Anda di halaman 1dari 96

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai,

diinginkan, dicari, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang

menghayatinya menjadi bermartabat. Nilai selalu berkaitan dengan

kebaikan, kebijakan, dan keluhuran budi, serta menjadi sesuatu yang

dihargai, dijunjung tinggi, dan dicari seseorang sehingga ia merasakan

adanya suatu kepuasan dan ia merasa menjadi manusia sebenarnya.

Nilai-nilai pendidikan merupakan topik yang menarik dan senantiasa

aktual untuk dijadikan acuan agar nilai–nila pendidikan dapat diterapkan

dalam pembentukan prilaku pada saat ini. Nilai-nilai pendidikan harus

selalu mengacu pada hal-hal penting seperti proses humanisasi yang

berarti menjadikan dan membimbing peserta didik untuk mendewasakan

diri sehingga memiliki cara berpikir yang sangat manusiawi. Artinya,

orang selalu mempunyai kemampuan untuk menempatkan diri secara

wajar, pengendalian diri, dan berbudaya.

Tujuan utama pendidikan adalah untuk menghasilkan kepribadian

manusia yang matang secara intelektual, emosional dan spiritual. Oleh

karena itu, komponen penting dari kepribadian manusia adalah nilai dan

kebajikan. Nilai-nilai dan pedoman tersebut harus menjadi dasar bagi

perkembangan kehidupan manusia yang di dalamnya terdapat peradaban,

kebaikan dan kebahagiaan, baik secara individu maupun sosial. Nilai

1
bukan hanya produk masyarakat, tetapi juga sarana untuk mendamaikan

kehidupan pribadi dengan kehidupan sosial (berhubungan dengan orang

lain).

Nilai-nilai pendidikan dibagi menjadi 4 yaitu nilai agama, nilai moral,

nilai sosial, dan nilai budaya. Keempat nilai tersebut memiliki tujuan

masing-masing. Nilai pendidikan agama, bertujuan untuk mengajarkan

seseorang supaya taat kepada Tuhannya. Nilai pendidikan moral, bertujuan

untuk mengenalkan nilai etika tentang suatu tingkah yang semestinya

dilakukan termasuk perbuatan baik atau buruk. Nilai pendidikan sosial,

bertujuan agar menyadarkan manusia untuk hidup berkelompok satu sama

lainnya, serta memiliki rasa kekeluargaan yang erat.

Nilai - nilai agama tersebut bisa saja berupa nilai akhlak atau

pendidikan akhlak. Akhlak sendiri merupakan sifat yang tertanam dalam

jiwa seseorang yang berakibat timbulnya berbagai perbuatan secara

spontan tanpa disertai pertimbangan. Akhlak juga dapat diartikan sebagai

perangai yang menetap pada diri seseorang dan merupakan sumber

munculnya munculnya tindakan tertentu secara spontan tanpa paksaan.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan juga sangat penting dalam sendi –

sendi kehidupan seorang muslim. Akhlak merupakan poros atau inti dari

tujuan hidup. Ketika Akhlak baik maka sejahtera dan damai lahir batin.

Namun sebaliknya, jika akhlaknya buruk maka akan rusak lahir dan

batinnya. Oleh karena itu, akhlak merupakan salah satu kunci naik

turunnya peradaban suatu bangsa. Akhlak adalah kepercayaan yang bersih

2
dari kebimbangan dan keraguan dimana hati membenarkannya sehingga

timbulah ketenangan jiwa.1

Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber

akhlak bagi seorang muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga

ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan Al-

Qur’an dan As-Sunnah. Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai

sumber akhlak merupakan suatu kewajaran bahkan keharusan. karena

keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada

kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang

datang dari Allah Swt.

Dari pengertian akhlak diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak

adalah sifat dasar manusia yang dibawa sejak lahir dan tertanam dalam

dirinya. Dikarenakan akhlak berasal dari dalam diri seseorang secara

spontan atau tiba-tiba. Akhlak mulia atau dalam islam disebut al-akhlaq

al-karimah terlihat pada berbagai perbuatan yang benar, terpuji, serta

mendatangkan manfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Akhlak tercela

atau dalam Islam disebut al-akhlaq al-madz-mumah yang terlahir karena

dorongan nafsu dari berbagai perbuatan buruk, rusak, dan merugikan

dirinya sendiri maupun lingkungannya.

Akhlak atau budi pekerti sangat penting bagi setiap orang, sehingga

ajaran Islam memberikan tempat yang sangat penting di samping akidah.

Oleh karena itu, perhatian dan pelatihan yang serius harus diberikan pada

1
Dedi wahyudi, Pengantar aqidah akhlak dan pembelajarannya (Yogyakarta: Lintang Rasi
Aksara Books, 2017) hlm. 1.

3
moralitas sebagai dasar untuk membangun masyarakat. Jika akhlaknya

baik maka hidupnya akan sejahtera baik jasmani maupun rohani, tetapi

jika akhlaknya terganggu maka hidupnya akan terganggu baik jasmani

maupun rohani.

Akhlak memiliki kedudukan yang sangat signifikan dalam kehidupan

sehari-hari sehingga pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga

pendidikan dan melalui berbagai cara terus dikembangkan. Pembinaan

akhlak dimaksudkan agar terbentuk pribadi-pribadi muslim yang

berakhlak mulia, taat kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya, hormat kepada

kedua orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan lain

sebagainya. Sebaliknya, manusia yang tidak dibina akhlaknya atau

dibiarkan begitu saja tanpa diberi bimbingan, arahan dan pendidikan,

ternyata dampaknya menjadi manusia yang nakal dan tidak beretika,

menganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan

sebagainya. Sejarah kehidupan manusia dari masa ke masa telah

memberikan pelajaran berharga tentang urgensi pembentukan akhlak.2

Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

‫َئٍة يِف الَّنْف ِس اِس ٌة ا َت ُد اَأل اِل ِب وَلٍة ِس ُّر ِم َغِرْي ا ٍة‬ ‫ِع‬
‫َر َح َعْنَه ْص ُر ْفَع ُس ُه َوَي ْن َح َج‬ ‫َفاُخلُلُق َباَرٌة َعْن َهْي‬

‫ِإىَل ِفْك ٍر ْؤ ٍة‬


‫َوُر َي‬

2
Muhammad Amri, La Ode Ismail Ahmad, Muhammad Rusmin, Aqidah Akhlak (Makassar:
Semesta Aksara, 2018), hlm 110.

4
Artinya:

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

Jadi pada hakikatnya akhlak ialah satu kondisi atau sifat yang telah

meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbulah berbagai

macam perbuatan dengan cara spontan atau reflek tanpa dibuat-buat dan

tanpa memerlukan pemikiran. Dapat dirumuskan bahwa akhlak adalah

ilmu yang mengajarkan manusia untuk berbuat baik dan mecegah

perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhannya, sesama manusia,

makhluk, alam sekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri.3

Berbagai aspek kehidupan manusia dengan segala bentuk masalah yang

dihadapi berhubungan erat dengan unsur-unsur karya sastra, masalah atau

problem itu di antaranya tentang moral, agama, budi pekerti, adat istiadat,

ekonomi, tingkah laku, sosial, tatanan masyarakat dan lain-lainnya, dan

kesemua itu dapat dikemas dalam bentuk puisi, cerpen, novel, roman,

bahkan bahasa dalam bentuk drama.

Dalam kaitannya dengan nilai-nilai akhlak dan moral. Karya sastra

mempunyai peran yang cukup penting dalam menghantarkan nilai-nilai

akhlak, etika atau moral, karakter bagi seseorang atau peserta didik.

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan sebuah

komponen penting yang cukup erat dan tidak terpisahkan dari perjalanan

3
Muhammad Asroruddin Al Jumhuri, Belajar Aqidah Akhlak Sebuah ulasan Ringkas Tentang Asas
Tahudi dan Akhlak Islamiyah (Sleman: CV Budi Utama, 2015), hlm 15.

5
hidup manusia. Kualitas sebuah bangsa dan peradaban sengat ditentukan

oleh kualitas pendidikannya. Ia menjadi bagian terpenting dalam dunia

pendidikan, manusia mampu mengembangkan nalar berpikirnya sekaligus

meningkatkan taraf hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis

lainnya. Dalam kaitannya dengan pendidikan, karya fiksi mempunyai

peran yang cukup penting dalam menghantarkan nilai-nilai pendidikan

moral, etika, dan karakter sampai kepada peserta didik. Cerita yang

disajikan baik secara implisit maupun eksplisit selalu menyisipkan pesan

moral, pengharapan pada kejujuran, keberanian dalam menghadapi

tantangan, dan pesan-pesan lainnya. Pesan-pesan tersebut disisipkan secara

halus, sehingga pembaca tidak merasa terganggu.

Dalam kata lain cerpen merupakan sebuah karya sastra yang

didalamnya terdapat berbagai fenomena atau kejadian mengenai nilai

moral tingkah laku hidup manusia. Di era perkembangan zaman dan

kemajuan teknologi, manusia sering mengabaikan nilai santun terhadap

sesama, meskipun tidak semua manusia melakukan hal tersebut. Rasa

empati dan simpati terhadap sesama juga semakin menghawatirkan,

kususnya para remaja sekarang, sangatlah minim dalam hal etika dan

kesopanan, bagi para remaja, kesopanan hanyalah sekedar prioritas dalam

kehidupan, bagi remaja yang terpenting adalah kesenangan pribadi atau

kelompok tertentu tanpa menghiraukan kepentingan atau kepedulian

sesama manusia yang lain.

6
Setiap karya sastra termasuk cerpen pasti mempunyai nilai – nilai

Akhlak yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan cerpen yang

akan dikaji dalam penelitian ini yang berjudul “Dalam Perjamuan Cinta”

Karya Taufik Al-Hakim ada nilai–nilai akidah akhlak yang terkandung di

dalamnya.

Cerpen Dalam Perjamuan Cinta adalah kumpulan cerpen yang dikarang

Dr. Taufiq El Hakim yang diterbitkan ole Replubika, Basmala Replubika

Corner pada tahun 2008, yang berjumlah 154 halaman. Kumpulan cerpen

ini dipilih untuk dikaji karena di dalam buku ini ada banyak hikmah yang

bisa di ambil dan kisah-kisah yang ada di buku ini sangat bagus karena di

lengkapi dengan contoh-contoh, cerpen ini juga ditulis dengan gaya

bahasa yang indah dan struktur kalimat yang menarik. Penelitian kualitatif

ini menggunakan metode deskriptif yang menguraikan bentuk-bentuk teks

secara interpretatif.

Kumpulan cerpen karya Taufik Al-Hakim di dalam nya terdapat

beberapa judul seperti : Lihatkan Allah Padaku, Perempuan yang

Mengalahkan Setan, Sang Tukan Pos, dan lain sebagainya. Pada setiap

cerita nya banyak nilai akhlak dan moral yang terkandung di dalamnya,

seperti pada penggalan cerita yang berjudul Lihatkan Allah Padaku. Dalam

cerita yang berjudul Lihatkan Allah Padaku ini, menceritakan seorang

anak yang sangat luar biasa dan jenius. Anak ini selalu ingin mengetahui

dan ingin mendalami tentang ajaran islam. Penggalan cerita ini

7
mengandung nilai akhlak yaitu akhlak terhadap Allah. Masih banyak juga

nilai akidah akhlak yang terkandung pada cerita-cerita yang lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis

kumpulan cerpen tersebut dengan judul : “NILAI-NILAI PENDIDIKAN

AKIDAH AKHLAK DALAM KUMPULAN CERPEN DALAM

PERJAMUAN CINTA KARYA DR. TAUFIK EL HAKIM“

8
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang dipaparkan diatas, jadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana nilai-nilai

pendidikan akhlak yang terkandung dalam kumpulan cerpen dalam

perjamuan cinta karya Taufik Al-Hakim ?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengkaji nilai-nilai pendidikan

akidah akhlak dalam kumpulan cerpen dalam perjamuan cinta guna

mengetahui nilai-nilai pendidikan akidah akhlak apa saja yang terkandung

didalamnya.

D. Manfaat Penelitian

Dalam mengadakan penelitian ini yang penulis harapkan ialah dapat

memperoleh manfaat dari segi teoritis maupun dalam aspek terapanya,

adapun manfaatnya ialah:

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu yang

berarti bagi pengembangan kesusastraan Indonesia pada umumnya,

dan kepada pembaca pada khususnya. Sumbangan ilmu disini

dimaksudkan bahwa nilai, amanat, maupun hal yang terdapat

didalam kumpulan cerpen Dalam Perjamuan Cinta Karya dr.

Taufik El Hakim Kami ini mampu dijadikan sebagai bahan

pembelajaran kepada Mahasiswa nantinya.

9
2. Secara praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan mengenai sastra yang ditinjau

memberikan pengalaman langsung dalam menganalisis nilai

moral dalam suatu karya sastra.

b. Bagi Kampus penelitian ini diharapkan nantinya dapat menjadi

alternatif pengayaan bahan ajar sehingga pada akhirnya dapat

melancarkan proses kegiatan belajar mengajar.

c. Untuk Mahasiswa

Bagi Mahasiswa, diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman

tersendiri tentang keanekaragaman budaya dan kehidupan

kemasyarakatan yang terkait dengan nilai-nilai Akhlak dan

Moral. Dengan demikian, nantinya diharapkan nilai-nilai

akhlak dan moral tersebut dapat membuat para Mahasiswa

akan memiliki pandangan yang lebih luas terhadap khasanah

budaya di Indonesia, khususnya nilai-nilai budaya

d. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan acuan atau referensi untuk melakukan

penelitian selanjutnya

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka merupakan pemaparan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti lainnya atau para ahli. Dengan adanya tinjauan

pustaka ini penelitian seseorang dapat diketahui keasliannya. Sementara

10
itu ada beberapa penelitian terdahulu yang dekat atau sealur dengan apa

yang digali oleh penulis antara lain:

Pertama, Abdul Basid dalam Jurnalnya berjudul “Ideologi Cinta Dalam

Cerpen “Dalam Perjamuan Cinta” Karya Taufik Al-Hakim Kajian

Strukturalisme Genetik Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan

ideologi cinta dalam novel “Dalam Perjamuan Cinta” karya Taufik Al-

Hakim, yang berdasarkan perspektif strukturalisme genetik dari Lucien

Goldmann. Hasil dari penelitian ini (a) fakta kemanusian difokuskan pada

cinta manusia, (b) subjek kolektif direfleksikan dalam konflik antara

kelompok superior dan inferior, (c) pandangan dunia dijelaskan dalam

keegoisan dan kemisteriusan wanita tentang cinta, (d) struktur karya sastra

digambarkan dalam pola interaksi antara karakter-karakter dengan objek-

objek dalam cerita, dan (e) dialektika pemahaman-penjelasan

diformulasikan secara runtut dalam konsep cerita, yaitu pandangan dunia

pengarang tentang keegoisan dan kemisteriusan wanita tentang cinta

digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis struktur karya sastra 4,

Persamaan penelitian saya dan penelitian ini adalah pada objek kajiannya

yaitu sama-sama mengkaji kumpulan cerpen “Dalam Perjamuan Cinta”

Karya Taufik Al-Hakim, sedangkan perbedaan penelitian saya dengan

penelitian diatas yakni bertujuan untuk mengungkapkan ideologi cinta

dalam novel “Dalam Perjamuan Cinta” karya Taufik Al-Hakim, yang

berdasarkan perspektif strukturalisme genetik dari Lucien Goldmann,

4
Abdul Basid “Ideologi Cinta Dalam Cerpen “Dalam Perjamuan Cinta” Karya Taufik Al-Hakim
Kajian Strukturalisme Genetik (Jurnal dipublikasikan)

11
sedangkan penelitian saya ini adalah dari segi nilai – nilai pendidikan

akhlak

Kedua, Abdul Munir, Ambarini Asriningsari, Eva Ardiana Indrariani

dalam Jurnalnya berjudul “ Nilai akhlak dalam Kumpulan Cerpen Catatan

Hati Seorang Gadis “. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai

moral kumpulan cerpen Catatan Hati seorang Gadis Karya Asma Nadia,

Metode yang digunakan penelitian ini yaitu teknik baca dan teknik catat,

Hasil dari penelitian terdapat empat judul cerpen yang yang mengandung

wujud nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan diri sendiri

serta nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan orang lain 5.

Persamaan penelitian saya dan penelitian ini adalah pada yaitu sama-sama

meneliti dari segi nilai akhlak, sedangkan perbedaan penelitian saya

dengan penelitian diatas yakni pada objek kajian, Penelitian ini objeknya

Cerpen “Catatan Hati Seorang Gadis “ karya Asma Nadia, sedangkan

penelitian saya ini adalah objek kajiannya cerpen “Dalam Perjamuan

Cinta” Karya Taufik Al-Hakim

Ketiga, Hena Khaerunnisa dalam Skripsinya berjudul “ Nilai Moral dalam

Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy”.

Penelitiannya dibatasi pada kajian nilai moral dalam novel Ketika Cinta

Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Metode yang digunakan

penelitian ini yaitu Metofe deskriptif. Hasil dari penelitian adalah ada

delapan nilai moral dalam novel Ketika Cinta Bertasbih yang meliputi

5
Abdul Munir, Ambarini Asriningsari, Eva Ardiana Indrariani Jurnal “ Nilai akhlak dalam
Kumpulan Cerpen Catatan Hati Seorang Gadis “(Jurnal dipublikasikan)

12
optimis, toleransi, santun, memelihara lisan, sabar, tanggung jawab, kuasai

emosi, dan tolong- menolong6.

Persamaan penelitian saya dengan penelitian ini terletak pada aspek

kajiannya yaitu nilai – nilai moral,. Sedangkan perbedaannya terletak pada

objek kajiannya kajiannya. Penelitian ini objek kajiannya Novel,

sedangkan dalam penelitian ini objek kajiannya adalah cerpen.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Skripsi ini

menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan

mengacu pada buku-buku, artikel, dan dokumen-dokumen lain yang

berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak dan Moral.

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan teoretis

dan pendekatan metodologis. Pendekatan teoritis yang digunakan

adalah teori pragmatik sastra. Pendekatan metodologis yang digunakan

adalah pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

bermaksud untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosil, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran

orang secara individual maupun kelompok7

2. Sumber dan Jenis Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

6
Hena Khaerunnisa “ Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El
Shirazy”. (Skripsi dipublikasikan)
7
Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013, hlm: 60

13
1) Data Primer

Data primer adalah data-data yang didapat secara langsung melalui

pengalaman atau bukti pribadi. Data primer merupakan literatur

yang membahas secara langsung objek permasalahan pada

penelitian ini, yaitu Cerpen “Dalam Perjamuan Cinta” Karya

Taufik Al-Hakim.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penunjang yang dijadikan alat

untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-

sumber dari penulis lain yang berbicara tentang pendidikan, akhlak

dan teori fiksi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari proses penelitian adalah

untuk mendapatkan data yang selanjutnya akan dianalisis untuk

menjawab permasalahan yang ada. Data tersebut diperoleh dengan cara

membaca, menganalisis, dan mencatat. Data tersebut dibaca kemudian

dianalisis, manakah yang termasuk ke dalam nilai-nilai pendidikan

akhlak dan nilai moral dalam cerpen tersebut (seleksi), jadi data-data

di pendidikan akhlak dan nilai moral dipisahkan dan tidak dimasukkan

ke dalam data (direduksi). Setelah diperoleh pengklasifikasian data,

kemudian ditulis ke dalam bentuk tulisan

14
4. Analisis Data

Menurut Sugiyono analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

hal yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang

lain.8 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data

sebagai berikut:

a. Metode Analisis Isi (Content Analysis)

Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap,

memahami dan menangkap isi karya sastra. Dalam karya sastra, isi

yang dimaksud adalah pesan-pesan yang disampaikan pengarang

melalui karya sastranya. Analisis isi didasarkan pada asumsi

bahwa karya sastra yang bermutu adalah karya sastra yang mampu

mencerminkan pesan positif kepada para pembacanya.9

b. Metode Deskriptif

Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian

secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.10 Adapun


8
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Kelas VII Berdasarkan Gaya Belajar Pada Pembelajaran PBL”, Unnes Journal
Of Mathematics Education Research 5(2) (2016)
9
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarya: Medpress, 2008), hlm. 160.
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm.163.

15
teknik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif. Dengan analisis kualitatif akan diperoleh

gambaran sistematik mengenai isi suatu dokumen. Dokumen

tersebut diteliti isinya kemudian diklasifikasikan menurut kriteria

atau pola tertentu. Yang hendak dicapai dalam analisis ini adalah

menjelaskan pokok-pokok penting dalam sebuah manuskrip atau

dokumen.

16
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Akhlak

1. Pengertian Nilai

Dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan bahwa pembicaraan

tentang nilai dalam filsafat sering dihubungkan dengan kebaikan.

“Value” berasal dari kata “valere” yang berarti bernilai atau

berharga, yaitu kualitas sesuatu yang membuatnya didambakan

atau diidamkan orang. Dengan ungkapan lain apabila sesuatu itu

dipandang baik, dirasakan bermanfaat untuk dimiliki, bermanfaat

untuk dikerjakan atau bermanfaat untuk dicapai seseorang, maka

akan menjadi idaman orang. Jadi sesuatu itu bernilai. Biasanya

nilai berada dalam bidang etika atau estetika.11

Nilai, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah harga

(dalam arti taksiran harga). Endang Sumantri, nilai-nilai berakar

pada bentuk kehidupan tradisional dan keyakinan agama, bentuk-

bentuk kehidupan kontemporer dan keyakinan agama-agama yang

datang berkembang serta aspek politik yang berpengaruh dalam

perubahan sikap penduduk, banyaknya kegelisahan, gejolak

terhadap nilai dalam realita pendidikan pada umumnya.12

11
Diyah Kusuma Windrati, “Pendidikan Nilai Sebagai Suatu Strategi Dalam Pembentukan
Kepribadian Siswa”, Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA”, Vol 1, No 1.
12
Aceng Kosasih, “Konsep Pendidikan Nilai”, Journal of Chemical Information and
Modeling 53.9 (2015).

17
Fungsi pendidikan nilai adalah membantu peserta didik untuk

mengenali nilai-nilai dan menempatkan secara integral dalam

konteks keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai juga berfungsi

untuk membantu peserta didik memahami, mengapresiasikan,

membuat keputusan yang tepat dalam berbagai masalah pribadi,

keluarga, masyarakat dan negara yang diharapkan dapat

mengeliminir sikap arogansi yang kerap kali terjadi. Dengan kata

lain pendidikan nilai itu adalah pemanusiaan manusia. Manusia

hanya menjadi manusia bila ia berbudi luhur, berkehendak baik

serta mampu mengaktualisasikan diri dan mengembangkan budi,

dan kehendaknya secara jujur, baik di keluarga, masyarakat, negara

dan lingkungan di mana ia berada.

Menurut Muhmidayeli, nilai adalah gambaran sesuatu yang

indah, yang mempesona, menakjubkan, yang membuat kita

bahagia dan senang serta merupakan sesuatu yang menjadikan


13
seseorang ingin memilikinya. Adapun menurut Kattsof yang

dikutip Syamsul Maarif mengatakan nilai sebagai berikut:

Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat

didefinisikan, tetapi kita dapat mengalami dan memahami cara

langsung kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian

nilai tidak semata-mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang

pasti terletak pada esensi objek itu. Kedua, nilai sebagai objek

13
Ade Imelda Frimayanti, “Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam”,
Jurnal Pendidikan Islam, Vol 8, No 2 (2017).

18
dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang berada dalam

kenyataan maupun pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari

pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi

kehidupan.14

Menurut Gazalba yang dikutip Chabib Thoha berpendapat

bahwa nilai sebagai berikut: Nilai adalah sesuatu yang bersifat

abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkret, bukan fakta, tidak

hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian

empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak

dikehendaki. Sedangkan menurut Chabib Thoha nilai merupakan

sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah

berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang

meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna

bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.15

Dalam pengertian nilai-nilai dari pendapat beberapa ahli diatas

dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dimiliki

seseorang ataupun kelompok tentang sesuatu yang baik dan buruk.

Nilai-nilai dalam penelitian ini adalah mencari nilai-nilai akhlak

dan moral dalam kumpulan cerpen karya DR. Taufik el Hakim.

14
Arifinsyah, Hasnah Nasution, Maraimbang Daulay, “Konsep dan Sistem Nilai Dalam Perspektif
Agama-Agama Besar di Dunia”, Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam, Vol. 2 No. 1 Desember-
Mei 2020.
15
Nurul Jempa, “Nilai-nilai Agama Islam”, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4,
No. 2. (2017)

19
2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia (basic human

needs). Setiap warga negara butuh pendidikan dan harus diberi

akses pendidikan (education for all). Semua komponen bangsa

harus berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pelayanan

pendidikan (all for education). Mengabaikan hak-hak pendidikan

warga negara dan tidak memberikan kontribusi apapun dalam

kegiatan pendidikan adalah sebuah tindakan yang egois dan tidak

bertanggung jawab. Jika kebutuhan pendidikannya terpenuhi maka

rakyat akan siap untuk berubah dan membangun. Sebalikunya, jika

kebutuhan pendidikannya tidak terpenuhi maka masyarakat tidak

akan siap untuk berubah, apalagi membangun. Masyrakat yang

tidak terdidik akan mudah frustasi, pemarah, dan cenderung tidak

peduli terhadap lingkungannya.16

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntutan

dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menunun

segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya merek sebagai

manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan

dan kebahagiaan setinggi-tingginya.17

Sementara Prof. Dr. Jhon Dhewey mengemukakan bahwa

pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan

adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan


16
Darmadi, Mendidik Adalah Cinta (Surakarta: CV Kekata Group, 2018), hlm 144.
17
Husamah, Arina Restian, Rohmat Widodo, Pengantar Pendidikan (Malang: Universitas
Muhammadiyah, 2019), hlm 31.

20
batin tanpa dibatasi oleh manusia. Proses pertumbuhan ialah proses

tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan didalam

perkembangan seseorang.18

Sedangkan Drikarya, tokoh pendidikan kita yang sudah

almarhum berpendapat bahwa pendidikan adalah hidup bersama

dalam kesatuan ‘tritunggal’ ayah, ibu, dan anak. Dimana mereka

berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia

purnawan.19 Tokoh ini mengemukakan tiga rumusan yang masing-

masing rumusan itu berdasarkan kepada aspek-aspek yang

melatarbelakangi pemikirannya. Rumusan pertama, pokok

pemikirannya adalah pemanusiaan, Dimana pendidik

memanusiakan dan anak didik memanusiakan diri. Jadi,

pendidikan berarti pemanusiaan.

Rumusan kedua, pokok pemikiran yang mendasarinya diambil

dari kenyataan bahwa pendidikan berarti memasukan anak kedalam

alam budaya. Proses ini menuntut aktifitas baik dari diri sendiri

maupun pendidik.

Rumusan ketiga, dasar pemikiran dari pandangannya adalah

nilai-nilai hidup manusia pada prinsipnya seperti: cara berpakaian,

cara hidup, dan cara bergaul. Ditegaskan bahwa tiga rumusan

tersebut saling berakitan satu dengan yang lainnya. Yang lebih

ditekankan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah,

18
Sudarto, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta:Depublish, 2021),hlm.43
19
Syafril, Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan(Depok: Kencana,2017) ,hlm 29

21
ibu, anak. Proses pemanusiaan itu mencakup pembudayaan dan

pelaksanaan nilai-nilai, bagaimana mereka berposes, untuk

akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas menurut para ahli dapat

disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya manusia untuk

mengubah potensinya agar menjadi lebih, berkualitas, dan

beranfaat.

3. Unsur-UnsurPendidikan

Unsur-unsur dalam pendidikan meliputi meliputi beberapa hal

yang saling terkait. Untuk menyusun unsur-unsur pendidikan yang

relevan dengan kemajuan zaman dan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat serta dapat diterpakan denga mudah hendaklah

memperhatikan unsur-unsur pendidikan. Unsur-unsur tersebut

antara lain:

1) Peserta didik

Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi

diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik secara formal

merupakan orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan

dan perkembangan baik itu secara fisik maupun psikis.

2) Pendidik (Guru)

22
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi

sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, dan sebutan

lainnya. Dalam melaksanakan tugas yang berat ini, pendidik

harus memiliki kemampuan dalam penguasaan ilmu

pengetahuan, teknologi, serta kewibawaan. Juga memiliki

wibawa yang akan membawanya menjadi idola dan dirindukan

oleh murid-muridnya atau peserta didik.20

3) Interaksi Edukatif

Interaktif edukasi ini merupakan komunikasi timbal balik antar

peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan

pendidikan yang dipantau secara optimal selama proses

berlangsung dengan memanipulasi konten, metode, dan alat

didik.

4) Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan ini berfungsi sebagai arah yang ingin dituju

dalam aktifitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas,

maka komponen-komponen pendidikan yang lain serta

aktifitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan. Sehingga

efektifitas proses pendidikannya selalu diukur apakah dapat

mencapai tujuan atau tidak. Karena tujuan pendidikan adalah

masalah utama dalam pendidikan, sebab, tanpa penyusunan

yang jelas dan tepat mengenai tujuan pendidikan, maka

perbuatan dan dampak dari pendidikan menjadi acak0acakan,


20
Teguh Triwiyanto. Pengantar Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) hlm 24.

23
tanpa arah, bahkan bisa salah langkah. Oleh karena itu,

perumusan dan penyusunan tujuan pendidikan harus jelas dan

tegas.

5) Materi atau Isi Pendidikan

Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi

pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal

misinya mengembangkan potensi daerah, termasuk

kebudayaan daerah sebagai cerminan jiwa dan semangat

Bhinneka Tunggal Ika. Isi pendidikan merupakan mater-materi

dalam proses pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya.21

4. Konsep Dasar Pendidikan

Pendidikan bagi manusia menjadi penting sebagai upaya

untuk melakukan proses yang terencana dan berkesinambungan

sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dan hakikat

kemanusiaannya. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan siswa atau peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bukan hanya berlangsung

di sekolah. Pendidikan akan dimulai setelah anak lahir dan akan

berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang hidup ia


21
Zulkifli, dkk. Pengantar Pendidikan (Padang: PT Global Eksekutif Teknologi, 2022), hlm 86

24
akan mampu menerima pengaruh-pengaruh yang positif. Oleh

karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga,

sekolah dan masyarakat.

Manusia hidup di dalam lingkungan tertentu, di dalam

lingkungannyalah setiap orang memperoleh berbagai pengalaman

yang turut berpengaruh terhadap perkembangan pribadinya. Dalam

arti luas, semua pengalaman hidup yang berpengaruh positif

terhadap perkembangan pribadi seseorang adalah pendidikan.

Sebab itu, lingkungan dimana seseorang hidup merupakan

lingkungan pendidikan baginya. Terdapat tiga jenis lingkungan

pendidikan (Tri Pusat Pendidikan)22, yaitu:

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi

proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan

peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh

terutama melalui interaksi antara orang tua – anak. Dalam

berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan

sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan

terhadap anaknya.

Keluarga merupakan suatu sistem sosial, karena terdiri dari

kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai peran dan

status sosial yang berada dengan ciri saling berhubungan dan

22
Muzakkir, “Harmonisasi Tri Pusat Pendidikan dalam Pengembangan Pendidikan Islam”, Jurnal
Al-Ta’dib, no.1 (Januari-Juni 2017),hlm. 146

25
bergantung antar individu. Keluarga merupakan suatu kesatuan

unik yang mempunyai karakteristik, yaitu kumpulan individu

yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan dan hubungan

darah atau adopsi, tinggal dalam satu rumah bersama-sama,

mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial

yang dijalankan dan mempertahankan budaya23

Berbagai faktor yang ada dan terjadi di dalam keluarga

akan turut mennetukan kualitas hasil pendidikan anak. Jenis

keluarga, gaya kepemimpinan orang tua, kedudukan anak

dalam urutan keanggotaan keluarga, fasilitas yang ada dalam

keluarga, hubungan keluarga dengan dunia luar, status social

ekonomi orang tua, dan sebagainya akan mempengaruhi situasi

pendidikan dalam keluarga, yang pada akhirnya akan turut pula

mempengaruhi pribadi anak.

2. Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan dimana anak

akan belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan baik itu dari

seorang tenaga pendidik atau dari lingkungan sekitar sekolah.

Sekolah sendiri dapat diartikan lembaga pendidikan yang

melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan

sengaja, teratur, dan terencana.24

23
Syamsuddin, Cahaya Hidup Pengasuhan Keluarga, (Ponorogo: Wade Group, 2018), hlm. 6.
24
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama,
1995),hlm. 77.

26
Lingkungan sekolah merupakan suatu lingkungan yang

bertanggung jawab untuk mengusahakan kecerdasan pikiran

(perkembangan intelektual) serta pemberian ilmu pengetahuan

(balai wiyata).25 Jika dalam memberikan ilmu pengetahuan

tidak didasarkan pendidikan dalam keluarga dan dipisahkan,

maka usaha dalam membentuk budi pekerti serta sikap

bersosial yang diberikan dalam keluarga akan sia-sia, sehingga

di sekolah mengembangkan intelektual anak sangat perlu dan

penting. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan yang

memiliki tugas dalam memberikan ilmu pengetahuan dan

intelektual anak

3. Masyarakat

Mac Iver dan Page menyatakan bahwa masyarakat ialah

suatu sistem dari kebiasaaan dan tata cara, dari wewenang dan

kerjasama antara berbagai kelompok dan golongan, dari

pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia.

Keseluruhan yang selalu berubah. Sedangkan Ralph Linton

menyatakan mayarakat merupakan setiap kelompok manusia

yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga

mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri

mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang

dirumuskan secara jelas. Sedangkan Selo Soemarjan


25
Fithria rif‟atul azizah, “relevansi tripusat pendidikan ki hajar dewantara dengan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam surat luqman: 12-19”, jurnal pendidikan islam, no. 2 (desember
2018),hlm.158

27
menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama, yang menghasilkan kebudayaan26

Dari pengertian yang sudah disebutkan oleh beberapa ahli

diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah

sekumpulan orang atau manusia yang hidup bersama dalam

suatu lingkungan yang memungkinkan untuk menjalin

hubungan dan kerjasama dalam berbagai bidang yang terjadi

didalam lingkungannya. Lingkungan masyarakat dapat

dikatakan wadah dan wahana pendidikan yang mana

didalamnya terdapat beragam macam manusia dengan berbagai

macam segala permasalahan yang terjadi.

5. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus

diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap tenaga

pendidik, masyarakat, pemerintah, tenaga kependidikan dan

stakeholder lainnya yang melaksanakan pendidikan.27 Oleh sebab

itu memahami tujuan pendidikan merupakan hal yang sangat

penting untuk kita ketahui.

Menurut sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikan adalah

ketentraman. Sedangkan menurut Islam, tujuan pendidikan adalah

26
Zaitun, Sosiologi Pendidikan Analisis Komprehensif Aspek Pendidikan dan Proses Sosial,
hlm.13.
27
Moh. Matsna, dan Raswan, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab 1,(Ciputat : UIN
Jakarta Press, 2015) hal, 81.

28
membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh, dan tunduk

kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya.28

Menurut Moh. Matsna dan Raswan, tujuan pendidikan dan

pembelajaran adalah pernyataan spesifik yang tertulis dan

merupakan kehendak dari beberapa pihak yang berkepentingan

termasuk dari pemerintah, lembaga atau yayasan, anak-anak dan

orang tua, serta para stakeholder yang ber kepentingan tentang

perilaku yang hendak dicapai untuk menggambarkan hasil belajar.29

Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan

yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan

pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan

pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan

pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan

komponen dari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan

fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu

memahami dengan baik tujuan pendidikan.30

Arifin mengatakan tujuan pendidikan dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

a. Tujuan individual, mempersiapkan dirinya dalam

kehidupan di dunia dan akhirat.

28
Abu Ahmadi, dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. (Jakarta : Rineka Cipta 1991) hal. 99.
29
Moh. Matsna, dan Raswan, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab 1., hal. 82.
30
M. Suardi, Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. (Jakarta : PT Indeks 2010) hal, 7

29
b. Tujuan sosial, mempersiapkan masyrakat yang berperilaku

baik, pertumbuhan pribadi yang kuat di masyarakat sebagai

pengalamn dan kemajuan hidup.

c. Tujuan propesional, berkaitan dengan pengajaran ilmu

sebagai seni, profesi, dan kegiatan dalam masyarakat.

Lebih lanjut, Arifin mengatakan dalam pelaksanaannya

tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai

berikut:

a. Tujuan operasional, tujuan pendidikan yang akan dicapai

sesuai dengan kurikulum.

b. Tujuan fungsional, tujuan yang akan dicapai sesuai dengan

kegunaanya, baik teoritis maupun praktis.

6. Fungsi Pendidikan

Pendidikan secara umum merupakan usaha secara sadar

yang bertujuan untuk membentuk individu menjadi manusia yang

berkarakter, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta

beriman dan bertakwa pada Allah Swt. Pendidikan berfungsi dalam

memberikan arah terhadap pertumbuhan dan perkembangan

kemampuan individu dan lingkungannya31.

Fungsi pendidikan di Indonesia telah diatur didalam

undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional. Didalam undang-undang tersebut memuat segala hal yang

bersangkutan dengan pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia


31
Mardiah Astuti, Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hlm 22.

30
yang meliputi dari pengertian pendidikan, fungsi dan tujuan

pendidikan, jenis-jenis pendidikan, jenjang pendidikan, standar

pendidikan dan lain sebagainya. Dengan demikian arah pendidikan

di Indonesia sudah ditentukan dengan sedemikian rupa.

Mengacu pada undang-undang No.20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional fungsi pendidikan yaitu Pasal 3 yang

menyatakan bahwa ’’Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber

penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi

pendidikan Indonesia menyatakan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.32 Dari fungsi yang diurakan

tersebut menunjukan bahwa pendidikan nasional Indonesi lebih

mengedepankan akan pembangunan sikap, karakter, dan

32
I Wayan Cong Sujana, “Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia”, Jurnal Pendidikan Dasar,
Vol 4, No 1 (2019)

31
transpormasi nilai-nilai filosopis negara Indonesia. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme serta mampu

bersaing internasional.

7. Pengertian Akidah

Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata

‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan

kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan.

Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu

tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan

mengandung perjanjian.33

Secara terminologis (istilahan), terdapat bebrapa definisi

(ta’rif) antara lain:

a) Menurut Hasan al-Banna, “Aqidah adalah beberapa perkara

yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,

mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang

tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”.

b) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, “Aqidah adalah sejumlah

kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh

manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu

dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini kesahihan

33
Susiba dan Yasnel, Akidah Akhlak,(Pekanbaru : CV. Mutiara Pesisir
Sumatra, 2014), hal.1

32
dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang

bertentangan dengan kebenaran itu”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

akidah merupakan suatu keyakinan yang teguh tanpa keragu-

raguan terhadap perkara-perkara yang dapat diterima kebenarannya

berdasarkan akal, wahyu dan fitrah, apabila kita berpegang teguh

padanya akan menimbulkan ketentraman didalam jiwaorang yang

meyakininya.

Iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan,

tetapi mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan. Keyakinan ini

merupakan bentuk pengakuan sungguh-sungguh tentang kebenaran

adanya Allah Swt, selanjutnya diikuti oleh suatu pernyataan lisan

dalam bentuk melafazkan dua kalimah syahadat. Dua unsur

keimanan ini lalu disempurnakan oleh unsur yang ketiga, yaitu

perbuatan (amal). Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang

artinya:

“Iman itu ialah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan dan

pengalaman dengan anggota”. (H.R Thabrani)

“Iman itu bukanlah dengan angan-angan tetapi apa yang telah

mantap dalam hati dan dibuktikan kebenarannya dengan amalan”.

(H.R Muttafaq Alaih)

Apa yang dinyatakan dalam hadist-hadist tersebut sesuai

dengan apa yang terjadi didalam jiwa manusia sewaktu

33
menanggapi sesuatu. Mula-mula sesuatu itu mengenai panca

inderanya, lalu oleh syarafnya dilaporkan ke otak, otak lalu

mempertimbangkannya, kemudian meminta keputusan pada hati,

setelah hati memutuskan barulah otak memerintahkan anggota

badan lewat syaraf untuk melakukan tindakan terhadap sesuatu itu.

Jadi, tindakan (berupa pengucapan dan pengalaman) barulah akan

ada setelah hati memutuskan.

Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengajak

manusia beriman dengan proses seperti yang dijelaskan diatas,

diantaranya QS.Ali-Imran ayat 191 yang artinya:

‫ْلِق الَّس ٰم ٰو ِت‬ ‫ِهِب‬ ‫ّٰل ِق‬ ‫ِذ‬


‫اَّل ْيَن َيْذُك ُرْو َن ال َه َياًم ا َّو ُقُعْو ًد ا َّو َعٰل ى ُج ُنْو ْم َو َيَتَف َّك ُرْو َن ْيِف َخ‬

ِ ‫َواَاْلْر ِۚض َرَّبَنا َم ا َخ َلْق َت ٰه َذ ا َباِط ًل ُس ْبٰح َنَك َفِق َنا َعَذ اَب الَّنار‬
34

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri

atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan

tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan

Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci

Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(QS. Ali- Imran

ayat 191).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa

pengakuan hati, pengucapan lidah, dan pengalaman anggota adalah

tiga hal yang harus sejalan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Jika
34
Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung:
Diponegoro, 2008),, (Bandung: Diponegoro, 2008)

34
tidak sejalan atau terpisah-pisah, maka akan menyebabkan

seseorang menjadi fasiq dan munafiq.

8. Dasar Aqidah

Aqidah adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus

diyakini kebenarannya oleh setiap muslim berdasarkan dalil naqli

dan aqli (nash dan akal).

Adapun dasar dari akidah Islam adalah Al-Qur’an dan

hadist. Didalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat ayat yang

menjelaskan pokok aqidah. Aqidah identik dengan keimanan,

karena keimanan merupakan pokok-pokok akidah Islam. Ayat Al-

Qur’an yang menjelaskan tentang aqidah diantaranya Q.S Al-

Baqarah ayat 285:

‫آَم َن الَّرُس وُل َمِبا ُأْنِزَل ِإَلْيِه ِم ْن َرِّبِه َواْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۚ ُك ٌّل آَم َن ِبالَّلِه َوَم اَل ِئَك ِتِه َوُك ُتِبِه َوُرُس ِلِه اَل‬

‫ِص‬ ‫ِإ‬ ‫ِمَس‬ ‫ٍد ِم ِلِه‬


‫ُنَفِّرُق َبَنْي َأَح ْن ُرُس ۚ َو َقاُلوا ْع َنا َوَأَطْع َناۖ ُغْف َراَنَك َرَّبَنا َو َلْيَك اْلَم ُري‬
35

Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan

kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang

beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya dan rasul- rasul-Nya. (mereka mengatakan):

"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan

yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami

dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya


35
Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung:
Diponegoro, 2008),, (Bandung: Diponegoro, 2008)

35
Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S Al-

Baqarah: 285).

Demikian juga didalam hadist juga terdapat penjelasan

mengenai pokok-pokok akidah, diantaranya dalam sebuah hadist

riwayat Muslim yang artinya:

“Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para malikatNya, kitab-

kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman

kepada qadar ketentuan baik dan buruk”. (H.R Muslim)

9. Tujuan Akidah

Aqidah mempunyai tujuan yang mulia dalam mengarahkan

dan membimbing manusia untuk emmproleh keselamatan didunia

dan akhirat. Untuk lebih jelasnya tujuan akidah Islam sebagai

berikut:

1. Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ketuhanan

yang sudah ada sejak lahir.

Manusia sejak lahir sudah mempunyai fitrah ketuhanan,

sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

‫ِاْذ َا َذ ُّبَك ِم ْۢن ِن ٰاَد ِم ُظ ِرِه ُذِّرَّي َاْش َد ُه َعٰٓلى َا ُف ِس ِه ْۚم‬


‫ْن‬ ‫َب َم ْن ُهْو ْم َتُه ْم َو َه ْم‬ ‫َو َخ َر‬

‫َاَلْس ُت ِبَرِّبُك ْۗم َقاُلْوا َبٰل ۛى َش ِه ْدَناۛ َاْن َتُقْو ُلْوا َيْوَم اْلِق ٰي َم ِة ِاَّنا ُك َّنا َعْن ٰه َذ ا ٰغ ِفِلْي‬

36
﴿ ۖ ‫﴾ َأْو َتُقوُلوا ِإَمَّنا َأْش َرَك آَباُؤَنا ِم ْن َقْبُل َوُك َّنا ُذِّرَّيًة ِم ْن َبْع ِدِه ْم‬١٧٢

١٧3 ﴿ ‫ ﴾َأَفُتْه ِلُك َنا َمِبا َفَعَل اْلُم ْبِط ُلوَن‬36

Artinya: 172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan

keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah

mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi

saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat

kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)

adalah orang- orang yang lengah terhadap ini (keesaan

Tuhan)", 173. atau agar kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah

mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini

adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka.

Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami karena

perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" ( Q.S Al ‘Araf

172-173)37

2. Memelihara manusia dari kemusyrikan.

Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya

tuntunan yang jelas tentang kepercayaan kepada Tuhan Yang


36
Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung:
Diponegoro, 2008),, (Bandung: Diponegoro, 2008)
37
Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung:
Diponegoro, 2008),, (Bandung: Diponegoro, 2008)

37
Maha Esa, karena kemungkinan manusia untuk terperosok

kepada kemusyrikan selalu terbuka baik secara terang-

terangan maupun secara tersembunyi.

Dengan adanya aqidah Islam sebagai tuntunan yang

harus dipelajari akan menghindarkan manusia dari

kemusyirikan

3. Menghindarkan manusia dari pengaruh akal yang

menyesatkan.

Manusia adalah makhluk sempurna yang diberikan

kelebihan oleh Allah Swt berupa akal pikiran. Akal manusia

kadang-kadang bisa menyesatkan manusia jika tidak

diberikan tuntunan dan bimbingan. Tuntunan dan bimbingan

itu bisa diperoleh melalui akidah Islam.

Dengan demikian terlihat jelas, betapa besar pengaruh

akidah bagi kehidupan seseorang, apabila akidahnya benar,

maka hidupnya akan selamat didunia dan akhirat. Oleh

karena itu sangat perlu bagi kita untuk memperlurus dan

memperkokoh akidah. Apalagi pada kehidupan zaman

sekarang yang penuh dengan godaan, zaman yang penuh

dengan kemajuan teknologi yang apabila kita tidak bisa

menyikapinya dengan baik, akan membuat kita tergelincir ke

dalam kesesatan.

10. Pengertian Akhlak

38
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk

mufradatnya“khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah

pengetahuanyang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan

salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir

dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam

diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika

perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk

atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik

disebut akhlak mahmudah.38

Manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban menunaikan

dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan

akhlak yang buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari syariat

Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh akhlak. Jika

syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak, maka akhlak

menekankan pada kualitas dari perbuatan.

Namun sebelum mengetahui lebih jauh lagi mengenai akhlak,

terlebih dahulu kita harus memahami apa itu akhlak, para ahli telah

banyak memberi definisi sebagai berikut:

Ibnu Maskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

38
Habibah, Syarifah, Akhlak Dan Etika Dalam Islam, (Jurnal, Universitas Syiah Kuala, Aceh,
2015), hlm.73

39
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.39

Menurut Ahmad Bin Mushthafa (Thasy Kubra Zaadah), seorang

ulama ensiklopedis, Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat

diketahui jenis-jenis keutamaan, dan keutamaan itu adalah

terwujudnya keseimbanganantara tiga kekuatan, yaitu kekuatan

berfikir, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan masing-masing

kekuatan itu mempunyai posisi pertengahan diantara dua

keburukan.40

Sementara Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak

adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam tanpa

pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan

melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak baik

lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.41

Dari beberapa pengertian akhlak menurut para ahli tersebut

dapat dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat, atau sifat seseorang

yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan.

Dengan demikian akhlak dapat dikatakan pokok dari ajaran Islam

selain aqidah syariat karena dengan akhlak akan terbina mental dan

jiwa seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi.

39
Chotibul Umam. Pendidikan Akhlak, Upaya Pembinaan Akhlak Melalui Program Penguatan
Kegiatan Keagamaan (Tanggamus: Guepedia, 2021), hlm 24.
40
Dwi Runjani Juwita, “Pendidikan Anak Usia Dini di Era Millenial”, Jurnal Ilmu Tarbiyah, Vol.
7 No. 2 (2018).
41
Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa”, Jurnal Mandiri Ilmu Pengetahuan, Seni,
dan Teknologi, Vol. 2, No. 1, Juni 2018

40
Perbuatan yang baik maupun buruk merupakan manifestasi

akhlak seseorang dimana tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi

oleh aspek-aspek secara sadar maupun diluar kesadaran, sehingga

dapat membentuk pribadinya dan terwujud dalam suatu kebiasaan.

11. Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan benang perekat yang merajut

semua jenis pendidikan, seperti pendidikan akal, pendidikan etika,

pendidikan moral dan sebagainya. Semua jenis pendidikan tersebut

harus tunduk pada kaidah-kaidah akhlak. Abdullah Nashih Ulwan

mengartikan pendidikan akhlak (moral) merupakan prinsip dasar

moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki

dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia

menjadi seorang mukallaf, yakni siap mengarungi lautan

kehidupan.42

Pendidikan akhlak sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Saati ini tersamarkan dengan diadakannya pendidikan karakter

oleh pemerintah. Ada yang berpendapat pendidikan karakter saat

ini diprogramkan menjadi penyempurnaan pendidikan akhlak,

tetapi ada juga yang berpendapat bahwa konsep pendidikan

karakter berbeda dengan konsep pendidikan akhlak. Terlepat dari

pro kontra pendapat tersebut, baik pendidikan akhlak maupun

pendidikan karakter keduanya memeiliki perananan yang penting

42
Khomsiyatin, Nurul Iman, Ayok Ariyanto. “Metode Pendidikan Akhlak Pada Anak Usia Dini di
Bustanul Athfal Aisyah Mangkujayan Ponorogo”, Jurnal Pendidikan Islam, vol 1, No 2 (2017).

41
dalam penanaman olah rasa dan olah hati bagi siswa. Dalam bahasa

pendidikan, olah rasa dan olah hati termasuk ranah afektif yang

menjadi goal terakhir pendidikan. Untuk itu, substansi tujuan

antara pendidikan akhlak dan pendidikan karakter memiliki

persamaan dan penekanan ranah afektif siswa atau olah rasa dan

olah hati yang ada pada pendidikan akhlak zaman dulu.

Pendidikan akhlak disamping sebagai bagian dari rumpun

pendidikan agama Islam, sebenarnya juga menjadi ruh pendidikan

agama Islam. Ruh pendidikan Islam pada dasarnya berupa aspek

afektif yang bisa ditanamkan pada siswa sebagai goal tujuan

pendidikan akhlak. Untuk itu, pembahasan mengenai pendidikan

akhlak yang merupakan produk original pendidikan Indonesia

menjadi sangat urgen dimunculkan kembali ditengah pendidikan

karakter yang lebih cenderung merupakan adopsi dari pola

pendidikan barat.

Pendidikan akhlak sangat penting diberikan kepada anak usia

dini, karena dengan akhlak yang baik bisa menjaga anak kita dari

hal-hal yang dilarang agama, sehingga anak kita bisa terlindungi

dari api neraka. Keluarga merupakan lingkungan utama dan

pertama bagi proses perkembangan anak sekaligus merupakan

peletak dasar kepribadian anak.43 Jika anak dibesarkan dengan

pendidikan akhlak yang baik dari orang tuanya maka dia akan

43
Mas’ud Masduki dan Rois Syuriah. Pendidikan Akhlak Kontekstual (Semarang: CV. Pilar
Nusantara, 2017), hlm 7.

42
tumbuh dengan menjadi seorang anak yang berakhlak mulia,

demikian pula sebaliknya. Setelah mendapatkan pendidikan dari

keluarga, anak-anak kemudian diperkenalkan dengan lingkungan

sekolah. Dalam mencari lembaga pendidikan untuk anak-anaknya

orang tua tidak saja hanya memperhatikan pendidikan dari segi

akademik ataupun kognitif saja, akan tetapi pendidikan akhlak atau

moral juga sangat penting karena dengan pendidikan akhlak yang

baik bisa menjadi dasar anak berperilaku baik di masa mendatang.

Di Indonesia sendiri saat ini yang menjadi permasalahan yakni

semakin merosotnya akhlak masyarakat yang menjadi salah satu

keprihatinan. Globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai

salah satu penyebab kemerosotan akhlak tersebut. Memang

kemajuan filsafat, sains, dan teknologi telah menghasilkan

kebudayaan yang semakin maju namun kebudayaan yang semakin

mengglobal itu ternyata sangat berdampak terhadap aspek moral

manusia itu sendiri, termasuk anak usia dini. Pendidikan yang

berkonsep islami akan membuat anak memiliki filter dalam

perilaku sosialnya, anak akan mampu melaksanakan yang baik dan

menghindari hal-hal yang buruk. Oleh karena itu, pembentukan

akhlak yang baik diawali dari pemberian pengajaran islam sedini

mungkin bagi anak.

12. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak

1) Dasar Pendidikan Akhlak

43
a. Dasar Religius

Dasar merupakan landasan yang harus dimiliki seseorang,

dan dapat menjadi pondasi atau benteng. Juga halnya dasar

pendidikan akhlak sesuai dengan dasar pendidikan agama

Islam yaitu Al-Qur’an dan hadis, merupakan dasar religius.

Dengan berdasarkan pada pedoman keduanya dalam

pendidikan akhlak dapat mengantarkan manusia keapada

kehidupan yang baik dan benar. Dalam Al-Qur’an dijelaskan

tentang pentingnya pendidikan akhlak sebagai berikut:

Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104.

ۗ ‫َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ُاَّم ٌة َّيْد ُعْو َن ِاىَل اَخْلِرْي َوَيْأُمُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر‬

‫َوُاوٰۤلِٕى َك ُه ُم اْلُم ْف ِلُح ون‬

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan

orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat)

yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan

mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-

Imran: 104)44

‫َوِاَّنَك َلَعٰل ى ُخ ُلٍق َعِظ ْيٍم‬

44
Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung:
Diponegoro, 2008),, (Bandung: Diponegoro, 2008),

44
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi

pekerti yang luhur”. (QS. Al-Qalam: 4)45

Q.S Al. Ahzab. Ayat: 21

‫ّٰل‬ ‫ِل ّٰلِه‬


‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ْيِف َرُسْو ال ُاْس َوٌة َح َس َنة ِّلَمْن َك اَن َيْرُج وا ال ه َواْلَيْوَم‬

‫اٰاْلِخ َر َو َذَك َر الّٰل َه َك ِثْيًرا‬

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat

dan yang banyak mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)46

Berdasarkan ayat-ayat diatas, bahwasanya terdapat suri

tauladan yang baik terdapat pada diri Rasulullah Saw, yang

telah dibekali akhlak yang mulia dan luhur sebagai panutan

semua ummat manusia.

Hadis Rasulullah yang menjadi dasar pendidikan akhlak

sebagai berikut: Artinya: Sesungguhnya aku diutuskan untuk

menyempurnakan akhlak mulia. (hadis riwayat Ahmad). Dan

pada hadis yang lain Rasulullah Saw bersabda yang artinya

tidak ada yang paling berat dalam timbangan (amal)

melebihi akhlak mulia. (Hadis riwayat Tirmizi). Sementara

pada hadis yang lain juga Rasulullah Saw bersabda: artinya:

Sesungguhnya diantara orang yang paling aku cintai


45
Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, hlm.245
46
Departemen Agama RI, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan,hlm. 124

45
diantara kalian dan paling dekat tempat duduknya dengan

Ku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik

akhlaknya. (Hadis riwayat Tirmizi). Dan pada Hadis lain

Rasulullah Saw bersabda: artinya: sesungguhnya seorang

hamba dengan akhlak baik dapat mencapai derajat yang

agung dan tempat tinggal yang mulia, kendati amal

ibadahnya ringan. (Hadis riwayat Tarbani).47

b. Dasar Konstitusi

Sebagai warga Negara Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancaila dan Undang-Undang Dasar 1945

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara

berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan

yang adil dan beradab. Maka undang-undang mengatur

pemerintah sebagai penyelenggara Negara untuk memelihara

budi pekerti rakyat yang luhur (UUD 1945, 2004: 23).

Warga Negara Republik Indonesia yang berketuhanan yang

Maha Esa hendaknya membina dan memelihara moral dan

budi pekerti masyarakat yang luhur, bila masyarakat

memiliki moral dan budi pekerti yang baik timbulah rasa

saling hormat menghormati sayang menyayangi sesama

warga negara sehingga terwujudnya kedamaian dan

ketentraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

47
Husaini. Pembelajaran Materi Pendidikan Akhlak (Medan: CV Pusdikra Mitra Jaya, 2021), hlm
38.

46
Merupakan tujuan sasaran yang hendak dicapai dan

sekaligus merupakan pedoman yang memberikan arah bagi

segala aktivitas yang dilakukan.

2) Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang berproses dan

terencana sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut

berfungsi sebagai titik pusat perhatian dalam melaksanakan

kegiatan serta sebagai pedoman guna mencegah terjadinya

penyimpangan dalam kegiatan.

Begitu pula halnya dengan pendidikan akhlak. Menurut

Muhammad Atiyyah al-Abrasyi, tujuan pendidikan akhlak

adalah “untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik,

berkemauan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia

dalam tingkah laku serta beradab”.48

Adapun menurut Imam Al-Gazali, tujuan pendidikan

akhlak dalam prosesnya haruslah mengarah kepada pendekatan

diri kepada Allah dan kesempurnaan insani, dapat membentuk

kepribadian muslim yang memiliki sifat terpuji, sehingga setiap

perbuatan baik yang dilakukan terasa nikmat, dan pada akhirnya

dapat mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya

48
Muhammad Aţiyyah al-Abrâsyî, Dasar-dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994),
hlm. 103.

47
yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sehingga tujuan

pendidikan akhlak dirumuskan sebagai pendekatan diri kepada

Allah, yaitu untuk membentuk manusia yang saleh, yang

mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah

dan kewajiban- kewajibannya kepada manusia sebagai hamba-

Nya.49

Rumusan yang sederhana namun cukup mengena

ditawarkan oleh Zakiah Daradjat. Menurutnya, tujuan

pendidikan akhlak adalah untuk membentuk karakter muslim

yang memiliki sifat-sifat terpuji. Zakiah berpendapat bahwa

dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman.

Iman merupakan pengakuan hati, dan akhlak adalah pantulan

iman tersebut pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah

maknawi, sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam

perbuatan, yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah

semata.50

Dalam hal ini, Zakiah menekankan bahwa akhlak adalah

implementasi dari iman. Tujuan pendidikan akhlak dengan

demikian adalah untuk membuat peserta didik mampu

mengimplementasikan keimanan dengan baik.

13. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

49
Abû Hâmid al-Ġazâlî, Ihyâ' „Ulûm ad-Dîn, Jilid III, (Kairo: Dâr ar-Rayyân, 1987) hlm. 56
50
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1993), hlm.
67-70.

48
Pendidikan akhlak berkisar tentang persoalan-persoalan

kebaikan, kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai

persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana

seseorang bertingkah laku.51 Sehingga ruang lingkup pendidikan

akhlak, pada dasarnya tidak lepas dari akhlak terhadap Khalik dan

akhlak terhadap makhluk. Namun untuk lebih jelasnya, akan

dipaparkan klasifikasi tersebut dalam penjelasan di bawah ini:

a) Akhlak terhadap Allah Swt

Hal yang menjadi pangkal atau titik tolak akhlak kepada

Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa “Laa Ilaaha

Ilallaah” tiada Tuhan selain Allah Swt. Allah yang Maha

sempurna dan bersih dari segala sifat kekurangan. Akhlak

terhadap Allah Swt, merupakan sikap atau perbuatan yang

seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk terhadap

Khaliknya.52

Perbuatan yang termasuk dalam kategori ini adalah:

1) Ikhlas

Ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha

Allah Swt. Ikhlas juga bisa diartikan sebagai berbuat tanpa

pamrih, hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah.

51
13M. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
hlm. 201
52
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm.7

49
Menurut Yunahar Ilyas, persoalan ikhlas ditentukan oleh

tiga faktor, yaitu:

a) Niat yang ikhlas, mencari ridha Allah,

b) beramal dengan sebaik-baiknya, ikhlas dalam

melakukan sesuatu harus dibuktikan dengan melakukan

perbuatan sebaik-baiknya

c) Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat, misalnya

mencari ilmu. Seseorang disbut ikhlas jika memiliki

niat karena Allah, tekun belajar, dan setelah berhasil,

maka seseorang tersebut harus dapat memanfaatkan

ilmunya dengan tepat. Bukan hanya untuk kepentingan

pribadi seperti cari uang, kedudukan dan kesnangan

materi saja, namun juga kepentingan umat manusia.53

2) Taqwa

Definisi takwa adalah mengikuti segala perintah Allah dan

menjauhi segala larangan-Nya. Menurut ‘Afif ‘Abd al-

Fattah Tabbarah, makna asal dari takwa adalah

pemeliharaan diri. Muttaqin adalah orang-orang yang

memelihara diri mereka dari azab dan kemarahan Allah di

dunia dan di akhirat dengan cara berhenti di garis batas


53
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2006), hlm. 29-32

50
yang telah ditentukan, melakukan perintah-perintah-Nya

dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan Allah

tidak memerintahkan kecuali yang baik, dan tidak melarang

kecuali yang member mudharat kepada mereka.54

3) Zikrullah (Mengingat Allah)

Mengingat Allah merupakan asas dari setiap ibadah kepada

Allah Swt. karena merupakan pertanda hubungan antara

hamba dan Pencipta pada setiap saat dan tempat. Zikrullah

merupakan aktivitas paling baik dan paling mulia bagi Allah

Swt.55

Berkaitan dengan perintah berzikr, Allah Swt. berfirman:

‫َفٱْذُك وِنٓى َأْذُك ُك ٱْش ُك و۟ا ِلى اَل َتْك ُف وِن‬


‫ُر‬ ‫َو‬ ‫ْر ْم َو ُر‬ ‫ُر‬

Artinya: “karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku

ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan

janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.56

(Q.S. Al-Baqarah: 2 ayat 152).

b) Akhlak terhadap diri sendiri

Keberadaan manusia di alam ini berbeda bila dibandingkan

dengan makhluk lain, totalitas dan integritasnya selalu ingin

merasa selamat dan bahagia. Setiap manusia memiliki

kewajiban moral terhadap dirinya sendirir, jika kewajiban


54
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,hlm 17-18
55
Rosihon Anwar, Akhlak Taswuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 92
56
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2008), hlm.23

51
tersebut tidak dipenuhi maka akan mendapat kerugian dan

kesulitan.57 Akhlak terhadap diri sendiri harus ditunaikan agar

mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat, akhlak terhadapa diri

sendiri meliputi:

1) Syukur

Syukur merupakan sikap di mana seseorang tidak

menggunakan nikmat yang diberikan oleh Allah untuk

melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur ini

ditandai dengan menggunakan segala nikmat atau rizki

karunia Allah untuk melakukan ketaatan kepada-Nya dan

memanfaatkannya ke arah kebajikan bukan

menyalurkannya ke jalan maksiat atau kejahatan. 58 Adapun

karunia Allah Swt yang harus dimanfaatkan dan dipelihara

seperti pancaindra, harta benda, ilmu pengetahuan dan

sebagainya.

2) Memelihara kesucian diri (‘iffah)

Memelihara kesucian diri (al-‘iffah) adalah menjaga

diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara

kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri ini

hendaknya dilakukan setiap hari, yakni mulai dari

memelihara hati untuk tidak membuat rencana dan angan-

angan buruk. Demikian juga memelihara lidah dan anggota

57
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, hlm.10
58
Rosihon Anwar, Akhlak Taswuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 98

52
badan lainnya dari sgala perbuatan tercela karena sadar

bahwa segala gerak manusia tidak lepas dari penglihatan

Allah.

c) Akhlak terhadap sesama manusia

Dalam berinteraksi sosial, baik seagama, berbeda agama,

tetangga, kawan ataupun lawan, sudah selayaknya dibangun

berdasarkan kerukunan hidup dan saling menghargai satu sama

lain. Islampun mengajarkan bagaimana seharusnya bersikap

baik terhadap orang lain. Dalam hal ini merata di berbagai

bidang, seperti: 1) bidang politik mencakup akhlak pemimpin

kepada rakyatnya, dan akhlak rakyat terhadap pemimpin, 2)

bidang ekonomi, meliputi: akhlak dalam berproduksi,

distribusi, dan bertransaksi. 3) bidang budaya, yakni akhlak

dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, guru dan lain-lain.

Sikap-sikap yang mencerminkan bersosial adalah:

1) Membina hubungan baik dengan masyarakat

Seorang muslim harus bisa berhubungan baik

dengan masyarakat yang lebih luas. Hubungan baik

dengan masyarakat ini diperlukan, karena tidak ada

seorangpun yang dapat hidup tanpa bantuan masyarakat.

Lagi pula, hidup bermasyarakat merupakan fitrah manusia.

Dalam surat al-Hujurat diterangkan, bahwa manusia

diciptakan dari lelaki dan perempuan, bersuku-suku,

53
berbangsa- bangsa, agar mereka saling kenal-menganal.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, menurut al-

Qur’an, manusia secara fitri adalah makhluk sosial dan

hidup bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan bagi

mereka.59

2) Suka menolong orang lain.

Dalam hidup, setiap orang slalu membutuhkan

bantuan dan pertolongan orang lain. Orang mukmin

apabila melihat orang lain tertimpa kesusahan, akan

tergerak hatinya untuk menolong mereka sesuai

kemampuannya. Apabila tidak ada bantuan berupa benda,

kita dapat membantunya dengan nasihat, atau kata-kata

yang dapat menghibur hatinya. Bahkan sewaktu-waktu

bantuan jasa lebih diharapkan daripada bantuan lainnya.60

d) Akhlak terhadap lingkungan.

Maksud dengan lingkungan dalam hal ini adalah segala

sesuatu yang ada di sekitar manusia baik binatang, tumbuh-

tumbuhan, dan benda tidak bernyawa. Allah menciptakan

binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda tidak bernyawa yang

semuanya memiliki ketergantungan kepada Allah. keyakinan

ini mengantarkan sesama muslim untuk menyadari bahwa

59
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, hlm.205
60
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,hlm 113-114

54
semuanya adalah makhluk Tuhan yang harus diperlakukan

secara wajar dan baik.61

B. Gambaran Umum Cerpen

1. Pengertian Cerpen

Cerpen atau cerita pendek adalah tulisan yang menggmbarkan

tentang kehidupan manusia di suatu tempat dan dalam kurun

waktu tertentu. Tulisan ini dibuat pendek, maksimal 20.000

karakter, meskipun sebenarnya bisa dibuat panjang, lebih dari

sejuta karakter. Tulisan yang dibuat panjang tidak disebut cerpen,

tetapi disebut novel atau biografi. Cerpen yang baik adalah cerpen

yang mudah dipahami, mudah dimengerti, menggunakan bahasa

yang indah, mentaati kaidah bahasa, judulnya menarik, dan

meyakinkan.62

Tak ada batasan yang pasti tentang tempat, tetapi cerpen yang

baik hanya menggambarkan peristiwa di sebuah tempat, tidak

menggambarkan peristiwa ditempat lain, meskipun keduanya

saling berhubungan. Adapun yang perlu diperhatikanpada seorang

penulis ialah niat yang baik, motivasi, mampu menguasai bahasa,

suka membaca dan pandai menyesuaikan gaya penulisan mengikuti

kehendak pembaca. Menulis sebuah cerpen ibarat membangun

sebuah rumah, mesti ada bahan-bahan untuk membangunnya.

Kalau rumah mesti ada tiang atap, dinding, lantai, dan sebagainya.

61
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, hlm.12
62
Heri, Menggagas Sebuah Cerpen (Semarang: ALPRIN, 2019), hlm 2.

55
Beberapa ahli menjelaskan tentang pengertian cerpen, diantara

yaitu sebagai berikut:

Menurut Sumardjo dan Saini mengatakan bahwa cerpen adalah

cerita yang pendek, tetapi dengan hanya melihat fisiknya yang

pendek orang belum dapat menetapkan sebuah cerita yang pendek

adalah sebuah cerpen.63

Menurut Zulfajnur, dkk. Mengemukakan bahwa cerpen adalah

suatu peristiwa (kejadian) apa saja yang menyangkut persoalan

jiwa atau kehidupan manusia. Pendapat lain mengenai cerpen juga

dikemukakan oleh Strong yang dikutip Tarigan, cerpen

menimubulkan minat masyarakat yang cukup besar untuk

membacanya. Hal ini disebabkan karna cerpen yang singkat tetapi

lengkap. Sastrawan sebagai pencipta sastra dapat menulis dan

mengemukakan pikiran dan sikapnya terhadap sesuatu dengan

cepat dan simpel. Demikian juga pembaca dapat menikmati karya

sastra itu dengan tidak perlu mengrobankan waktu terlalu lama. 64

Nuryatin & Retno, berpendapat bahwa cerpen tidak terlepas

dari fakta (peristiwa/pengalaman). Artinya sebuah cerpen dapat

diciptakan berdasarkan suatu peristiwa atau pengalaman yang

terjadi. Fiksi merujuk pada pengertian rekaan atau konstruksi

dalam cerpen terdapat pada unsur fisiknya. Sementara fakta

63
Indah Rimawan, Annisyah Wahyuni Purba, Karina Oktaviana. CARA MUDAH MENULIS
CERPEN: Bahan Ajar untuk Tingkat SMA Pelajaran Bahasa Indoensia (Medan: Guepedia, 2022),
hlm 12.
64
Andri Wicaksono. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya
(Garudhawaca, 2014), hlm 56.

56
yang merujuk pada realitas dalam cerpen terkandung dalam

temanya. Dengan demikian, cerpen dapat disusun berdasarkan

fakta yang dialami atau dirasakan oleh penulisnya. 65

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa cerpen adalah sebuah cerita fiksi yang dapat ditulis

berdasarkan suatu peristiwa atau pengalaman yang dapat dibaca

selesai dalam sekali duduk.

2. Ciri-Ciri Cerpen

Ciri-ciri sebagaimana dijelaskan oleh Henry Guntur Tarigan

dapat diringkas berdasarkan aspek ekspreksi, unsur peristiwa,

pragmatik, struktur, dan gaya bahasa. Ciri-ciri cerpen sebagai

berikut:

1. Dari sisi ekspresi, cerpen harus mengandung interpretasi

pengarang tentang kehidupan.

2. Dari sisi unsur peristiwa, cerpen, harus mengungkapkan sebuah

insiden yang menguasai jalan cerita.

3. Dari sisi unsur aktan, cerpen harus memiliki tokoh utama atau

pelaku.

4. Dari sisi pragmatik, cerpen harus memiliki satu efek atau kesan

yang menarik.

5. Dari sisi struktural, cerpen harus singkat, padu, dan intensif.

65
Esti Nurhayati, Dwi Rohman Soleh, “Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode
DISCOVERY LEARNING dan Media Lagu Pada Siswa SMPN 3Madiun”, Jurnal Profesi dan
Keahlian Guru (JPKG), Vol 3 No. 2 (2022).

57
6. Dari sisi gaya bahasa, cerpen harus tajam, sugestif, dan menarik

perhatian.

Ciri-ciri diatas mengandung kelemahan karena tidak

menjelaskan secara spesifik tentang cerpen. Ciri-ciri tersebut bisa

saja diterapkan pada ragam prosa lainnya yakni novel. Oleh karena

itu dibutuhkan ciri-ciri lain.66

Ciri-ciri esensial itu bisa dilihat berdasarkan kekhasan cerpen

dibandingkan dengan bentuk lain. Meskipun secara kasat mata

terdapat perbedaan antara cerpen dan novel, tetapi perbedaan yang

lebih mendasar antara keduanya juga ada. Dikutip dari Trianto,

dkk. Ciri cerpen ditandai dengan jumlah karakter yang relatif kecil

mencakup satu tindakan tunggal dengan satu fokus tematik.

Dibawah ini adalah ciri-ciri cerpen yang lebih spesifik untuk

membedakannya dengan cerpen.67

1. Hanya Satu Peristiwa Fenomenal Saja yang Diceritakan

Peristiwa yang diceritakan hanya tunggal yang dialami oleh

tokoh. Penulis ditantang untk bisa mengangkat peristiwa tajam,

unik, dan fenomenal. Untuk itu sebelum menulis cerpen

renungkan dulu secara matang peristiwa apa yang dapat

menggugah selera pembaca, memancing penasaran, membuat

pembaca menebak-nebak.

2. Hanya Memunculkan Satu Alur Tunggal


66
Saifur Rahohman. Pembelajaran Cerpen ( Jakarta: Bumi Aksara, 2019), Hlm 36.
67
Murdiati Supeni. Menuju Cerpen Andal Panduan Praktis Menulis Cerpen bagi Pemula
(Lombok: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia, 2021), hlm 3.

58
Alur cerpen cukup sederhana, tidak berliku-liku. Hal ini

dikarenakan cerpen hanya mengupas sepenggal peristiwa yang

dialami tokoh. Dalam cerita kita kenal ada alur maj, akur

mundur, dan alaur campuran. Pada umumnya, alur pada cerpen

menggunakan alur maju. Alur maju sangat diminati karena

dalam pengembangan cerita lebih mudah dibuat. Cerita adiawali

dengan tahapan pengenalan tokoh dan dilanjutka dengan

rangkaian peristiwa sampai akhir peristiwa secara berututan.

3. Pada Umumnya Berkisar 10 Ribu Kata

Cerpen berkisar kurang lebih sepuluh ribu kata. Itu sudah

cukup menjelaskan untuk menceritakan satu peristiwa yang

dialami tokoh. Bisa dibaca saat sedang santai atau menyelingi

kesibukan pembaca. Melihat sifatnya yang singkat, membuat

cerpen tidak akan menguras waktu dan tenaga.

4. Bersifat Fiktif

Cerpen merupakan cerita khayalan si penulis. Cerpen bisa

terinspirasi dari kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari, juga

bisa murni rekayasa penulis. Prosesnya tinggal olah,

dikombinsikan dengan ide imajinatif penulis. Keduanya

membawa seseorang merasakan sebuah kenikmatan bagi

pembaca.

5. Tidak Melibatkan Semua Tokoh

59
Cerpen tidak membutuhkan tokoh banyak. Satu tokoh utama dan

beberapa tokoh tambahan sudah dianggap cukup. Peristiwa yang

terjadi pada tokoh utama itulah yang digambarkan lebih dalam,

dan tuntas. Toko yang lain hanya sekilas agar ceritanya tidak

terkesan kaku dan membosankan.

6. Terdapat Konflik

Dalam cerpen, konflik yang dimunculkan hanya satu konflik

besar, dan knflik tersebut akan dikupas tuntas sehingga

menimbulkan ketegangan yang dahsyat. Tidak seperti cerita

novel, yang konfliknya sengaja dimunculkan lebih dari satu

karena ceritanya memang panjang dan berliku. Konflik sangat

penting keberadaanya. Karena tanpa konflik maca cerpen akan

membosankan dan tidak menarik untuk dibaca

7. Terdapat Penyelesaian

Penyelesaian merupakan akhir dari suatu konflik cerita. Konflik

diselesaikan sekehendak penulis. Biasanya penulis akan

menyelesaikan konflik yang dibuat melalui pesan moral ayng

sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Penyelesaian

konflik dalam cerita bisa berakhir dengan bahagia (happy

ending), sedih (sad ending), atau menggantung. Pada cerita

ending yang menggantung biasanya penulis memberi

kesempatan kepda pembaca untuk memutuskan sendiri akhir

dari ceritanya. Hal ini dikarenakan penulis punya pandangan,

60
bahwa pembaca berasal dari latar belakang yang beragam,

sehingga mempunyai pandangan bervariasi untuk

menyelesaikan konflik yang ada pada cerita tersebut.

8. Menggunakan Kata-Kata yang Sederhana.

Cerpen menggunakan kata yag sederhana dan ekonomis atau

simpel. Namun tidak mengurangi makna dan kejelasan alurnya.

Justru kesederhanaannya itulah yang membuat cerpen lebih

mudah diikuti, dipahami, dan dinikmati.

3. Jenis-Jenis Cerpen

1. Cerpen Berdasarkan Jumlah Katanya

KBBI menegaskan cerpen sebagai kisah pendek dengan kata

kurang dari 10.000 kata yang memberikan kesan tunggal yang

dominan dan memusatkan diri satu tokoh dalam satu situasi.

Sampai 10.000 kata masih dikategorikan sebuah cerpen.

Berdasarkan jumlah katanya cerpen dibedakan menjadi 3 tipe

yaitu:

a. Cerpen mini, cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000

kata.

b. Cerpen ideal, cerpen dengan jumlah kata 3.000-4.000 kata.

c. Cerpen panjang, yaitu cerpen dengan kata 4.000-10.000 kata.

61
4. Cerpen Berdasarkan Teknik Mengarangnya

a. Cerpen Sempurna

Cerpen yang berfokus pada satu tema dengan plot yang

sangat jelas dan akhir yang mudah dimengerti. Cerpen jenis

ini umumnya bersifat relistis (fakta), biasanya cerpen dengan

jenis ini enak dibaca dalam waktu kurang dari satu jam.

b. Cerpen tak utuh

Tidak seperti cerpen sempurna, cerpen ini tidak berfokus

pada satu tema (temanya terpencar-pencar), plot atau alurnya

tidak terstruktur, dan kadang-kadang ceritanya dibuat

menggantung oleh penulisnya. Cerpen jenis ini biasanya

bersifat kontemporer, dan ditulis berdaasarkan ide-ide atau

gagasan-gagasan yang orisinil, sehingga lazim disebut

sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit

dipahami oleh para pembaca, biasanya harus dibaca

berulang ali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya.68

4. Unsur-Unsur Cerpen

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik merupakan unsur penting yang tidak boleh

dilewatkan dalam karya sastra. Komponen-komponennya

terdiri dari tema, latar, pesan atau amanat, penokohan, sudut

pandang, dan alur. Berikut adalah penjelasan-penjelasannya.

a. Tema
68
Edward Horas. Praktek Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2), (Jakarta:Guepedia,2022), hlm 7

62
Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah dasar sebuah

cerita. Dari ide dasar dapat dibangun unsur-unsur

pendukung lainnya.

b. Latar (setting)

Latar cerpen dapat berupa tempat, waktu, suasana, dan

budaya yang menglikup cerita.

c. Pesan atau amanat

Pesan pengarang berupa nilai didik yang akan disampaikan

oleh pengarang kepada pembacanya. Baik secara tegas,

berterus terang ataupun tanpa ragu-ragu.

d. Penokohan

Penggambaran watak-watak toko berdasarkan

segalasifatnya didalam cerita, baik secara jelas maupun

tersamar.

e. Sudut Pandang

Merupakan cara pengarang bercerita dengan menempatkan

pengarang sebagai orang pertama, kedua, ketiga, atau

bahkan diluar cerita.

63
f. Alur

Dalam cerpen, alur tidak begitu nampak jelas karena

ceritanya yang pendek. Namun jika kita ingin mengetahui

alur dalam cerpen, kita dapat menyampaikan peristiwa atau

kejadian dengan tahapan-tahapan tertentu.69

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur Ekstrisnik adalah usnur yang membangun karya sastra

dari luar. “Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di

luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi bangunan atau system organisasi karya sastra.70

Unsur ekstrinsik antara lain nilai-nilai budaya, nilai sosial,

ataupun nilai agama dan nilai moral. Berikut uraian masing-

masing penjelasan unsur ekstrinsik tersebut.

a. Nilai Budaya

Nilai budaya merupakan adat istiadat yang terdapat dalam

setiap daerah. Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang

berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya

cipta manusia71 Nilai budaya juga dapat dikatakan sebagai

aturan-aturan yang ada di dalam lingkungan masyarakat.

b. Nilai Sosial

69
Yustinah, Ahmad Iskak, Bahasa Indonesia Tatanan Unggul (Jakarta: Erlangga, 2006) hlm. 8
70
Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta(Gadjah Mada University Press,2009)
hlm. 23
71
Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra.(Bandung:Yrama Widya,2012) hlm 3

64
Nilai sosial merupakan keseluruhan norma dan penilaian

yang digunakan oleh masyarakat tentang bagimana manusia

menjalankan kehidupannya. “Nilai sosial berhubungan

dengan tata laku hubungan antara sesama manusia

(kemasyarakatan).72

Nilai sosial merujuk pada hubungan manusia dengan

manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Nilai Agama

Nilai agama merupakan ketentuan hidup yang harus

diterima oleh manusia sebagai perintah ataupun larangan

yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. “Nilai agama

berkaitan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

Allah dan utusan-utusannya.73 Nilai agama merupakan nilai

yang mengajarkan manusia untuk menjadi manusia yang

baik dan menjalankan kehidupan dengan kedamaian,

keamanan, dan kemaslahatan agar tidak terjadi kekacauan.

d. Nilai Moral

Nilai moral merupakan nilai dalam cerita yang berkaitan

dengan akhlak, perangai atau etika seseorang dalam

berinteraksi dengan sesamanya. “Nilai moral adalah sistem

nilai tentang motivasi, perilaku dan perbuatan tertentu

dinilai baik dan buruk.74 Moral merupakan sistem yang


72
Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, hlm.3
73
Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, hlm.45
74
Kosasih, Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra, hlm.3

65
menuntun seseorang dalam berperilaku. Perilaku yang

ditunjukkan seseorang dalam kehidupan dapat disebut

sebagai akhlak. Seseorang dengan moral yang baik tentu

akan memiliki perilaku yang baik, dengan demikian orang

tersebut dapat dikatakan memiliki akhlak yang baik pula.

e. Nilai Etika

Secara etimologis kata “etika” berasal dari bahasa Yunani,

yaitu dari kata “ethos” yang berarti peradat atau kebiasaan

baik yang tetap. Orang yang pertama kali menggunakan

kata-kata itu adalah seorang Filosof Yunani yang bernama

Aristoteles. Dikatakan dalam kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) bahwa etika adalah ajaran tentang baik

dan buruk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban dan

sebagainya.75

75
Heri,Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. (Bandung:Alfabeta,2014),
hlm.14

66
BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK DAN HASIL PENELITIAN

A. Profil Taufiq Al-Hakim

Taufiq Al-Hakim yang dikenal sebagai sastrawan Mesir dan

melahirkan banyak karya sastra tersebut lahir di Dlahiyatu Ar Raml,

Iskandaria, Mesir pada 9 Oktober 1898 yang saat itu sedang musim panas

di Mesir. Taufiq Al-Hakim sendiri memiliki darah keturunan Arab-Turki.

Darah Arab berasal dari ayahnya yang merupakan anak petani kaya raya di

Mesir dan bekerja sebagai hakim di pengadilan desa Al- Delnegat di

Baheira Tengah, sedangkan darah Turki dari ibunya Ismail el-Beik yang

sangat cantik jelita dan ibunya merupakan anak pensiunan perwira Turki .

Riwayat pendidikan Taufiq Al-Hakim diawali dengan jenjang Sekolah

Dasar di Damanhur pada tahun 1915 di usianya ke 7 tahun. Setelah lulus

di Damanhur beliau melanjutkan pendidikan di sekolah menengah

“Muhammad Ali” di Kairo atas permintaan ayahnya. Selama mengenyam

pendidikan di sekolah menengah di Kairo beliau tinggal bersama paman

dan bibinya.

Di usianya yang masih muda saat itu, Taufiq Al-Hakim dijebloskan

ke penjara dengan tuduhan afiliansi serta fitnah pada pemerintahan Mesir

dibawah pimpinan Sa’ad Zaglul. Kabar berita tersebut sampai di telinga

ayah Taufiq Al- Hakim dan beliau secepat nya mengurus tuntutan

pembebasan Taufiq Al-Hakim namun hal itu sangat sulit. Taufiq Al-Hakim

sendiri di dalam penjara merenungi dan mengeluarkan segala imajinasinya

67
dalam bentuk karya sastra. Setelah ia keluar dari penjara dan di tahun 1920

Taufiq Al-Hakim mendapat ijazah kafaah di Mesir dan melanjutkan

pendidikannya di Eropa mengambil konsentrasi hukum. Paris adalah

domisili beliau saat sekolah hukum dan disana beliau menulis banyak

sekali naskah drama yang beliau tulis dan diperankan oleh Teater Uzbek.

Dalam perjalanan hidupnya Taufiq Al-Hakim menyadari bahwa ilmu yang

ditekuni di sekolah bukan hambatan untuk berkembang di bidang lain.

Pemikirannya tersebut menurut ( Anis Sirsaeba , 2008 ) memunculkan

idenya untuk mengembangkan bakatnya di dunia sastra hingga di tahun

1932 Taufiq Al-Hakim merilis teater nya berjudul “Ashabul Kahfi”yang

termotivasi dari Surat Al Kahfidalam al-Quran. Namanya kian dikenal di

seluruh pelosok Mesir karena di tahun 1934 Taufiq Al- Hakim

mempersembahkan drama berjudul “Syahrazad” yang dikenal sebagai

(KIsah Seribu Satu Malam). Hal itu menjadikan beliau dikenal sebagai

pelopor drama kontemporer. Di tahun 1935 beliau mengundurkan diri dari

pekerjaan di Departemen Kehakiman dan berpindah ke Departemen

Pendidikan namun tak berselang lama beliau pindah ke Departemen Sosial

dan di tahun 1943 beliau bertekad mengembangkan sastra di mesir dan

mengabdikan dirinya menjadi sastrawan Mesir. Beliau wafat pada 26 Juli

1987 di Kairo, Mesir.

68
B. Karakteristik Karya Taufiq Al-Hakim

Karakteristik karya Taufiq Al-Hakim banyak yang menggambarkan

hal gaib atau mistis dan direalisasikan ke dunia nyata. Tema-tema nya pun

membahas hal-hal yang membahas ghaib, metafisis, religi dan filsafat.

Meski ada beberapa karya yang membahasa percintaan namun bumbu-

bumbu khas karya Taufiq Al- Hakim tetap ada.hal tersebut dilatarbelakangi

oleh masa mudanya yang menjadi tahanan penjara kemudian mengubah

imajinasinya menjadi seperti hasil renungannya di penjara.

Teater beliau sendiri memiliki 3 tujuan yang menjad ciri khasnya,

antara lain :

a) Teater biografi : menjelaskan riwayat kehidupan tokoh dari awal

hingga pengalaman berharga tokoh hinggat wafatnya, contoh Al-Aizs

dan Amama Shibbak al Tzakir.

b) Teater Intelektual : Jenis ini dengan memerankan sebuah lakon untuk

dibaca buka untuk diperankan.

c) Teater Objektif : Teater ini memiliki ciri khas yaitu memberi motivasi

dan pesan kepada masyarakat tentang hal positif tentang nilai-nilai

kehidupan. Beliau menggunakan alira simbolisme dan realisme pada

karya teater jenis ini, contoh Yaa Tali al-Shajarah.

C. Karya-karya Taufiq Al-Hakim

Karya beliau sangatlah banyak dan beragam seperti drama, novel

atau cerpen.

Drama

69
1. Ahlul Kahfi (1932)

2. Syahrazad (1934)

3. A Bullet in Heart (1933)

4. Leaving Paradise (1926)

5. A Man without Soul (1937)

6. Braksa aw Mushkilat Al-Hukm/ Masalah Pemerintahan (1939)

7. Al Malik Udib (1949)

8. Al-Safqa (1956)

9. Sulayman Al-Hakim (1943)

10. Al-Aydi Al-Na’ima (1959)

11. ISIS (1955)

12. Masrah Al-Mugtama’ (1950)

13. Lau Arafa asy-Syabab

14. Bank al-qalaq

15. Majlis Al-Adl

16. Shahibaat al –Jalaalah

17. As-Shultan Al-Haair

18. Al-Zalzal

19. Al-Khuruj min al-Jannah

20. Al-warathah

21. Al-Aizs

22. Yaa Tali al-Shajarah .

Novel

70
1. Awdat Al-Ruh (1933)

2. Usfour min Al Sharq (1938)

3. Raqisat Al-Ma’bad (1939)

4. Yamiyat Naib fil-Aryaf (1937)

5. Al-Ribat Al-Muqoddas (1944)

6. Al-Qasr Al-Mashour (1957)

7. Ashab Malik Al-Tufaylayin (1938)

8. Rihlat Ilal Ghad

9. Tahya Mishbah Al-Ahdhar

10. Zahratu Al-Umri

11. Nasyid Al-Ansyad

12. Rashashas fii Qalbi

13. Malik Thifiliin

14. Mashir Sharshar

15. Ladzat Shidqi

Cerpen

1. Arinillah (1953)

2. Ahd Al-Syaithan (1938)

3. Adalah wa Fann (1953)

4. Madrasit Al-Mughafiliin (1953)

5. Laiyat Al-Zifaf (1966)

6. Sultan al-Zalam (1941)

7. Ahl Al-Fann (1934)

71
D. Aliran Karya Sastra Taufiq Al-Hakim

Aliran realisme merupakan aliran yang berusaha untuk

menggambarkan objek seperti apa adanya (realis). Kenyataan yang

dikemukakan oleh aliran ini yaitu secara objektif, dimana pengarang

melukiskan dunia kenyataan dan segala- galanya seperti apa yang terlihat.

Apa yang dituliskan oleh para pengarang realis merupakan hal-hal yang

nyata, yang pernah terjadi. Sebab, seluruh karya tersebut haruslah fakta

atau realita yang kemudiandikarang kembali menggunakan bahasa

sastrawi. Dalam hal ini Taufik Al-Hakim dalam kesuastraan Arab termasuk

yang menganut aliran sastra realism (realisme). Sebab ia dianggap sebagai

puncak prestasi aliran realisme sastra di Mesir.

Aliran inipun juga tergambar dalam karya cerpen Taufik Al-Hakim

yang berjudul “Dalam Perjamuan Cinta”. Dalam cerpen ini Taufik

memberikan gambaran bahwa tokoh gadis mewakili bentuk keegoisan

perempuan dengan seluruh sifatnya yang ingin selalu menguasai kaum

laki-laki dan bertindak semaunya. Tokoh ketiga laki-laki (tiga pemuda)

mewakili bentuk ketundukan dan kepatuhan yang mudah diperdaya oleh

kaum perempuan. Dengan kata lain, pada umumnya kaum laki-laki tidak

kuasa untuk menolak dan menghindar dari kaum perempuan. Dalam

kondisi ini laki laki diposisikan sebagai mahluk yang lemah jika berada di

samping kaum perempuan.

E. Hasil Penelitian

72
Berdasarkan dari hasil yang saya teliti, nilai-nilai akidah akhlak

yang terdapat dalam kumpulan cerpen dalam perjamuan cinta karya Taufiq

Al Hakim adalah sebagai berikut :

1. Nilai Akhlak yang terdapat pada Cerpen yang berjudul lihatkan Allah

padaku dan sang tukang yaitu :

a) Akhlak terhadap orang tua terdapat pada kutipan cerpen di bawah

ini:

“Hebatnya, di saat bercengkrama itu, pembicaraan mereka


tak nampak laiknya pembicaraan antara seorang bapak
dengan anaknya. Tapi mereka ngobrol layaknya sepasang
teman akrab saja. Bagi mereka, perbedaan umur yang terpaut
amat jauh seumpama tirai halus dari sutra yang gampang
tersingkap saat dihembus angin. Ia tak mampu menjadi
penghalang untuk saling berbicara dan saling memahami dari
hati ke hati. Mereka sama- sama paham bagaimana mereka
saling bersikap dan saling menghormati. Sederhananya,
mereka tetap sadar posisinya masing-masing. Luar biasa
memang cara mereka membangun komunikasi. “ (Lihatkan
Allah Padaku . 17 - 18)

b) Rasa syukur terdapat pada kutipan cerpen di bawah ini:

“Anakku, puji syukur hanya milik Allah Swt. Bagiku engkau


adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepadaku,” kata
Sang Bapak suatu hari.“ (Lihatkan Allah Padaku. 18)

c) Sikap adil dan bijaksana terdapat pada kutipan cerpen di bawah

ini:

"Coba bayangkan, Tuan! Setiap hari aku harus bangun pagi-


pagi sekali. Aku harus mengambil tasku yang penuh surat-
surat. Jumlah surat itu sebanyak bilangan pasir ini, seolah
setiap orang di muka bumi ini ada suratnya di tasku: satu
orang satu surat. Bayangkan, aku mesti berkeliling setiap hari
untuk menyerahkan surat kepada setiap orang secara adil dan

73
bijaksana. Sepanjang hari pula. Saat siang datang, tas ini
sudah harus kosong. Semua surat sudah harus sampai ke
pemiliknya. Setelah kosong tas itu harus dipenuhi lagi dengan
surat-surat baru untuk dibagikan lagi kepada mereka di hari
berikutnya: satu per satu, secara adil dan bijaksana.” (Sang
tukang pos. 66)

d) Sikap tabah dan tidak banyak mengeluh terdapat pada kutipan

cerpen di bawah ini:

"Tak tahulah aku. Setiap kali kukeluhkan pekerjaan yang


amat banyak ini, keluhanku lenyap begitu saja seolah ditelan
angin. Dan keadaanku pun berujung seperti ini. Ya, seperti
yang Tuan lihat sendiri. Aku harus tetap tabah dan tak banyak
mengeluh." ( Sang tukang pos. 67 )

2. Nilai Akidah yang terdapat pada Cerpen yang berjudul ditahun

“sejuta” masehi

a) Sifat baqa’ dan sifat fana’ terdapat pada kutipan cerpen di bawah

ini :

“Demikianlah alam kembali menerima kehadiran Tuhan.


Agama langit kembali hadir tertegakkan. Para penyair
kembali lagi dan bersenandung dengan syair-syair menawan,
“Duhai Tuhan Pencipta Zaman Azali
Sungguh, Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Abadi.
Kami tak menginginkan apa-apa selain menjadi manusia
Hanya engkaulah yang utuh Kami turun dari langit di waktu
Fajar
Kami punya tubuh yang tumbuh hati yang mudah tersentuh
dan akal yang berpikir penuh
Duhai alam yang kasih,
Kami hanyalah seumur embun yang runtuh
Dan kembali naik ke langit kala Dhuha menjalar.”( Ditahun
“Sejuta” Masehi. 53 )

74
b) Iman terhadap kematian terdapat pada kutipan cerpen di bawah

ini :

"Ya, kita yang ada di sini kelak pasti akan mengalami


sesuatu!" kata Si Geolog.
"“Apa yang kaumaksud dengan sesuatu itu?"
"Kematian."
"Kematian? Istilah apa itu?"
"Aku pun juga tak tahu. Aku sudah lelah dengan diriku.
Kematian ini adalah ilham. Aku yakin bahwa suatu saat akan
ada sesuatu yang ditemukan, kita sebut saja kematian. Suatu
hari nanti, kita pasti akan sampai pada kematian. Wahai
orang- orang pandai, percayalah pada ucapanku ini. Tidak
pernahkah kalian merasakan tidur sejenak' seperti ‘kejap
mata? Dalam 'kejap mata' itu aku merasakan nikmat dan rehat
yang cukup aneh. 'Tidur sejenak' ini mungkin bisa lebih lama,
mungkin bisa memanjang sampai berzaman, hingga menjadi
tidak ada', dan kemudian berubah menjadi sesuatu yang
kusebut 'kematian'." ( Ditahun “Sejuta” Masehi. 55 )

75
BAB IV

ANALISA DATA PENELITIAN

A. Nilai Akhlak dalam Kumpulan Cerpen dalam Perjamuan Cinta

Nilai Akhlak dalam Kumpulan Cerpen dalam Perjamuan Cinta

Karya dr. Taufik El Hakim terdapat pada dua judul cerpen yaitu: Lihatkan

Allah Padaku dan Sang Tukang Pos.

Adapun penjabaran nilai-nilai pendidikan akhlak pada dua judul

cerpen diatas akan penulis paparkan berikut ini:

1. Akhlak Terhadap Orang tua

Akhlak terhadap orang tua menjadi suatu hal yang wajib bagi

anak. Pentingnya menjaga akhlak anak kepada orang tua. Sebab, ada

banyak kebaikan yang yang telah orang tua berikan. Berbuat baik

kepada kedua orang tua lebih dikenal dengan istilah Birrul Walidain

artinya menunaikan hak orang tua dan kewajiban terhadap mereka

berdua. Tetap mentaati keduanya, melakukan hal-hal yang membuat

mereka senang dan menjauhi berbuat buruk terhadap mereka. Berbakti

kepada kedua orang tua adalah menyampaikan setiap kebaikan kepada

keduanya, mencintai dan mengikuti perintahnya yang baik, dan

menjauhi larangannya dan mencegah gangguan yang akan

menimpanya bila mampu.

Yang termasuk nilai Akhlak Terhadap Orang tua ada pada

kutipan cerpen berikut.

76
“ Hebatnya, di saat bercengkrama itu, pembicaraan mereka tak
nampak laiknya pembicaraan antara seorang bapak dengan
anaknya. Tapi mereka ngobrol layaknya sepasang teman akrab
saja. Bagi mereka, perbedaan umur yang terpaut amat jauh
seumpama tirai halus dari sutra yang gampang tersingkap saat
dihembus angin. Ia tak mampu menjadi penghalang untuk
saling berbicara dan saling memahami dari hati ke hati.
Mereka sama- sama paham bagaimana mereka saling bersikap
dan saling menghormati. Sederhananya, mereka tetap sadar
posisinya masing-masing. Luar biasa memang cara mereka
membangun komunikasi. “ (Lihatkan Allah Padaku . 17 - 18)

Pada Paragraf di atas menampilkan nilai akhlak yaitu akhlak

terhadap orang tua, dimana seorang anak harus berakhlak baik

terhadap orang tua seperti berbicara dengan baik, merendahkan dan

mendoakannya.. Pada kutipan cerpen diatas meskipun adanya

keakraban antara anak dan orangtua tetapi mereka sama- sama paham

bagaimana mereka saling bersikap dan saling menghormati.

Sederhananya, mereka tetap sadar posisinya masing-masing. Setiap

anak harus berkata baik kepada orang tua dalam bentuk ucapan

maupun perbuatan, serta merendahkan diri kepadanya dan mendoakan

keduanya. Pandanglah kedua orang tua dengan penuh kasih sayang ,

janganlah memandangnya dengan pandangan marah dan bersuara

keras kepadanya.

2. Syukur

Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan

segala nikmat-Nya. Menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh

kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala

77
nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan

hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan.

Yang termasuk nilai Akhlak syukur ada pada kutipan cerpen

berikut.

“Anakku, puji syukur hanya milik Allah Swt. Bagiku engkau


adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah kepadaku,” kata
Sang Bapak suatu hari.“ (Lihatkan Allah Padaku. 18)

Pada Paragraf di atas menampilkan nilai akhlak yaitu Syukur.

Orangtua pada penggalan cerpen diatas mengajarkan anaknya supaya

selalu bersyukur kepada Allah, dan hanya kepada Allah lah kita harus

bersyukur, karena segala nikmat yang kita dapatkan adalah pemberian

dari Allah. Syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas

apa yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur.

Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-

kufur-an adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara

lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang

dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan

pemberinya dengan lidah. Ketika kita pandai bersyukur Allah pasti

akan menambahkan nikmat Nya kepada kita.

3. Sikap Adil dan Bijaksana

Adil menjadi salah satu sikap terpuji dan termasuk dalam

tindakan kebenaran. Oleh sebab itu, setiap manusia yang bersikap adil

akan senantiasa dimudahkan segala urusannya. Mereka yang

78
berperilaku adil akan menempatkan seluruh hal dalam porsinya tanpa

adanya penyimpangan atau kesalahan, baegitu juga dengan bijaksana,

sikap bijaksana diperlukan dalam menghadapi situasi yang kompleks,

menghadapi konflik, mengambil keputusan penting, dan berinteraksi

dengan orang lain.

Yang termasuk nilai sikap adil dan bijaksana ada pada kutipan

cerpen berikut.

"Coba bayangkan, Tuan! Setiap hari aku harus bangun pagi-


pagi sekali. Aku harus mengambil tasku yang penuh surat-
surat. Jumlah surat itu sebanyak bilangan pasir ini, seolah
setiap orang di muka bumi ini ada suratnya di tasku: satu orang
satu surat. Bayangkan, aku mesti berkeliling setiap hari untuk
menyerahkan surat kepada setiap orang secara adil dan
bijaksana. Sepanjang hari pula. Saat siang datang, tas ini sudah
harus kosong. Semua surat sudah harus sampai ke pemiliknya.
Setelah kosong tas itu harus dipenuhi lagi dengan surat-surat
baru untuk dibagikan lagi kepada mereka di hari berikutnya:
satu per satu, secara adil dan bijaksana.” (Sang tukang pos. 66)

Pada Paragraf di atas menampilkan nilai akhlak yaitu Sikap

adil dan bijakasana, dimana sesorang harus bersikap adil dan

bijaksana dalam segala hal. Pada kutipan cerpen diatas tukang Pos

harus tetap membagikan suratnya yang ada di tas nya setiap hari

dengan adil dan bijaksana kepada pemiliknya, meskipun adanya rasa

capek dan lelah yang telah berkeliling seharian, tanpa melihat siapa

penerima suratnya tukang pos tetap membagikan suratnya supaya

semua surat yang ada di tasnya bisa diantarkan semua.

4. Sikap Tabah dan Tidak Banyak Mengeluh

79
Sikap tabah adalah tetap dan kuat hati berani, tenang, dalam

menghadapi realita hidup ini. Tabah itu diperlukan sebagai anti these

dari segala derita yang dihadapi. Bagi manusia yang bersifat tabah,

maka usaha mengatasi dan menguasai masalah yang menimpanya

tidak akan pernah berhenti, dia tidak bergeming. Kalau tidak berhasil

dengan cara A dicoba dengan model B, dan seterusnya. Dia tidak akan

menyerah pada kondisi yang menghimpitnya. Baik secara sendiri-

sendiri atau bersama-sama. Sebaliknya, bagi manusia yang tidak

tabah, yang menonjol dalam menghadapi musibah adalah ratapan,

keluhan, kekecewaan, dan bahkan hujatan kepada siapapun yang

dianggap ada kaitan dengan kemungkinan bantuan untuk meringankan

derita mereka.

Yang termasuk nilai sikap tabah dan tidak banyak mengeluh

ada pada kutipan cerpen berikut.

"Tak tahulah aku. Setiap kali kukeluhkan pekerjaan yang amat


banyak ini, keluhanku lenyap begitu saja seolah ditelan angin.
Dan keadaanku pun berujung seperti ini. Ya, seperti yang Tuan
lihat sendiri. Aku harus tetap tabah dan tak banyak mengeluh."
( Sang tukang pos. 67 )

Pada Paragraf di atas menampilkan nilai akhlak yaitu Sikap

tabah dan tidak banyak mengeluh, Pada kutipan cerpen diatas tukang

Pos tetap bersikap tabah dan tak banyak mengeluh, dia tetap

membagikan suratnya yang ada di tas nya setiap hari kepada

pemiliknya, meskipun adanya rasa capek dan lelah yang telah

80
berkeliling seharian tukang pos tetap membagikan suratnya supaya

semua surat yang ada di tasnya bisa diantarkan semua.

B. Nilai Akidah dalam Kumpulan Cerpen dalam Perjamuan Cinta

Nilai akidah dalam Kumpulan Cerpen dalam Perjamuan Cinta

Karya dr. Taufik El Hakim terdapat pada judul cerpen ditahun “sejuta”

masehi.

Adapun penjabaran nilai-nilai pendidikan akidah pada dua judul

cerpen diatas akan penulis paparkan berikut ini:

1. Sifat Baqa’ dan Sifat Fana’

Baqa berarti Allah Swt tidak ada akhirnya, dan mustahil bagi-

Nya bersifat fana (rusak/tidak abadi). Setiap makhluk hidup akan lahir

dan mati. Dalam proses tersebut, makhluk biasa akan mengalami

perubahan. Seperti manusia, dimulai dari bayi yang tidak berdaya,

tumbuh dewasa, dan meninggal. Begitu juga pohon yang berawal dari

tunas, tumbuh menjadi tanaman besar, lalu layu dan mati. Allah

sebagai pencipta alam semesta tidak mengalami proses tersebut. Dia

adalah Zat yang kekal, tidak berubah, dan tidak ada akhir. Kita harus

mempercayai bahwa Allah mempunyai sifat Baqa’ dan kebalikannya

yaitu sifat fana’ adalah sifat yang dimiliki kita. Kita tidak tahu kapan

kita akan mati,tapi pastiya kematian itu akan menghampiri kepada kita

Yang termasuk nilai sifat baqa’ dan sifat fana’ ada pada kutipan

cerpen berikut.

81
“Demikianlah alam kembali menerima kehadiran Tuhan.
Agama langit kembali hadir tertegakkan. Para penyair kembali
lagi dan bersenandung dengan syair-syair menawan,
“Duhai Tuhan Pencipta Zaman Azali
Sungguh, Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Abadi.
Kami tak menginginkan apa-apa selain menjadi manusia
Hanya engkaulah yang utuh Kami turun dari langit di waktu
Fajar
Kami punya tubuh yang tumbuh hati yang mudah tersentuh
dan akal yang berpikir penuh
Duhai alam yang kasih,
Kami hanyalah seumur embun yang runtuh
Dan kembali naik ke langit kala Dhuha menjalar.”( Ditahun
“Sejuta” Masehi. 53 )

Pada Paragraf di atas menampilkan nilai akidah yaitu sifat

baqa’ bagi Allah dan sifat fana’ bagi manusia. Pada kutipan cerpen di

atas dituliskan “ hanya engkaulah yang utuh “. Kalimat itu

menunjukan bahwa Allah mempunyai sifat baqa’ yang artinya bahwa

Allah maha kekal, abadi dan tidak berubah-ubah selama-lamanya.

Segala susuatu pasti binas keculai Allah.

Pada kutipan cerpen di atas juga dituliskan “Kami hanyalah

seumur embun yang runtuh Dan kembali naik ke langit kala Dhuha

menjalar “. Kalimat itu menunjukan bahwa manusi mempunyai sifat

fana yang artinya bahwa manusia itu tidak kekal. Semua makhluk

yang ada di alam semesta ini akan mengalami kerusakan dan

kebinasaan.

2. Iman Terhadap Kematian

Iman terhadap kematian adalah menyakini bahwa kita semua

akan mengalami kematian, kita harus meyakini bahwa siapa saja yang

82
ada di dunia ini, baik penghuni langit dan bumi, baik manusia, jin, dan

malaikat, dan makhluk Allah Swt lainnya, pasti akan menjumpai

kematian, ajal manusia sudah ditentukan, tidak akan lebih lama dan

tidak akan lebih cepat.

Yang termasuk nilai iman terhadap kematian ada pada kutipan

cerpen berikut.

"Ya, kita yang ada di sini kelak pasti akan mengalami sesuatu!"
kata Si Geolog.
"“Apa yang kaumaksud dengan sesuatu itu?"
"Kematian."
"Kematian? Istilah apa itu?"
"Aku pun juga tak tahu. Aku sudah lelah dengan diriku.
Kematian ini adalah ilham. Aku yakin bahwa suatu saat akan
ada sesuatu yang ditemukan, kita sebut saja kematian. Suatu
hari nanti, kita pasti akan sampai pada kematian. Wahai orang-
orang pandai, percayalah pada ucapanku ini. Tidak pernahkah
kalian merasakan tidur sejenak' seperti ‘kejap mata? Dalam
'kejap mata' itu aku merasakan nikmat dan rehat yang cukup
aneh. 'Tidur sejenak' ini mungkin bisa lebih lama, mungkin
bisa memanjang sampai berzaman, hingga menjadi tidak ada',
dan kemudian berubah menjadi sesuatu yang kusebut
'kematian'." ( Ditahun “Sejuta” Masehi. 55 )

Pada Paragraf di atas menampilkan nilai akidah yaitu

mempercayai akan datangnya kematian. Pada kutipan cerpen diatas

dituliskan “bahwa suatu saat akan ada sesuatu yang ditemukan yaitu

kematian “ . Kalimat itu menunjukan arti bahwa semua yang

bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan

ketetapan-Nya. Siapapun yang ditakdirkan mati pasti akan mati meski

tanpa sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup pasti akan

83
hidup.Dan sebab apapun yang datang menghampiri tidak akan

membahayakan yang bersangkutan sebelum ajalnya tiba karena Allah

Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya hingga batas waktu

yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang melampaui batas

waktu yang telah ditentukan.

84
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV di atas maka dapat

disimpulkan bahwa wujud-wujud nilai akidah akhlak yang terdapat dalam

kumpulan cerpen dalam perjamuan cinta karya Taufiq Al Hakim di atas

adalah sebagai berikut :

1. Nilai Akhlak yang terdapat pada Cerpen yang berjudul lihatkan Allah

padaku dan sang tukang yaitu : akhlak terhadap orang tua,rasa syukur,

sikap adil dan bijaksana serta sikap tabah dan tidak banyak mengeluh

2. Nilai Akidah yang terdapat pada Cerpen yang berjudul ditahun

“sejuta” masehi sifat baqa’ dan sifat fana’ serta iman terhadap

kematian

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian pada kumpulan cerpen Taufik Al-Hakim yang

berjudul “Dalam Perjamuan Cinta”terdapat saran yang ditunjukan kepada

peneliti, masyarakat, dan peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

1. Saran Bagi Peneliti

Peneliti sebaiknya dalam menganalisis sumber data harus lebih teliti,

cermat, dan penuh kehati-hatian agar hasil data yang diperoleh dapat

dipertanggung jawabkan.

85
2. Bagi Masyarakat

Masyarakat sebaiknya mengapresiasi penelitian yang telah

dilakukan oleh penulis. Dengan adanya apresiasi yang diberikan

masyarakat, maka peneliti akan mengembangkan penelitian

selanjutnya, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian kumpulan cerpen Taufik Al-Hakim yang

berjudul “Dalam Perjamuan Cinta”, penelitiannya hanya terbatas,

yaitu hanya meneliti bentuk penyampaian nilai akidah akhlak yang

digunakan oleh pengaranng, semoga untuk penelitian selanjutnya

dapat menggunakan kajian lainnya.

86
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Ahmad, 2008.Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta:

Rineka Cipta

Abidin, Mustika, A. 2021.Pendidikan Moral dan Relevansinya dengan

Pendidikan Islam. Jurnal Paris Langkis 2.1

Abû Hâmid al-Ġazâlî, 1987. Ihyâ' „Ulûm ad-Dîn, Jilid III,Kairo: Dâr ar-

Rayyân

Ahmadi, Nur Uhbiyati. 1991. Cipta Ilmu Pendidikan.Jakarta : Rineka

Al Jumhuri, Asroruddin Muhammad.2015. Belajar Aqidah Akhlak::

Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak

Islamiyah. Deepublish,.

al-Abrâsyî, Muhammad ‘Aţiyyah,1994. Dasar-dasar Pendidikan Islam,

Jakarta: Bulan Bintang, Cet. III

al-Ġazâlî, Hâmid Abû, 1987 Ihyâ' ‘Ulûm ad-Dîn, Jilid III, Kairo: Dâr ar-

Rayyân

Amri, Muhammad, dkk. 2018.Aqidah Akhlak. Cet. I

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Taswuf, Bandung: Pustaka Setia

Arifin, Zainul Muh. 2019.Nilai moral karya sastra sebagai alternatif

pendidikan karakter (Novel Amuk Wisanggeni karya Suwito

Sarjono)." Literasi: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta

Pembelajarannya 3.1

Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi,2016.Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kelas VII Berdasarkan

87
Gaya Belajar Pada Pembelajaran PBL Unnes Journal Of

Mathematics Education Research 5(2)

Daradjat Zakiah. 1993. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,

Jakarta: Ruhama,

Daradjat, Zakiah, 1993.Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,

Jakarta: Ruhama,.

Darmadi. 2018. Mendidik Adalah Cinta. Surakarta: CV Kekata Group.

Departemen Agama RI.2008.Al-Qur’an dan Terjemahan.Bandung:

Diponegoro

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarya:

Medpress

Firwan, Muhammad.2017.Nilai Moral Dalam Novel Sang Pencerah Karya

Akmal Nasrey Basral.Jurnal Bahasa dan Sastra 2.2

Giwangsa, Sendi Fauzi. 2018. Pentingnya Pendidikan Moral dalam

Pendidikan Kewarganegaraan." MADROSATUNA: Jurnal

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 1.1

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.

Bandung: Alfabeta

Gunawan, Heri.2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.

Bandung: Alfabeta

Heri. Menggagas Sebuah Cerpen. 2019. Semarang: ALPRIN.

Horas, Edward . 2022. Praktek Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2),.

Jakarta:Guepedia.

88
Husamah, Arina Restian, Rohmat Widodo. 2019. Pengantar Pendidikan,

Malang: Universitas Muhammadiyah.

Ilyas, Yunahar. 2006 Kuliah Akhlak. Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam

Imelda, Ade. 2017. Implementasi Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan

Agama Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8.2

Jempa, Nurul. 2018. Nilai-Nilai Agama Islam. Jurnal Pedagogik 1.2

Juwita, Dwi Runjani. 2018. Pendidikan akhlak anak usia dini di era

milenial. At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah 7.2

Khomsiyatin, Khomsiyatin, dkk. 2017. Metode Pendidikan Akhlak Pada

Anak Usia Dini di Bustanul Athfal Aisiyah Mangkujayan

Ponorogo. Educan: Jurnal Pendidikan Islam 1.2

Kosasih, Aceng. 2015. Konsep Pendidikan Nilai. Journal of Chemical

Information and Modeling 53.9

Kosasih. E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama

Widya

Lexy J, Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Masduki Mas’ud, Syuriah Rois. 2017. Pendidikan Akhlak Kontekstual.

Semarang: CV. Pilar Nusantara.

Matsna, Moh, Raswan. Pembelajaran Bahasa Arab 1,(Ciputat : UIN

Jakarta Press,

89
Muchson, Samsuri. 2015. Dasar-Dasar Pendidikan Moral.. Yogyakarta:

Penerbit Ombak.

Nana, Syaodih Sukmadinata. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta(Gadjah

Mada University Press

Nurhayati, Esti, dkk. 2022. Pembelajaran menulis cerpen dengan metode

discovery learning dan media lagu pada siswa SMPN 3

Madiun." Jurnal Profesi dan Keahlian Guru (JPKG) 3.2

Putra, Andi Widhi. dkk. . 2020. Membangun Moral Dan Etika Siswa

Sekolah Dasar. Madiun: CV Bayfa Cendekia Indonesia.

Rahma Fitri, Malia, dkk. 2019. Potret Pendidikan di Negeriku Jilid 2.

Sumatra Barat: Al-Fannani Publisher.

Rambe, Uqbatul Khair. 2020). Konsep dan Sistem Nilai dalam Persfektif

Agama-Agama Besar di Dunia." Al-Hikmah: Jurnal Theosofi Dan

Peradaban Islam 2.1

Rasinus, dkk. 2021.Dasar-Dasar Kependidikan. Yayasan Kita Menulis

Rimawan Indah, Annisyah Wahyuni Purba, Karina Oktaviana. 2022. Cara

Mudah Menulis Cerpen: Bahan Ajar untuk Tingkat SMA Pelajaran

Bahasa Indoensia. Medan: Guepedia.

Rohman, Saifur. 2019. Pembelajaran Cerpen. Jakarta: Bumi Aksara.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar teori sastra. Jakarta: Grasindo.

90
Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT

Indeks

Sudarto. 2021. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Depublish.

Sujana, I. Wayan Cong. 2019. Fungsi dan tujuan pendidikan

Indonesia. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar 4.1

Supeni, Murdiati. 2021. Menuju Cerpen Andal Panduan Praktis Menulis

Cerpen bagi Pemula. Lombok: Pusat Pengembangan Pendidikan

dan Penelitian Indonesia.

Suprapto, Lina, Andayani Andayani, and Budi Waluyo. 2014. Kajian

psikologi sastra dan nilai karakter Novel 9 dari nadira karya leila s.

Chudori.BASASTRA 2.3

Syafril, Zelhendri Zen. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok:

Kencana.

Syaparuddin, Syaparuddin, and Elihami Elihami. 2019. Peranan

pendidikan nonformal dan sarana pendidikan moral. Jurnal edukasi

nonformal 1.1 173-186.

Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Umam, Chotibul. 2021. Pendidikan Akhlak, Upaya Pembinaan Akhlak

Melalui Program Penguatan Kegiatan Keagamaan. Tanggamus:

Guepedia.

Wahyudi, Dedi. 2017.Pengantar akidah akhlak dan pembelajarannya.

Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books.

91
Warasto, Hestu Nugroho. 2018. Pembentukan Akhlak Siswa." Jurnal

Mandiri: Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Teknologi 2.1

Wicaksono Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model

Pembelajarannya Garudhawaca.

Windrati, Dyah Kusuma. 2011. Pendidikan nilai sebagai suatu strategi

dalam pembentukan kepribadian siswa." Formatif: Jurnal Ilmiah

Pendidikan MIPA 1.1

Yustinah, Iskak Ahmad. 2006. Bahasa Indonesia Tatanan Unggul. Jakarta:

Erlangga.

Zulkifli, dkk. 2022. Pengantar Pendidikan. Padang: PT Global Eksekutif

Teknologi.

Zulkifli, dkk. 2022. Pengembangan Moral dan Agama.Padang: PT Global

Eksekutif Teknologi.

92
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Foto Kutipan Cerpen

Gambar 1

Kutipan Cerpen Lihatkan Allah padaku

93
Gambar 2 Kutipan Cerpen Sang Tukang Pos

94
Gambar 3 Kutipan Cerpen ditahun “sejuta” masehi

95
BIODATA

Penulis bernama Andini Nurunnisa, lahir di Tegal pada tanggal 19


Februarri 1997, merupakan putri ketiga dari pasangan bapak Sahari. dan ibu
Turyati. Penulis sekarang bertempat tinggaal di Desa Sidakaton Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal. Pada tahun 2005 penulis mulai menempuh
pendidikan di SD Sidakaton 01, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Plus
Salafiyah Salafiyah pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan
di SMK N 2 Adiwerna. Setelah selesai menempuh pendidikan di sekolah
menengah, penulis kemudian melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan yaitu
di Institut Agama Islam Bakti Negarai (IAIBN) Tegal pada Fakultas Tarbiyah
dengan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

96

Anda mungkin juga menyukai