Anda di halaman 1dari 3

KONSEP PENDIDIKANBERBASIS KITAB TARBIYATUL AULAD FIL

ISLAM DALAM MENYIKAPI WESTERNISASI BAGI GENERASI ANAK


BANGSA DI ERA GLOBALISASI DAN MODERENISASI
Akhmad Rizkhi Ridhani
rizkhi.ridhani@gmail.com
Nomer Hp. 0853-9188-1999
Mahasiswa Pasca Sarjana (S2 Bimbingan dan Konseling) Unnes

Teknologi dan informasi terus berkembang seiring perkembangan zaman


yang memasuki era globalisasi dan moderenisasi. Kemajuan teknologi dan
informasi ini memberikan sumbangsi besar (dampak positif) bagi peradapan anak
bangsa di zaman sekarang dengan adanya berbagai macam teknologi canggih dan
mutakhir memudahkan anak bangsa dalam mengakses berbagai informasi-
informasi yang ia butuhkan. Namun tidak dapat kita pungkiri dari kemajuan
teknologi dan informasi di era globalisasi dan moderenisasi ini juga mempunyai
sumbangsi besar (dampak negatif), yakni mudahnya masuk budaya barat untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (cara berpakaian, cara berkomunikasi,
cara berinteraksi, dll), serta akibat dari kemajuan teknologi dan informasi ini
menjadikan anak apatis (tidak peduli) terhadap lingkungan sekitarnya, karena asik
bermain game online, sibuk berseluncur di dunia maya (browshing, facebook,
BBM, line, path, dll ), dan belum lagi masalah-masalah yang dapat merusak moral
dan nilai-nilai luruh anak bangsa yang secara tidak langsung anak memperoleh
pendidikan yang kurang baik seperti halnya; tayang kekerasan di televisi, video
dan majalah porno yang menyebabkan anak terjerumus kedalam perzinahan
karena ingin mencoba, dan lain sebagainya. Ketika anak menjauhkan diri dari
kemajuan teknologi (pemanfaatan yang bersifat positif) agar terhidar dari berbagai
hal yang dapat membuatnya tidak bermoral, anak tersebut di justifikasi sebagai
anak yang tidakkekinian (tidak mengikuti zaman). Sungguh miris hati para orang
tua dan tenaga pendidik ketika generasi anak bangsa terjerumus kemasalah yang
tidak dihendaki ini.
Omika dalam blog-nya menulis westernisasi adalah sikap meniru dan
menerapkan unsur kebudayaan Barat apa adanya tanpa diseleksi. Berlangsungnya
westernisasi melalui interaksi sosial yang berupa kontak sosial langsung ataupun
tidak langsung. Westernisasi dapat berlangsung terutama melalui media cetak dan
elektronik, seperti buku, majalah, televisi, video dan internet.Westernisasi dapat
berlangsung pada setiap generasi baik anak-anak, remaja ataupun orang tua yang
kurang peka terhadap nilai kepribadian bangsa Indonesia. Westernisasi di
kalangan remaja berlangsung lebih intensif sebab pada usia itu, secara psikologis
remaja sedang dalam proses mencari nilai yang dianggap lebih baik.Negara-
negara Barat memang lebih maju, tetapi tidak semua kemajuan harus diserap atau
cocok diterapkan di Indonesia. Hal itu bukan berarti semua unsur budaya Barat
ditolak untuk berkembang di Indonesia, tetapi harus diseleksi dan disesuaikan
dengan nilai-nilai kepribadian anak bangsa Indonesia.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam karianya berjudul “Tarbiyatul Aulad Fil
Islam” yang diterjamahkan oleh hakim dan halim dalam buku berjudul
“Pendidikan Anak dalam Islam”, menawarkan suatu pendekatan dalam dunia
pendidikan berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah Rasullullah SAW dalam
menghadapi westerniasi (gaya meniru dan menerapkan budaya kebarat-baratan)
akibat dari dampak negatif era globalisasi dan moderenisasi. Dalam bukunya
tersebut ia menjelaskan bagaimana metode dan sarana pendidikan yang
berpengaruh pada anak dalam menyikapi westernisasi yakni: (1) mendidik dengan
keteladanan, (2) mendidik dengan kebiasaan, (3) mendidik dengan nasehat, (4)
mendidik dengan perhatian/ pengawasan, dan yang ke (5) mendidik dengan
hukuman.
Mendidik dengan keteladanan, keteladananan dalam mendidik adalah salah
satu alternatif dari sekian banyak alternatif yang efektif dan berhasil dalam
mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya untuk
menghadapi masalah westernisasi di era globalisasi dan moderenisasi saat ini.
Orang tua, anggota keluarga, para pendididk harus memberikan tampilan-tampilan
yang bersifat positif agar anak meniru gaya di sekitar ruang lingkup kehidupannya
seperti: cara berpakaian, cara berinteraksi sesama manusia, cara berinteraksi
dengan tuhanya (sholat, berzikir, membacara al-Qur’an dll). Hal ini dilakukan
karena pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh
yang baik di mata mereka.
Mendidik dengan kebiasaan, telah ditetapkan dalam syariat islam bahwa
ketika anak dilahirkan kedunia maka anak tersebut dalam kondisi fitrah:bertauhid
yang murni, agama yang lurus (agama Allah/ Islam), dan iman kepada Allah. Dari
sini tiba masanya pembiasaan, pendiktian, dan pendisplinan mengambil peranan
pentingnya dalam proses pertumbuhan naka dan memperkuat ketauhidtan yang
murni, penanaman nilai-nilai akhlak yang mulia, jiwa yang agung, dan etika
syariat yang lurus di jalan yang Allah SWT tetapkan. Ketika anak tumbuh dalam
pendidikan islam yang luhur (penanaman nilai-nilai akhlak mulia, penanaman
ketauhidtan yang kuat, serta penanaman etika syariat yang lurus) dan faktor
lingkungan yang kondusif (lahir di dalam keluarga yang beragama Islam), sudah
dapat dipastikan anak tersebut akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki
akhlak islam, serta mencapai puncak keagungan jiwa dan pibadi yang mulia.
Mendidik dengan nasehat, satu lagi metode pendidikan yang efektif dalam
membentuk keimanan anak, akhlakm mental dan sosialnya adalah menggunakan
metode nasehat. Nasehat memiliki pengaruh yang amat besar juga untuk membuat
anak mengerti tetang hakikat sesuatu dan memberikanya kesadaran tentang
prinsip-prinsip islam. Beberapa metode yang digunakan oleh Rasullullah SAW
yang terbaik dalam menyampaikan nasehat yakni: (1) metode berkisah, (2)
metode dialog dan bertanya (menuntut jawaban), (3) memulai penyampaian
nasehat dengan sumpah atas nama Allah SWT untuk menekankan bahwa nasehat
itu amat sangat penting, (4) menyisipkan nasehat dengan canda, (5) mengatur
pemberian naseheat untuk menghindari rasa bosan, (6) menyampaikan nasehat
dengan contoh, (7) menyampaikan nasehat dengan peragaan tangan, (8)
menyampaikan nasehat dengan media gambar, dan lain sebagainya.
Mendidik dengan perhatian/ pengawasan, maksudnya mengikuti
perkembangan anak serta mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak,
mental, dan sosialnya, terus memperhatikan keadaanya dalam pendidikan fisik
dan intelektualnya. Dengan cara ini dianggap sebagai salah satu dari metode yang
kuat dalam membentuk manusia yang seimbang, yaitu memberikan semua haknya
sesuai dengan porsinya masing-masing, yang sanggup mengemban semua
tanggung jawab yang harus dipikulnya, yang melakukan semua kewajibannya,
dan yang terbentuk menjadi muslim hakiki sebagai batu pertama untuk
membangun fondasi islam yang kokoh, yang denganya akan terwujud kemulia
islam.
Mendidik dengan hukuman, hukuman yang diberikan kepada anak tentu
berbeda dengan cara menghukum orang dewasa karena tergantung kepada
usianya, pengetahuannya, strata sosialnya. Diantara mereka ada yang cukup
dengan nasihat yang lembut, ada yang harus diberikan teguran keras, ada juga
yang tidak mempan kecuali dengan pukulan tongkat, ada juga yang baru jera
ketika dipenjarakan, dan sebagainya. Sedangkan hukuman yang diterapkan
pendidik di rumah atau sekolah, tentu berbeda secara kuantitas, kualitas, dan
caranya menghukum yang diterapkan negera kepada masyarakat. Berikut ini cara
yang diajarkan islam dalam memberi hukuman kepada anak: (1) bersikap lemah
lembut adalah hal yang pokok dalam memperlakukan anak, (2) memperhatikan
karakter anak yang melakukan kesalahan dalam memberikan hukuman karena
anak-anak memiliki kecerdasan dan respons yang berbeda-beda, sebagaimana
berbedanya watak antara satu pribadi dengan yang lain, (3) memberi hukuman
secara bertahap, dari yang ringan sampai yang keras, (4) menunjukan kesalahan
dengan mengerahkannya, (5) menunjukan kesalahan dengan sikap lemah lembut,
(6) menunjukan kesalahan dengan isyarat, (7) menunjukan kesalhan dengan
menegur, dan lain sebagainya. Jika pendidik melihat bahwa anak setelah diberikan
hukuman telah membaik, maka pendidik harus mengubah sikapnya menjadi baik,
lemah lembut, dan penuh senyum. Pendidik harus menunjukan bahwa hukuman
tersebut diberikan karena semata-mata demi kebaikan anak sendiri di dunia dan
akhirat.

Anda mungkin juga menyukai