Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan
Agama
Islam
Islam dan Globalisasi

Fakultas
Ekonomi

Program
Studi

Akuntansi /
Manajemen

Tatap
Muka

12

Kode MK

Disusun Oleh

90002

Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Abstract

Kompetensi

Dalam perkuliahan ini anda akan


mempelajari
masalah
Islam
dan
globalisasi yang mencakup fenomena
globalisasi dalam politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang mempengaruhi
kehidupan umat Islam. Pada bagian
selanjutnya anda akan mempelajari
tentang pandangan agama Islam
sebagai agama universal dan rahmat
bagi semua manusia, serta peran Islam
dalam menciptakan perdamaian dan
misi sosial kemasyarakatan. Pada
bagian akhir anda akan mempelajari
tentang
konsepsi
Islam
dalam

Pada akhir pertemuan ini mahasiswa


diharapkan mampu
1. Mengetahui peranan dan fungsi
muslim dalam fenomena globalisasi
2. Menguraikan implementasi agama
Islam sebagai agama universal
3. Menjelaskan peran agama Islam
dalam perdamaian baik konsepsi
maupun implementasinya
4. Memahami konsepsi Islam dalam
masalah gender, kemanusiaan,
kepemimpinan dan demokrasi

globalisasi yang menyangkut masalah


gender atau peranan wanita dan
demokrasi.

201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pembahasan
12.1 PENGANTAR : MUSLIM DAN FENOMENA GLOBALISASI
Dunia sedang berubah. Komunikasi antar manusia menjadi tanpa
batas. Kemajuan ilmu teknologi, komunikasi, transportasi, dan
turisme, telah menjadikan dunia sebagai desa besar. Ditengah
situasi dunia yang berubah itu, dunia Islam mencanangkan abad
ke 15 Hijriyah ini sebagai abad kebangkitan kembali Islam.
Walaupun pelecehan menerpa, umat Islam musti tetap optimistis
menghadapinya.
Kebangkitan

masa

depan

tidak

bisa

hanya

dengan

membanggakan kejaan masa lalu (glory of the past), melainkan


dengan mengangkat derajat umat melalui kualitas iman dan ilmu.
Dan memang bukan tugas yang ringan bagi kaum Muslimin untuk
mengangkat kualitas umat yang besar jumlahnya. Apalagi,
sebagian besar dari negeri-negeri Muslim adalah Negara dengan
pendapatan rendah.
Banyak tantangan menghadang umat. Tanpa analisa dan
perencanaan strategis, umat tidak akan mencapai tujuan bersama
untuk renaissance. Umat Islam dapat belajar dari sejarah
renaissance Barat. Mantan president Amerika, Richard Nixon,
dalam buku terakhirnya sebelum meninggal, Seize the Moment,
America Challenges in One Super Power World, mengatakan
Barat berhutang besar kepada dunia Islam untuk renaissance-nya.
Untuk renaissance, Barat berdiri di atas pundak dunia Islam pada
masa lalu. Karena itu, kalau kaum Muslimin ingin renaissance
pada abad ke 15 Hijriah ini, kaum Muslimin bisa meniru scenario
masa lalu itu. Gerak mencapai renaissance dapat kaum Muslimin
laksanakan dengan berdiri di atas pundak Barat.
Banyak ilmuan Muslim maupun non-Muslim telah menyatakan
bahwa Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di
dunia, walaupun media massa, khususnya media massa Barat,
selalu senantiasa menyamakan Muslim dengan teroris, ekstremis,
201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

dan radikalis, kenyataannya semakin banyak saja orang terdidik


Barat memeluk Islam.
Banyak ilmuan Barat telah menyatakan bahwa Islam dan Muslim
tak lagi berada nun jauh di sana. Islam dan Muslim sudah berada
kini dan di sini, disamping kita sebagai tetangga, atau bahkan
menjadi salah satu keluarga. Saat ini informasi tentang Islam
harus dibuat lebih menarik. Sebab daya tarik Islam sebagai
agama universal dalam era globalisasi ini semakin kuat di seluruh
dunia, mulai dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan. Pasca
peristiwa 11 September 2001 lalu, dunia Islam tentu terkena akibat
langsung atau tak langsung, baik negative maupun positif.
Pengaruh positifnya adalah semakin banyaknya orang memiliki
minat mempelajari Islam yang benar. Media massa menyajikan
banyak rukun iman dan rukun Islam serta minta para ahli studi
Islam menulis dasar dan esensi ajaran Islam. Pasca 11 September
2001, saat ini serangkaian diskusi Islam banyak ditayangkan di
stasiun Televisi seperti BBC dan CNN tentang jihad dan syariah.
Intelektual Muslim terutama dari negeri-negeri Muslim telah
banyak diundang ke perguruan tinggi untuk diskusi panel dan
seminar.

12.2 ISLAM AGAMA UNIVERSAL


Secara tekstual sejak 14 abad yang lalu Al-Quran telah
menegaskan bahwa Islam adalah ajaran universal, di mana misi
serta klaim kebenaran ajarannya melampaui batas-batas suku,
etnis,

bangsa

dan

bahasa.

Oleh

karenanya

tidaklah

mengherankan jika berbagai seruan Al-Quran banyak sekali


menggunakan ungkapan yang berciri kosmopolitanisme ataupun
globalisme. Misalnya saja banyak firman Allah yang memulai
seruan-Nya dengan ungkapan Wahai manusia Lebih dari itu,
karena Islam yang sebagai agama penutup, maka dengan
sendirinya jangkauan dakwah Islam mestilah mendunia, bukannya
agama suku, rasial dan parokhial sebagaimana agama-agama
terdahulu yang hanya dialamatkan pada suatu kaum tertentu.

201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Secara historis sosiologis, baru abad sekarang ini umat Islam


semakin sadar bahwa Islam benar-benar tertantang memasuki
panggung dakwah yang berskala global, yang antara lain
disebabkan oleh revolusi teknologi transportasi dan informatika
serta komunikasi. Ketika sistem informasi dibantu dengan satelit,
maka planet bumi seakan menjadi kecil. Barangkali hampir
seluruh sudut bumi ini, dapat di potret oleh manusia dan dalam
waktu yang bersamaan gambar dan berbagai penjelasan detailnya
bisa disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Lalu, apa makna dan dampak dari proses globalisasi informasi ini
bagi Islam? Satu hal yang pasti ialah bahwa umat Islam tidak bisa
hidup, berpikir dan bertindak isolatif, tanpa mempertimbangkan
situasi bangsa dan umat beragama lainnya. Kesadaran akan
lingkungan fisik maupun sosial dari planet bumi semakin merata.
Bumi ini tidak bisa diklaim sebagai milik satu bangsa atau satu
umat saja, melainkan milik dan tanggung jawab bersama.
Sesungguhnya kesadaran akan pentingnya Islam mengantisipasi
era globalisasi bukan hal baru bagi umat Islam. Sejak masa
Rasulullah Muhammad SAW sampai dengan abad pertengahan
bukti kepemimpinan umat Islam yang dalam peradaban umat
manusia tidak bisa diingkari oleh sejarah. Di mana pada saat yang
sama, bangsa Eropa masih jauh ketinggalan di belakang. Hanya
saja, sejalan dengan sunnatullah, roda sejarah berputar. Terdapat
faktor-faktor obyektif yang bisa dikaji secara ilmiah mengapa dunia
Islam

merosot

perannya

dalam

kepemimpinan

dunia

dan

kemudian diambil alih oleh Barat.


Faktor-faktor sejarah inilah yang menjadi agenda umat Islam
untuk dikaji dalam rangka mengangkat kembali citra dan peran
Islam untuk dikaji dalam rangka mengangkat kembali citra dan
peran Islam dalam percaturan global, karena peran sejarah ini
oleh Allah telah diamanatkan pada kaum Muslim sebagaimana
terkandung dalam konsep khalifah Allah di muka bumi sekali lagi,
sekarang ini disadari atau tidak umat Islam telah memasuki arena
percaturan dan pertarungan global, baik dalam konteks teologi,
filsafat, ekonomi, politik maupun budaya. Dalam pada itu semua
201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

ajaran agama yang bersifat doktrinal di satu sisi dan kualitas


pendukungnya disisi lain kesemuanya akan diuji oleh sejarah dan
oleh standar-standar kemanusiaan.
Oleh karenanya tidaklah mengherankan bahkan hal itu merupakan
sunnatullah, bahwa berbagai falsafah, ideologi, budaya dan
agama yang ada mengalami pasang surut bahkan kebangkrutan.
Contoh yang masih hangat tentunya kebangkrutan ideologi
komunisme di bekas Uni Soviet yang telah membawa pengaruh
global baik pada iklim politik maupun ekonomi dunia, yang secara
langsung juga dirasakan oleh dunia Islam.
Di berbagai jurnal, buku dan komentar para ilmuan politik dan
kebudayaan, bahwa setelah berakhirnya Perang Dingin antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet, perhatian Barat terhadap Islam
kelihatan semakin meningkat, baik dalam kontrol positif maupun
negatif. Para pengamat politik internasional, di antara yang paling
vocal adalah Samuel P Huntington, mengatakan bahwa kini
kontak yang intens antara Barat dan Islam muncul kembali dan
sisa-sisa benturan masa lalu ternyata masih laten. Tentu saja
pernyataan ini perlu dikaji ulang. Namun yang pasti adanya
kebangkitan dunia Islam dan kekhawatiran Barat terhadap dunia
Islam merupakan kenyataan yang sulit di ingkari.
Meminjam jargon John Naisbit, sebagaimana tersurat dalam judul
karyanya, Global Paradox, dalam waktu yang bersamaan
sekarang ini manusia di dunia dihadapkan pada beberapa
kecenderungan paradoksal. Dalam bidang budaya disatu sisi
munculnya semangat etnis dan keberagaman yang kian menguat,
tetapi pada sisi lain muncul arus ideologi baru yang transnasionalisme, globalisme, dan sekulerisme. Pembentukan Uni
Eropa, misalnya, semua ini tidak hanya merupakan gerakan transnasionalisme ekonomi, tetapi juga berpengaruh langsung pada
gerakan budaya dan agama. Melalui jaringan ekonomi dan politik
maka proses akulturasi maupun konflik antar agama dan budaya
ikut berlangsung.
Jika dilihat dari segi positifnya, era globalisasi ini sesungguhnya
merupakan peluang bagi Islam untuk kembali berperan aktif dalam
201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

percaturan dunia, terutama untuk ikut serta menegakkan nilai-nilai


kemanusiaan. Islam memiliki doktrin, bukan sekedar gagasan,
yang jelas dan secara konseptual siap diuji mengenaik isu hak
asasi manusia, paham demokrasi, prinsip-prinsip keadilan, etika
politik, etika bisnis, dan lain sebagainya yang sementara ini belum
dikenal oleh masyarakat dunia karena dikalahkan oleh isu-isu
terorisme dan perang yang memang terjadi di dunia Islam.
Atas kenyataan yang tidak meyenangkan tersebut walaupun citra
negatif tentang Islam itu tidak benar, kaum muslim tidak perlu
meratapi diri sehingga tidak kreatif karena hal itu barangkali
bagian dari episode sejarah Islam yang harus dilalui.
Khusus bagi Indonesia, Negara dengan penduduk Muslim
terbesar di dunia yang dahulu tidak banyak dikenal dunia luar,
secara perlahan namun pasti posisinya semakin diperhitungkan
jika

pun

umat

Islam

Indonesia

tidak

memiliki

khazanah

kebudayaan dan prestasi intelektual keislaman sebagai warisan


masa lalu, hal ini tidak berarti Islam Indonesia posisinya
selamanya marginal.

12.3 ISLAM DAN PERDAMAIAN


Banyak problem yang menerpa umat Islam memasuki millennium
ketiga ini. Belum selesai dengan penjajahan dan kemiskinan, umat
Islam di pojokkan dengan isu terorisme. Tragedi 11 September
2001

menjadi

peristiwa

yang

sering

ditafsirkan

sebagai

kebangkitan terorisme Islam.


Pada dasarnya definisi terorisme tidak terlepas dari pertarungan
kepentingan. Dengan kata lain, bisa jadi tidak ada umat Islam
yang menjadi teroris. Ada pihak-pihak tertentu yang berupaya
memojokkan umat Islam. Namun tidak bisa dipungkiri pula jika
dalam tubuh umat Islam tersimpan benih-benih kejengkelan
terhadap masyarakat Barat yang telah berlaku tidak proporsional
terhadap umat Islam. Akan tercipta suatu hubungan yang tidak
harmonis antara masyarakat Islam dengan masyarakat Barat.

201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Disinilah pentingnya untuk mengklarifikasi kepada masyarakat


Internasional dan menyebarkan ajaran perdamaian yang menjadi
intisari dari agama Islam.
Dalam Al-Quran Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan
bersuku-suku

supaya

kamu

saling

kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah


adalah

orang

yang

paling

bertakwa

di

antara

kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (AlHujarat : 13)


Kaum Muslim perlu menggarisbawahi bahwa perbedaan suku dan
bangsa di masudkan Allah sebagai arena saling mengenal dan
memahami.

Perbedaan

suku

dan

bangsa

menimbulkan

konsekuensi munculnya perbedaan tradisi, kebudayaan, cara


pandang, dan nilai-nilai. Karena itu perbedaan adalah suatu
kekayaan yang tak ternilai harganya.
Kesalahpahaman sering terjadi antara masyarakat Barat dan
Islam. Hal ini bisa jadi lantaran kurangnya pengenalan masingmasing pihak terhadap yang lain. Hubungan yang tidak harmonis,
sebagaimana diceritakan dalam sejarah Islam dan Barat salah
satu faktornya adalah tidak adanya perkenalan yang mendalam
satu sama lain.
Islam

adalah

agama

perdamaian.

Kontribusi

Islam

untuk

perdamaian dunia dan regional, sedemikian besar dalam sejarah


umat manusia. Menurut Islam, tujuan utama penciptaan manusia
adalah saling mengenal dan hidup dalam damai.
Kaum Muslim tidak diizinkan untuk berperang, kecuali mereka
diusir dari rumah-rumah mereka karena masalah agama. Allah
SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hajj (22) ayat 39 dan 40,
sebagai berikut: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang
yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuasa menolong mereka; (yaitu) orang-orang
201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan


yang benar, kecuali karena mereka berkata: Tuhan kami
hanyalah Allah. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)
sebagian

manusia

dengan

sebagian

yang

lain,

tentulah

dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah


ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak
disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang
yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Hal yang sama juga terdapat dalam surat Al-Mumtahinah (60):8-9,
Allah berfirman: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik
dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu
karena agama dan tiada (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadi sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai
kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim
Tentu saja sebagai Muslim menyayangkan jika ada pandangan
terutama dari Barat yang menuduh bahwa Islam sebagai agama
pedang. Namun kita tidak boleh menggeneralisasi bahwa semua
masyarakat Barat menilai Islam sebagai agama pedang. Karena
dalam faktanya terdapat juga orang Barat yang berpandangan
sangat apresiatif terhadap kiprah Islam.
Kekerasan bukanlah sejarah yang identik dengan umat Islam.
Meluasnya pengaruh Islam ke penjuru dunia dan konversi agama
dari non-Islam kepada Islam tidak didukung oleh militer sebagai
faktro utamanya, melainkan oleh nilai-nilai yang ditawarkan Islam,
yakni pembebasan (futuhat) dan perdamaian (salam).
Sejarah menceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW pindah
ke Madinah, Beliau menandatangani sebuah kesepakatan dengan
para pemimpin berbagai agama, termasuk Yahudi dan Kristen.
Dokumen

kesepakatan

tersebut

dikenal

dengan

Konstitusi

Madinah (Mitsaq Al-Madinah). Konstitusi ini menyatakan bahwa

201
2

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Muslim bersedia hidup bersama secara damai dengan nonMuslim.


Fakta sejarah lainnya adalah masyarakat Yaman tetap mengakui
agama kuno mereka selama tiga abad setelah penaklukan (baca:
pembebasan / futuhat) Islam disana. Begitu pula masyarakat
Persia, yang sekarang disebut Iran. Umat Islam tidak pernah
memaksa penduduk Spanyol memeluk Islam. Justru masyarakat
Eropa berbondong-bondong menziarahi Spanyol untuk belajar
kepada umat Islam. Pada masa itu, peradaban umat Islam jauh
lebih

maju

ketimbang

peradaban

Eropa.

Bahkan

sejarah

pencerahan (renaissance) di Eropa tidak terlepas dari besarnya


pengaruh peradaban Islam disana.
Sikap moderat dan toleransi kaum Muslim juga ditunjukkan dalam
sejarah India. Wilayah anak-benua itu selama berabad-abad
berada di bawah kekuasaan Muslim, tapi masyarakat lokal tetap
memeluk agama Hindu. Hanya mereka yang secara sukarela
meninggalkan agama mereka sebelumnya untuk kemudian
memeluk Islam.
Di Asia Tenggara, Islam berajar dan menyebar dengan relative
damai.

Masyarakat

berpindah

ke

Islam

secara

sukarela.

Penduduk lokal berpandangan bahwa Islam adalah agama


kesucian, sebagaimana para pedagangn Islam Indoa memakai
pakaian bersih sambil memperkenalkan agama. Penduduk lokal
sebaliknya hampir telanjang sama sekali. Mereka juga melihat
Islam sebagai agama bagi kemajuan ekonomi yang dibawa ke
Malaysia dan Indonesia oleh para pedagang kaya. Singkatnya,
penduduk lokal melihat Islam sebagai agama orang yang lebih
beradab.
Islam juga mengajarkan kesetaraan (equality) di kalangan
masyarakat. Setiap orang setara di hadapan Allah. Doktrin
kesetaraan ini menyerang basis sister kasta yang dipraktikkan
oleh agama lainnya, yang mempercepat konversi damai dan
sukarela masyarakat lokal kepada agama Islam sepanjang abad
ke 13 hingga 16.

201
2

10

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Bagaimana penyebaran Islam yang relative damai di masa awal


ini bila dibandingkan Islam di agbad ke 20 dan 21 ini? Di awal
abad ke-21 ini, sejumlah pemerintah Barat menuduh Islam
sebagai agama yang memicu kekerasan. Islam diasosiasikan
dengan

peristiwa-peristiwa

dan

gerakan-gerakan

yang

mengancam kepentingan politik dan ekonomi Barat.


Padangan Barat tentang Islam adalah sebuah pandangan yang
tidak sepenuhnya dapat dibenarkan. Aksi teror yang terjadi di
beberapa

Negara

biasanya

terkait

dengan

perjuangan

kemerdekaan, Palestina adalah salah satu contohnya. Namun


kaum Muslimin juga tidak menyetujui penggunaan kekerasan yang
dipraktekkan secara sporadic itu. Sebab perjuangan dengan
kekerasan belum tentu menghasilkan seperti yang diinginkan.
Dalam faktanya justru sering memperkeruh suasana. Terjadi
lingkaran kekerasan yang tiada habisnya.
Tidak diragukan lagi, komunikasi yang lebih baik di antara kedua
masyarakat tersebut perlu di bangun. Masyarakat Barat perlu
menyadari bahwa Islam, seperti agama-agama lain, mengajarkan
nilai-nilai yang mulia mengenai perdamaian dan cinta kepada
umat manusia. Barat juga harus sadar akan fakta bahwa,
sebagaimana agama yang lain yang benar, terdapat keragaman
luar biasa dalam Islam.
Islam mewujudkan dirinya di berbagai Negara yang berbeda-beda,
dalam tradisi budaya yang beragam, dan dalam konteks etnis,
ekonomi, dan politik yang berbeda pula.
Kaum

Muslim

juga

perlu

menghasilkan

karya

tulis

guna

mensosialisasikan pemahaman yang lebih memadai tentang Islam


kepada

pembaca

internasional.

Kaum

Muslim

pun

perlu

menyadari keragaman mereka, baik secara doktrinal maupun


politik. Lebih dari itu, bangsa-bangsa dengan mayoritas Muslim
harus tanggap terhadap aspirasi minoritas non-Muslim atau
aspirasi politik dan kesetiaan golongan yang berbeda.

201
2

11

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

12.4 MISI KEMANUSIAAN DAN ISLAM


Agama apa pun di dunia ini, lebih-lebih Islam, pada prinsipnya
membawa misi kemanusiaan, namun dalam kenyataaannya tidak
demikian.

Berbagai

tindak

kekerasan,

kerusuhan,

dan

ketidakadilan, seringkali melibatkan sentiment agama. Kenyataan


ini pada gilirannya menimbulkan persepsi negatif terhadap Islam.
Tindakan represif dan radikal dalam pemberantasan kejahatan
dan kemaksiatan misalnya, oleh sebagian kalangan dipandang
merupakan bagian dari dakwah (amar makruf nahi munkar).
Walaupun sebagian kaum Muslim menganggap tindakan tidak
bersahabat tersebut dianggap kurang etis, selain menimbulkan
korban jiwa dan harta, akan memperburuk citra Islam.
Radikalisme dan segala bentuk kekerasan yang membawa
bendera

Islam

yang

terjadi

di

Indonesia

akhir-akhir

ini

sesungguhnya bukan hal baru. Gerakan-gerakan radikal telah ada


sejak rasulullah SAW wafat. Tampilnya gerakan Islam radikal telah
memberikan warna negatif dalam kehidupan bermasyarakat saat
ini. Sehingga menimbulkan gangguan sosial. Massa grassroot
(akar rumput) begitu mudah terprovokasi kondisi ini tentu saja
menjadi ancaman bagi tatanan sosial yang rukun.
Abdul Aziz Sachedina melalui bukunya Kesetaraan Kaum
Beriman; Akar Pluralisme Demokratis dalam Islam, menegaskan
bahwa, akar ketegangan dan intoleransi, baik karena perbedaan
paham di antara kaum Muslim maupun karena perbedaan agama,
disebabkan pola pikirnya telah terperangkap oleh formula tafsir
atas kebaikan dan kebenaran yang hanya bagi kelompok sendiri
dan versi kelompoknya sendiri. Sementara itu, penafsiran atas
kebenaran yang dilakukan pihak lain dinilai salah, palsu,
menyesatkan, dan masuk neraka. Persepsi demikian melahirkan
klain kebenaran dan janji keselamatan hanya dalam agamanya;
sikap keberagaman menjadi ekslusif yang kemudian melahirkan
suasana saling curiga antar manusia atas nama Tuhan.
Fenomena ini tentu saja sangat menghawatirkan bagi keutuhan
tatanan sosial masyarakat. Setiap orang memang berhak
201
2

12

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

berpegang teguh pada keyakinan dan tafsir atas kebenaran


masing-masing. Namun, bagaimana agar keyakinan itu tidak
membuat penilaian negative terhadap orang atau kelompok yang
berbeda keyakinannya. Apalagi jika implementasi ide itu ditempuh
dengan tindakan refresif dan radikal (atas nama agama). Klaim
kebenaran atas suatu paham keagamaan dan penghakiman
terhadap paham lain sebagai aset (dan tentu saja masuk neraka)
perlu dikikis habis. Jika sikap memandang sebelah mata itu
masih tumbuh subur, maka membangun toleransi kehidupan
beragama akan sulit terwujud. Dalam Al-Quran Allah berfirman,
Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya
(terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian)
itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan
kepada-Nya-lah aku kembali (QS. Asy-Syura [42]:10).
Ayat itu memberikan jalan penyelesaian terhadap perbedaanperbedaan, baik dalam pemikiran maupun gerakan, khususnya
bidang keagamaan. Allah telah menciptakan potensi-potensi yang
bisa menggerakkan dunia ini begitu beragam, baik bahasa,
budaya, maupun agama. Allah tentu lebih tahu apa yang akan
terjadi karena perbedaan-perbedaan itu, manusia akan berselisih
dan cenderung menempatkan diri pada posisi yang paling benar.
Jika semua pihak bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan
itu, maka segala perbedaan dan dinamika tersebut akan tumbuh
secara alamiah. Dan tidak perlu risau dengan perbedaan
pendapat. Karena sesungguhnya perbedaan adalah rahmat
sebagaimana dikatakan dalam Rasulullah.
Sikap yang bijak dalam menyikapi silang pendapat menunjukkan
tingginya toleransi beragama dan toleransi itu pula yang akan
membuahkan perdamaian. Satu sama lain saling menghargai,
saling memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
semua orang untuk berekspresi. Jika terus berselisih dan berkutat
dalam masalah-masalah perbedaan penafsiran, maka akan sulit
Islam kembali membangun peradaban. Pembebasan manusia dari
ketertindasan, penegakkan keadilan, persamaan derajat, dan
tentu saja terciptanya perdamaian di antara sesama manusia
adalah proyek besar yang menjadi tantangan abad global.
201
2

13

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Kaum Muslim sangat perlu mendorong terciptanya masyarakat


yang adil dan berperadaban. Kreasi dan inovasi dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah modal utama bagi
kemajuan peradaban manusia. Menurut Syafii Anwar, kemajuan
peradaban Barat tak perlu dicaci maki, tetapi harus direspon
secara cerdas dan kreatif. Kaum muslimin dituntut untuk belajar
terhadap kemajuan peradaban Barat sehingga Islam akan mampu
bersaing dengan peradaban global.
Karena itu, suatu program pembangunan untuk kesejahteraan dan
kemaslahatan umat, memerlukan kondisi yang aman dan damai.
Sebaliknya, dalam masyarakat yang selalu dihinggapi rasa resah
dan khawatir karena adanya gesekan-gesekan yang dikarenakan
perbedaan penafsiran akan membuat kegiatan-kegiatan sehariharinya tidak akan bisa dilaksanakan secara maksimal karena
rasa tenang menjadi salah satu faktor suksesnya beraktivitas.
Tingkat kreativitas dan produktivitas suatu bangsa sangat
ditentukan oleh stabilitas sosial, politik, dan keamanan. Di mana
pun di dunia ini, Negara yang disibukkan oleh masalah-masalah
keamanan dalam negeri hampir selalu terbelakang. Mereka tidak
bisa membangun peradaban karena terus menerus mengurus
soal

keamanan

dan

menangani

konflik

berkepanjangan.

Sebaliknya, Negara-negara yang berperadaban tinggi adalah


Negara-negara yang keamanannya stabil dan masyarakatnya
hidup rukun.
Misi

damai

Islam

harus

diterapkan

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang majemuk, baik


karena berbeda agama maupun suku. Islam bukan hanya
menghargai orang yang seagama, tetapi juga sangat menghargai
umat yang berbeda agama (tidak beragama Islam). Hal ini bisa
kita teladani dari sikap Nabi ketika ada iring-iringan jenazah non
Islam lewat, Nabi langsung berdiri sebagai tanda sikap hormat.
Semua agama dan budaya masyarakat pada dasarnya memiliki
semangat untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian dalam
rangka

membangun

serta

memakmurkan

bumi.

Hilangnya

perdamaian berarti misi agama Islam telah terdistorsi. Konflik,


201
2

14

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

kerusuhan, dan berbagai aksi kekerasan dan terorisme telah


menyebabkan

dunia

menjadi

gersang,

dan

kenyamanan

beragama menjadi sirna.

12.5 KAJIAN KASUS

Islam dan Barat Perlu dijembatani


Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim
Muzadi, menilai dikotomi antara Islam dan Barat yang terjadi
selama ini tidak produktif. Barat maupun Islam, kata dia, dirugikan.
Karena itu, dia menilai Islam dan Barat perlu dijembatani.
Menurut Muzadi, Barat tidak melulu harus dihadapi secara apriori.
Sebab Islam sendiri mengajarkan untuk menerima kebenaran dari
mana pun datangnya. Gerakan Islam yang apriori terhadap Barat,
kata Muzadi, justru meletakkan diri pada posisi yang sulit.
Untuk menjembatani kedua peradaban yang telah diandaikan para
futurology mengalami clash itu, PBNU menggerlar International
Conference

of

Islamic

Scholars (ICIS)

pada

20-22

Juni.

Konferensi ini dilaksanakan untuk mengembangkan pikiran, visi,


dan misi NU yang rahmtan lil alamin pada skala internasional,
kata Muzadi saat berkunjung ke Republika, Selasa (23/5) kemarin.
Dalam kunjungan tersebut, Muzadi didampingi Ketua PBNU, Rozy
Munir, yang juga ketua panitia ICIS; Wakil Sekjen PBNU, Iqbal
Sullam, yang juga sekretaris panitia ICIS; dan Humas ICIS,
Ahmad Millah. Selain mencoba mencari solusi atas masalah
dikotomi Barat dan Timur, Muzadi mengatakan dasar pemikiran
digelarnya ICIS adalah untuk menyajikan Islam yang moderat dan
rahmatan lil alamin ke seluruh dunia. Dalam konferensi ini, ulama
dari berbagai aliran dan sekte akan diundang untuk duduk
bersama.
Yang kita lihat adalah visinya. Kita tidak pilah-lilah apakah ini
Syiah, Salafi, Wahabi, atau Suni. Tapi kita ingin melihat Islam
201
2

15

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

divisikan secara moderat, papar Muzadi. Muzadi mengatakan


ketentuan moderat yang hendak ditampilkan pun harus jelas.
Sebab bila tidak jelas, moderat bisa bermakna tak berbuat apaapa.Moderasi adalah keseimbangan antara keyakinan dan
toleransi, ujarnya. Lewat ICIS.
Muzadi mengatakan NU berniat mengurangi tingkat kesulitan
umat Islam di dunia. Menurut dia, kesulitan yang akan dipecahkan
itu mulai dari konflik antar umat Islam sendiri. Agenda lainnya
yang ingin di capai dari ICIS adalah menyangkut masalah
perbaikan ekonomi, pendidikan, imbuhnya. ICIS yang digelar
PBNU bulan depan, merupakan ICIS yang kedua. Pada 23-25
Februari 2004 lalu, PBNU menggelar ICIS pertama dengan tema
utama Meneguhkan Islam Sebagai Rahmatan Lil Alamin. ICS
kedua

ini

mengambil

tema

yang

sama

dengan

menghubungkannya pada masalah keadilan dan perdamaian


global.
Tokoh-tokoh dunia yang akan diundang dalam ICIS tahun ini
antara lain Ketua Organisasi Konferensi Islam (OKI), Dato Seri
Abdullah Ahmad Badawi yang juga perdana menteri Malaysia;
Sekretaris Jenderal Uni Eropa, Javier Solana; Paus Benedict XVI;
Raja Abdullah dari Yordania; dan mantan perdana menteri
Malaysia, Mahathir Mohamad.
Selain itu, Dr. Hisyam Kabbani dari Amerika; Dr Ayatullah Ali Al
Tasykhiri dari Iran; Prof Dr. Julia Howell dari Australia; Muhammad
Izajul bin Dhiya dari Pakistan; Jefri Sach dari Columbia; Sawanee
Jit Mud dari Thailand; Dr. Zaky Al Yamani dari Saudi Arabia; Dr
Carmen Abubakar dari Filipina; Dr Said Ramadhan Al Buthi dari
Siria; Ahmad Mohammad Ahmad At-Thoyib dari Mesir; Maqsood
Ahmed OBE dari Inggris; Dr Arabi Al-Qasyat dari Prancis; Dr.
Abdurrahman Al Syaibani dari Aljazair; dan Prof Akhtarul Wasey
dari India. Dari Indonesia, pembicaranya

antara lain KH

Abdurrahman Wahid, Prof. Dr. Emil Salim, Prof Dr. KH Said Aqil
Siradj, Prof. Dr. Alwi Shihab, dan lain-lain. ICIS, menurut rencana,
dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

201
2

16

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

201
2

17

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka
Srijanti, Purwanto, dan Pramono, Wahyudi, 2007, Etika Membangun Masyarakat Islam
Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu.

201
2

18

Pendidikan Agama Islam


Drs. H. M. Tamsir Ridho, MA

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai