0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
49 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas konsep pendidikan berbasis Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam dalam menyikapi westernisasi bagi generasi anak bangsa di era globalisasi dan modernisasi. Metode pendidikan yang dijelaskan dalam kitab tersebut meliputi mendidik dengan keteladanan, kebiasaan, nasehat, perhatian/pengawasan, dan hukuman. Tujuannya adalah membentuk akhlak mulia, iman yang kuat, dan identitas kebangsaan anak bangsa dalam menghad
Deskripsi Asli:
Judul Asli
KONSEP PENDIDIKAN BERBASIS KITAB TARBIYATUL AULAD FIL ISLAM DALAM MENYIKAPI WESTERNISASI BAGI GENERASI ANAK BANGSA DI ERA GLOBALISASI DAN MODERENISASI (1)
Dokumen ini membahas konsep pendidikan berbasis Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam dalam menyikapi westernisasi bagi generasi anak bangsa di era globalisasi dan modernisasi. Metode pendidikan yang dijelaskan dalam kitab tersebut meliputi mendidik dengan keteladanan, kebiasaan, nasehat, perhatian/pengawasan, dan hukuman. Tujuannya adalah membentuk akhlak mulia, iman yang kuat, dan identitas kebangsaan anak bangsa dalam menghad
Dokumen ini membahas konsep pendidikan berbasis Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam dalam menyikapi westernisasi bagi generasi anak bangsa di era globalisasi dan modernisasi. Metode pendidikan yang dijelaskan dalam kitab tersebut meliputi mendidik dengan keteladanan, kebiasaan, nasehat, perhatian/pengawasan, dan hukuman. Tujuannya adalah membentuk akhlak mulia, iman yang kuat, dan identitas kebangsaan anak bangsa dalam menghad
KONSEP PENDIDIKANBERBASIS KITAB TARBIYATUL AULAD FIL
ISLAM DALAM MENYIKAPI WESTERNISASI BAGI GENERASI ANAK
BANGSA DI ERA GLOBALISASI DAN MODERENISASI Akhmad Rizkhi Ridhani rizkhi.ridhani@gmail.com Nomer Hp. 0853-9188-1999 Mahasiswa Pasca Sarjana (S2 Bimbingan dan Konseling) Unnes
Teknologi dan informasi terus berkembang seiring perkembangan zaman
yang memasuki era globalisasi dan moderenisasi. Kemajuan teknologi dan informasi ini memberikan sumbangsi besar (dampak positif) bagi peradapan anak bangsa di zaman sekarang dengan adanya berbagai macam teknologi canggih dan mutakhir memudahkan anak bangsa dalam mengakses berbagai informasi- informasi yang ia butuhkan. Namun tidak dapat kita pungkiri dari kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi dan moderenisasi ini juga mempunyai sumbangsi besar (dampak negatif), yakni mudahnya masuk budaya barat untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (cara berpakaian, cara berkomunikasi, cara berinteraksi, dll), serta akibat dari kemajuan teknologi dan informasi ini menjadikan anak apatis (tidak peduli) terhadap lingkungan sekitarnya, karena asik bermain game online, sibuk berseluncur di dunia maya (browshing, facebook, BBM, line, path, dll ), dan belum lagi masalah-masalah yang dapat merusak moral dan nilai-nilai luruh anak bangsa yang secara tidak langsung anak memperoleh pendidikan yang kurang baik seperti halnya; tayang kekerasan di televisi, video dan majalah porno yang menyebabkan anak terjerumus kedalam perzinahan karena ingin mencoba, dan lain sebagainya. Ketika anak menjauhkan diri dari kemajuan teknologi (pemanfaatan yang bersifat positif) agar terhidar dari berbagai hal yang dapat membuatnya tidak bermoral, anak tersebut di justifikasi sebagai anak yang tidakkekinian (tidak mengikuti zaman). Sungguh miris hati para orang tua dan tenaga pendidik ketika generasi anak bangsa terjerumus kemasalah yang tidak dihendaki ini. Omika dalam blog-nya menulis westernisasi adalah sikap meniru dan menerapkan unsur kebudayaan Barat apa adanya tanpa diseleksi. Berlangsungnya westernisasi melalui interaksi sosial yang berupa kontak sosial langsung ataupun tidak langsung. Westernisasi dapat berlangsung terutama melalui media cetak dan elektronik, seperti buku, majalah, televisi, video dan internet.Westernisasi dapat berlangsung pada setiap generasi baik anak-anak, remaja ataupun orang tua yang kurang peka terhadap nilai kepribadian bangsa Indonesia. Westernisasi di kalangan remaja berlangsung lebih intensif sebab pada usia itu, secara psikologis remaja sedang dalam proses mencari nilai yang dianggap lebih baik.Negara- negara Barat memang lebih maju, tetapi tidak semua kemajuan harus diserap atau cocok diterapkan di Indonesia. Hal itu bukan berarti semua unsur budaya Barat ditolak untuk berkembang di Indonesia, tetapi harus diseleksi dan disesuaikan dengan nilai-nilai kepribadian anak bangsa Indonesia. Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam karianya berjudul “Tarbiyatul Aulad Fil Islam” yang diterjamahkan oleh hakim dan halim dalam buku berjudul “Pendidikan Anak dalam Islam”, menawarkan suatu pendekatan dalam dunia pendidikan berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah Rasullullah SAW dalam menghadapi westerniasi (gaya meniru dan menerapkan budaya kebarat-baratan) akibat dari dampak negatif era globalisasi dan moderenisasi. Dalam bukunya tersebut ia menjelaskan bagaimana metode dan sarana pendidikan yang berpengaruh pada anak dalam menyikapi westernisasi yakni: (1) mendidik dengan keteladanan, (2) mendidik dengan kebiasaan, (3) mendidik dengan nasehat, (4) mendidik dengan perhatian/ pengawasan, dan yang ke (5) mendidik dengan hukuman. Mendidik dengan keteladanan, keteladananan dalam mendidik adalah salah satu alternatif dari sekian banyak alternatif yang efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya untuk menghadapi masalah westernisasi di era globalisasi dan moderenisasi saat ini. Orang tua, anggota keluarga, para pendididk harus memberikan tampilan-tampilan yang bersifat positif agar anak meniru gaya di sekitar ruang lingkup kehidupannya seperti: cara berpakaian, cara berinteraksi sesama manusia, cara berinteraksi dengan tuhanya (sholat, berzikir, membacara al-Qur’an dll). Hal ini dilakukan karena pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh yang baik di mata mereka. Mendidik dengan kebiasaan, telah ditetapkan dalam syariat islam bahwa ketika anak dilahirkan kedunia maka anak tersebut dalam kondisi fitrah:bertauhid yang murni, agama yang lurus (agama Allah/ Islam), dan iman kepada Allah. Dari sini tiba masanya pembiasaan, pendiktian, dan pendisplinan mengambil peranan pentingnya dalam proses pertumbuhan naka dan memperkuat ketauhidtan yang murni, penanaman nilai-nilai akhlak yang mulia, jiwa yang agung, dan etika syariat yang lurus di jalan yang Allah SWT tetapkan. Ketika anak tumbuh dalam pendidikan islam yang luhur (penanaman nilai-nilai akhlak mulia, penanaman ketauhidtan yang kuat, serta penanaman etika syariat yang lurus) dan faktor lingkungan yang kondusif (lahir di dalam keluarga yang beragama Islam), sudah dapat dipastikan anak tersebut akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak islam, serta mencapai puncak keagungan jiwa dan pibadi yang mulia. Mendidik dengan nasehat, satu lagi metode pendidikan yang efektif dalam membentuk keimanan anak, akhlakm mental dan sosialnya adalah menggunakan metode nasehat. Nasehat memiliki pengaruh yang amat besar juga untuk membuat anak mengerti tetang hakikat sesuatu dan memberikanya kesadaran tentang prinsip-prinsip islam. Beberapa metode yang digunakan oleh Rasullullah SAW yang terbaik dalam menyampaikan nasehat yakni: (1) metode berkisah, (2) metode dialog dan bertanya (menuntut jawaban), (3) memulai penyampaian nasehat dengan sumpah atas nama Allah SWT untuk menekankan bahwa nasehat itu amat sangat penting, (4) menyisipkan nasehat dengan canda, (5) mengatur pemberian naseheat untuk menghindari rasa bosan, (6) menyampaikan nasehat dengan contoh, (7) menyampaikan nasehat dengan peragaan tangan, (8) menyampaikan nasehat dengan media gambar, dan lain sebagainya. Mendidik dengan perhatian/ pengawasan, maksudnya mengikuti perkembangan anak serta mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak, mental, dan sosialnya, terus memperhatikan keadaanya dalam pendidikan fisik dan intelektualnya. Dengan cara ini dianggap sebagai salah satu dari metode yang kuat dalam membentuk manusia yang seimbang, yaitu memberikan semua haknya sesuai dengan porsinya masing-masing, yang sanggup mengemban semua tanggung jawab yang harus dipikulnya, yang melakukan semua kewajibannya, dan yang terbentuk menjadi muslim hakiki sebagai batu pertama untuk membangun fondasi islam yang kokoh, yang denganya akan terwujud kemulia islam. Mendidik dengan hukuman, hukuman yang diberikan kepada anak tentu berbeda dengan cara menghukum orang dewasa karena tergantung kepada usianya, pengetahuannya, strata sosialnya. Diantara mereka ada yang cukup dengan nasihat yang lembut, ada yang harus diberikan teguran keras, ada juga yang tidak mempan kecuali dengan pukulan tongkat, ada juga yang baru jera ketika dipenjarakan, dan sebagainya. Sedangkan hukuman yang diterapkan pendidik di rumah atau sekolah, tentu berbeda secara kuantitas, kualitas, dan caranya menghukum yang diterapkan negera kepada masyarakat. Berikut ini cara yang diajarkan islam dalam memberi hukuman kepada anak: (1) bersikap lemah lembut adalah hal yang pokok dalam memperlakukan anak, (2) memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan dalam memberikan hukuman karena anak-anak memiliki kecerdasan dan respons yang berbeda-beda, sebagaimana berbedanya watak antara satu pribadi dengan yang lain, (3) memberi hukuman secara bertahap, dari yang ringan sampai yang keras, (4) menunjukan kesalahan dengan mengerahkannya, (5) menunjukan kesalahan dengan sikap lemah lembut, (6) menunjukan kesalahan dengan isyarat, (7) menunjukan kesalhan dengan menegur, dan lain sebagainya. Jika pendidik melihat bahwa anak setelah diberikan hukuman telah membaik, maka pendidik harus mengubah sikapnya menjadi baik, lemah lembut, dan penuh senyum. Pendidik harus menunjukan bahwa hukuman tersebut diberikan karena semata-mata demi kebaikan anak sendiri di dunia dan akhirat.