologi. Namun, negara-negara tersebut
seperti menekankan nilai moral pendidikan pada nilai-nilai etika moral,yang terutama pada
nilai-nilai yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang bersifat universal dan global. Konsep
pendidikan nilai moral yang diusulkan oleh Kohlberg dan Miller cenderung individualistik.
Oleh karena itu, kebutuhan untuk menjadi dilengkapi dengan memperhitungkan paradigma
yang diusulkan oleh Capra bahwa manusia

hidup dibangun atas dasar pandangan sistemik dan holistik kehidupan, salah satu yang tidak
parsial dan individualistis. Dalam pelaksanaannya, perlu pendekatan yang tepat dan metode
yang relevan dan teknik. Pendekatan untuk pendidikan nilai moral termasuk menanamkan,
pemodelan, memfasilitasi, dan pendekatan pengembangan keterampilan, dan metode termasuk
dogmatis, metode deduktif, induktif, dan reflektif.seperti globalisasi kebudayaan globalisasi ini
dapat mempengaruhi hamper semua aspek yang ada dalam masyarakat termasuk kedalam
aspek budaya.di Indonesia contohnya Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja di Indonesia
yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan
pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak
kelihatan. Pada hal cara berpakaian mereka tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan
kita. Tak ketinggalan lagi gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Singkatnya orang lebih
suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak lagi remaja yang
mau melestarikan budaya bangsanya sendiri dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai
dengan kepribadian bangsa. Jika pengaruh di atas dibiarkan, apa jadinya Moral generasi bangsa
tersebut.Dampak masuknya budaya asing antara lain. terjadi perubahan kebudayaan,
pembauran kebudayaan, modernisasi, keguncangan budaya, melemahnya nilai-nilai budaya
bangsa. Dampak tersebut membawa pengaruh besar bagi Indonesia, baik dari segi postif,
maupun negatif. Indonesia, masih terlalu lemah dalam menyaring budaya yang baik di ambil
dengan yang tidak. Globalisasi perekonomian ini mempunyai dampak yang negative antara
lain menghambat pertumbuhan sektor industry, Sektor keuangan semakin tidak stabil,
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang pada intinya akan
mempengaruhi nilai moral suatu bangsa antara lain semakin meningkatnya kasus pencurian,
perampokan, pemerasan, dan masih banyak lagi lainya Ditinjau dari aspek yang lain globalisasi
juga dapat menimbulkan Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa
komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam
turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.Pasar dan
produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat
dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional,
dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).Meningkatnya masalah
bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan
lain-lain Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa definisi dari moral dan globalisasi?

2. apa ciri ciri dari globalisasi?

3. Apa pengaruh pengaruh yang ditulmbulkan globalisasi terhadap moral suatu bangsa?

4. Bagaimana cara mencegah dampak/pengaruh bahaya global tersebut?

5. Mengapa nilai moral sangat diperlukan di era globalisasi ini?

6.bagaimana peran pemerintah dalam menanggapi globalisasi yang dapat merusak nilai moral
suatu bangsa?

7. Bagaimana tanggapan masyarakat akam hal tersebut?


8. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan nasional ?

1.3 Tujuan

makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta mengetahui
pentingnya nilai nilai moral bagi kehidupan suatu bangsa pada era globalisasi ini.mengetahui
definisi dari moral dan globalisasi,cirri cirri globalisasi pengaruh pengaruh yang ditimbulkan
globalisasi terhadap moral,cara mencegah pengaruh negative globalisasi dan menetahui
pentingnya nilai moral pada era globalisasi.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini antara lain adalah:

1. Untuk penulis sendiri makalah ini bermanfaat untuk menyelesaikan mata kuliah Ilmu sosial
dan budaya dasar serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah di dapat dari
pembelajaran mata kuliah Ilmu sosial dan budaya dasar.

2. Untuk orang lain makalah ini dapat menjadi sumber referensi untuk menjadi bahan penulisan
lebih lanjut.

3. Untuk ilmu pengetahuan makalah ini dapat memperkaya literature terkait dengan globalisasi

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Globalisasi
Pengertian Globalisasi Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal.Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang timbul dari
pertukaran pandangan dunia, produk, ide, dan aspek lain dari budaya 1 2. Secara khusus,
kemajuan dalam transportasi dan infrastruktur telekomunikasi, termasuk munculnya Internet,
yang utama faktor globalisasi dan memicu saling ketergantungan lebih lanjut dari kegiatan
ekonomi dan budaya.Ada juga yang mengatakan globalisasi merupakan suatu proses
penyebaran penyebaran hasil karya dan pemikiran suatu budaya sehingga melembaga dalam
kebudayaan di seluruh dunia.Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa
dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi
kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan
membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu
tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai
sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki
pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain
adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya
karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan
agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi
pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

• Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional.


Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing,
namun menjadi semakin tergantungsatusamalain.

• Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara,
misalnya hambatantarifeksporimpor,lalulintasdevisa,maupunmigrasi.

• Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material


maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman
seluruh dunia.

• Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin
menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.

• Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat
definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan
status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri,
bukan sekadar gabungan negara-negara.

Adapun konsep globalisasi menurut pendapat para ahli adalah :LAURENCE


E.ROTHENBERG Globalisasi adalah percepatan dan intensifikasiinteraksi dan
integrasiantara orang-orang,perusahaan,dan pemerintah dari Negara yang berbeda.Selo
Soemardjan : globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasidan komunikasi
antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalahuntuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya bentuknya PBB, OKI3.Achmad Suparman.
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (bendaatau perilaku) sebagai ciri dari
setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Scholte. Globalisasi diartikan sebagai
meningkatnya hubungan internasional.Dalam hal ini masing-masing negara tetap
mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama
lain.Scholte. Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara,
misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.Leonor Briones.
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonominamun juga mencakup
globalisasi institusi-institusi demokratis, pembangunansosial, hak asasi manusia, dan
pergerakan wanita.Scholte. Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal
materialmaupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi
pengalaman seluruh dunia.Steger. kondisi sosial yang ditandai dengan adanya interkoneksi
ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan global dan arus yang membuat banyak dari
perbatasansaat ini sudah ada dan batas-batas tidak relevan.Anthony Giddens (1989), proses
peningkatan kesalingtergantungan masyarakatdunia dinamakan dengan globalisasi. Ditandai
oleh kesenjangan tingkatkehidupan antara masyarakat industri dan masyarakat dunia
ketiga(yang pernahdijajah Barat dan mayoritas hidup dari pertanian). Emanuel Ritcher.
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaanmenyatukan masyarakat yang
sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasikedalam saling ketergantungan dan persatuan
dunia.Beerkens Keterkaitan seluruh dunia antara negara-bangsa menjadi dilengkapidengan
globalisasi sebagai sebuah proses di mana pengaturan sosial dasar (sepertikekuasaan, budaya,
pasar, politik, hak, nilai, norma, ideologi, identitas,kewarganegaraan, solidaritas)
menjadidisembedded dari spasial mereka konteks(terutama negara-bangsa)
karena,massification percepatan, difusi flexibilisation,dan perluasan arus transnasional
orang,produk, gambar dan informasi keuangan Tom G.Palmer.globalisasi sebagai "penyusutan
atau penghapusan negara-diberlakukan pembatasan pertukaran lintas batas dan sistem global
yang semakinterintegrasi dan kompleksproduksi dan pertukaran yang telah muncul
sebagaiakibat.Lucian W.Pye. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan
budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau worldculture).Takis
Fotopoulos. globalisasi ekonomi "sebagai pembukaan dan deregulasi pasar komoditas, modal
dan tenaga kerja yang menyebabkan globalisasi neoliberal ini."globalisasi politik
"bernamamunculnya elit transnasional dan keluar pentahapandari negara-bangsa."
globalisasibudaya "adalah homogenisasi budaya di seluruhdunia.Joseph Stiglitz. Globalisasi
"adalah integrasi lebih dekat dari negara dan penduduk dunia dibawa oleh pengurangan besar
biaya transportasi dankomunikasi, dan dipatahkannya rintangan buatan untuk arus barang,jasa,
modal, pengetahuan, dan orang di seluruh perbatasan. Thomas L.Friedman. Globlisasi
memiliki dimensi ideology dan teknlogi.Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas,
sedangkan dimensiteknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan
dunia.Merriam Webster Dictionary. perkembangan ekonomi global yang semakinterintegrasi
ditandai terutama oleh perdagangan bebas, arus modal yang bebas,dan menekan lebih murah
pasar tenaga kerja asing. Dr.Nayef R.F. Al-Rodhan. Globalisasi adalah proses yang meliputi
penyebab,kasus, dan konsekuensi dari integrasi transnasional dan transkultural
kegiatanmanusia dan non-manusia.Malcom Waters. Globalisasi adalah sebuah proses sosial
yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang
penting, yangterjelma didalam kesadaran orang.Anthony Giddens. globalisasi sebagai
'intensifikasi hubungan sosial seluruh duniayang menghubungkan daerah yang jauh dalam
sedemikian rupa sehinggakejadian lokal dibentuk oleh peristiwa yang terjadi bermil-mil
jauhnya dansebaliknya'.Peter Drucker. menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi
sosial.Wikipedia Ensiklopedia. Globalisasi atau penyejagatan adalah sebuah istilah
yangmemiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksiyang lain sehingga batas-batas suatunegaramenjadi semakin
sempit.Princenton N.Lyman.Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atassaling
ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan
keuangan.A.G. McGrew. Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan,dan
kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai
individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.Albrow.Globalisasi mengacu pada semua
proses dimana masyarakat duniadimasukkan ke dalam sebuah masyarakat tunggal dunia,
masyarakat global.Wartawan Thomas L. Friedman mempopulerkan "dunia datar" istilah,
dengan alasan bahwa perdagangan global, outsourcing, pasokan-chaining, dan kekuatan politik
secara permanen mengubah dunia, untuk lebih baik dan lebih buruk. Ia menegaskan bahwa laju
globalisasi yang mempercepat dan dampaknya terhadap organisasi bisnis dan praktek akan
terus tumbuh.Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahulu apabila kita
akan menonton siaran sepak bola kita harus ke negara yang mengadakan pertandingan. Tapi
sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup melihat di televisi. Ketika akan
menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan
adanya pesawat telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon
saja. Adanya globalisasi membawa manfaat bagi umat manusia tetapi ada juga dampak
buruknya.

2.2 Sejarah Globalisasi

Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi
dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri,
benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri
sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai
menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut
untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia
menunjukkan telah terjadinya globalisasi.

Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika.
Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok,
Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan
Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan
nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.

Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa.
Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini
didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa
dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat
ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang
membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.

Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga
memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik
pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia.
Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari
Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon
globalisasi hingga saat ini.

Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan
komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa
kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara
negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula
dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara
pun mulai kabur.

2.3 Proses Globalisasi

Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi
sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya.Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan
teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.Loncatan teknologi yang semakin canggih
pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam
(handphone) dengan segala fasilitasnya.Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa
sekali sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang
menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing,
proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.Globalisasi secara fisik ditandai dengan
perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat
dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan-perusahaan berskala
internasional serta cabang-cabangnya.

2.4 ciri ciri globalisasi:

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di
dunia.. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti
telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita
merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

· Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

· Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,


film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.

· Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis


multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian
dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa
ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin
terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi
sosial.

Globalisasi budaya antara nya sub-kebudayaan Punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang
berkembang secara global.Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di
masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-
nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal.

Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa
yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam
pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal
dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat
ke berbagai tempat di dunia ini (Lucian W. Pye, 1966).

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan
berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik
sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi
antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan
globalisasi kebudayaan.

2.5 Faktor-faktor Terjadinya Globalisasi

Berkembang pesatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah pendukung utama
bagi terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi,
informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan, dapat disebarluaskan dengan
mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga
budaya suatu bangsa.selain hal tersebut globalisasi dapat terjadi karena hal lain seperti:

Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar, seperti:

a. selalu meningkatkan pengetahuan b.etos kerja;

c. patuh hukum; d. kemampuan


memprediksi;

e. kemandirian; f. efisiensi dan


produktivitas;

g. keterbukaan; h. keberanian
bersaing; dan

i. rasionalisasi; j. manajemen resiko.

Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya:

a. lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan;

b. lembaga keagamaan;

c. indutri internasional dan lembaga perdagangan;

d. wisata mancanegara;

e. saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional;

f. lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dan


g. lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.

2.6 Pengaruh Positif dan Negatif Globalisasi

Seperti yang kita tahu bahwa globalisasi adalah proses komplek yang digerakan oleh berbagai
pengaruh sehingga mengubah kehidupan sehari-hari terutama dinegara berkembang, dan pada
saat yang sama ia menciptakan system-system dan kekuatan trans nasional baru. Globalisasi
juga menimbulkan berbagai dampak yang merupakan permasalahan global. Dampak dari
globalisasi tersebut itu adalah:

1. Dampak jangka pendek, yaitu;

-Dampak negatif globalisasi yang terlihat/ terdetek; yaitu dampak buruk yang dapat dihindari
sebelum itu terjadi.

-Dampak positif globalisasi yang terlihat/ terdetek; yaitu dampak positif/baik yang dapat
diperkirakan sebelum itu terjadi.

2. Dampak jangka panjang, yaitu;

-Dampak negatif globalisasi yang tidak terlihat/ tidak terdetek; dampak buruk yang tidak
diperkirakan dan tidak dapat dihindari sebelumnya. Dampak tersebut baru disadari setelah efek
buruknya terjadi.

-Dampak positif globalisasi yang tidak terlihat/ tidak terdetek; dampak positif/baik yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya. Dampak tersebut baru disadari setelah menguntungkan
peradaban.

Oleh sebab itu sudah sepatutnya penjelasan mengenai masalah globalisasi harus ditekankan,
karena perbedaan pendapat mengenai dampak globalisasi sudah sering terjadi di masyarakat
kita dewasa ini.

Dampak positif globalisasi

1. Produksi global dapat ditingkatkan

2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara

3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri

4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik

5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi


6.Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan
melalui handphone.

7. Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Dan lain-lain.

8. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi
bagian manapun melalui internet. Internet inilah yang paling berpengaruh dalam kemajuan
Globalisasi.

9. Kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan
Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada
akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

10. peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang memberikan efisiensi
dalam berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai contoh
manifestasi Teknologi Informasi yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman surat
hanya memerlukan waktu singkat, karena kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil
perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam
jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dalam
kegiatan ekonomi sudah dilakukannnya E-banking, E-comerce,E-shopping dan masih banyak
lagi.

11. Teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki kinerja dalam hal sarana pembelajaran.
Karena seperti yang kita ketahui bahwa teknologi informasi dan komunikasi kini telah merasuk
ke dalam kurikulum dunia pendidikan. Suatu hal yang tentunya menjadi gebrakan di dunia
pendidikan dalam ajang peningkatan potensi pelajar. Selain itu gelombang kemajuan dan
perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan telah membawa perubahan pada kehidupan
dan gaya hidup pelajar yang lebih dinamis. Dengan adanya hal tersebut, maka pelajar
senantiasa menghidupkan dan menyalurkan semangat untuk mengeksplorasi ilmu yang belum
diketahui.

12. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu


pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan
mendorong untuk berpikir lebih maju

13. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat
komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dampak negatif globalisasi di bidang ekonomi

1. Menghambat pertumbuhan sektor industri

2. Memperburuk neraca pembayaran

3. Sektor keuangan semakin tidak stabil


4. memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

Pengaruh baik globalisasi ekonomi

1. Produksi global dapat ditingkatkan

2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara

3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri

4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik

5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi

Keburukan globalisasi ekonomi

1. Menghambat pertumbuhan sektor industri

2. Memperburuk neraca pembayaran

3. Sektor keuangan semakin tidak stabil

4. memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

Dampak Globalisasi Dalam Bidang Sosial Budaya

Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh
masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik
nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam
pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan. Globalisasi sebagai sebuah
gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya
dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya
dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di
dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara
intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui
media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan
tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan
semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.Semakin bertambah globalnya
berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian
barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk
kepingan CD/ VCD atau DVD.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan

1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.

2. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu


individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

3. Berkembangnya turisme dan pariwisata.

4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.

5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.

6.Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA

7.Persaingan bebas dalam bidang ekonomi

8.Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa.

* Dampak Globalisasi Dalam Bidang Politik

Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan. Para
pengambil kebijakan publik di negara sedang berkembang mengambil jalan pembangunan
untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Timbulnya gelombang demokratisasi ( dambaan
akan kebebasan ).

* Dampak Globalisasi Dalam Bidang Pendidikan

kalau kita perhatikan di era globalisasi yang dibutuhkan adalah bagaimana diri kita dapat
diterima keberadaannya di belahan dunia manapun, dengan bekal sertifikat Nasional apakah
cukup tentunya untuk menghadapi era globalisasi kita membutuhkan sertifikasi internasional
sebagai pengakuan atas eksistensi kita di level internasional, sehingga kita dapat berselancar
ke negara manapun dengan sertifikat internasional yang kita miliki.

mungkin ke depan, peserta didik lebih memilih Ujian Internasional yang Ijazahnya dapat
dibanggakan dan dapat digunakan untuk melanjutkan studi ke luar negerti dan mendapat
pengakuan secara internasional.

masalahnya adalah,Apakah sekolah siap menyelenggarakan pendidikan bertaraf Internasional


untuk mendapat Ijazah Internasional? ,Apakah Guru sudah kompeten dalam
menyelenggarakan pendidikan?Jadi walaupun ada dampak positif globalisasi seperti telah di
sebutkan diatas dan yang lainnya seperti hadirnya jaringan komunikasi dan informasi yang
mempermudah kehidupan umat manusia, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat miskin,
globalisasi lebih banyak dampak negatifnya. Kita melihat aspek negatif itu dalam ketidak-
adilan perdagangan antar-bangsa, akumulasi kekayaan dan kekuasaan di tangan para kapitalis
negara-negara maju yang mengakibatkan kemelaratan yang tak terbayangkan di negara-negara
miskin, termasuk di Indonesia. Menurut Kucinich, Negara-negara miskin telah diperas lewat
pembayaran beban utang ke lembaga global . Dicontohkan, setiap tahun 2,5 miliar dolar AS
dana mengalir dari sub-Sahara Afrika ke kreditor internasional, sementara 40 juta warga
mereka kurang gizi

Pengaruh Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Bangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa di dunia. Sebagai bangsa, kita tidak hidup
sendiri melainkan hidup dalam satu kesatuan masyarakat dunia (world society). Kita semua
merupakan makhluk yang ada di bumi. Karena itu, manusia secara alam, sosial, ekonomi,
politik, keamanan, dan budaya tidak dapat saling terpisah melainkan saling ketergantungan dan
mempengaruhi.Era globalisasi yang merupakan era tatanan kehidupan manusia secara global
telah melibatkan seluruh umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi itu memasuki
tiga arena penting di dalam kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi, arena politik, dan arena
budaya.Jika masyarakat atau bangsa tersebut tidak siap menghadapi tantangan-tantangan
global yang bersifat multidimensi dan tidak dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi
korban yang tenggelam di tengah-tengah arus globalisasi.Dari sisi politik, gelombang
globalisasi yang sangat kuat yakni gelombang demokratisasi. Sesudah perang dingin dan
rontoknya komunisme, umat manusia menyadari bahwa hanya prinsip-prinsip demokrasi yang
dapat membawa manusia kepada taraf kehidupan yang lebih baik. Angin demokratisasi telah
merasuk ke dalam hati rakyat di setiap negara. Mereka melakukan gerakan sosial dengan
menggugat dan melawan sistem pemerintahan diktator atau pemerintahan apapun yang tidak
memihak rakyat.Kasus serupa juga terjadi di Indonesia, yaitu dengan runtuhnya rezim
pemerintahan Orde Lama dan runtuhnya rezim pemerintahan Orde Baru. Di Indonesia sejak
bergulirnya reformasi, gelombang demokratisasi semakin marak dan tuntutan akan
keterbukaan politik semakin terlihat.Dari sisi budaya, era globalisasi ini membawa beraneka
ragam budaya yang sangat dimungkinkan mempengaruhi pola pikir, tingkah laku, dan sistem
nilai masyarakat suatu negara. Oleh karena itu, kita seharusnya waspada dan pandai menyiasati
pengaruh budaya silang sehingga bangsa kita dapat mengambil nilai budaya yang positif yaitu
mengambil nilai budaya yang bermanfaat bagi kehidupan dan pembangunan bangsa serta tidak
terjebak pada pengaruh-pengaruh budaya yang negatif. Kita juga harus belajar melihat dunia
dari perspektif yang berbeda sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing tanpa
melunturkan nilai identitas budaya bangsa kita. Dengan memahami perbedaan dan persamaan
kebudayaan tadi akan menumbuhkan saling pengertian dan saling menghargai antar
kebudayaan yang ada.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
(Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di
Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu.
Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada
skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan
komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan
teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan
dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari
kehadirannya.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi,
ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap
bangsa.

Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis.
Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara
jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan
positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat

2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan


kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan
kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.

3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja
yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan
kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa
nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa


kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa
akan hilang

2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di
Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.

4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama


warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme.
Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi
berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara
global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum
tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak
anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal
ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian
tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka
dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara
menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka
sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna.
Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan
mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno.
Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial
terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya
adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap
budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah
penerus masa depan bangsa.

2.7 Cara Mencegah Dampak Bahaya Global

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada
pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh
negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme. Langkah- langkah untuk mengantisipasi
dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :

1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk


dalam negeri.

2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-
benarnya dan seadil- adilnya.

5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa.

Kemajuan peradaban dan derap langkah pembangunan merupakan dua hal yang umumnya
berjalan secara beriringan. Melalui berbagai aktifitas pembangunan itu manusia meningkatkan
kualitas kehidupan, mengkonstruksi tata-nilai kehidupan dan akhirnya membentuk sebuah
peradaban. Di era abad 21 sekarang ini, perkembangan derap peradaban manusia itu telah
mencapai suatu kondisi yang dicirikan dengan adanya interaksi yang semakin intensif antar
umat manusia, yang secara umum era seperti ini sering kita sebut sebagai “era globalisasi”.

Kondisi keterhubungan (interconnectedness) antarmanusia itu memberikan berbagai pengaruh


dalam pembangunan peradaban era global. Harus diakui bahwa dibalik berbagai pengaruh itu
terdapat kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh, namun di sisi lain era globalisasi ini
menghadirkan berbagai tantangan/ permasalahan, yang hampir seluruh permasalahan itu
adalah hasil dari intensitas interaksi antarmanusia di berbagai belahan bumi yang terus
meningkat.

Pada era Globalisasi sekarang ini terjadi banyak peningkatan kualitas di segala bidang, menurut
data dari WHO (World Health Organization), usia harapan hidup rata-rata umat manusia di
dunia, yang di tahun 1955 adalah 48 tahun telah meningkat menjadi 62 tahun di tahun 2000.
Selain itu, umat manusia pada era Globalisasi ini juga semakin terdidik yang ditunjukkan oleh
data dari UNESCO yaitu jika di tahun 1970 masih ada 37% dari penduduk dunia yang buta
huruf, jumlah itu sudah menurun menjadi hanya sekitar 18% penduduk dunia yang buta huruf
di tahun 2004. Umat manusia saat ini juga dapat menikmati tatanan dunia yang relatif lebih
damai dan secara geopolitis juga lebih stabil dibandingkan dengan beberapa era sebelumnya.

Dari perspektif kesejahteraan, juga dapat dikatakan bahwa kesejahteraan manusia sekarang
relatif lebih baik. Data dari UNDP (United Nation Development Program) menyatakan bahwa
di tahun 2006 lalu pertumbuhan perekonomian dunia mencapai 5,4% dan pendapatan bruto
dunia mencapai US$ 66 Trilyun jika dihitung berdasarkan skala PPP (Purchasing Power
Parity). Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,1% di tahun itu, maka UNDP
menyatakan bahwa pendapatan per kapita dunia naik rata-rata sebesar 4,3%. Dengan capaian
seperti itu, maka umat manusia boleh optimis bahwa di tahun 2015, jumlah orang miskin di
seluruh dunia dapat dikurangi sampai separuhnya, atau dengan kata lain agenda pembangunan
milenium atau Millenium Development Goals (MDG) dapat diharapkan untuk tercapai
sasarannya tepat waktu. Oleh karena itu, tampaknya peradaban dunia pada era globalisasi ini
sudah berjalan sesuai dengan track atau jalur yang diharapkan untuk mencapai tujuan-tujuan
luhur yang diinginkan secara kolektif oleh seluruh umat manusia.

Meskipun demikian umat manusia di era globalisasi sekarang ini juga menghadapi berbagai
tantangan permasalahan peradaban yang tidak sedikit dan bahkan berpotensi untuk mengancam
jalannya pembangunan berskala global untuk tercapainya kemaslahatan umat manusia.
Meskipun pendapatan dunia itu meningkat, namun harus diakui bahwa kesenjangan antara
kelompok manusia dengan kesejahteraan yang tinggi dengan kelompok manusia dengan
kesejahteraan rendah semakin lebar. Data dari UNDP memaparkan bahwa di tahun 2006,
sebanyak 2% dari orang-orang terkaya di dunia menguasai 50% sumber daya di seluruh dunia
dan analisa dari majalah Fortune 500 edisi akhir tahun 2006 pernah menyatakan bahwa
penghasilan bersih dari 225 orang terkaya di dunia hampir sama dengan pendapatan nasional
dari 40% negara miskin dan negara berkembang yang ada di seluruh dunia.

Pada intinya secara umum permasalahan globalisasi memiliki dua sifat yaitu:

Unsur interrelasi yang sangat kuat, artinya permasalahan globalisasi itu, sangat berpautan erat
antara satu negara dengan beberapa negara lain. Meskipun masalah- masalah itu pada mulanya
dijumpai hanya di satu atau beberapa negara akan tetapi lambat laun akan terjadi di seluruh
negara di berbagai belahan bumi. Apalagi dengan kemajuan teknologi transportasi dan
teknologi telekomunikasi dan informasi yang telah menyebabkan interaksi antar manusia baik
secara nyata maupun maya semakin meningkat, maka penyebaran dari permasalahan
globalisasi itu diperkirakan akan semakin cepat.

Keterjangkauan berskala global (global coverage), artinya permasalahan globalisasi itu, dapat
menyebar ke seluruh dunia, dan memberikan dampak yang juga berskala dunia/global. Harus
diakui bahwa kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, dan transportasi berperan besar
untuk mendiseminasikan permasalahan globalisasi itu ke berbagai belahan bumi.

Dengan adanya dua sifat itu, maka dapat dikatakan bahwa gejala keterhubungan
(interconnectedness) antara berbagai masalah globalisasi dengan hubungan antar bangsa telah
semakin meningkat, dan hal itu sebenarnya adalah sebuah konsekuensi logis dari globalisasi
yang memang pada akhirnya akan membawa manusia untuk menjadi semakin mudah dan
semakin sering berinteraksi. Namun di pihak lain, sifat jangkauan global dan dampak masalah
globalnya juga harus diwaspadai.

Dalam dunia yang semakin mengglobal dan diperkirakan akan terus mengglobal di abad-abad
berikutnya, maka berbagai masalah yang diawali pada suatu lokasi di belahan bumi tertentu
dapat memberikan dampaknya ke seluruh planet bumi dan bahkan bagi seluruh umat manusia.
Oleh karena itu, maka budaya peradaban di era globalisasi sekarang ini harus diarahkan pada
suatu asas komplementasi (complementary thinking) atau pola pikir untuk saling melengkapi.

Asas komplementasi itu pada hakekatnya sejalan dengan kompleksitas permasalahan di era
global, yang menunjukkan semakin meningkatnya pertautan antara satu kepentingan dengan
kepentingan lain yang, mau tidak mau, telah mendorong umat manusia untuk semakin saling
bergantung atau interdependen satu sama lain.

Pada dasarnya ada tiga prinsip penting yang harus dijadikan acuan dalam pengembangan asas
komplementer, yaitu:

1. Prinsip Keseimbangan (Equality)

Yang dimaksud dengan prinsip keseimbangan adalah bahwa masing-masing pihak yang
terlibat dalam asas komplementer harus bersedia untuk berbagi kepentingan (interest) yang
dimilikinya dengan kepentingan pihak lain. Berbagi kepentingan di sini didasari oleh
pemahaman bahwa tantangan di era globalisasi bersifat sangat kompleks, saling berpautan dan
masing-masing bangsa di belahan bumi ini memiliki kapasitasnya masing-masing yang khas,
yang unik dan memiliki kontribusi yang setara dalam porsinya masing-masing, untuk
memberikan solusi yang bersifat komprehensif dan berskala global.

2. Prinsip jangka panjang (eternity)


Yang dimaksud dengan prinsip jangka panjang adalah bahwa asas komplementer untuk
menghadapi tantangan peradaban yang berskala global itu, harus dilaksanakan dengan
komitmen untuk terus menindaklanjutinya dalam skala jangka panjang. Hal itu karena kondisi
keterpautan dan kondisi saling bergantung antar umat manusia justru akan semakin meningkat
di masa datang. Masalah globalisasi adalah masalah yang penyelesaiannya membutuhkan
komitmen jangka panjang dari seluruh bangsa di dunia. Tanpa adanya komitmen jangka
panjang, maka bentuk solusi apapun yang diberikan tidak akan efektif.

3. Prinsip pembelajaran-kolektif (collective learning)

Yang dimaksud dengan pembelajaran kolektif bukanlah memisahkan diri/ menghindari dari
pengaruh asing (barat). Akan tetapi Prinsip pembelajaran-kolektif adalah adanya semangat dan
mentalitas dari segenap bangsa untuk menjadikan kondisi saling melengkapi itu sebagai sebuah
forum pembelajaran. Hal ini didasari oleh prinsip, bahwasanya negara atau bangsa mana pun
di dunia memiliki fiturnya masing-masing yang semuanya diperlukan untuk memberikan solusi
yang tepat dari berbagai tantangan masa depan. Tentu saja pembelajaran kolektif ini hanya
dimungkinkan jika masing-masing negara/bangsa mau berbagi kepentingan antara satu dengan
lainnya. Dengan adanya pembelajaran kolektif ini, maka kondisi saling ketergantungan itu
justru akan menjadi insentif bagi masing-masing negara/bangsa di dunia untuk
mengembangkan kapasitasnya masing-masing khususnya dalam mengatasi tantangan di era
globalisasi. Jadi seperti yang dipaparkan pada pembahasan “Masalah globalisasi” diatas, yaitu
tidak perlu bersolusi pada patokan “cara mengatasi masalah globalisasi” karena itu hanya
menimbulkan keterbatasan pembelajaran. Jika pembelajaran terbatas maka mana mungkin kita
dapat kolektif terhadap Globalitas yang terjadi.

Ketiga prinsip tersebut harus ada pada asas komplementasi. Karena tanpa adanya ketiga prinsip
itu, maka asas komplementasi tidak akan memberikan banyak manfaat, justru yang terjadi
adalah, asas itu hanya akan dimanfaatkan oleh negara/bangsa tertentu untuk mengatur dan
mengendalikan bangsa/negara lain. Sehingga bukan solusi yang akan dihasilkan, namun justru
berpotensi menghadirkan masalah baru yaitu neo-kolonialisme. Ada pun bentuk perwujudan
dari asas komplementasi adalah sebuah rangkaian pola tindak yang mendorong adanya
berbagai aktifitas kerjasama, kemitraan (partnerships) dan hal-hal sejenis, yang sangat
diperlukan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang akan terjadi di era globalisasi
itu seiring dengan semangat bahwa tantangan global harus diatasi dengan aktifitas global. Oleh
karena itu jangan takut menghadapi globalisasi(dampak negatif yang terlihat),sebab rasa takut
dan was-was akan secara otomatis membuat kita menghindar dari salah satu efek
global(mungkin yang menurut kita negatif), maka yang terjadi adalah keterbelakangan kita di
dalam era global yang sudah maju sehingga menyebabkan masalah yang lebih berat lagi.
Peranan Asas Komplementasi

Peran asas komplementasi dalam pengembangan peradaban era globalisasi itu nantinya adalah
untuk memfasilitasi terlaksananya proses inovasi terbuka (open innovation), yaitu sebuah
proses inovasi yang hanya dimungkinkan melalui suatu kerjasama yang intensif antara berbagai
pihak yang berbeda. Melalui inovasi terbuka itu diharapkan dapat diperoleh berbagai alternatif
solusi yang terbaik untuk mengantisipasi sejumlah tantangan di era ini.

Ada tiga fitur penting dari inovasi terbuka, yaitu:

a. Transparansi (transparency)

Inovasi terbuka dihasilkan melalui kerjasama yang intensif antara beberapa pihak (termasuk
juga beberapa negara, dalam menghadapi isu global). Dengan demikian, maka proses dari
inovasi itu menjadi lebih transparan karena masing-masing pihak yang terlibat didalamnya
memiliki akses yang setara dalam setiap langkah dalam proses inovasi itu. Sebagai misal,
sebuah proses inovasi terbuka untuk memproduksi vaksin anti virus H5N1 yang menyebabkan
penyakit flu burung akan menjadikan adanya kesetaraan antara negara-negara yang telah maju
dalam bidang teknologinya dengan negara-negara lain yang belum maju, akan tetapi sanggup
menyediakan bahan baku berupa sampel virus tersebut. Sehingga produk vaksin yang
dihasilkan akan memberikan manfaat yang lebih setara sesuai dengan agenda yang disepakati
bersama.

b. Menyeluruh (comprehensiveness)

Proses inovasi terbuka menuntut adanya peninjauan dari berbagai aspek dalam setiap langkah
untuk memproduksi inovasi. Atau kata lain, dalam proses inovasi terbuka, tidak saja aspek
ekonomi dan finansial yang diperhitungkan, akan tetapi juga aspek sosial dan lingkungan
hidup. Hal itu karena inovasi terbuka merupakan aktifitas yang dilakukan secara kolektif,
dengan para peserta yang umumnya memiliki kondisi yang beragam. Sebagai misal untuk
merancang sebuah inovasi terbuka guna mengatasi efek gas rumah kaca yang menghasilkan
pemanasan global maka ketika negara-negara maju dengan teknologinya yang lebih ramah
lingkungan bekerjasama dengan negara-negara berkembang dengan teknologi yang lebih
terbelakang, namun memiliki potensi perlindungan lingkungan yang lebih baik, misalnya areal
hutan yang luas dan cadangan air bersih yang lebih banyak, maka kedua belah pihak, baik
negara maju maupun negara berkembang, mau tidak mau, harus mengedepankan berbagai
aspek dan tidak mungkin kalau hanya mengedepankan aspek keuntungan ekonomi semata.

c. Kesesuaian (adaptability)
Karena inovasi terbuka itu prosesnya dilakukan secara bersama-sama dengan
mengikutsertakan kepentingan berbagai pihak, maka tentunya hasil dari proses inovasi itu akan
lebih cocok dan lebih sesuai untuk diterapkan oleh para pesertanya. Terkadang terjadi kasus,
dimana inovasi yang dihasilkan hanya cocok untuk peserta tertentu akan tetapi kurang tepat
untuk diterapkan bagi peserta lainnya. Sebagai misal, untuk masalah ketersediaan energi, solusi
dengan menawarkan alternatif sumber energi terbarukan, misalnya, sumber energi angin,
gelombang laut atau sinar matahari tentunya sangat bergantung pada kondisi fisis dari negara-
negara tertentu saja.

Dalam tatanan dunia global sekarang ini hal yang paling perlu untuk diperhitungkan adalah
menjadikan proses inovasi terbuka itu sebagai arena pembelajaran, sehingga dapat diperoleh
manfaat sebanyak mungkin. Tanpa adanya pembelajaran maka suatu bangsa hanya akan
memperoleh manfaat yang terbatas dari proses inovasi terbuka atau bahkan globalisasi itu
sendiri.

Termasuk juga dalam kawasan globalisasi kebudayaan, globalisasi kebudayaan memang


merupakan universalisme kebudayaan, namun universalisme yang tertuang dalam globalisasi
tetap mempunyai sebuah system yang mengatur dan mengarahkannya, sehingga globalitas
kebudayaan tersebut tidak menimbulkan pertentangan dari teory relativisme dari kaum radikal
yang menganggap sesuatu yang baru muncul pada era globalisasi akan benar-benar mengubah
dunia secara radikal dan menghancurkan kebudayaan-kebudayaan lokal.

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh
globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan
kehilangan kepribadian bangsa. Secara umum dampak globalisasi saat ini terjadi pergeseran
ideologi dan politik. Dampak negatif, terjadinya pemiskinan spiritual, di mana tindakan sosial
dianggap sebagai tindakan yang tidak rasional, nafsu hawaniayah menjadi pemandu kehidupan,
agama hanya hadir dalam pikiran, lisan dan tulisan, akan tetapi tidak hadir dalam perilaku dan
tindakan. Secara umum dampak globalisasi saat ini terjadi pergeseran ideologi dan politik.
Dampak negatif, terjadinya pemiskinan spiritual, di mana tindakan sosial dianggap sebagai
tindakan yang tidak rasional, nafsu hawaniayah menjadi pemandu kehidupan, agama hanya
hadir dalam pikiran, lisan dan tulisan, akan tetapi tidak hadir dalam perilaku dan tindakan.
Untuk menangkal dampak negatif globalisasi, diperlukan peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM) dengan pendidikan yang diimplikasikan dengan membangun pendidikan sekolah,
madrasah yang berkualitas, meningkatkan pendidikan formil dan spiritual ke pelosok-pelosok
dan pedalaman.“Jadikan sekolah-sekolah kita rebutan, bukan pelarian, sekolah kita selalu
dirindukan bukan dikomersilkan, bagaimana sekolah bisa mensejahterakan bukan menambah
kesengsaraan “( Nizar Syarif )“dahulu berjuang melawan musuh penjajahan dengan
berlumuran darah, kini musuh sudah masuk ke kamar tidur, sudut-sudut rumah tidak
melumurkan darah, tapi melumurkan moral seperti masuknya tayangan sinetron televisi yang
merusak moral.”Sebagai dampak negatif globalisasi, sebagian keluarga sebagai unit terkecil
kehilangan fungsinya sebagai tempat pembinaan, ikatan moral semangkin lemah dan keluarga
hanya dianggap sebagai tempat singgah. Oleh karena itu kita supaya memperdalam kajian ilmu
pengetahuan, tingkatkan pembinaan keluarga, kewaspadaan gerakan yang mengancam
Ideologi Pancasila, gerakan yang membahayakan aqidah islamiyah dan akhlakul karimah,
maka kita semua sebagai warga Indonesia wajib membanggakan apa saja yang sudah menjadi
budaya kita sendiri”, jangan sampai melupakan budaya lama dengan sudah menemukan budaya
baru.Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan
budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa namun kita harus tetap menjaga agar budaya
kita tidak luntur. Langkah-langkah untuk mengantisipasinya adalah antara lain dengan cara,
Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam
negeri, Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya,
Melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik- baiknya dan Selektif terhadap pengaruh
globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa. Sebagai identitas
bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat
diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk
asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan input-input
dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di negaranya.Kemudian
tingkatkan kurikulum pendidikan berwawasan, serta jabarkan nilai-nilai Al Quran dan hadis
bagi yang beragama islam di dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi.

Pancasila Dalam Menghadapi Globalisasi

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini
haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara,berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi pancasila juga tidak mampu untuk
menggantikankan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,pancasila terus dipertahankan
oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,itu membuktikan bahwa pancasila
merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia.

Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian
bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus
globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti
kehilangan jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas
kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut
akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri
yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.

Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap
bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri. Dahulu,sesuai dengan
tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya kaum barat
yang akhirnya melahirkan kolonialisme. Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat
tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern
sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam
wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi
penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti
penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan.

Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar
bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain.
Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet—yang terkenal anti dunia luar—tidak bisa bertahan
dan terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa
dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat
modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu
pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal
dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia
mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian
bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak
tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut
terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa
Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar
yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang
serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.

Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya
atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai
yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah
tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang
kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal,
negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum
PBB—menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan,
serta musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan
semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan
diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh
berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya
dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan
rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat
Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik
nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan
kelompoknya semata.

Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap
bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu
bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari
solusi dari persoalan tersebut .

Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan
suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai
wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan
sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini
kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk
mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain,
tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.

2.8 Peran Pemerintah Dalam Globalisasi

PENTINGNYA peran negara dan pemerintah dalam pembangunan ekonomi ditegaskan


kembali dalam konferensi gabungan pebisnis dan pejabat pemerintah Asia di Boao, China,
awal pekan ini. Namun, bukankah peran swasta lebih diandalkan dalam era globalisasi
sekarang ini?

Penegasan tentang peran pemerintah yang disampaikan di forum pertemuan tahunan di Boao
dianggap penting lebih-lebih di tengah munculnya asumsi, peran negara dan pemerintah
cenderung melemah oleh tuntutan globalisasi yang lebih mengandalkan swasta dan
masyarakat.Pertemuan tahunan Boao Forum for Asia Annual Conference 2004 merupakan
forum bersama bagi pejabat pemerintah dan pelaku bisnis dari 42 negara, terutama dari
kawasan Asia. Meski tidak mempertentangkan peran pemerintah dan masyarakat, forum
pertemuan tahunan ketiga itu menekankan pentingnya peran pemerintahan yang kuat.Forum
pertemuan pejabat pemerintah dengan pebisnis itu termasuk penting, antara lain terlihat dari
kehadiran Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden China Hu Jintao, Presiden
Ceko Vaclav Klaus, dan masih banyak lagi. PENEKANAN tentang pentingnya pemerintahan
kuat terdengar paradoks dengan tuntutan globalisasi yang menekankan fungsi masyarakat dan
dunia swasta. Selama ini berkembang wacana, peran pemerintah akan surut di tengah
meningkatnya peran masyarakat dalam bidang ekonomi dan berbagai bidang lainnya.Apalagi
peran pebisnis dan perusahaan besar sangat penting dan menentukan dalam kegiatan
perekonomian berskala global. Namun, di tengah hiruk-pikuk aktivitas perdagangan dan
perekonomian global, peran pemerintah sebagai regulator justru semakin penting dan
menentukan. Bayangkan, kekacauan akan mudah terjadi jika tidak ada regulasi yang
jelas.Fungsi regulasi pemerintah justru dibutuhkan untuk menjamin kompetisi yang lebih sehat
di kalangan swasta yang bertarung keras dalam kegiatan ekonomi. Pebisnis perlu rambu jelas
dalam kegiatannya sehingga tidak kehilangan arah dalam arus perubahan global yang
berlangsung cepat.
PEMERINTAH yang kuat maupun pebisnis yang tangguh sama-sama dibutuhkan dan menjadi
tuntutan globalisasi. Pebisnis dituntut melakukan kegiatan ekonomi berskala global, melewati
batas wilayah dan kawasan. Ruang dan kecepatan bergerak para pebisnis bertambah cepat,
yang dimungkinkan oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi. Proses
globalisasi pun berjalan secara cepat dan serempak. Hambatan ruang dan waktu menjadi nisbi.
Proses globalisasi mempercepat pula langkah privatisasi dalam bidang ekonomi banyak
negara. Kegiatan ekonomi di mana-mana semakin berada dalam kendali dan kepemilikan
swasta. Badan-badan usaha yang dulu berada di bawah kendali dan kepemilikan negara
umumnya mengalami proses privatisasi.Proses privatisasi tidak hanya menjadi fenomena di
negara-negara kapitalis-liberal, tetapi sudah menjadi kecenderungan global, termasuk di China
yang secara politik masih menganut komunisme. Proses privatisasi di China sudah berkembang
pesat.TUNTUTAN percepatan privatisasi di banyak negara tidak hanya karena dampak
langsung proses liberalisasi dan globalisasi ekonomi, tetapi juga karena badan usaha yang
berada dalam pengelolaan negara cenderung kurang efisien dan efektif. Hambatan birokratis
membuat biaya tinggi dan mendatangkan kerugian.Pemerintah yang sudah memegang kendali
kekuasaan mudah pula tergoda menyalahgunakannya dengan melakukan kolusi dan korupsi.
Maka privatisasi diyakini sebagai bentuk jalan keluar. Meski pelaku ekonomi mengalami
pergeseran besar dari negara ke masyarakat, peran negara dan pemerintah tetap strategis dan
penting. Apalagi pergaulan antarbangsa dan negara masih berdasarkan kerangka negara dan
pemerintahan. Kerja sama internasional pada berbagai bidang masih terikat pada negara dan
pemerintah. Eksistensi negara sama sekali tidak pudar dan surut di tengah meningkatnya peran
masyarakat dalam hubungan dan kerja sama ekonomi global. TENTU saja, posisi dan peran
pemerintah dalam era globalisasi sudah banyak berubah. Pemerintah dilepaskan dari berbagai
tanggung jawab mengelola langsung perusahaan atau badan usaha, tetapi posisi dan perannya
sebagai regulator justru meningkat tajam.Hanya saja, standardisasi dan kualifikasi tentang
peran dan fungsi pemerintah di tengah era globalisasi semakin tinggi. Sudah menjadi tuntutan
umum tentang pentingnya pemerintahan baik dan bersih, good and clean
governance.Pencitraan tentang pemerintahan kuat dan efektif tidak lagi diukur pada
kemampuan melakukan intimidasi, tetapi lebih pada kredibilitas dan kewibawaan menegakkan
keadilan, memberantas korupsi, menjamin supremasi hukum, perlindungan hak asasi, dan
proses demokratisasi.Tidak kalah pentingnya, bagaimana pemerintah mendorong terciptanya
lingkungan kondusif yang memungkinkan proses kreativitas masyarakat dapat berkembang
baik. Tanpa terciptanya situasi kondusif, investor asing pun enggan datang menanamkan
modalnya.

2.9 Masyarakat Dalam Menghadapi Globalisasi

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat sangat ramah ,menghargai perbedaan, menghormati


antar sesama dan berakhlak baik. Dalam menyelesaikan masalahpun masyarakat Indonesia
selalu dengan musyawarah ,sehingga mencapai persetujuan yang sama . tetapi sekarang
masyarakat indonesia sangat berbeda dengan apa yang saya sebutkan tadi. Saat ini masyarakat
Indonesia mengalami krisis moral sehingga mereka berpikir pendek, tidak menghargai
perbedaan, sangat labil emosinya dan malas. Mengapa hal ini terjadi ? hal ini terjadi
dikarenakan masyarakat sulit menyaring informasi dari media seperti TV, Internet dan lain
lain. Informasi yang baik dan buruk mereka terima begitu saja dan di aplikasikan di kehidupan
mereka . faktor lainnya , dikarenakan pembangunan ekonomi yang tidak merata, hidup tidak
sejahtera dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya.

Akibat adanya globalisasi pada teknologi terdapat dampak buruk dan baik sehingga kita
perlu berhati hati .Kita perlu waspada terhadap informasi yang kita terima. Tidak semua
informasi harus kita terima begitu saja dan dilakukan di kehidupan . banyak budaya luar yang
seharunya kita tidak dapatkan, misalkan gaya hidup yang kurang baik , etika berbicara yang
kasar, mengikuti mode pakaian yang terlalu terbuka dan lain lain yang menyebabkan hilangnya
budaya pancasila dan aturan agama yang diabakan, hal ini sudah di rasakan dengan fakta fakta
yang terjadi dilingkungan kita misalnya dimanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana
untuk melakukan penipuan , melakukan penghinaan terhadap agama/SARA , pornographi dan
mempelajari hal yang tidak baik. Hal itu disebabkan kemajuan teknologi pada system jaringan
yang tidak di saring informasi buruknya. dampak baik adanya globalisasi, komunikasi dapat
dilakukan dengan cepat. Teknologi selalu berkembang dengan pesat, komputer dan handphone
sebagai sarana nomor satu dalam mencari informasi , pemahaman masyarakat terhadap internet
semakin tinggi dalam jaringan serta pemanfaat komputer dan sistemnya, semakin kreatifnya
anak bangsa dalam melakukan proses pembelajaran, mempermudah pekerjaan misalnya
internet banking, membeli barang, bersosialisasi, mencari pekerjaan dan info lainnya.

Manusia yang baik adalah manusia yang memahami apa yang baik dan buruk bagi
orang lain sehingga menghindari yang buruk dan mencari hal yang baik demi mendapatkan
lingkungan yang sejahtera bagi orang lain dan dirinya . Namun dengan berkembangnya
teknologi misalnya system komputer , teknologi informasi dan globalisasi yang sudah ada sejak
dahulu. Banyak dimanfaatkan masyarakat untuk hal yang kurang bermanfaat dan tidak baik.
Dalam menghadapi informasi yang kita dapatkan, kita harus mencerna dan membiasakan diri
mencari informasi seakan akan untuk mencari pengetahuan dan ilmu Untuk mewujudkan hal
tersebut maka kita harus mengetahui dampak yang akan terjadi jika melakukan hal yang negatif
akbiat dari informasi yang tidak baik. Selain itu peran orang tua juga sangat penting oleh sebab
itu sebaiknya orang tua lebih memahami teknologi komputer dan internet dari pada anaknya ,
agama serta pendidikan juga sangat penting. Dengan mempelajari agama dan memperbanyak
waktu untuk belajar maka seseorang akan lebih focus kepada kegiatannya . dengan kegiatan
tersebut saya yakin masyarakat indonesia akan menjadikan masyarakat yang cerdas bukan
hanya kecerdasan IQ nya saja ,namun kecerdasan ESQ pun akan tinggi, sehingga akan dapat
menyaring informasi yang buruk dan mengambil informasi yang baik saja .

Jadi dengan fenomena Globalisasi interaksi antara manusia , manusia dengan informasi
, yang menyebabkan manusia terpengaruh oleh informasi tersebut akan berkurang bahkan tidak
ada jika kita menerapkan kegiatan agama, pembelajaran dan bimbingan orang tua . dalam hal
kemajuan teknologi juga kita harus mendidik anak bangsa agar memanfaatkannya dengan baik
, alangkah baiknya jika sekolah sekolah memberi edukasi menghadapi dunia era Globalisasi
dan kemajuan teknologi informasi yang selama ini tidak pernah dan jarang dilakukan oleh
lembaga pendidikan

Dengan demikian dalam menghadapi Globalisasi demi menjaga budaya , perilaku dan
jiwa kita harus menjadi orang yang cerdas dalam mendapatkan informasi agar tidak
terpengaruh budaya kurang baik . oleh sebab itu dibutuhkan usaha dari pemerintah, masyarakat
dan dari diri kita sendiri . agar dapat memanfaatkan teknologi yang sangat modern dan canggih
dengan sebaik baiknya

2.10 Pengertian Moral

Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan. Kata
“mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti;
dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah;
berdisiplin dan sebagainya.Moral secara etimologi diartikan: a) Keseluruhan kaidah-kaidah
kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, b) Ajaran kesusilaan, dengan
kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam
etika. Dalam bahasa Yunani disebut “etos” menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan
yang menyangkut persoalan baik dan buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia itu
sendiri, unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia. kemudian “etika” yang
berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup dalam
masyarakat, apa yang baik dan yang buruk. Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami
sebagai suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan,
yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan
sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup
bermasyarakat.Secara terminologi moralitas diartikan oleh berbagai tokoh dan aliran-aliran
yang memiliki sudut pandang yang berbeda: Franz Magnis Suseno menguraikan moralitas
adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat.
Menurutnya, moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat
bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati), moralitas terdapat apabila orang
mengambil sikap yang baik karena Ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan
ia mencari keuntungan. Moralitas sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa
pamrih.

W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita
berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas
mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia.

Immanuel Kant, mengatakan bahwa moralitas itu menyangkut hal baik dan buruk, yang dalam
bahasa Kant, apa yang baik pada diri sendiri, yang baik pada tiap pembatasan sama sekali.
Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi, tanpa pembatasan, jadi yang baik bukan
hanya dari beberapa segi, melainkan baik begitu saja atau baik secara mutlak.
Emile Durkheim mengatakan, moralitas adalah suatu sistem kaidah atau norma mengenai
kaidah yang menentukan tingka laku kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bagaimana kita
harus bertindak pada situasi tertentu. Dan bertindak secara tepat tidak lain adalah taat secara
tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan.Moral, saat ini jelas sekali masyarakat sedang
mengalami degradasi moral, yang diakibatkan oleh situasi pelik politik Indonesia sehingga kita
sebagai masyarakat mendapatkan imbasnya/dampaknya. Seperti halnya negara mengalami
krisis ekonomi, maka masyarakat akan mengalami dampaknya. Begitu juga dengan krisis
moral yang disadari maupun tidak masyarakat akan mengalami efeknya.Kita prihatin dengan
kondisi tatanegara, lalu kita lampiaskan dengan sumpah serapah juga cacimakian, atau bahkan
yang lebih jauh menghina bangsa sendiri. Maka bisa disebutkan kitapun mengalami penurunan
moral. Namun saat bicara tentang moral.Moralitas (dari "cara, karakter, perilaku yang tepat"
Latin moralitas) adalah diferensiasi niat, keputusan, dan tindakan antara mereka yang baik
(atau kanan) dan yang buruk (atau salah). Sebuah kode moral adalah sistem moralitas (menurut
filsafat tertentu, agama, budaya, dll) dan moral adalah salah satu atau praktik mengajar dalam
kode moral. Moralitas juga mungkin spesifik identik dengan "kebaikan" atau "kebenaran."
Amoralitas adalah perlawanan aktif terhadap moralitas (oposisi yaitu untuk apa yang baik atau
kanan), sedangkan asusila adalah berbagai didefinisikan sebagai ketidaksadaran,
ketidakpedulian terhadap, atau tidak percaya dalam setiap set standar moral atau prinsip [1]
[2]. [3] [4] contoh kode moral adalah Golden Rule yang menyatakan bahwa, "orang harus
memperlakukan orang lain sebagai salah satu ingin orang lain untuk mengobati diri
sendiri.Namun secara mendalam lagi, definisi moral begitu beragam.Sebagai cintoh missalnya
: masyarakat yang membela kelompoknya yang dihina oleh kelompok lain yang berbeda agama
atau budaya, maka secara hati nurani akan kita bela sampai mati kelompok kita yang dihina,
secara nurani adalah perbuatan yang seharusnya.Namun saat kita membicarakan tentang
revolusi, maka yang kita bicarakan adalah paradigma baru, misalnya : Korupsi bukanlah hal
yang harus diberantas, korupsi adalah sikap yang sudah tidak layak kita lakukan, karena
melawan prinsip masyarakat yang memiliki harkat dan martabat. Maka masyarakat yang
bermartabat sudah tidak layak melakukan korupsi. Inilah paradigma baru atau bagian dari
revolusi sikap.Moral haruslah terdefinisi agar masing-masing dari masyrakat tidak liar dalam
mengartikan moral. Namun moral juga tidak boleh distandarisasi oleh sebuah lembaga
sehingga menjadi dotrin. Moral tidak boleh terjebak dengan standarisasi versi sebuah lembaga
atau versi oleh satu individu, moral adalah sikap abstrak yang keluar dari penjabaran manusia,
pengembaraan spiritual, sesuai pengalaman masing-masing individu.Maka bisa dikatakan ,
moral tidak bisa didefinisikan namun tidak liar. Moral tidak bisa distadarisasikan namun tetap
kita harus selalu mencari tau pencarian kita akan pengertian ” apakah saya sudah bermoral ?
“Tidak bisa dipungkiri, moral adalah hal yang abstrak, namun keberadaannya jelas, esensinya
diperlukan untuk menstabilkan jiwa kita. Tanpa moral maka segala keahlian atau kemampuan
kita akan selalu tidak terkendali. Dipenuhi pembenaran kata hati untuk membenarkan
perbuatan kita yang tampak baik, padahal sebenarnya hanya melakukan pembenaran,
membohongi hati kita sendiri. jadi peran pendidikan moral sangat penting di era globalisasi
ini.ada beberapa cara agar dampak negative globalisasi tersebut agar bisa dihentikan salah
satunya adalah lewat pendidikan nilai nilai moral itu tadi karena pendidikan nilai moral tersebut
dapat membantu seseorang untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih manusiawi yang
dapat menjadi manusia yang beguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bersifat
produktif kooperatif serta menjadi sorang yang bertanggung jawab.

2.11 Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara

Indonesia

Pendidikan nilai moral di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh
pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan
pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi
lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana
penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-
objektif. Menurut Sudarminta praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era
Orde Baru terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku
manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan
bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan agama_dua jenis mata pelajaran tata nilai
yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanism ke dalam pusat
kesadaran siswa. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan
pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan
ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan
pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain,
pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak
bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang
toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.

India

Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam
pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan
kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kePendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global
warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama.
Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam
membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks
pemahaman nilai agama yang universal.Bagi sekolah swasta, baik dalam komunitas Kristen
maupun Islam,nilai agama menjadi prioritas pengembangan nilai. Berbeda halnya sekolah
negeri,agama ditempatkan pada area nilainilai yang mengandung kebenaran untuk semua
pihak. Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi

(a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah,

(b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang
perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat,
(c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama,

(d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.

Malaysia

Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan
mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan
melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan
melalui kegiatan kokurikuler. Silabus pendidikan nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan
badan dan pikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang,
hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan.Meski cukup konsisten dalam
mengembangkan nilai, moral, norma, etika,estetika melalui pendidikan formal, sistem
pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih
banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga
kurangmemberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukannilai,

(b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-
teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan

dengan jelas,

(c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai

masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan

(d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek
yang lebih penting daripada aspek afeksi.

Cina

Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini
menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan.
Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa
tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik
diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat
tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki
tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung
oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang
memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai. Di beberapa sekolah dijumpai
adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar-benar terjadi
dalam proses pendidikan. Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, pemerintah Cina
mengambil beberapa kebijakan berikut. Pertama, pendidikan moral dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu. Kedua, sejumlah peraturan
telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap,
dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar,
dan tata tertib anak usia sekolah menengah. Ketiga, untuk memobilisasi dukungan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan
kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar.
Keempat, dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan
memodifikasi tujuan pendidikannya. Kelima, guru didorong untuk menggunakan pendekatan
pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari. Tampaknya,
pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara tersebut (Indonesia, Malaysia, India,
dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masingmasing negara
memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar
menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan

tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut, pendidikan nilai moral di empat Negara tersebut sama-sama dihadapkan pada
berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam
kurikulum maupun yang tidak. Akan tetapi, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren
dalam setiap mata pelajaran. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih diarahkan pada
pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.

2.12 Dimensi Pendidikan Nilai Moral

Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula
pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan
nilai moral.

A. Teori Perkembangan Moral

Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan
perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada
prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada
dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral
merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat
tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215).
Definisi itu mencerminkan pandangan bahwa nilai moral bersifat relatif. Para ahli lain
memandang bahwa perkembangan moral dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya sebagai
keseluruhan proses, di mana seorang pribadi lahir dengan banyak kemungkinan tingkah laku
aktual yang dibatasi pada bidang yang jauh lebih spirital, yaitu suatu bidang yang lazim
diterima sesuai dengan ukuran kelompoknya.Dengan demikian, perkembangan moral
dipahami sebagai suatu Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global internalisasi
langsung norma-norma budaya eksternal. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang dapat
dilatih untuk berperilaku dengan cara sedemikian rupa sehingga ia dapat menyesuaikan diri
dengan berbagai aturan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Aturan dan nilai-nilai
di masyarakat tentunya nilai-nilai universal dan nilai-nilai lokal yang baik, yakni nilai lokal
yang tidak bertentangan dengan

nilai-nilai universal, sedangkan nilai nilai negatif misalnya radikalisme harus dilakukan
tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi di lingkungan masyarakat,karena nilai radikalisme
itu bertentangan

dengan nilai universal dan nilai lokal.Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar
dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar
merupakan pertimbangan moral. Banyak di antara tindakan yang justru merupakan penilaian
terhadap kebaikan atau kebenaran, estetis, teknologis atau bijak. Berbeda dengan penilaian
terhadap kebijakan atau estetika, penilaian moral cenderung bersifat universal,
inklusif,konsisten, dan didasarkan pada alasan-alasan yang objektif, impersonal, atau ideal.
Struktur pertimbangan moral ditetapkan berdasarkan pada apa yang didapatkan seseorang
sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu-isu moral dan bagaimana ia mampu memilih dan
menetapkan nilai-nilai dengan disertai alasan mengapa seseorang memilih dan menetapkan
bahwa sesuatu itu berharga. Hal ini merupakan penentu struktur tingkat pertimbangan moral
seseorang, yang sekaligus menentukan keputusan moral atau perilaku moral.Kohlberg, melalui
penelitian Longitudinal and Crosscultural, telah berupaya

untuk menyempurnakan teori Piaget dengan menetapkan enam tingkat pertimbangan moral
yang relatif tidak bergantung pada umur.Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan
pada karakteristik empiris yang memiliki beberapa ciri pokok berikut.

(1) Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya system berpikirnya
terorganisasi.

(2) Tahap pertimbangan moral berurutan secara invarian dan tidak pernah terbalik dalam

semua kondisi (kecuali mereka yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya
selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang
lebih tinggi.

(3) Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran
moral

yang tinggi telah tercakup dan menguasai tahap-tahap dan pola piker yang berada di bawahnya.

(4) Struktur tingkat pertimbangan moral berfungsi melahirkan kecenderungan ke arah tahapan-
tahapan yang lebih tinggi.
(5)Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Sebagai
contoh, suatu pilihan yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak
berharga)

dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang
penetapan

suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut


pertimbangan moral (melalui Muhamimin, 2001: 216). Selanjutnya, Kohlberg
mengidentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu

(i) orientasi hukuman atau kepatuhan,

(ii) orientasi instrumental-relatif,

(iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik,

(iv)orientasi hukum dan ketertiban,

(v) orientasi kontrak social legalitas, dan

(vi) orientasi prinsip kewajiban. Hasil kajian Kohlberg mengenai

tahap-tahap perkembangan moral memiliki kelemahan di mana tahap ke-5 kurang memiliki
bukti empiris dan tahap ke-6 tidak memiliki bukti empiris.Hasil ini dikritik oleh Gilligan (1982)
karena semua responden penelitian berjenis laki-laki, padahal menurut Gilligan wanita
memiliki perbedaan dengan laki dalam membuat keputusan moral (Zuchdi, 2008: 19). Secara
singkat dikatakan laki-laki dalam membuat keputusan moral mengutamakan “hak”, sedangkan
wanita mengutamakan “tanggung jawab”. Perbedaan Kohlberg dan Gilligan tersebut
ditanggapi oleh Reimer, Paolitto, dan Hersh (1983:108), bahwa kematangan moral harus dilihat
dari dua sisi. Laki-laki dalam penalaran moral tentang keadilan mendasarkan pada prinsip,
perlu belajar menjadi orang yang memiliki kasih sayang di samping bertindak adil. Sebaliknya,
wanita yang memiliki sifat kasih saying perlu belajar mengintegrasikan moralitas personal dan
institusional dalam prinsip-prinsip moral yang konsisten Dengan demikian teori perkembangan
moral tawaran Kohlberg tersebut dari perspektif gender tampak bias gender karena objek kajian
penelitian pada jenis laki-laki saja, sedangkan wanita tidak dijadikan objek penelitian, padahal
dari sisi psikologi laki-laki dan wanita terdapat perbedaan. Di antara perbedaan kedua jenis
laki-laki dan wanita antara lain telah disebutkan di atas. Meskipun demikian tawaran pemikiran
moral Kohlberg tetap memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam kajian
moral.Jika dianalisis lebih lanjut sumbangan pemikiran moral Kohlberg lebih menekankan
pada pemikiran moral belum menjangka pada penghayatan, dan ranah spiritual. Sementara tesis
Capra yang dituangkan dalam paradigm “Visi Realitas Baru” yang antara lain berintikan
pandangan hidup system dan keutuhan. Ia mengamati perubahan yang berlangsung terus
menerus yang merupakan sebuah “titik balik” dalam peradaban manusia yang mewakili
tumbuhnya kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai Tesis Capra lebih menekankan
bahwa setiap peradaban manusia akan melahirkan kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat
nilai. Oleh karena itu, ada dua hal esensial menghadapi peradaban manusia, yaitu (1) lahirnya
kesadaran baru, dan (2) kehidupan sarat nilai.

2.13 Pendidikan Nilai Moral

Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-


komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan
empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian
menunjukkan beberapa karakteristik.Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan
pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai suatu proses
menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan
tersebut. Oleh karenanya, ia berani menanggung resiko dan menghadapi konflik, selagi ia tahu
bahwa tanpa resiko itu perkembangannya tertahan. Dengan kata lain,ia memiliki kesadaran
terhadap perubahan perkembangan yang mesti dialami.

Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global Kedua, pribadi yang terintegrasikan
memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal dan menjelaskan
nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya secara terbuka, sejauh nilai-
nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya. Walaupun ia memiliki kepekaan terhadap
kebutuhan-kebutuhan orang lain, jati diri atau identitas yang telah ia kembangkan adalah
miliknya dan tidak disandarkan pada harapan orang lain atas dirinya. Jati diri yang ia miliki
terbentuk dari proses kesadaran memilih dan keteguhan hatinya. Ketiga, pribadi yang
terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Dia tidak
memutuskan diri dari orang-orang dan dia dapat mengkomunikasikan rasa empatinya secara
jelas terhadap orang lain. Dia secara efektif dapat berfungsi dalam suatu situasi kelompok.
Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran. Dia
merasakan suatu keseimbangan antara hati dan pikirannya. Ia mengalami rasa keutuhan
pribadinya.Dia dapat menggunakan daya kemampuan intuisi, imajinasi, dan penalarannya.
Pendidikan nilai moral tawaran John P. Miller tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan
tawaran Kohlberg. Artinya, John P. Miller pun beranggapan bahwa pendidikan nilai moral itu
berfokus pada pembentukan pribadi secara integratif. Oleh karena itu, pendidikan nilai moral
bersifat individualistis. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek
sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Selengkapnya, aspek afektif
meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan.Ada beberapa model
pendidikan afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Sekurang-kurangnya, ada tujuh belas
model. Setiap model mem-punyai tujuan yang berbeda. Berdasarkan arah atau orientasinya,
sejumlah model dapat digolongkan dalam satu rumpun.

Tujuh belas model pembelajaran afektif yang ada dapat dikelompokkan ke dalam empat buah
rumpun dengan sifat penggolongan yang tidak ketat. Empat buah rumpun model pendidilan
afektif itu adalah (i) model-model perkembangan (developmental models), (ii) model-model
pengenalan diri (selfconceps models), (iii) model-model kepekaan dan kecenderungan-
kelompok (sensitivity and group-orientation models), dan (iv) model-model perluasan
kesadaran (consciousness-expansion models. Model pendidikan afektif yang dipandang
relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model
analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial.
Setiap model pembelajaran itu harus memenuhi kerangka kerja yang meliputi arah teori,
penerapan kelas, peranan guru, kelayakan model, dan lingkungan belajar. Dengan demikian,
tugas guru adalah memilih model yang paling efektif untuk suatu lingkungan tertentu. Pada
waktu memilih model, guru harus memperhatikan dua hal. Pertama, model itu harus memenuhi
tujuan dan kepentingan guru, misalnya apabila kepentingan untuk memudahkan terbentuknya
jati diri yang positif, yang dipilih ialah salah satu di antara model-model yang tergolong dalam
rumpun pengenalan diri (self-concept). Kedua, model itu harus disesuaikaN dengan keadaan
struktur yang dapat dihadapi oleh murid. Beberapa murid memerlukan lingkungan dengan
struktur yang ketat dan dapat mengarahkan mereka, sedangkan beberapa murid yang lain lebih
cocok dengan situasi yang lebih longgar.

2.14 Pendekatan Pendidikan Nilai Moral

Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi,


2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii)
modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan
perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan
untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan
dikembangkan. Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak pula
faktor lain yang membatasinya. Di sisi lain, keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai
suatu sumber penting pendidikan nilai. Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah
merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping
kesediaan peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak dapat terlepas dari pengaruh apa yang
dilakukan para guru mereka yang berkenaan dengan pendidikan nilai di sekolah, baik dengan
metode langsung maupun tidak langsung. Nilai-nilai itu dapat diterima peserta didik melalui
kedua metode tersebut, baik yang sudah dirancang dalam kurikulum maupun nilai yang
terkandung di dalam kurikulum sebagai hiddent curriculum.Yang ditekankan dalam
pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan
menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami. Oleh
karena itu, pendidikan nilai tidak dapat disajikan hanya oleh seorang guru atau hanya dalam
satu pelajaran, tetapi diperlukan format yang beragam dari berbagai pelajaran yang
mengintegrasikan secara sendiri sendiri atau dengan kombinasi.

2.15 Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral


Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode,
baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan
perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan
memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan,
menghafalkan, dan mengucapkannya.Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan
perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku
yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk
mengembangkan perilaku

yang baik. Dengan penerapan metode langsung dimungkinkan nilai-nilai yang diindoktrinasi
dapat diserap peserta didik, bahkan dihafal di luar kepala, tetapi tidak terinternalisasikan,
apalagi teramalkan. Kemungkinan kedua, nilai nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan,
tetapi berkat pengawasan pihak penguasa bukan atas kesadaran diri peserta didik. Dalam hal
ini, nilai moral yang pelaksananya seharusnya bersifat suka rela (voluntary action) berubah
Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global menjadi nilai hukum yang dalam segala
aspeknya memerlukan pranata hukum.Di samping itu, pendidikan nilai moral dapat
diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode
induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir,1988:161). Masing-masing metode itu dapat
dijelaskan secara singkat sebagai

berikut.

a. Metode dogmatik adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan
menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa
mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.

b. Metode deduktif adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (keutuhan dan kemanusiaan)
dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.
Metode ini bertolak dari kebenaran sebagai teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai baik,
selanjutnya ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat,
atau ditarik ke dalam nilai-nilai lain yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya.

c. Metode induktif adalah sebagai kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan
nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik
maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.

d. Metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni
membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum
tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasuskasus kehidupan sehari-hari,
atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretiknya secara
umum. Berbagai metode tersebut selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik
atau prosedur pembelajaran. Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek)
ada bermacam-macam, di antaranya ialah(i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning,
(iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi
(Muhadjir, 1988:199).Berikut ini sekedar contoh implementasi pendidikan nilai. Contoh (i)
berkenaan dengan keteladanan. Pengimplementasian pendidikan nilai kepada peserta didik
memerlukan adanya kesadaran para pendidik agar senantiasa menjadi contoh bagi peserta didik
agar tidak bersikap mendua. Misalnya,jika peserta didik dituntut berperilaku jujur, berucap
dengan upacan yang baik, konsekuensinya para pendidik dituntut berperilaku jujur, tidak
mengajarkan kebohongan, dan bertutur kata yang baik. Contoh (ii) berkenaan dengan
pernyataan bahwa jika si pendidik menginginkan peserta didik menghormati hukum, si
pendidik harus selalu mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku. Perlu disadari bahwa
setiap ucapan dan perilaku pendidik (orang tua dan guru) sangat mempengaruhi karakter
peserta didik. Sebagai konsekuensinya, para pendidik (orang tua, guru, dan para pembimbing)
harus konsisten dalam berperilaku moral karena peserta didik tumbuh dan berkembang
mengikuti model perilaku para pendidik. Mereka akan melakukan apa yang dilakukan dan
dikatakan oleh si pendidik. Para pendidik hendaknya selalu memeli hara nilai diajarkan dan
konsisten dalam berperilaku.

BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN

- karena selain memberikan dampak yang buruk bagi suatu bangsa globalisasi juga
memberikan dampak positif juga oleh karena itu kita sebagai warga Negara harus bisa
menyaring budaya budaya yang masuk ke Negara kita. kita harus pandai dalam menyaring
budaya tersebut mengambil hal yang posif saja yang bisa diterima oleh masyarakat yang bisa
memberi pengaruh baik bagi moral suatu bangsa.

- Bahwa terjadinya proses globalisasi dalam aspek sosial terjadi dengan cara melalui berbagai
macam media salah satunya adalah media elektronik seperti televisi,internet,hp dll baik secara
langsung maupun tidak langsung, serta melalui interaksi yang terjadi dimasyarakat.

- Bahwa dampak yang ditimbulkan era globalisasi pada aspek sosial yaitu terjadi perubahan
ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya menjunjung tinggi gotong royong menjadi
individual, serta sifat ingin selalu instant pada diri individu tersebut.

- Bahwa penanggulangan pada dampak era globalisasi pada aspek sosial diantaranya
diadakannya pembangunan kualitas manusia, pemberian life skill, memberikan sikap hidup
yang global dan menumbuhkan wawasan, identitas rasional serta menciptakan pemerintahan
yang transparan dan demokratis.
- Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller
cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan
dengan mempertimbangkan paradigm yang dikemukakan oleh Capra. Lebih lanjut, dalam
implementasikannya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan
pendekatan (approach),metode (method), dan teknik

(technique) pendidikan nilai moral yang sesuai.

- jadi pendidikan nilai moral suatu bangsa sangat penting karena dapat membantu seseorang
untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih manusiawi yang dapat menjadi manusia yang
beguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bersifat produktif kooperatif serta menjadi
sorang yang bertanggung jawab

-Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi
umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam
hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang
bersifat luas, kompleks, dan mendunia.

-Penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri
sendiri, namun

banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya
terorisme global,masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional.

-Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan nilai moral, seperti
tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lain-lain. Jika hal-hal seperti
ini tidak diperbaiki, hal ini akan menyebabkan rusaknya generasi masyarakat di masa yang
akan datang. Sehingga tidak mungkin zaman akan berganti lagi seperti zaman jahiliyah dahulu.

- Globalisasi merupakan suatu gejala wajar yang pasti akan dialami oleh setiap bangsa di dunia,
baik pada masyarakat yang maju, masyarakat berkembang, masyarakat transisi, maupun
masyarakat yang masih rendah taraf hidupnya.Dalam era global, suatu masyarakat/negara
tidak mungkin dapat mengisolasi diri terhadap proses globalisasi. Jika suatu masyarakat/negara
mengisolasi diri dari globalisasi, mereka dapat dipastikan akan terlindas oleh jaman serta
terpuruk pada era keterbelakangan dan kebodohan.Dampak positif dan negatif pada pengaruh
globalisasi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara pun ada. Salah satunya era globalisasi
pada sistem politik. Bangsa Indonesia telah menerapkan kehidupan berdemokrasi yang telah
membawa perubahan-perubahan yang besar, diantaranya pelaksanaan pemilu legislatif dengan
sistem multipartai dan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Itu dampak
positifnya
-Dari hasil pembahasan diatas, pemerintah dapat melakukan beberapa tindakan untuk
mencegah terjadinya pengaruh ekonomi bagi kehidupan bangsa dan negara yaitu :Pemerintah
perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran ekonomi
,Masyarakat harus mencintai produk dari bangsa kita sendiri,Pemerintah harus meningkatkan
kemampuan bangsa dan negara untuk berkompetisi secara internasional,Pemerintah harus
mampu meningkatkan kualitas produksi dalam negeri agar dapat bersaing di pasar
internasional,Pemerintah juga harus mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat

-Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia,Malaysia, India,
dan Cina)

menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya
perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian,negara-negara itu memberikan penekanan
pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi
manusia, universal, dan global.

SARAN

-Bahwa di era Globalisasi ini sangat nyata dibutuhkan generasi yang unggul dan mandiri dalam
IPTEK. Oleh karena itu diperlukan sikap positif dari kita dalam menerima perkembangan
IPTEK untuk mengimbangi kehidupan kita dalam era Globalisasi ini sehingga tercipta generasi
yang tidak tertinggal dalam era globalisasi ini.

Sehingga pengaruh teknologi informasi memang tidak mungkin kita tolak atau hindari, kita
harus dapat memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat tetapi disisi lain kita juga harus
berhati-hati dan bersikap bijak agar dampak negatif yang menyertainya dapat kita hilangkan
atau paling tidak kita minimalisir, mengenalkan teknologi informasi sekaligus pemanfaatannya
bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan daya
nalar dan daya seleksi masyarakat terhadap berbagai informasi yang membanjir, sehingga
masyarakat semakin kritis dan dewasa dalam menyikapinya.

-pada masa-masa sekarang Indonesia perlu melakukan sosialisasi yang berkelanjutan dalam
membudayanya IPTEK. Pengenalan IPTEK dapat di mulai dari tingkat Sekolah Menengah
sampai Perguruan Tinggi, juga pelaku industri dan masyarakat umum.Tujuannya adalah
menciptakan generasi yang unggul dan mandiri dalam IPTEK untuk menghadapi era
globalisasi. Sebab globalisasi proses yang tidak bisa dihindari dan dicegah. Globalisasi dalam
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dimana proses yang mencakup keseluruhan dalam
berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat
secara nyata. Dalam keadaan global apa saja dapat masuk sehingga sulit untuk disaring atau
dikontrol.

Daftar pustaka

http://scholar.google.co.id/scholar?start=50&q=jurnal+globalization&hl=id&as_sdt=0

umrefjournal.um.edu.my/filebank/published_article/670/JPMM%202006%20HASMAH%20
ZANUDDIN.pdf

http://scholar.google.co.id/scholar?start=30&q=jurnals+moral&hl=id&as_sdt=0

business.illinois.edu/ba/seminars/2011%5CSpring%5Creed_paper.pdf

http://eprints.uny.ac.id/3644/

http://en.wikipedia.org/wiki/Globalization

http://en.wikipedia.org/wiki/Morality

http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html

http://grms.multiply.com/journal/item/26

http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved=0C
FAQFjAF&url=http%3A%2F%2Fbhupalaka.files.wordpress.com%2F2010%2F05%2Ftugas-
makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-
15308026.doc&ei=1NS6UMLCFcTVrQfG_4H4Dg&usg=AFQjCNEtlhDjoQDgTqJSGwzm8
DEJDO18XA&sig2=1_S_qv1NaL8mXaRuqV8jCQ

http://kurniapanduwibowo.blogspot.com/2011/04/pengertian-era-globalisasi.html

http://nurafifahharahap.blogspot.com/2012/03/makalah-globalisasi-iptek-ilmu.html

http://matakuliahekonomi.wordpress.com/2011/05/09/contoh-makalah-globalisasi-full/
http://randinurzaman.blogspot.com/2012/04/makalah-dampak-globalisasi-dalam-bidang.html

http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertian-globalisasi.html

http://sro.web.id/makalah-globalisasi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi

http://bungkapit21artikel.blogspot.com/2008/06/globalisasi-mau-diterima-atau-ditolak.html

http://www.anneahira.com/globalisasi-ekonomi.htm

hrcak.srce.hr/index.php?show=clanak_download&id_clanak_jezik=15830

Anda mungkin juga menyukai