Anda di halaman 1dari 17

BAB III

BUDI PEKERTI DALAM AJARAN AGAMA

Merebaknya isu - isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkoba,


tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang, merampas, menipu,
mencari bocoran soal ujian, perjudian, pelacuran, pembunuhan, dan lain - lain sudah
menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat
yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan
sederhana, karena sudah menjurus kepada tindak kriminal. Kondisi ini sangat
memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para guru / dosen (pendidik),
sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama para pelajar dan
mahasiswa.
Banyak orang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa
yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sebenarnya paling besar
memberi kontribusi terhadap situasi seperti ini. Masalah moral yang terjadi pada
mahasiswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama namun juga menjadi
tanggung jawab seluruh pendidik.
Apalagi jika komunitas suatu sekolah terdiri dari berbagai suku bangsa, agama,
dan ras. Berbagai konflik akan dengan mudah bermunculan. Jika kondisi semacam ini
tidak diatasi maka akan timbul konflik - konflik yang lebih besar. Akibatnya masalah
moral, etika akan terabaikan begitu saja.
Padahal tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia
Indonesia seutuhnya. Manusia yang mempunyai kepribadian, beretika, bermoral, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian tujuan pendidikan untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya seperti yang disarikan dari UU No 20. tahun
2003, bab II, pasal 3, bahwa manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
belum terwujud.

Untuk itu perlu ditanamkan sikap jujur, saling menghargai, bertoleransi dalam diri
setiap mahassiswa, karena sikap ini mempunyai dampak luas bagi kehidupan orang lain
dalam masyarakat dan negara.
A. Budi Pekerti dalam Ajaran Islam
1. Pengertian Budi Pekerti dalam Islam
Dalam ajaran Islam budi pekerti disitilahkan dengan akhlak. Kata akhlak berasal
dari bahasa Arab, yaitu akhlaaq merupakan bentuk jamak dari kata khuluuq atau khulq,
yang berarti 1) tabiat, budi pekerti, 2) kebiasaan atau adat, 3) keperwiraan, kesatriaan,
kejantanan, 4) agama, dan 5) kemarahan (al-ghadhab).1
Secara terminologis Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai ilmu yang
menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian
manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Senada dengan pengertian di atas, Muhammad Daud Ali mendefinisikan akhlak dalam
kalimat yang lebih ringkas, yaitu ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk,
antara yang terbaik dan tercela tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.2
Sementara Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak bukan sebagai disiplin ilmu,
tetapi sebagai character atau personality, yaitu: suatu keadaan yang melekat pada jiwa
manusia yang daripadanya lahir perbuatanperbuatan dengan mudah, tanpa proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatanperbuatan baik dan terpuji sesuai dengan akal dan syara (hukum Islam), disebut akhlak
yang baik/terpuji (al-akhlaaq al-hasanah/al-mahmuudah). Sedangkan jika perbuatanperbuatan yang timbul tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk (al-akhlaaq alsayyiah/al-madzmumah).
Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu
perbuatan baru disebut akhlak kalau memenuhi beberapa syarat, yaitu: 1) Perbuatan
tersebut dilakukan berulangulang. Kalau satu perbuatan hanya dilakukan sesekali saja,
maka tidak dapat disebut akhlak, Misalnya, pada suatu saat, orang yang jarang berderma
1

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, Jil. ke-3, Cet. ke3, h. 102.
2
NN, Modul Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bina Sarana Informatika, 2005, h. 46.

tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain karena alasan tertentu. Dengan demikian
tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal itu
tidak melekat dalam jiwanya. Perbuatan tersebut timbul dengan mudah tanpa dipikirkan
atau diteliti lebih dahulu sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika
perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan atau dipertmbangkan secara
matang, tidak disebut akhlak.
Dari penjelasan tersebut di atas, akhlak secara terminology memiliki dua
pengertian, yaitu: 1) sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu tentang baik dan buruk (Ahmad
min dan Muhammad Daud Ali) dan 2) sebagai character yang melekat dalam diri dan
menjadi identitas seseorang (al-Ghazali).
2. Kedudukan Akhlak dalam Islam
Akhlak menempati posisi penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran
agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang
disebut akhlaaq al-kariimah. Penjelasan ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad s.a.w., antara lain.
Sesungguhnya saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. (HR Ahmad, Baihaqi, dan Malik).
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling
baik akhlaknya. (HR Tirmidzi).
Orang yang paling baik keislamannya ialah orang yang paling baik
akhlaknya. (HR Ahmad).
"Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang
paling banyak membawa manusia ke dalam surga. (HR Tirmidzi).
Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mumin
pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. (HR Tirmidzi).
3. Jenis-jenis Akhlak Islam
a. Ikhlas dalam melakukan segala amal perbuatan semata-mata karena Allah SWT.
b. Syaja'ah, yaitu berani dalam segala hal yang positif, baik mengatakan atau membela
kebenaran serta dalam menghadapi tantangan dan ancaman.

c. Adil dalam memutuskan sesuatu tanpa membedakan kedudukan, status sosial


ekonomi, maupun hubungan kekerabatan.
d. Bijaksana dalam menghadapi atau memutuskan suatu masalah.
e. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.
f. Pemurah dan suka menafkahkan hartanya, baik pada waktu lapang maupun susah.
g. Cepat bertaubat dan meminta ampun kepada Allah SWT jika melakukan suatu dosa.
h. Jujur dan benar.
i. Tenang dalam menghadapi berbagai masalah, tidak berkeluh kesah, dan gundah
gulana.
j. Amanah (dapat dipercaya, bertanggungjawab).
k. Sabar dalam menghadapi setiap cobaan atau melaksanakan kewajiban ibadah dan
kebaktian kepada Allah SWT.
l. Pemaaf, memaafkan kesalah orang lain tanpa dipinta terlebih dahulu.
m. Penuh kasih saying dan belah kasih.
n. Lapang hati dan tidak membalas dendam.
o. Selalu optimis menghadapi kehidupan dan penuh harap kepada Allah SWT.
p. Selalu menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat merusakkan kehormatan dan
kesucian (iffah).
q. Malu melakukan hal yang tidak baik (hayaa).
r. Rendah hati (tawaadhu).
s. Mengutamakan perdamaian daripada permusuhan.
t. Zuhud dan tidak rakus terhadap kehidupan duniawi.
u. Rido atas segala ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
v. Setia terhadap teman, sahabat, dan siapa saja yang terkait dengannya.
w. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan atau musibah yang diderita dan
berterimakasih kepada sesama umat manusia.
x. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan.
y. Bertawakal setelah segala usaha dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
z. Dinamis sampai tujuan dan cita-citanya tercapai.
aa. Murah senyum dan menampilkan wajah yang ceria kepada orang lain sehingga setiap
orang memandangnya merasa senamg.

bb. Selalu memperhatikan keadaan tetangga dan lingkungan tempat tinggalnya.


cc. Menghormati dan menghargai orang lain secara tulus tanpa memandang latar
belakangnya, dan dihargai itu selama hasil kerja dan prestasinya bersifat positif.
dd. Menjauhi sifat iri hati dan dengki (hasud).
ee. Rela berkorban demi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia dan dalam
membela agama Allah SWT.
4. Karakteristik Akhlak Islam
Akhlak Nabi Muhammad s.a.w. biasanya disebut juga akhlak Islam. Karena
akhlak itu bersumber dari al-Quran, dan al-Quran bersumber dari Allah SWT, maka
akhlak Islam mempunyai ciri-ciri:
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al-mutlaqah), yaitu kebaikan yang
terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang murni, baik untuk individu
maupun masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apa pun.
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (ash-shalahiyyah al-aamah), yaitu kebaikan yang
terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala
zaman dan di semua tempat.
3. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat
tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan tempat, atau perubahan kehidupan
masyarakat.
4. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-iltizaam al-mustajaab), yaitu kebaikan yang
terkandung dalam akhlak Islam merupakan hokum yang harus dilaksanakan, sehingga
ada sangsi hokum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakannya.
5. Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), karena akhlak Islam
bersumber dari Allah, maka pengaruhnya lebih kuat daripada akhlakciptaan manusia,
sehingga seseorang tidak berani melanggarnya, kecuali setelah ragu-ragu dan
kemudian akan menyesaliperbuatannya untuk selanjutnya bertaubat dengan sungguhsungguh dan tidak melakukan perbuatan yang salah lagi. Ini terjadi karena agama
merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup
yang didasarkan pada agama dan akal yang sehat yang dibimbing oleh agama serta
diberi petunjuk oleh Allah SWT.

B. Budi Pekerti dalam Ajaran Katolik dan Kristen


Agama Kristen yang diajarkan oleh Jesus Christ (kitab Injil). Ajaran agama Kristen
menitikberatkan unsur kasih sayang dan belas kasihan antara sesama manusia. Ajaran
dasarnya ialah mencintai Tuhan dengan sepenuh hati dan mencintai tetangga seperti
mencintai diri sendiri. Old Testament (Perjanjian Lama) menyebutkan undang-undang
yang berupa The Ten Commandments yang diperkenankan Tuhan melalui para nabi
bertujuan supaya manusia mengamalkan cara hidup yang baik, di antaranya jangan
berzina, menghormati kedua Ibu Bapak, jangan membunuh, mencuri, dan lainnya. Old
Testament juga menekankan keadilan, kejujuran dan berbuat baik.. Dalam New Testament
prinsip etika turut ditekankan. Tujuan hidup bukan hanya untuk mengumpul kebendaan,
kedudukan dan pangkat kerana itu tidak kekal.
1. Hubungan antar Sesama Manusia dan Lingkungan dalam Katolik
Pada dasarnya hubungan antar sesama manusia dalam agama mana pun pasti
memiliki hubungan yang baik, karena di setiap agama pasti di ajarkan tentang toleransi
antar umat beragama. Dengan adanya sikap toleransi antara umat beragama, maka hal
yang terjadi adalah ketenangan dan ketentraman, serta akan tercipta rasa kasih sayang
antar kita semua. Dalam hari - hari besar keagamaan kita juga dapat melihat, adanya rasa
tenggang rasa yang tinggi dari antar umat beragama. Di dunia pendidikan juga dapat kita
lihat, bagaimana aturan-aturan yang di buat oleh sekolah - sekolah, dimana tidak ada lagi
adanya diskriminasi di antara siswa yang beda agama. Yang membedakannya pada
dasarnya bukan dari sikap antara pemeluknya, tetapi pada hubungan antara umat dan
Tuhannya.
Di lingkungan juga sangat terjaga, karena sebagian besar agama juga
mengajarkan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan kebersihan itu
merupakan awal dari kesehatan. Bahkan Islam menyatakan bahwa Kebersihan iu
sebagian dari Iman. Selain itu, kita harus memperhatikan lingkungan sekitar kita, karena
lingkungan sama hal nya seperti manusia apabila kita perlakukan dengan tidak baik maka
ia akan marah, oleh karena itu terjadilah bencana alam. Namun, hal tersebut juga dapat

terjadi di karenakan, kehendak Yang Maha Kuasa, jadi kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Yang patut kita lakukan hanyalah berdoa..
Pada umumnya agama protestan tidak jauh berbeda dengan agama khatolik yaitu
saling tolong - menolong antara umat beragama sehingga akan tercipta suatu suasana
yang harmonis antar umat beragama dengan tidak menyangkutkan masalah keyakinan.
Saling tenggang rasa antara umat beragama ketika umat lain sedang melakukan kegiatan
keagamaan. Selain itu, dalam melakukan interaksi dengan lingkungan, mereka sangat
memperhatikan kebersihan lingkungan, menjaga semua yang ada dibumi sebagai bentuk
rasa syukur kepada tuhan.
2. Akhlak
a. Kesucian Allah dan Kelemahan Manusia; Kesucian Allah : Allah adalah Maha Suci,
sehingga tidak dapat mengunjungi kita muka dengan muka, karena dosa-dosa kita.
Namun Allah mengasihi kita dapat memberi firman kepada kita, supaya kita
mengenal Allah. Tuhan itu Kudus atau suci dapat kita ketahui misalnya dari peristiwa
pemanggilan Yesaya sebagai Nabi Tuhan. Dalam Yesaya 6: 3 disebutkan, para
Serafim berseru kepada yang lain. "Kudus, kudus, kuduslah Tuuhan semesta alam".
Karena Tuhan itu kudus maka ummatnya harus merupakan umat yang kudus pula.
Dalam I Petrus 1 : 16 dan Imamat 11 : 44 disebutkan : " Hendaklah kamu kudus
karena Aku kudus. Sebab Akulah Kudus Allahmu, maka haruslah kamu kudus dan
janganlah menyiksa diri. Kelemahan manusia karena sepasang manusia pertama yaitu
Adam dan Hawa jatuh ke dalam situasi dosa karena mereka melanggar perintah
Tuhan. Sebenarnya hal ini menunjukkan kesombongan manusia sebagai ciptaan Alla
mamu menyamai Tuhan Sang Pencipta. Disamping itu memang ada godaan dari iblis
yanhg menyerupai ular sebagi alatnya. Karena dosa sepasang manusia yang pertama
maka sebagai anak cucu Adam dan Hawa akan menanggung dosa.
b. Jangan Berdusta; Dusta dilarang oleh Tuhan Allah sebab : 1) Dusta merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Hal ini jelas dalam peristiwa Abraham menipu Raja
Firaun, Yakub menipu Ishak, peristiwa Anas dan Safira. 2) Dusta merupakan
perbuatan yang bersumber dari kuasa iblis (Yohanes 8 : 44). Dan orang yang berdusta

tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Tuhan, tetapi akan menerima hukuman
Tuhan (Mazmur 5: 7, 15: 1-3).
c. Iman; Iman adalah perasaan sikap hati yang mau menerima atau mengiakan sesuatu.
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat. Kata iman berasal dari kata "he emin" dalam bahasa
Ibrani yang artinya mengamini.
d. Sopan Santun; Sopan santun adalah sikap atau tingkah laku dari manusia yang dapat
diwujudkan dalam bentuk bahasa, sikap dan tingkah laku terhadap orang lain. Sopan
santun terhadap orang lain diwujudkan :
-

Menghargai orang tua .

Taat kepada orang tua.

Mau menerima didikan orang tua.

Mau membantu melakukan pekerjaan di rumah.

Mau bersabar terhadap kelemahan, kekurangan dan kesalahan orang tuanya.

Mau membantu penghidupan orang dan keluarga.

Merawat orang tua dimasa tuanya.

Berpakaian yang rapi, punya budi pekerti yang baik.

Menghormat, mengasihi orang tuanya.

Berbuat baik terhadap sesama manusia.

e. Kekeluargaan; Ada dua macam pengertian keluarga sebagai suatu persekutuan, yang
pertama lingkup yang kecil, keluarga sebagi persekutuan yang dibentuk oleh suamiistri ditambah yang ditambah dengan anak ( nuclear family). Yang kedua keluarga
sebagai persekutuan yang terdiri dari jumlah keluarga yang terikat dalam pertalian
darah, dalam garis vertical (kakek. Nenek, paman, bibi, cucu dsb ) maupun garis
horizontal (kakak ipar, ipar, keponakn dan sebagainya). Yang kedua ini disebut
keluarga besar (extended family).
f.

Pertobatan; Pertobatan adalah meninggalkna dosa dan kegelapan (Efesus 5 : 8).


Manusia dapat pengampunan atas dosa dan kesalahan yang diperbuat. Manusia yang
bertobat adalah orang yang dengan tulus menyadari kelemahan dan dengan rindu
mendambakan perdamaian dengan Tuhan Allah dan dengan sesame manusia. Hal ini

seperti perumpamaan anak yang hilang kembali kepada orang Bapaknya yang penuh
kasih (Lukas 15 : 7).
g. Kebaikan; Kebaikan Allah telah menyellluruh pada manusia untuk berbuat adil dan
tingkah yang baik kepada orang lain dan memberi hasil kebaikan untuk membantu
orang lain. Kita harus berbakti, tidak boleh menyembah berhala, cintailah diri sendiri
dari pada yang lain. Berbuat baik budi anda kepada orang lain seperti berbuat baik
kepada dirinya dengan sesame umat menunjukkan sifat kasih sayang.
h. Cinta Kasih; Cinta kasih adalah salah satu perbuatan manusia. Semangat membela
kasih saying baik laki-laki dan perempuan atau saling mengasihi sesame umat secara
alami yang terdapat dalam setiap individu baik bangsa maupun agama. Cinta kasih
kalau ditingkatkan dalam budi pekerti yang luhur, jika kita kenal dalam waktu dan
tempat yang diperhatikan rasa kesetiakawanan, keadilan dan kejujuran. Allah sumber
segala cinta kasih, Engkau telah mengutus Putra-Mu agar kasih-Mu menjadi nyata
dalam hidup dan semakin dikenal oleh orang."Barang siapa yang tidak mengaasihi, ia
tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih". Semoga Roh Kudus telah
mencerahkan hati yang dengki, iri hati dan dendam pada Allah, dengan hidup dalam
kasih Tuhan memberi penampilan tingkah laku dalam cinta kasih yang berhubungan
dengan budi pekerti luhur dan bijaksana (markus 12: 30-31).
i.

Berpuasa; Puasa adalah ungkapan tobat dan sekaligus merupakan ulah doa yang
hangat. Puasa bagi umat katholik ada dua yaitu : Jumat Agung dan Rabu Abu,
puasanya selama 40 hari. Bagi umat kristiani disarankan untuk puasa dan pantang
pada hari jumat yang sebagai ungkapan tobat dan laku tapa. Puasa ini bermanfaat
untuk membangun semangat pengertian pengendalian diri dan menumbuhkan
semangat setia kawan dengan sesame yang berkekurangan.

j.

Suara Hati; Suara hati adalah salah satu perkataan manusia yang bias dikembangkan
dalam budi luhur (Firman Allah). Menunjukkan tingkah laku bagi orang Kristen
karena Allah yang menyelamatkan manusia. Tuhan adalah Bapak kita berarti percaya
kepada Allah bapak yang menyelamakan manusia.

k. Keberanian; Keberanian ini merupakan tingkah laku pada dirinya sendiri untuk
berbuat baik dan benar. Dapat dilihat dalam penampilan sifat pemberani pada saat
pada saat tejadi dimana tempat dan tepat yang mendorong keberanian dan kebaikan.

l.

Kesabaran; Kesabaran bagi ummat kristiani mempunyai sifat yang tidak hentihentinya untuk menghadapi percobaan yang sedang dihadapi dirinya sendiri baik
dalam menghadapi kesusahan, kesulitan penderitaan dan musibah. Manusia asalnya
dari debu, kembali lagi manusia menjadi debu. Karena Allah yang mempunyai-Nya.

m. Mendoakan bagi orang yang sakit; Kita sebagai umat kristiani menyadari bahwa
betapa mahalnya kesehatan yang kit miliki. Bagi mereka yang sedang sakit sebaiknya
perlu dikunjungi dan didoakan agar lekas sembuh. Karena hidup di dalam masyarakat
perlu saling tolong menolong, saling membantu, sebagai gambar Allah.
C. Budi Pekerti dalam Ajaran Hindu
Agama Hindu berdasarkan kepada kitab Veda yang mengandungi dasar-dasar
ketuhanan dan prinsip - prinsip etika yang wajib dipegang teguh oleh pengikutnya.
Prinsip tersebut ialah sifat patuh dan disiplin dalam melaksanakan upacara keagamaan.
Tanda-tanda kebaikan dalam agama Hindu ialah kemerdekaan, kesihatan, kekayaan dan
kebahagiaan. Tanda-tanda kejahatan pula ialah perhambaan, sakit, fakir dan kecelakaan.
Prinsip etika Hindu ialah peraturan agama itu dipandang sebagai sumber segala
kemuliaan akhlak manusia. Etika dalam agama Hindu bergantung kepada prinsip
Brahma yang menjadi dasar kepada norma yang teratur dan bermatlamat. Ia bermaksud
keadilan, kebaikan, kesucian, benar, sederhana dan suci. Brahma ini menjadi kode etika
yang merangkumi semua aspek kehidupan manusia. Brahma merupakan salah satu
matlamat hidup yang mesti diikuti berdasarkan kelas dan status seseorang.
Kesadaran akan adanya baik dan buruk itu di sebut kesadaran etis. Tetapi apa yang
baik itu tidak selalu benar dan apa yang buruk itu tidak selalu salah. Untuk mementukan
manakah perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah, agama Hindu mengajarkan
agar manusia berpedoman pada Tri Pramana (tiga ukuran):
1. Desa Kala Patra
Desa artinya tempat, kala artinya waktu. dan patra artinya keadaan. Apa yang
benar pada suatu waktu belum tentu benar pula pada waktu yang lain. Apa yang benarbenar pada suatu tempat atau keadaan dapat berubah menjadi salah pada tempat dan atau
keadaan yang lain, seperti :

a. Menyanyi untuk hiburan adalah benar, tetapi menyanyi di samping orang-orang yang
sedang sakit tentu akan di usir karena perbuatan itu adalah salah.
b. Menghidangkan minuman es pada waktu malam yang dingin akan di terima orang
dengan enggan, tapi bila dihidangkan waktu panas terik akan di sambut dengan
gembira. Karena setiap akan bertindak/bertingkahlaku patutlah tindakan itu di
sesuaikan dengan desa, kala, dan patra.

2. Pratyaksa, Anumana, dan Sabda


a. Pratyaksa adalah memperoleh kebenaran atas dasar pengamatan secara langsung.
b. Anamana adalah memperoleh kebenaran atas dasar pertimbangan secara logika (akal
sehat).
c. Sabda

pramana

adalah

memperoleh

kebenaran

atas

dasar

pertimbangan-

pertimbangan orang - orang yang dapat dipercaya.

3. Sastratah, Garutah, dan Swatah


a. Sastratah adalah pertimbangan-pertimbangan atas dasar Susastra.
b. Garutah adalah pertimbangan-pertimbangan atas dasar nasehat/wejangan para guru.
c. Swatah adalah pertimbangan-pertimbangan atas dasar belajar sendiri dari pengalaman
dan sebagainya.

D. Budi Pekerti dalam Ajaran Budha


1. Empat Kebenaran Mulia (Etika)
Pengajaran Budha diasaskan oleh Siddartha Gautama. Menurut ajaran Buddha,
terdapat Empat Kebenaran Mulia atau etika yang diperjuangkan yaitu:
a. Hidup manusia penuh penderitaan.

b. Manusia menderita kerana nafsu.


c. Manusia perlu menghapuskan nafsunya untuk melepaskan diri daripada penderitaan
dan mencapai nirwana.
d. Penderitaan dapat dihapuskan dengan mengamalkan Jalan Lapan Lapis Mulia.
Jalan Lapan Lapis Mulia menurut ajaran Budha ialah pengetahuan yang baik,
pemikiran yang baik, pertapaan yang baik, perkataan yang baik, keinginan yang baik,
kelakuan yang baik, usaha yang baik dan kehidupan yang baik.
2. Kerangka dasar ajaran Budha
Adapun kerangka dasar ajaran Budha ialah:
a. Ajaran tentang sradha (keyakinan); Penganut Budha harus memiliki keyakinan
terhadap Tuhan, adanya para Budha, kitab suci dan nirwana.
b. Ajaran tentang sila (etika); Sila atau budi pekerti manusia dititikberatkan supaya
manusia boleh mencapai suatu kebijaksanaan yang sempurna. Kesempurnaan ini
dapat diperoleh dengan mengamalkan enam jalan sempurna yaitu pemberian dalam
bentuk kebendaan dan moral, keseimbangan, keteguhan dan kebersihan perbuatan,
perkataan dan pemikiran, pemikiran yang tenang dan seimbang, semangat yang
berkobar - kobar dan penuh perjuangan untuk mencapai tujuan dan niat untuk
mempersatukan pemikiran.
c. Ajaran tentang ritual (bhakti); Rasa hormat dan sujud kepada sesuatu yang harus
dihormati. Dalam agama Budha kata etika sering pula dijelaskan dengan kata Sila.
Dan yang dimaksud dengan etika dalam bahasa Indonesia adalah kesusilaan yang
berarti hal-hal yang berkenaan dengan perbuatan baik. Dalam agama Budha sila
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama, mencakup semua prilaku
dan sifat - sifat baik, yang termasuk ajaran moral dan etika.
Memadamkan keinginan hanya terlaksana dengan perbuatan moral serta disiplin
hidup dan mencapai puncaknya pada konsentrasi dan meditasi. Untuk mengikis habis
sebab penderitaan Sang Budha memberikan cara-cara terbaik yang dinamakan Jalan
Utama Beruas Delapan atau "Ariya Atthangika Magga" yang merupakan Way of life
seorang Buddhis, terdiri dari :
a.

Pandangan benar (samma-ditthi )

b. Pikiran benar (samma-sankhapa )


c.

Ucapan benar (samma-vacca )

d. Perbuatan benar (samma-kamanta )


e.

Mata pencaharian benar (samma-ajiva )

f.

Daya upaya benar (samma-vayama )

g.

Perhatian benar (samma-sati )

h.

Konsentrasi benar (samma-samadhi )


Jalan Utama Beruas Delapan atau"Ariya Atthangika Magga" ini dapat dibagi atas

tiga golongan yaitu :


a. Kebijaksanaan (Panna)
1. Pengertian yang benar, artinya mengerti dan dapat menembus tentang hakekat hidup
ini yang ditandai adanya Dukkha (penderitaan), Dukkha Samudaya (sebabnya
penderitaan), Dukkha Nirodha (lenyapnya penderitaan) dan Magga (jalan untuk
melenyapkan penderitaan). Jadi ukuran manusia bijaksana menurut agama Budha
memiliki pengertian yang benar tentang Dukkha, Sebab Dukkha, Lenyapnya Dukkha
dan Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha
2. Pikiran yang benar, artinya pikirannya penuh dengan pikiran yang tidak membenci
(Dosa), pikiran yang tidak serakah (lobha) dan pikiran yang tidak bodoh (Moha).
b. Sila
1. Perkataan yang Benar; Kita dapat berkata yang benar, bilamana pikiran kita bersih
dari kebencian, keserakahan dan kebodohan. Tetapi kita tidak akan dapat berkata
yang benar bilamana pikiran kita penuh dengan kebencian, keserakahan dan
kebodohan. Karena itu agar kita dapat berkata dan berbuat yang benar, kita harus
membersihkan pikiran kita dari pikiran Lobha, Dosa dan Moha. Yang dimaksud
dengan berkata yang benar disini adalah : tidak berbohong, tidak menipu, tidak
memfitnah, tidak omong kosong, tidak membicarakan kejelekan orang lain, tidak
menyakiti hati orang lain dan lain-lainnya.
2.

Perbuatan yang benar; Perbuatan yang benar juga bersumber pada pikiran yang
positif, demikian pula halnya dengan perbuatan yang jahat bersumber pada pikiran

yang negatif. Yang dimaksud dengan perbuatan yg benar adalah: tidak membunuh,
tidak mencuri dan tidak berzinah.
3. Mata Pencaharian yang benar; Mata pencaharian sangat penting artinya didalam
kehidupan ini dan alangkah menyedihkan, bilamana ada orang yang tidak mempunyai
mata pencaharian. Tetapi kita harus berusaha untuk memiliki mata pencaharian yang
benar. Mata pencaharian yang tidak benar adalah menjual minuman keras, menjual
racun, menjual senjata untuk perang, menjual budak dan segala benda yang
menyebabkan ketagihan seperti : ganja, morfin, narkoba dan lain-lainnya.
c. Samadhi (Meditasi)
Meditasi kami tidak babarkan. Jadi mata pencaharian yang benar adalah hidup dari
mata pencaharian yang benar, dengan menghindari hidup dari mata pencaharian yang
tidak halal, yang menyebabkan orang lain menderita. Misalnya menjual narkoba adalah
merupakan kejahatan, karena narkoba yang diperjualbelikan ini akan merusak moral
masyarakat terutama kalangan remajanya.
Melalui meditasi dan cinta kasih Metta dan Karuna dapat membawa umat Budha
dalam kehidupan nyata. Dalam pandangan hidup agama Budha dapat dikatakan bahwa
keberadaan moral merupakan hal penting dalam hidup. Dan perjuangan moral sesuai
dengan ajaran Budha mengandung sifatnya yang rasional dan filosofis, dari dasar moral
ajaran Budhisme, Yang demikian diletakkan disiplin moral dan manifestasi moral sebagai
sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia.
Unsur dalam disiplin moral Budha yang meliputi Panna, Sila dan Samadhi
menyangkut ajaran- jaran yang mengatur hubungan antara individu, keluarga,
masyarakat, seperti Vinaya Pitaka (untuk Bhikkhu) dan Gihi Pitaka (untuk umat awam).
Dengan ajaran ini Bhikhu harus menganut dasa silanya (10 larangan) sedangkan umat
awam melalui latihan kesusilaan yang disebut Pancasila Buddhis (5 larangan) yang
isinya:
1. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup.
2. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan pencurian atau mengambil
barang yang bukan haknya.
3. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan zinah

4. Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak berdusta, berbohong, berkata kasar dan
omong kosong.
5.

Aku bertekad akan melatih diri untuk tidak memakan dan meminum zat - zat atau
jenis - jenis barang yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

E. Substansi Budi Pekerti Agama-agama: Mencintai Dengan Tulus


Pesan sangat dalam setiap agama adalah kasih. Tuhan mengasihi umat-Nya, dan
tetap mau mengasihinya sekalipun umatnya berbuat dosa. Tuhan senantiasa menanti
umat-Nya yang bertobat dan kembali ke jalan Tuhan yang benar. Tuhan telah
menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dengan berbagai bentuk dan cara, melalui
tindakan dan firman-Nya, melalui para nabi dan Rasul-Nya, bahkan melalui berbagai
peristiwa dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Begitu besarnya cinta Tuhan kepada
kita, sehingga kita tidak menyadarinya, atau bahkan tidak mampu memahaminya.
Sedemikian besar kasih Tuhan kepada kita, sehingga tanda-tanda kasih-Nya yang yang
begitu besar dan banyak menjadi luput dari perhatian kita. Bahea kita bisa hidup, dan
masih hidup hingga sekarang, sesungguhnya merupakan suatu tanda cinta kasih Tuhan
yang amat besar kepada kita.
Kasih dari Tuhan harus hidup dalam hati orang beriman, sehingga masing-masing
mampu hidup dengan saling mencintai. Kuta semua percaya bahwa Tuhan mencintai kita
manusia, dan bahwa dia telah memerintahkan kita juga untuk mencintai. Itulah sebabnya
kita mau dan berjuang untuk hidup saling mencinta. Firman atau perintah Tuhan agar kita
saling mencintai tersebar di semua kitab keagamaan, sehingga perintah tersebut
merupakan perintah kepada seluruh umat beragama, entah agama apapun dia, entah
kapanpun dan di mana pun dia berada. Cinta menjadi cirri setiap agama yang maju. Cinta
merupakan bahasa universal untuk seluruuh umat manusia. Namun perlu diingat, cinta
dari Tuhan adalah cinta yang tanpa batas,yang mengatasi segala sekat pemisah. Itulah
cinta yang tulus, yang hendak kita kembangkan dalam diri kita, terutama sebagai bentuk
umat beragama dan umat beriman.

1. Tuhan Mencintai Manusia


Cinta yang ingin kita perdalam dan kita kembangkan dalam hidup kita adalah
cinta yang didasarkan pada cinta Tuhan dan perintah cinta-Nya kepada manusia. Maka
bagaimana umat beragama memahami cinta dan kebaikan Tuhan kepada manusia, serta
apa saja firman atau perintah Tuhan yang berkaitan dengan ajakan hidup mencntai dan
mengasihi.Bagi kita umat beragama, hal sangat pokok yang menjadi perjuangan kita
adalah kebahagiaan dan kedamaian bahkan keselamatan bagi manusia. Sebenarnya hal
tersebut sudah merupakan kehendak Tuhan bagi manusia, tetapi bahwa hal-hal itu sering
jauh dari dari manusia, tidak lain karena manusia sendiri kurang berjuang untuk
mewujudkannya. Dengan berbagai cara Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada manusia
ia telah mnegutus para nabi dan rasul-Nya, untuk menyampaikan kehendak-Nya, untuk
menyadarkan manusia agar meninggalkna jaln kebinasaan dan berbalik ke jalan yang
benar. Ini semua dimaksudkan tuhan sepaya manusia bias damai dan bahagia, selamat
dan tidak binasa. Dengan berbagai cara penyampaian, para nabi dan rasul Tuhan selalu
menekankan agar umat manusia hidup dengan baik, dan saling mengasihi.
2. Perintah Untuk Mencintai
Perintah untuk mencintai, yang merupakan dasar bagi penghayatan kita untuk
saling mencitai, terdapat dalam banyak teks di berbagai kitab suci keagamaan. Kalau kita
membuka hati terhadapnya, niscaya kita dapat menyelami pesannya untuk kita, dalam
kondisi di mana kita sedang hidup dan berada. Cinta adalah hal utama bagi kita, Dengan
memiliki cinta maka yang lain akan ikut serta, karena dasar dari semuanya adalah cinta.
3. Wujud Cinta Kasih
Bagaimana konkretnya wujud cinta kasih itu, kitab suci keagamaan juga
menyinggung nya, akan tetapi sebagian besar ajaran tentang cinta kasih telah
dikembangkan dalam berbagai ajara-ajaran resmi keagamaan, yang juga menjadi
pedoman dalam praktek penghayatan umat dalam kondisi nyata.
4. Menghayati Cinta Tulus Dalam Hidup Sehari-hari

Pengalaman manusiawi kita memperlihatkan bahwa cinta kasih merupakan hal


sangat mendasar dalam hidup manusia. Tidak salah ada yang mengatakan bahwa cinta
kasih adalah kebutuhan utama manusia. Artnya,semua perbuatan baik yang kita lakukan,
dan semua hal baik yang kita terima, merupakan pancaran dari cinta kasih. Cinta itu
membuahkan
Dalam Hadist Nabi Muhammad dikatakan : "Belumlah sempurna iman kalian
sebelum kalian mampu mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri. Antara orang
yang beriman satu dengan orang yang beriman lain itu bagaikan sebuah bangunan, di
mana suatu bagian memperlakukan bagian yang lain. Antara orang yang beriman satu
dengan orang yang beriman lain bagaikan sebuah jasad/badan, jika satu bagian jasad
merasakan sakit maka bagian jasad yang lain akan mengalami sakit pula."
"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;
mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci
kamu." (Luk. 6:27-28).
Semakin tegas perintah kasih ini ketika Yesus melanjutkan dalam ayat
berikutnya : "Barang siapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya
pipipmu yang lain, dan barang siapa mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil
bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta
kembali kepada orang yang memngambil kepunyaanmu. Dan, sebagaimana kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka."
(Luk. 6:29-31, Mat. 5:39).

Anda mungkin juga menyukai