Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IPS

PERILAKU NEGATIF DARI MASYARAKAT


DALAM MENYIKAPI GLOBALISASI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

 NUR HIDAYAH
 SUCIYANTI
 MARILINA
 SITI SYAFIRA
 AHMAD RIDO
 MUH. ALIF
 HERLIANA

MTS DDI TUPPU


KEC. LEMBANG, KAB. PINRANG
TAHUN PELAJARAN 2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa kerana dengan
Rahmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuaatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Situasi sosial politik di suatu negara baik yang positif maupun negatif, tidaklah
bisa dilepaskan dari pengaruh berbagai gejolak yang terjadi di tingkat global
ditentukan oleh citra diri dan identitas bangsa itu sendiri yang mana masing-masing
bangsa di dunia sudah pasti memiliki citra diri dan identitas masing-masing sehingga
setiap pengaruh global yang diterima setiap bangsa dan negarapun akan berbeda.

Era globalisasi yang diboncengi neolibralisme dan modernisasi menuju


diiringi revolusi IPTEK. Dimana manusia akan terus akan mengalami revolusi tour
ti (technologi,telekomunication,transportation,tourism)yang memiliki globalizing
force yang dominan sehingga batas antar daerah dan antar negara semakin kabul,
yang mengakibatkan dunia tanpa batas yang menganut aliran kebebasan, kebebasan
nerkreatifitas, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berkreatifitas, kebebasan
berpendapat, dan kebebasan berekpresi. Seperti contoh bila kita duduk di satu kursi
dan berkomunikasi dengan orang di tempat yang paling jauh ditempat diluar sana,
maka kemajuan tehnologi informasi dan telekomonikasi mendekatkan jarak dan
waktu. Kondisi tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi tantangan budaya
masyarakat khususnya Indonesia.

Hal ini sangatlah berbahaya bila kita tidak memfilter serta membedakan mana
budaya asing yang dapat diserap dan mana yang tidak. Jika kita melihat kondisi riil
masyaratIndonesia sekarang ini, ternyata daya serap masyarakat terhadap budaya
global lebih cepat dibanding daya serapnya terhadap budaya lokal. Bukti nyata dari
pengaruh globalisasi itu, antara lain dapat disaksikan dari gaya berpakaian, dan gaya
berbahasa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang sudah berubah yang
kesemuanya itu diperoleh karena kemajuan tehnologi iformatika dan komunikasi
khususnya pada media masa. Globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya
seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku, film, VCD, HP, dan kini lewat
internet sedikit banyak akan berdampak pada budaya dan kehidupan masyarakat
Indonesia.
B. Identifikasi Masalah

Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam


bidang kebudayaan., misalnya hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara,
terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunya rasa nasionalisme dan patriotisme,
hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong-royong, kehilangan kepercayaan diri, gaya
hidup kebarat-baratan. Dan masalah terhadap eksistensi terhadap kebudayaan daerah,
salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang
merupakan jati diri bangsa, maka kita sebagai generasi muda patut untuk menyeleksi
mana yang baik dan benar guna untuk masa depan.

C. Rumusan Masalah

1. apa pengaruh globalisasi media terhadap kebudayaan dan perilaku masyarakat ?


2. tindakan apa yang dapat mempengaruhi eksistensi kebudayaan di era globalisasi
ini ?
3. bagaimana cara mengatasi dampak negatif globalisasi tersebut ?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah


2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjujung tinggi kebudayaan
bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa.
3. Mengembangkan potensi afektif bangsa Indonesia sebagai warga negara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan bangsa Indonesia agar selektif untuk memilah
budaya yang masuk serta membedakan mana yang baik dan benar.
5. Para generasi muda agar tidak menganggap remeh dan tidak bersikap negatif
terhadap kebudayaan yang masuk.
6. Untuk meningkatkan kedisiplinan dalam mengembangkan budaya sendiri.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagaimana globalisasi berpengaruh pada eksistensi


budaya deareh
2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai proses globalisasi pada
aspek kebudayaan
3. Memberikan informasi penjelasan tentang dampak globalisasi
4. Menjelaskan kepada masyarakat tentang definisi serta pengertian globalisasi
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Globalisasi

Menurut asala katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang
maknanyauniversal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individulisasi di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali defini kerja, sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya.
Ada yang memandang sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses
alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu
sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Di sisi lain ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif
atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling mutkhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengerah
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali
menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

1. Ciri-Ciri Globalisasi

a. Perubahan dalam konstatin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang dan


telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukan bahwa komunikasi
global terjadi demikian cepatnya. Sementara melalui pergerakan massa semacam
turrisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi
semacam World Trade Organization (WTO)
c. Peningkatan interaksi kultura melalui perkembangan media massa (terutama
televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional). Saat ini, kita
dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-
hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion,
litteratur, dan makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis
multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
2. Dampak Negatif Globalisasi

a. Gaya Hidup

Globalisasi berdampak pada gaya hidup walaupun tidak sepenuhnya


positif.Ada juga dampak negatif terhadap gaya hidup masyarakat akibat adanya
globalisasi.Contohnya adalah gaya hidup mewah yang dianggap merupakan
perubahan yang berakibat negatif.Menonton tayangan-tayangan televisi yang
mengandung unsur konsumtif tentu mengakibatkan masyarakat tidak bisa
menyesuaikan pengeluaran dengan penghasilannya.

Namun globalisasi tentu memiliki dampak positif seperti gaya hidup untuk
menghargai waktu.Bahkan menghargai waktu juga disamakan dengan uang
sehingga ada pepatah mengatakan time is money.Sehingga bisa dikatakan orang
yang menghargai waktu tentu memiliki gaya hidup untuk menghargai uang juga.

b. Transportasi

Pada zaman sekarang, jarak sudah bukan menjadi permasalahan bagi


masyarakat. Sarana transportasi yang bermacam-macam dan memiliki
kemampuan untuk menempuh perjalanan yang jauh membuatnya mengubah
gaya hidup masyarakat. Semua orang sekarang hampir memakai transportasi
seperti sepeda motor hingga pesawat terbang.

Transportasi ini juga digunakan dalam perdagangan seperti pengiriman barang


ke dalam atau luar negeri. Namun adanya transportasi juga memilik efek negatif
yaitu padatnya lalu lintas dan bertambahnya polusi udara.Masyarakat
berbondong-bondong untuk memiliki kendaraan pribadi dan membuat sesak
jalanan.

Selain itu asap knalpot yang dikeluarkan akibat pembakaran di dalam mesin
juga menambah dampak yang buruk bagi lingkungan.

c. Komunikasi
Penemuan telepon dan inovasi pada ponsel merubah cara berkomunikasi
masyarakat pada zaman sekarang. Adanya ponsel membuat orang dapat
berkomunikasi kapan saja dan dimana saja walaupun jaraknya jauh. Hal tersebut
tentu mempersingkat waktu masyarakat.

Akan tetapi, kedua penemuan tersebut juga berdampak negatif karena


mengurangi intensitas manusia untuk berinteraksi secara langsung. Selain itu
penggunaan ponsel membutuhkan biaya seperti kuota atau fasilitas seperti WiFi
sehingga membuat pemborosan bagi masyarakat.

d. Pakaian

Celana jeans dan T-shirt merupakan dampak dari globalisasi dan telah
sampai ke masyarakat Indonesia. Dua busana tersebut memiliki perkembangan
dalam sisi tren. Tren tersebut membuat masyarakat Indonesia juga mengikutinya.
Sehingga membuat kedua fashion tersebut begitu jamak dipakai oleh seluruh
masyarakat Indonesia.

Namun tak semua pakaian seperti celana jeans dan T-shirt baik. Beberapa
pakaian terkadang melanggar norma-norma yang telah ada di dalam masyarakat
Indonesia. Contohnya adalah tank top yang merupakan pakaian terbuka dan tentu
melanggar norma yang berlaku. Oleh karena itu globalisasi dalam hal pakaian
juga memiliki dampak negatif jika kita tidak dapat melakukan filter
terhadap fashion.

e. Makanan

Masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai makanan dari luar negeri


seperti hamburger, pizza, spaghetti, salad, dan sebagainya. Bahkan tetap mau
mengkonsumsinya walaupun harganya lebih mahal daripada makanan asli
Indonesia.

Sehingga makanan lokal seperti nasi goreng, pecel, gudeg, dan sebagainya
tergerus eksistensinya karena gempuran produk makanan dari luar tersebut. Oleh
karena itu diharapkan masyarakat tetap memiliki keseimbangan dalam
mengkonsumsi makanan agar makanan Indonesia tetap eksis dan mampu bersaing
dengan produk dari luar negeri.

f. Nilai-nilai

Pengaruh globalisasi juga berdampak pada bergesernya nilai-nilai yang


berasal dari leluhur. Pada masyarakat yang hidup di kota-kota besar begitu
terlihat budaya individual yang dianut. Mereka hidup sendiri-sendiri dan
terkadang tidak memperdulikan orang lain.Akan tetapi masyarakat desa masih
memegang teguh dan ikut melestarikan nilai serta norma yang telah dipegang dari
dulu. Sehingga masyarakat desa tidak terpengaruh dengan budaya dari luar yang
masuk ke Indonesia.

g. Tradisi

Tradisi asli Indonesia juga semakin tergerus akibat gempuran budaya dari
luar. Anak-anak muda di perkotaan bahkan mungkin sudah tidak mengenal tradisi
seperti 'tedak siti'. Tedak siti merupakan tradisi bagi bayi yang baru bisa berjalan
dan menapakan kakinya ke tanah. Sebaliknya, anak muda zaman sekarang di
Indonesia malah lebih mengenal budaya luar seperti lagu pop dari Amerika
Serikat atau Korea. Bahkan dimungkinkan akan merasa aneh apabila anak muda
disuruh untuk memakai pakaian adat di kesehariannya seperti kebaya atau
beskap. Mirisnya, pakaian adat Indonesia seakan tersisih dan hanya terlihat ketika
ada acara yang bersifat seremonial.

B. Dampak Globalisasi Media Terhadap Budaya dan Perilaku Masyarakat

Bertolak dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran


khayalaknya, tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada masa yang akan
datang harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak
terelakan lagi.

Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi,


sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor.
Pendekatan profesional menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah diterka. Pada
titik - titik tertentu, terjadi benturan antar budaya dari luar negeri yang tak dikenal
oleh bangsa Indonesia. Jadi kehawatiran besar terasakan benar adanya ancaman,
serbuan, penaklukan, pelunturan karena nilai – nilai luhur dalam paham kebangsaan.

Imbasnya adlah munculnya majalah-majalah Amerika dan Eropa versi


Indonesia seperti : Bazaar ,Cosmopolitan ,Spice,FHM, (for Him Magazine) ,Good
Housekeeping ,Trax, dan sebagainya. Begitu juga membanjirnya program tayangan
dan produk tanpa dapat dibendung.Sehingga bagaimana bagi negara berkembang
seperti Indonesia menyikapi penomena traspormasi media terhadap prilaku
masyarakat dan budaya lokal,karena globalisasi media dengan segala yang dibawanya
seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku film, vcd, HP, dan kini lewat
internet sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat.

Saat ini masyarakat sedang mengalami serbuan yang hebat dari berbagai
produk poernografi berupa tabloitd, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi,
rasio, dan terutama adalah peredaran bebas VCD.Baik yang datang dari uar negeri
maupun yang diproduksi sendiri. Walaupun media pernografi bukan barang baru bagi
Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang
asing menganggap Indonesia sebagai ”surga pornografi” karena sangat mudahnya
mendapat produk-produk pornografi dan harganya pun murah.

Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh
sebagian masyarakat yang tidak bertanggung jawab, untuk menerbitkan produk-
produk pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin
sebagai hak asasi warga Negara dan tidak dikenakan penyensoran dan pembredelan.
Padahal dalam pasal 5 ayat 1 Undang-undang pers No 40 tahun 1999itu sendiri,
mencantumkan bahwa: ”pers berkewajiban memberikan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat”.

Dalam media audio visualpun ada Undang-Undang yang secara spesifik


mengatur pornografi yaitu Undang-undang perfilman dan Undang-undang Penyiaran.
Dalam Undang-undang perflman 1992 pasal 33 dinyatakan bahwa : ”setiap film dan
reklame film yang akan diedarkan atau dipertujuklkan di Indonesia, wajib sensor
terlebih dahulu”. Pasal 19 dari UU ini menyatakan bahwa : ”LSF (Lembaga Sensor
Film)harus menolak sebuah film yang menonjolkan adegan seks lebih dari 50 % jam
tayang”. Dalam UU Penyiaran pasal 36 ayat 6 dinyatakan bahwa: ” isi siaran televisi
dan radio dilarang menonjolkan unsur cabul (ayat 5) dan dilarang merendahkan,
melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama dan martabat manusia Indonesia
”.

Menurut Afdjani (2007 bahwa: Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah


membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup
masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan kian terjangkau, masyarakat
menerima berbagai informasi tenteng peradaban baru yang datang dari seluruh
penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga degara mampu menilai
sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah, misalnya banjir informasi dan
budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma
yang berlaku. Terutama masalah pornografi dimana sekarang wanita–wanita
Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam
berbusana cenderung minim,yang kemudian ditiru habis-habisan.
Sehingga kalau kita berjalan-jalan di mal atau di tempat publik sangat mudah
menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim dan mengumbar
aurat.Dimana budaya itu sangat bertentangan dengan dengan norma yang ada di
Indonesia.Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini.
Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang Indonesia.
Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu
melarang berbagai sepak terjang masyarakat yabg berperilaku yang tidak semestinya.
Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyarankan agar televisi tidak
merayakan goyang erotis denga puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya
cukup terasa, banyak televisi yang tidak menayangkan artis yang berpakaian minim

C. Tindakan yang Mendorong Timbulnya Globalisasi Kebudayaan

Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-


pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan
suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang
berjudul ‘Cultural Policy And The Permorming Arts in South-East Asia’,
mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif
mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisiona, baik melalui campur tangan,
penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian
yang diberikan pemerintah kepada kebijakn kultural atau konteks kultural. Dalam
pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah
dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, dimana banyaknya campur tangan
dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan
pembangunan.
Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat sendiri menjadi hambar dan
tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah
menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta ntuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja
mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam
arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan hanya sekedar
dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai
ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena
itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh
model-model pembangunan yang cnderung lebih modern dan rasional. Sebagai
contoh dari permasalah ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi
yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat
pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik
pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga
kesenian betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung membosankan.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan
perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu
mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-
kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang
diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah
sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bag para seniman
rakyat ini merupakan sesuatu yan sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai
dengan keaslian (oroginalitas) yang -diinginkan para seniman rakyat terebut. Oleh
karena itupemerintah harus menjalankan dengan benar-benar peranannya sebagai
pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat
tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakanik-kebijakan
politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium beru
seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat diletakkan. Kita harus beradaptasi
dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi
komunikasi sebagai salah satu produk dari modernisasi bermanfaat besar
bagiteriptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.

D. Antisipasi Strategis Menanggulangi Dampak Negatif Globalisasi Budaya

Ketidakpastian tradisi dalam menghadapi kekuatan-kekuatan di luar dirinya


tidak boleh dibiarkan begitu saja. Upaya-upaya pembakuan dan modernisasi yang
mengarah pada proses pembunuhan tradisi harus dilawan, karena itu berarti
pelenyapan atas sumber lokal yang diawali dengan krisis identitas lokal.
Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk didalamnya
penghargaan nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan
cinta tanah air yang dirasakan semakin memudar dapat disebabkan oleh beberapa
faktor.Dalam kenyataannya didalam struktur masyarakat terjadi ketimpangan sosial,
baik dilihat dari status maupun tingkat pendapatan. Kesenjangan sosial yang semakin
melebar itu menyebabkan orang kehilangan harga diri. Budaya lokal yang lebih sesuai
dengan karakter bangsa semakin sulit dicernakan sementara itu budaya global lebih
mudah merasuk.
Dalam kasus Globalisasi Media, sekarang di Indonesia bermunculan lembaga-
lembaga media watch yang keras sebai pers sebagai jawaban terhadap kian maraknya
terhadap penerbitan yang tidak memperhitungkan masalah etika dan kode etik.
Dimana melalui media massapun, kita dapat membangun media publik, karena media
mempunyai kekuatan mengkonstruksi masyarakat. Misalnya melalui pemberitaan
tentang dampak negatif pornografi. Komentar para ahli dan tokoh-tokoh masyarakat
yang anti pornogrfi dan anti media pornografi serta tulisan-tulisan, gambar dan surat
pembaca yang berisikan realitas yang dihadapi masyarakat dengan maraknya
pornografi, maka media dapat dengan cepat mengkontruksikan masyarakat secara luas
karena jangkauannya jauh.
Dalam masyarakat terutama di daerah pedesaan , dikenal adanya opinion
leader atau pembuka pendapat atau tokoh masyarakat. Mereka mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak laku dalam cita-cita
tertentu. Menurut Rogers (1983): ”pemuka pendapat memainkan peranan penting
dalam penyebaran informasi. Melalui hubungan sosial yang intim, para pemuka
pendapat berperan menyampaikan pesan-pesan, ide-ide dan informasi-informasi baru
kepada masyarakat”. Melalui pemuka pendapat seperti tokoh agama, sesepuh desa,
kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya media pornografi dapat disampaikan.
Tapi yang lebih penting lagi adalah ketegasan Pemerintah dalam menerapkan
hukum baik Undang-Undang Pers, Undang-Undang Perfilman dan Undang-Undang
Penyiaran secara tegas dan konsisten disamping tentu saja partisipasi dari masyarakat
untuk bersama-sama mencegah dampak buruk dari globalisasi media yang kalau
dibiarkan bisa menghancurkan negeri ini.
Kemudian hal yang tidak kalah pentingnya dalam menghadapi globalisasi
budaya adalah nilai-nilai kearifan lokal bukanlah nilai usang yang harus dimatikan,
tetapi dapat bersinergi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa
globalisasi. Dunia internasional sangat menuntut demokrasi, hak asasi manusia,
lingkungan hidup menjadi agenda pembangunan di setiap negara. Isu-isu tersebut
dapat bersinergi dengan aktualisasi dari filosofi lokal yang dimiliki Indonesia,
misalnya di Bali yang dikenal dengan ”Tri Hita Karana”, yang mengajarkan pada
masyarakat Bali, bagaimana harus bersikap dan berperilaku yang selalu
mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara
manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa dalam melaksanakan hidup.
Oleh karena itu globalisasi yang tidak terhindarkan harus diantisipasi dengan
pembangunan budaya yang berkarakter penguatan jati diri dan kearifan lokal yang
dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan
pengembangan budaya. Upaya memperkuat jati diri daerah dapat dilakukan melalui
penanaman nilai-nilai budaya dan kesejarahan senasib dan sepenanggungan diantara
warga sehingga perlu dilakukan revitalisasi budaya daerah dan perkuatan budaya
daerah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif


bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam
kebudayaan bengsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan
teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah
menimbulkan isu mengenai globalisasi dari pada akhrnya menimbulkan nilai baru
tentang kesatuan dunia. Radha Krishnan dalam bukunya Eastern Religion and
Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat
manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau
tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak ada lagi peradaban. Atau dengan kata
lain kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas
kebudayaan kita? Oleh karen itu perlu dipertahankan aspek sosial budaya Indonesia
sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke
Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.

B. Saran-Saran

Dari hasil pembahasan di atas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk


mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :

1. Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan-peraturan yang dapat menyebabkan


pergeseran budaya bangsa
2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-
masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya
3. Para pelaku media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita,
hiburan dan informasi yang diberikn agar tidak menimbulkan pergeseran budaya
4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru,
sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negatif
5. Masyarakat harus berhati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru,
sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada
kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita
DAFTAR PUSTAKA

http://.id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi/
http://itha.wordpress.com/2007/09/12/globalisasi-dan-kebudayaan/
http://www.karangasemkab.go.id
http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html
http://kojingtechnolog.wordpress.com/2011/09/04/pengertian-kebudayaan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
http://mustofasmp2.wordpress.com/2011/01/03/pengertian-globalisasi/

Anda mungkin juga menyukai