M WISNU DWIMAHATMA
MANAJEMEN
22012010471@student.upnjatim.ac.id.
ABSTRACT
Manners are behaviors that are performed by someone accidentally and are performed
repeatedly. Behavior is sometimes good character and sometimes bad character. In Islam,
morality occupies a central position as a supporter of faith and Syariah. Aqidah as the basis of
Islam and Sharia as rules related to Allah and creatures will not work well if they are not
supported by morality itself. This article aims to descriptively examine the urgency of Islamic
moral education in the global age and the solutions to overcome it. Many facts have been
revealed about the low morals of the society, raising concerns about the loss of national
identity. The clues that emerge are widespread fraud, criminality, prostitution, pornography,
human trafficking, the spreading of hoaxes, and various other forms of violation of social
ethics. Rapid advances in information and communication technology add to the difficulty of
filtering out foreign cultures that are irrelevant to the character of the Indonesian nation. The
way to anticipate it is to strengthen internal morality, in the form of more intensive Islamic
moral education.
ABSTRAK
Akhlak adalah perilaku yang dilakukan secara tidak sengaja dan berulang-ulang. Perilaku
tersebut dapat berupa karakter baik dan perilaku buruk. Dalam Islam, akhlak harus memiliki
posisi sentral, yaitu sebagai pendukung akidah dan syariah. Aqidah sebagai dasar Islam dan
syariat sebagai aturan dalam hubungan dengan Allah dan makhluk tidak akan berjalan dengan
baik jika tidak didukung oleh akhlak itu sendiri. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
secara deskriptif urgensi pendidikan akhlak Islam di era globalisasi dan solusinya. Banyak
fakta yang terungkap tentang rendahnya moral masyarakat menimbulkan kekhawatiran akan
hilangnya jati diri bangsa. Petunjuk yang terlihat adalah penipuan, kejahatan, prostitusi,
pornografi, perdagangan manusia, penyebaran hoax dan berbagai bentuk pelanggaran etika
sosial yang meluas. Pesatnya kemajuan teknologi menambah sulitnya menyisihkan budaya
luar yang tidak terkait dengan karakter bangsa Indonesia. Cara memprediksi ini
membutuhkan penguatan moral batin, berupa pendidikan moral Islam yang lebih intensif.
Saat ini muncul berbagai gejala negatif yang menimbulkan persoalan dalam
keluarga, masyarakat, dan negara, seperti kenakalan remaja, kerusuhan pelajar, dan
korupsi pejabat. Penelantaran anak oleh orang tua terutama dalam bidang
perkembangan moral merupakan salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Pertumbuhan moral adalah permata hidup yang mengubah hewan menjadi manusia.
1
Azyumardi Azra, “Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru” (Jakarta:
Logos, 1999).
Seseorang yang tidak bermoral kehilangan martabat kemanusiaannya sebagai ciptaan
yang mulia secara alami dan berperilaku sebagai hamba dan khalifah Allah di muka
bumi. Akibatnya, prinsip-prinsip moral harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini
melalui keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan resmi, seperti sekolah.
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN MASALAH
2
N Daldjoeni, Pedesaan, Lingkungan Dan Pembangunan (Bandung: Alumni, 1989). hlm. 3-38.
1. Pengertian akhlak, etika dan moral
Akar kata "akhlaq" dalam bahasa Arab adalah "khuluqun", yang berarti
"karakter", "watak atau perilaku", "kesopanan", "tata krama", dan "perbuatan". Selain
itu, kata "moralitas" berasal dari kata Arab "khalaqa" atau "khalaqun", yang berarti
"peristiwa", dan terkait erat dengan kata Arab "Khaliq", yang berarti "penciptaan,
perbuatan, atau tindakan". Contohnya adalah kata "al-khaliq" untuk "pencipta" dan
"makhluq" untuk "diciptakan".
Secara linguistik, “akhlak” berasal dari Arab, yakni isim masdar yaitu bentuk
infinitif dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, menurut jangkauan (wazan) tsulasi
majid af’ala yuf’ ilu if’alan berarti alsajiyah (berperilaku baik), ath-thabi'ah
(perilaku, kepribadian, sifat dasar), al-adat (kelaziman, kebiasaan), al-maru'ah (adab
yang baik) dan ad-din (guru agama). Selain itu akhlaq isim masdar yang berasal dari
kata akhlaqa, yakni ikhlak. Dalam kaitan ini dikemukakan bahwa secara linguistik
akhlak adalah isim jamid atau isim ghair mustaq, yakni isim tanpa akar. Menurut
pengertian umum, akhlak dapat disamakan dengan etika atau nilai-nilai moral
Dari beberapa pengertian tadi, jelaslah bahwa akhlak adalah tingkah laku atau
sikap yang tertanam kuat dalam jiwa manusia, menyebabkan manusia bertindak
secara spontan dan tanpa ragu-ragu, serta dilakukan secara berulang-ulang yang
nantinya akan mengarah pada kebaikan atau keburukan. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya : “Dia yang memiliki iman yang sempurna adalah salah satu yang
menjadi karakter orang dengan akhlak terbaik.” (HR, Tirmidzi).3
Sementara itu, para ahli menyatakan bahwa kebiasaan merupakan dasar atau
landasan moralitas. Dievaluasi sesuai dengan standar yang terdapat dalam Al-Quran
dan Sunnah Nabi, setelah itu akan ditentukan apakah masih relevan atau tidak. Jika
ya, itu harus dikembangkan; jika tidak, itu harus ditinggalkan. 4 Sedangkan tujuan
akhlak adalah menumbuhkan rasa beragama atau berkeyakinan yang kuat,
mengembangkan kebiasaan kebaikan, berbuat baik, beribadah, dan berakhlak mulia.
Kembangkan dan tanamkan semangat untuk menghandle dan menemani sebagai
anugrah dari Allah SWT kepada sesama.5
3
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPi, 2000). hlm. 8.
4
Mudhor Ahmad, Etika Dalam Islam (Mataram: Al Ikhlas, 1993). hlm. 15.
5
Association for Supervision and Curriculum Developement, “Moral Education in The Life of School,”
ASCD Panel on Moral Education, 1998, hlm 4-5.
Moralitas mungkin merupakan kemungkinan yang berdiam di dalam jiwa,
membuktikan bahwa itu adalah konsep abstrak yang tidak dapat dideteksi oleh panca
indera manusia. Untuk menilai keutamaan dan keburukan seseorang berdasarkan
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan setiap orang, dan ini yang sering disebut
dengan akhlak. Menyadari bahwa manusia dalam kehidupannya memerlukan bantuan
manusia lain akan menimbulkan rasa untuk berbuat yang baik bagi sesamanya, karena
dalam agama islam diajarkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang
memberikan perilaku yang terbaik untuk sesamanya serta kesadaran dari hati nurani
manusia untuk selalu berbuat kebaikan. Mengetahui hal ini akan membantu seseorang
mengembangkan sikap peduli terhadap orang lain karena Islam melarang baik berbuat
baik dalam segala keadaan maupun perbuatan jahat atau keji. Karena pada akhirnya
perbuatan baik atau jahat seseorang akan kembali menghantui mereka.
Dalam arti yang berbeda, etika adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji
upaya untuk mengidentifikasi perilaku apa yang dianggap dapat diterima atau jahat,
atau, dengan kata lain, larangan, hukum, atau pola perilaku mental. Perkembangan
etika sosial dalam masyarakat akan memunculkan sifat positif dan negatif seseorang.
Selanjutnya, mengenai terminologi dari etika. Frasa lain yang mirip dengan
etika adalah "Susila" (dalam bahasa Sanskerta), yang lebih mengacu pada
fundamental, landasan hukum kehidupan (sila) (su) terbaik. Intinya, etika memberikan
kebiasaan, norma, nilai, dan sudut pandang moral kritis daripada menyampaikan
doktrin dan sebaliknya menganalisis realitas moral secara kritis. Etika menjelaskan
lebih banyak alasan mengapa seseorang harus bertindak dengan cara tertentu.7
6
Haryo Kunto Wibisono, Linda Novi Trianta, and Sri Widagdo, “Dimension of Pancasila Ethic in
Bureaucracy: Discourse of Governance,” Jurnal Fokus 12, no. 7 (2015).
7
Maidiantius Tanyid, “Etika Dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral Berdampak Pada
Pendidikan,” Jurnal Jaffray 12, no. 2 (2012).
Dari perspektif filosofis Epicurus, etika dapat dipandang sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai yang mendasari perilaku manusia. Nilai-
nilai ini bergantung pada ukuran laporan, dan pengakuan adalah faktor yang paling
penting. Dasar-dasar kebenaran ditetapkan oleh akal sehat dan standar rasional
manusia, seperti fakta bahwa jiwa adalah sumber kebenaran, nilai kebenaran jiwa
adalah abadi, dan semua yang sementara pada dasarnya bukanlah kebenaran.
Adab atau moral yang mempertahankan standar budaya dan sosial yang telah
disepakati masyarakat sebagai norma. Standar moral dapat berbeda antar negara
karena cita-cita yang dianut oleh para pihak belum tentu sama di setiap masyarakat.
Jelas dari semua perspektif tentang gagasan etika tersebut di atas bahwa etika
adalah penilaian seseorang terhadap perilaku benar dan salah, yang dikumpulkan dari
berbagai sumber dan kemudian digunakan sebagai pedoman untuk bertindak dengan
menggunakan pendekatan logis dan filosofis.
Kata Latin mos (tunggal), mores (jamak), dan kata benda jamak moralis, yang
menunjukkan kebiasaan, perilaku, dan kesopanan, adalah sumber dari kata bahasa
Inggris morality.8 Akhlak dapat dilihat dari dua sudut pandang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Pertama, perbuatan, sikap, kewajiban, dan konsep lainnya
termasuk dalam ajaran yang diterima secara luas tentang yang baik dan yang salah.
kedua, keadaan mental setiap orang, yang mempengaruhi apakah mereka bertindak
atau menggunakan suatu tindakan untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran
mereka atau apa yang mereka rasakan.9
"Moral" didefinisikan sebagai segala sesuatu yang "sesuai dengan pandangan
yang diakui secara umum tentang perilaku manusia, apa yang baik dan apa yang
wajar, serta apa yang pantas dan apa yang tidak pantas," menurut buku Heri
Gunawan.
Kata moral sering digunakan secara bergantian dengan akhlak. Berbeda
dengan nalar, yang digunakan untuk menunjukkan kecerdasan, tingkat kecerdasan,
kecerdikan, dan keterampilan. Kata moralitas atau akhlak sering dipakai untuk
merujuk pada baik atau buruknya suatu perilaku, tata krama, dan kesesuaian dengan
nilai kehidupan.
2. Perbedaan Akhlak, Moral dan Etika
8
A. Gunawan Setiardja, “Dialektika Hukum Dan Moral Dalam Membangun Masyarakat Indonesia”
(Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 90.
9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989). hlm. 592.
Menurut etimologinya, kata etika berasal dari kata Yunani ethos, yang
mengandung arti sifat-sifat kesopanan atau kebiasaan. Ilmu asas moral dapat diartikan
sebagai “etika” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (menurut KBBI).
Menurut para ahli, seperti Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang
mengkaji tentang baik dan buruk dalam seluruh keberadaan manusia, khususnya yang
berkaitan dengan aliran pikiran dan emosi, khususnya pertimbangan dan perasaan
terhadap suatu tujuan. apakah tindakan itu etis.
Bentuk jamak dari kata Latin "mos", yang menyiratkan kebiasaan, adalah
"mores", dan dari kata inilah istilah bahasa Inggris "moral" berasal. Menurut kamus
bahasa Indonesia, akhlak adalah pengejaran tentang baik dan buruk dalam perbuatan
dan tingkah laku. Selain itu, istilah "moral" digunakan untuk menggambarkan batasan
kepribadian, temperamen, kehendak, sikap, atau perilaku seseorang yang diyakini
baik, jahat, benar, atau salah.
The Advanced Leaner's Dictionary of Current English juga memuat definisi
moral. Sebagai kesimpulan, ide-ide moral berikut dijelaskan dalam buku ini:
1) Prinsip-prinsip tentang baik dan jahat, benar dan salah.
2) Kemampuan untuk mengetahui perbedaan antara yang baik dan yang jahat.
10
Hasin Yadi, “Ayat Ayat Akhlak Dalam Al Quran,” Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Jakarta 2,
no. 2 (2019).
Sumber / Dasar Al Quran dan As Kebiasaan atau Kebiasaan atau
Sunnah hasil keputusan hasil keputusan
bersama bersama
Sifat / Nilai Abadi dan Temporer dan Temporer dan
Universal Lokal Lokal
Jika dilihat dari tabel, perbedaan antara moral, akhlak dan etika terletak pada
asal usul yang digunakan sebagai dasar penentuan baik dan buruk. Dalam etika
penilaian benar dan salah didasarkan pada sudut pandang akal, dan moralitas
didasarkan pada kebiasaan yang diterima secara umum dalam masyarakat, maka
dalam istilah, akhlak digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan benar dan
salah.11
Perbedaan lain antara moral, akhlak dan etika dapat dilihat pada sifat dan bidang
pembahasan. Jika etika lebih berpihak pada sifat dan bidang pembahasan. Sedangkan
etika lebih teoretis, maka akhlak dan moralitas lebih praktis. Berbeda dengan budi pekerti
dan moral yang bersifat personal atau lokal, etika mengkaji perilaku manusia secara
keseluruhan. Sementara moral dan moralitas mencerminkan pengukuran ini melalui
tindakan, etika menjelaskan apa yang baik dan apa yang salah.
Ada beberapa hubungan antara etika, kepribadian, dan moralitas yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Etika, moral, dan moralitas menjelaskan tujuan, konsep, pembenaran, dan motivasi di
balik setiap perilaku
b. Etika, moral, dan moralitas adalah ilmu normatif, yaitu menurut hukum atau peraturan
yang berlaku.
c. Dengan mengontraskan peran dan fungsinya, dimungkinkan untuk sampai pada
kesimpulan bahwa etika, moral, dan moralitas semuanya merujuk pada hal yang sama
yaitu nilai atau aturan yang digunakan manusia untuk menilai apa yang benar dan
salah dalam tindakan mereka. Semua peraturan tersebut dilaksanakan dalam rangka
membangun masyarakat yang baik, tertib, aman, damai dan sejahtera sehingga setiap
orang dapat hidup sehat, bahagia.
11
Mohammad Nasiruddin, Pendidikan Tasawuf (Semarang: RaSAIL Media Group, 2010). hlm. 45.
d. Perbuatan manusia, yang mengukur apa yang baik dan yang salah, adalah obyek etika,
moral, dan moralitas.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tanyid, Maidiantius. “Etika Dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral
Berdampak Pada Pendidikan.” Jurnal Jaffray 12, no. 2 (2012).
Wibisono, Haryo Kunto, Linda Novi Trianta, and Sri Widagdo. “Dimension of
Pancasila Ethic in Bureaucracy: Discourse of Governance.” Jurnal Fokus 12, no.
7 (2015).
Yadi, Hasin. “Ayat Ayat Akhlak Dalam Al Quran.” Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Jakarta 2, no. 2 (2019).
30 %
SIMILARITY
29%
INTERNET
7%
PUBLICATI
7%
STUDENT PAPERS
INDEX SOURCES ONS
PRIMARY SOURCES
mynida.stainidaeladabi.ac.id
1 9
Internet Source
%
ejournal.unma.ac.id
2 Internet Source
%
4
www.researchgate.net
3 Internet Source
%
2
repository.uinjambi.ac.id
4 Internet Source
%
2
repository.radenintan.ac.id
5 Internet Source
%
1
6
Submitted to UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang 1%
Student Paper
eprints.walisongo.ac.id
7 Internet Source
%
1
nurjamaliyahisraini.blogspot.com
8
1%
9
abrarrkt.blogspot.com
Internet Source <1 %
10
digilib.uin-suka.ac.id
Internet Source <1 %
11
ejournal.stisfa-kediri.ac.id
Internet Source <1 %
12
imronfauzi.wordpress.com
Internet Source <1 %
13
elqorni.wordpress.com
Internet Source <1 %
14
lunayahasna.wordpress.com
Internet Source <1 %
15
linajuntak.blogspot.com
Internet Source <1 %
16
id.noordermarketing.com
Internet Source <1 %
17
rafani22.wordpress.com
Internet Source <1 %
18
repository.uinsaizu.ac.id
Internet Source <1 %
19
webhostingsecretrevealed.net
Internet Source <1 %
20
www.slideshare.net
Internet Source <1 %
<1 %
21 adoc.tips
Internet Source
22 es.scribd.com
Internet Source <1 %
23 kebijakankesehatanindonesia.net
Internet Source <1 %
24 repositori.kemdikbud.go.id
Internet Source <1 %
25 rizkisistem.blogspot.com
Internet Source <1 %
26 123dok.com
Internet Source <1 %
27 blogbabeh.blogspot.com
Internet Source <1 %
28 fillahabadan.blogspot.com
Internet Source <1 %
29 id.123dok.com
Internet Source <1 %
30 konsultasiskripsi.com
Internet Source <1 %
31 mafiadoc.com
Internet Source <1 %
32 pt.scribd.com
Internet Source <1 %
33
secantikhatimu.blogspot.com
Internet Source <1 %
34
www.goodnewsfromindonesia.id
Internet Source <1 %
35
www.naipospos.net
Internet Source <1 %
36
bagawanabiyasa.wordpress.com
Internet Source <1 %
37
ismailmg677.wordpress.com
Internet Source <1 %
Exclude quotes
Exclude matches Off
Off Exclude bibliography
Off