LUMUT
Disusun Oleh :
Kelompok I :
NABILA SAVIRA USMAN
NIRWANAH
DARMI
HATIJA
NURLIANA
RIRIN NURARIANSA
DIAN AYU LESTARI
RUSDAYANTI
ABDUL RAHMAN
KELAS X MIPA 3
SMA NEGERI 8 PINRANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa kerana dengan Rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuaatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan
dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan
BAB I
PENDAHULUAN
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai
jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati,
kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran
yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu, kelembaban
dan cahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan
kulit kayu atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas cahaya yang cukup (Ariyanti,
2008).
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada
24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan kondisi
lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan tersebut. Divisi
Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan
240 genus; lumut tanduk (Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies; dan lumut daun(Bryopsida)
memiliki 12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple,1999).
Bryophyta termasuk salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga
merupakan salah satu penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan lumut tersebar luas dan
merupakan kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka hidup di atas tanah, batuan, kayu, dan
kadang – kadang di dalam air. Lumut hati dan lumut daun yang hidup menyendiri biasanya
tidak menarik. Namun dapat tampak bahkan menarik jika tumbuh berkelompok. Pada
umumnya jenis tumbuhan ini kurang beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan
sebagian besar merupakan tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab dan terlindung.
Meskipun demikian, lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida), dapat bertahan hidup
pada musim kering. Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika air tersedia kembali
(Tjitrosomo, 1984).
Kelas Bryopsida terdiri dari ordo Archidiales, Polytrichales, Fissidentales, Dicranales,
Funariales, Eubryales, Isobryales, Buxbaumiales, Hyponobryales dan Tetraphidales
(Eddy,1988). Polytrichales merupakan lumut yang memiliki penyebaran yang luas di dunia
beberapa yang telah dikenali sebanyak 19 genus dan lebih kurang 370 spesies (Schofield,
1927).
Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti lahan
gambut sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan
lumutsebagai penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi
sertapertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000).
Richardson (1981 cit. Windadri dan Siti, 2005) melaporkan bahwa beberapa
jenisanggota dari marga Polytrichum dimanfaatkan untuk memperindah taman di sekitar pura
Saihoji di kaki Gunung Koinzan di sebelah barat Kyoto. Selain itu Polytrichum digunakan
sebagai indikator terhadap kondisi asam serta memiliki mineral dan unsur hara yang kaya
(Glime dan Saxene, 1991).
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler.
Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae)
dengan multisellular mereka rhizoid. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua
lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan
daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam
tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap
kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus
hidup, yaitu.sel haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid)
berumur pendek dan dependen pada atas gametophyte.
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati.
Siklus hiduplumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam spongaria terdapat sel
yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka,
sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan
reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan
struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati lainnya adalah
Marchantia polymorpha dan Porella.
Adapun ciri – ciri dari lumut hati, yaitu : tubuhnya masih berupa talus dan
mempunyai rhizoid, gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yang
berbentuk seperti payung, sporofit pertumbuhannnya terbatas karena tidak
mempunyai jaringan meristematik, berkembangbiak secara generatif dengan oogami,
dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup, habitatnya ditempat
lembab.
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati terbagi dua jenis,yaitu lumut hati
bertalus dan lumut hati berdaun. Menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas dorsal
berbeda dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada
tiga deret pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada
/pada jenis terletak pada bagian terminal, sporogonium sederhana tersusun atas
bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul
tidak menentu dan tidak teratur. Seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai
rusuk ditengah mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala
dengan tepi yang bergigi, yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau
mangkok. Kemudian puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah
terlepas oleh air hujan.
Perkembangbiakan
Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual, ex:
Maechantia. Anteridium terpancang pada permukaaan atas, bentuknya seperti
cakram.Dasar bunga betina agak melebar dan membentuk paying, dengan cuping
berbentuk jari, umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara
cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah. Anteridium merekah mengeluarkan
sperma menuju ke arkegonium. Generasi sporofit dari telur yang sudah dibuahi
(zigot). Zigot membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari
embrio membentuk kaki masuk kejaringan reseptakel.Bagian terbesar dari janin
membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki zona yang terdiri dari sel-sel
yang disebut tangkai.Kapsul berisi sel induk spora yang berkelompok (elater) yaitu
benang-benang memanjang dengan dinding bagian dalam terpilin.Setelah miosis
terbentuklah tetraspora, tangkainya yang memanjang arkegonium yang melebar jadi
pecah dan kapsul jadi terdorong ke bawah.Kapsul lalu mongering dan terbuka
memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul dibantu dengan adanya elater yang
sifatnya higroskopik.Akibat mengeringnya kapsul elater menggulung, menjadi
kering dan mengadakan gerakan sentakan yang melempar spora ke udara.
Susunan tubuh lumut daun pada substrat dengan menggunakan rizoid yang
multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai daun yang berusuk dan
tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya. Sumbu (batang) pada lumut daun biasanya
menunjukkan deferensiasi menjadi epidermis, korteks, dan silinder pusat. Lumut daun
banyak terdapat di tempat-tempat yang lembab, yang mempunyai struktur seperti akar
yang disebut dengan rizoid dan struktur seperti daun. Siklus hidup lumut mengalami
pergantian antara generasi haploid dengan diploid. Sporofit pada umumnya lebih
kecil, berumur pendek dan hidup tergantung pada gametofit.
Perkembangbiakan, alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada
ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun yang letaknya paling atas. Daun-
daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus dan seperti
pada jungermaniales juga dinamakan Periantum. Alat-alat kelamin itu dikatakan
bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat kumpulan
arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam
kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri dari banyak sel
dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut
steril itu dinamakan Parafisis.
2.4.3. Lumut tanduk (Anthocerotaceae)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya
berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup
di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati.
Contohnya Anthocerros sp. Lumut tanduk memiliki ciri-ciri seperti: tubuhnya mirip
lumut hati, tapi berbeda pada sporofitnya, berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata
lumut ini berkerabatan dekat dengan tumbuhan berpembuluh dibanding dari kelas lain
pada tumbuhan lumut, gametofitnya berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg
berlekuk, rhizoid berada pada bagian ventral, habitatnya didaerah yg mempunyai
kelembaban tinggi. Cotohnya Anthoceros leavis(Sinudin, 2013).
Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada
spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu
Marchantia polymorpha. Selain itu jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat
digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga memiliki peran
dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang
menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan. Tumbuhan lumut dapat dimanfaatkan
antara lain : Sphagnum sebagai komponen dalam pembentukan tanah gambut yang
bermanfaat untuk mengemburkan medium pada tanaman pot dan dapat digunakan sebagai
bahan bakar.
Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu penelitian yang
menyangkut kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta) diseluruh dunia telah dilakukan.
Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga,
obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui
degradasi lingkungan.
Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes,
Campylopus dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai
indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang
peranan penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan
(Gradstein, 2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang telah
dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-obatan. Berdasarkan
hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina
sebagai bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur (Ding, 1982 dalam Tan 2003).
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun
2. Dapat mencegah erosi: Lumut secara umum
3. Sebagai obat penyakit hati: Marchantia sp
4. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar: Sphagnum
5. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal terbentuk
6. Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi, indikator
pencemaran air dan udara dan indikator deposit mineral (Ahirra, 2014).
BAB III
PENUTUP
Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes on
tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests in
central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Ahira, Anne. 2014. Lumut Tanduk. [http://www.anneahira.com/lumut-tanduk.htm]. diakses
03 Desember 2014.
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003). Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003). Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.
Sainudin, Muhammad. 2013. Metagenesis Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan. Dikutip dari
[http://muhammadsainudinnoor.blogspot.com/2013/01/metagenesis-tumbuhan-lumut-
dan-tumbuhan.html] Diakses pada 30 Oktober 2014.
Saw, J.T and Goffinet, B. 2000. Bryophyte Biology. Cambridge University Press.
Schofield, W.B. 1927. Introduction to Bryology. Departemen of Botany University of
BritishColumbia.
Semple, J. C. 1999. An Introduction to Fungi, Algae, Plants, 2th edition, Pearson Custom
Publising. Halaman 76-83.
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung.
Halaman75-101.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkunganvol:10 no 1, hal :19-25. BidangBotani,
Pusat PenelitianBologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Windadri, F.I dan Siti, S. 2005. Leucobryum dan Potensi Pemanfaatannya; Study Kasus
Masyarakat Lokal di Sekitar Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat dan Hutan
Wisata Alam Bukit Bangkirai Kalimantan Timur. ENVIRO 5 (1): 60-63.