Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

LUMUT

Disusun Oleh :

Kelompok I :
 NABILA SAVIRA USMAN
 NIRWANAH
 DARMI
 HATIJA
 NURLIANA
 RIRIN NURARIANSA
 DIAN AYU LESTARI
 RUSDAYANTI
 ABDUL RAHMAN

KELAS X MIPA 3
SMA NEGERI 8 PINRANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa kerana dengan Rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuaatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan
dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai
jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati,
kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran
yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu, kelembaban
dan cahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan dipengaruhi oleh struktur permukaan
kulit kayu atau tempat tersebut harus lembab dengan intensitas cahaya yang cukup (Ariyanti,
2008).
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada
24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan kondisi
lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan tersebut. Divisi
Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan
240 genus; lumut tanduk (Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies; dan lumut daun(Bryopsida)
memiliki 12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple,1999).
Bryophyta termasuk salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga
merupakan salah satu penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan lumut tersebar luas dan
merupakan kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka hidup di atas tanah, batuan, kayu, dan
kadang – kadang di dalam air. Lumut hati dan lumut daun yang hidup menyendiri biasanya
tidak menarik. Namun dapat tampak bahkan menarik jika tumbuh berkelompok. Pada
umumnya jenis tumbuhan ini kurang beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan
sebagian besar merupakan tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab dan terlindung.
Meskipun demikian, lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida), dapat bertahan hidup
pada musim kering. Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika air tersedia kembali
(Tjitrosomo, 1984).
Kelas Bryopsida terdiri dari ordo Archidiales, Polytrichales, Fissidentales, Dicranales,
Funariales, Eubryales, Isobryales, Buxbaumiales, Hyponobryales dan Tetraphidales
(Eddy,1988). Polytrichales merupakan lumut yang memiliki penyebaran yang luas di dunia
beberapa yang telah dikenali sebanyak 19 genus dan lebih kurang 370 spesies (Schofield,
1927).
Secara ekologis lumut berperan penting di dalam fungsi ekosistem. Seperti lahan
gambut sangat tergantung pada lapisan atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan
lumutsebagai penutup permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi
sertapertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000).
Richardson (1981 cit. Windadri dan Siti, 2005) melaporkan bahwa beberapa
jenisanggota dari marga Polytrichum dimanfaatkan untuk memperindah taman di sekitar pura
Saihoji di kaki Gunung Koinzan di sebelah barat Kyoto. Selain itu Polytrichum digunakan
sebagai indikator terhadap kondisi asam serta memiliki mineral dan unsur hara yang kaya
(Glime dan Saxene, 1991).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan lumut ?
2. Bagaimana siklus pertumbuhan dan perkembangan lumut (Bryophyta) ?
3. Apasaja macam – macam dari lumut (Bryophyta) ?
4. Apakah lumut dapat dimanfaakan dalam kehidupan sehari – hari ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan lumut.
2. Mengetahui siklus pertumbuhan dan perkembangan lumut (Bryophyta)
3. Mengetahui macam-macam lumut (Bryophyta)
4. Mengetahui macam – macam manfaat lumut dalam kehidupan sehari – hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian lumut

Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler.
Lumut dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae)
dengan multisellular mereka rhizoid. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua
lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan
daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam
tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap
kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus
hidup, yaitu.sel haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid)
berumur pendek dan dependen pada atas gametophyte.

Adapun ciri – ciri dari lumut ialah sebagai berikut :


a) Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di berbagai
tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan
banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut.
b) Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan
floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu: Alat
kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermatozoid. Alat
kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum
c) Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu
(Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius).
Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena
adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
d) Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian - bagian :Vaginula
(kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar), Kotak Spora : Kaliptra
(tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk
spora). Spora lumut bersifat haploid.
e) Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut
mengalami duafase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit
(diploid). Alat perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat
perkembangbiakan betina berupa arkegonium.

2.2. Siklus Hidup Lumut


Lumut (dan Bryophyta lain) memiliki satu set kromosom (haploid, beebrapa
kromosom hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode siklus hidup lumut secara
lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini hanya pada sporofit.
Lumut hidup diawali dari sebuah spora haploid, yang bertunas untuk
memproduksi sebuah protonema, yang menumpuk filamen atau thalloid (flat dan seperti
thallus ).Ini merupakan tingkatan sementara dalam hidup lumut. Dari protonema tumbuh
gametophore yang dideferensiasi menjadi tangkai dan akar/ leaves (mikrofil).Dari
tangkai atau cabang berkembang organ sex lumut.Organ betina disebut archegonia
(archegonium) dan terlindungi oleh kumpulan tangkai yang termodifikasi yang disebut
perichaetum (plural, perichaeta). Archegonia memiliki leher disebut venter dimana
sperma jantan turun. Organ jantan disebut antheridia (singular antheredium) dan tertutup
oleh modifikasi tangkai disebut perigonium (plural, perigonia).Lumut bisa menjadi
dioicous atau monoicous.Pada lumut dioicous, kedua organ sex, jantan dan betina
terlahir pada gametofit tanaman. Pada monoicous (juga disebut autoicous) lumut, mereka
terlahir pada tanaman yang sama. Pada pengairan, sperma dari antheridia berjalan ke
archegonia dan terjadi fertilisasi, mengawali produksi sporofit diploid. Sperma lumut
adalah biflagellate, mereka memiliki dua flagella yang membantu sebagai daya
pendorong.Tanpa air, fertilisasi tidak dapat terjadi. Setelah fertilisasi, sporofit mandul
didorong keluar dari archegonial venter. Ini membutuhkan kira-kira seperempat sampai
setengah tahun untuk sporofit untuk matang. Badan sporofit terdiri dari gagang panjang,
disebut seta, dan capsule disebut operculum. Kapsul dan operculum terlapisi oleh
kaliptra yang merupakan sisa archegonial venter. Kaliptra biasanya mengecil/berkurang
ketika kapsul matang. Di dalam kapsul, sel-sel pereproduksi spora mengalami meiosis
untuk membentuk spora haploid, dimana siklus dapat berjalan lagi. Mulut capsule
biasanya dikelilingi oleh set gigi disebut peristome. Ini mungkin tidak terjadi pada
beberapa lumut.Pada beberapa lumut, struktur vegetatif hijau disebut gemmae yang
diproduksi pada tangkai atau cabang, yang bisa merusak dan membentuk kembali
tanaman tanpa perlu melalui fertilisasi.Ini disebut dengan reproduksi asexual.
2.3. Perkembangan Lumut
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang
kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan
protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil.
Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi
tumbuhan lumutnya. Tubuh tumbuhan lumut berupa tallus seperti lembaran-lembaran
daun (hepaticae), atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang dan
daun-daunnya (pada musci), tetapi padanya belum terdapat akar yang sesungguhnya,
melainkan hanya rizoid-rizoid yang berbentuk benang-benang atau kadang-kadang
memang telah menyerupai akar. Pada tumbuhan inilah dibentuk gametangium. Setelah
sel telur dibuahi oleh spermatozoid yang bentuknya seperti spiral atau alat pembuka
gabus tutup botol dengan dua bulu cambuk itu, maka zigot tidak memerlukan waktu
istirahat dulu tetapi terus berkembang menjdi embrio yang diploid. Bagian bawah
embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke jaringan lumut yang lebih dalam dan
berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan suatu
badan yang bulat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti telah telah
disebut di atas disebut sporogonium.
Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh sebab itu bagian tersebut juga
disebut kapsul spora. Kapsul spora juga dianggap sinonim dengan sporogonium karena
leher arkegonium amat sempit, maka sporogonium tidak dapat menembusnya dan bekas
dinding arkegonium ikut terangkat dan merupakan tudung capsule spora. Mengingat
bentuknya seperti tudung akar, pada ujung akar dan mungkin juga mempunyai fungsi
yang sama sebagai pelindung, maka bekas dinding arkegonium itu juga dinamakan
kaliptra. Jaringan dalam Kapsul spora dinamakan arkespora. Arkespora membentuk sel
induk spora, dan dari satu sel induk spora dengan pembelahan reduksi terjadilah 4 spora
yang berkelompok merupakan tetrade. Seringkali pada pembentukan spora itu ditentukan
pula jenis kelaminnya. Dari spora itu, bergantung pada macam sporanya, akan utmbuh
lumut yang berumah satu atau berumah dua. Spora itu membulat sebelum terpisah-pidah
dan terlepas dari capsule spora.
Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi
seksualnya denganmembentuk gamet – gamet, baik gamet jantan maupun gamet betina
yang dibentuk dalam gametofit.
Ada 2 macam gametangium, yaitu sebagai berikut:
1. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol
dengan bagian lebar yang disebut perut, bagian yang sempit disebut leher.
2. Anteredium adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat seperti gada.
Dinding anteredium terdiri dari selapis sel sel yang mandul dan
didalamnya terdapat sejumlah sel induk spermatozoid.

2.4. Macam – Macam Lumut


2.4.1. Lumut hati (Hepaticeae)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah,
pohon atau tebing. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak
lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal
ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan
kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta.Lumut hati
beranggota lebih dari 6000 spesies.Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan
menyerap zat-zat makanan.Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara
vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk
gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan Lunulari.

Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati.
Siklus hiduplumut ini mirip dengan lumut daun. Di dalam spongaria terdapat sel
yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka,
sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan
reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan
struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati lainnya adalah
Marchantia polymorpha dan Porella.
Adapun ciri – ciri dari lumut hati, yaitu : tubuhnya masih berupa talus dan
mempunyai rhizoid, gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yang
berbentuk seperti payung, sporofit pertumbuhannnya terbatas karena tidak
mempunyai jaringan meristematik, berkembangbiak secara generatif dengan oogami,
dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup, habitatnya ditempat
lembab.
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati terbagi dua jenis,yaitu lumut hati
bertalus dan lumut hati berdaun. Menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas dorsal
berbeda dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada
tiga deret pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada
/pada jenis terletak pada bagian terminal, sporogonium sederhana tersusun atas
bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul
tidak menentu dan tidak teratur. Seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai
rusuk ditengah mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala
dengan tepi yang bergigi, yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau
mangkok. Kemudian puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah
terlepas oleh air hujan.

Perkembangbiakan
Secara aseksual, menggunakan spora dan tunas, secara seksual, ex:
Maechantia. Anteridium terpancang pada permukaaan atas, bentuknya seperti
cakram.Dasar bunga betina agak melebar dan membentuk paying, dengan cuping
berbentuk jari, umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara
cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah. Anteridium merekah mengeluarkan
sperma menuju ke arkegonium. Generasi sporofit dari telur yang sudah dibuahi
(zigot). Zigot membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari
embrio membentuk kaki masuk kejaringan reseptakel.Bagian terbesar dari janin
membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki zona yang terdiri dari sel-sel
yang disebut tangkai.Kapsul berisi sel induk spora yang berkelompok (elater) yaitu
benang-benang memanjang dengan dinding bagian dalam terpilin.Setelah miosis
terbentuklah tetraspora, tangkainya yang memanjang arkegonium yang melebar jadi
pecah dan kapsul jadi terdorong ke bawah.Kapsul lalu mongering dan terbuka
memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul dibantu dengan adanya elater yang
sifatnya higroskopik.Akibat mengeringnya kapsul elater menggulung, menjadi
kering dan mengadakan gerakan sentakan yang melempar spora ke udara.

2.2.2. Lumut Daun/Musci


Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah-tanah gundul yang periodik
mengalami masa kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun dapat tumbuh.
Selanjutnya lumut-lumut itu dapat kita jumpai di antara rumput-rumput, di atas batu-
batu cadas, pada batang dan cabang-cabang pohon, di rawa-rawa tetapi jarang di air.
Bryopsida merupakan class lumut terbesar, terdiri 95% dari seluruh spesies lumut,
kira-kira 9.500 spesies. Kelompok ini terkenal dengan memilikinya spore capsules
dengan gigi yaitu Arthrodontous; yang terpisah dari lainnya dan tergabung di dasar
dimana mereka mengikat untuk membuka capsule. Gigi ini mengemuka saat penutup
operculum jatuh. Pada kelompok lumut lain, capsule adalah nematodontous dengan
operculum terikat, atau lainnya membuka tanpa operculum atau gigi.

Susunan tubuh lumut daun pada substrat dengan menggunakan rizoid yang
multiseluler yang dapat bercabang-cabang. Mempunyai daun yang berusuk dan
tersusun dalam 3-8 deret pada sumbunya. Sumbu (batang) pada lumut daun biasanya
menunjukkan deferensiasi menjadi epidermis, korteks, dan silinder pusat. Lumut daun
banyak terdapat di tempat-tempat yang lembab, yang mempunyai struktur seperti akar
yang disebut dengan rizoid dan struktur seperti daun. Siklus hidup lumut mengalami
pergantian antara generasi haploid dengan diploid. Sporofit pada umumnya lebih
kecil, berumur pendek dan hidup tergantung pada gametofit.
Perkembangbiakan, alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada
ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun yang letaknya paling atas. Daun-
daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus dan seperti
pada jungermaniales juga dinamakan Periantum. Alat-alat kelamin itu dikatakan
bersifat banci atau berumah satu, jika dalam kelompok itu terdapat kumpulan
arkegonium dan anteridium terpisah tempatnya. Diantara alat-alat kelamin dalam
kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri dari banyak sel
dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada tubuh buah fungi rambut-rambut
steril itu dinamakan Parafisis.
2.4.3. Lumut tanduk (Anthocerotaceae)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya
berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup
di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati.
Contohnya Anthocerros sp. Lumut tanduk memiliki ciri-ciri seperti: tubuhnya mirip
lumut hati, tapi berbeda pada sporofitnya, berdasarkan analisis asam nukleat, ternyata
lumut ini berkerabatan dekat dengan tumbuhan berpembuluh dibanding dari kelas lain
pada tumbuhan lumut, gametofitnya berupa talus yg lebar dan tipis dgn tepi yg
berlekuk, rhizoid berada pada bagian ventral, habitatnya didaerah yg mempunyai
kelembaban tinggi. Cotohnya Anthoceros leavis(Sinudin, 2013).

2.5. Manfaat lumut

Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam kehidupan manusia, tetapi ada
spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu
Marchantia polymorpha. Selain itu jenis – jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat
digunakan sebagai pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga memiliki peran
dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang
menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan. Tumbuhan lumut dapat dimanfaatkan
antara lain : Sphagnum sebagai komponen dalam pembentukan tanah gambut yang
bermanfaat untuk mengemburkan medium pada tanaman pot dan dapat digunakan sebagai
bahan bakar.
Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu penelitian yang
menyangkut kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta) diseluruh dunia telah dilakukan.
Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga,
obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui
degradasi lingkungan.
Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut adalah Calymperes,
Campylopus dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991 dalam Tan, 2003). Selain sebagai
indikator lingkungan, keberadaan lumut di dalam hutan hujan tropis sangat memegang
peranan penting sebagai tempat tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan
(Gradstein, 2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca. Hal lain yang telah
dilakukan dengan lumut ini adalah menggunakannya sebagai bahan obat-obatan. Berdasarkan
hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina
sebagai bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur (Ding, 1982 dalam Tan 2003).
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai media tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun
2. Dapat mencegah erosi: Lumut secara umum
3. Sebagai obat penyakit hati: Marchantia sp
4. Sebagai bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar: Sphagnum
5. Sebagai vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal terbentuk
6. Lumut tanduk dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi, indikator
pencemaran air dan udara dan indikator deposit mineral (Ahirra, 2014).
BAB III

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang


tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi
lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayulapuk, serasah, tanah dan batuan.
Faktorlingkungan yang mempengaruhi kehidupannya seperti, suhu, kelembaban
dancahaya.Macam-macam lumut ialah lumut daun/musci, Lumut hati (Hepaticeae) dan
Lumut tanduk (Anthocerotaceae).Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan
aseksualnya, reproduksi aseksualnyadengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit,
sedangkan reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet, baik gamet jantan
maupun gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008. Bryophytes on
tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao agroforests in
central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological Conservation.
Ahira, Anne. 2014. Lumut Tanduk. [http://www.anneahira.com/lumut-tanduk.htm]. diakses
03 Desember 2014.
Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno, A. (2003). Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy), Menuju
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Gradstein, S.R. (2003). Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional Training
Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens. Bogor.
Indonesia.
Glime, J.M and Saxena, D.1991. Uses of Bryophytes. Jawahar Offset Press
Daryaganj.NewDelhi.
Sainudin, Muhammad. 2013. Metagenesis Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan. Dikutip dari
[http://muhammadsainudinnoor.blogspot.com/2013/01/metagenesis-tumbuhan-lumut-
dan-tumbuhan.html] Diakses pada 30 Oktober 2014.
Saw, J.T and Goffinet, B. 2000. Bryophyte Biology. Cambridge University Press.
Schofield, W.B. 1927. Introduction to Bryology. Departemen of Botany University of
BritishColumbia.
Semple, J. C. 1999. An Introduction to Fungi, Algae, Plants, 2th edition, Pearson Custom
Publising. Halaman 76-83.
Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung.
Halaman75-101.
Windadri, F. I. 2009.Keanekaragaman Lumut di Resort Karang Rajang, Taman Nasional
Ujung Kulon Banten.Jurnal Teknik Lingkunganvol:10 no 1, hal :19-25. BidangBotani,
Pusat PenelitianBologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Windadri, F.I dan Siti, S. 2005. Leucobryum dan Potensi Pemanfaatannya; Study Kasus
Masyarakat Lokal di Sekitar Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat dan Hutan
Wisata Alam Bukit Bangkirai Kalimantan Timur. ENVIRO 5 (1): 60-63.

Anda mungkin juga menyukai