PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pada era gobalisasi ini, banyak remaja yang terjerumus dalam jurang perilaku
menyimpang. Bahkan, penyimpangan moral sangat marak di kalangan remaja. Hal tersebut
Kemunduran moral yang dialami remaja sekarang ini pada dasarnya disebabkan oleh
beberapa faktor, baik faktor luar maupun dalam. Salah satu faktor luar tersebut yaitu adanya
perkembangan zaman yang senantiasa berkembang yang ikut serta mempengaruhi pola pikir
remaja. Pola pikir dan perilaku remaja yang kurang baik, menggambarkan sekaligus
mencerminkan kurang tersaringnya dengan baik ajaran moral di era globalisasi. Pengaruh
budaya asing yang masuk telah mengantarkan remaja ke gerbang pintu kehancuran, bahkan
telah masuk ke dalam jurang kehancuran. Berupa kehancuran moral atau tingkah laku. Sopan
santun di tengah masyarakat pun luntur. Yang ditonjolkan adalah keburukan moral.
Dengan demikian, peran agama dalam kasus ini sangat dibutuhkan. Di mana, agama
merupakan sebuah pondasi atau landasan yang sifatnya melandasi segala tingkah laku atau
perilaku manusia. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas beberapa rumusan
mempengaruhinya serta pentingnya peran agama dalam mengatasi dekadensi moral remaja.
II. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
1. Pengertian Agama
ahli. Harun Nasution misalnya mengelaborasi bahwa kata agama itu berasal dari bahasa
sankrit. Menurutnya, kata agama tersusun dari dua kata, a=tidak dan gama=pergi, jadi agama
berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun. Selanjutnya adalagi
pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci, dan agama-agama
memang mempunyai kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan.
menjadi agama, maka pengertian berubah menjadi “jalan”. Jalan yang dimaksud adalah jalan
hidup yang digariskan Tuhan atau pendiri agama, yang harus ditempuh oleh manusia untuk
Kemudian, pengertian agama bila ditinjau dari segi istilah, terdapat banyak pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli. Sebagaimana yang dikatakan Parsudi Suparlan dalam kata
pengantar buku agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, bahwa agama secara
mendasar dan umum, dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang
mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khusunya dengan Tuhannya, mengatur
adalah kemunduran atau kemerosotan yang dititikberatkan pada perilaku atau tingkah laku,
kepribadian, dan sifat. Dalam istilah lain, bahwa dekadensi moral adalah sebuah bentuk
kemerosotan atau kemunduran dari kepribadian, sikap, etika dan akhlah seseorang.
3. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu tingkat umur, di mana anak-anak tidak lagi anak, akan
tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara
umur anak-anak dan umur dewasa. Dengan demikian, remaja dapat diartikan suatu masa
peralihan dari anak menjelang dewasa. Yang mana usia remaja ialah antara 13 dan 21 tahun.
Pada umur ini terjadi berbagai perubahan, yang tidak mudah bagi seorang anak untuk
menghadapinya tanpa bantuan dan pengertian dari pihak orang tua dan orang dewasa pada
umumnya. Pada umur ini terjadi perubahan-perubahan cepat pada jasmani, emosi, sosial,
a. Masa remaja adalah masa peralihan, yaitu beralih dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa
b. Masa remaja adalah sebagai periode perubahan antara lain perubahan emosi, fisik, dan
minat.
c. Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas yang dicarinya berupa upaya untuk
d. Masa remaja adalah masa yang menakutkan, disebabkan sikap orang dewasa kepadanya
e. Masa remaja adalah masa yang tidak realisitis, remaja melihat dirinya dan orang lain
f. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, dan inni menimbulkan kegelisahan.
Dekadensi moral yang dialami oleh remaja sekarang ini tentu melenceng dari ajaran Islam.
Perilaku atau tingkah laku remaja yang semestinya adalah sesuai dengan ajaran Islam yang
berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun, berbeda dalam realita kehidupan
remaja sekarang ini banyak yang melenceng dari ajaran Islam. Beberapa bentuk dekadensi
Pergaulan bebas dan seks bebas (free sex) merupakan salah satu ciri
kebudayaan barat, kebudayaan orang-orang yang tidak beriman dan tidak punya peradaban.
Di negara yang tidak mengenal batas-batas pergaulan pria dan wanita, pergaulan tidak
dikendalikan norma-norma agama, maka pergaulan tersebut akan berakibat sangat fatal.
Pada tahun 1955-an Kinsey pernah menerbitkan buku hasil penelitian sexual behavior of the
human female (tingkah laku seksual kaum wanita). Dalam buku tersebut diceritakan bahwa
50% wanita-wanita sejak di bangku sekolah telah mengenal kehidupan seksual di luar nikah.
64% wanita yang telah bersuami dan bekerja di kantor sudah melakukan hubungan seksual
sebelum nikah. Sebagai akibat yang mencolok ialah banyaknya anak-anak lahir tanpa
diketahui siapa ayahnya, dan laki-laki bukanlah suatu yang ganjil atau tabu menikahi wanita
Melihat kenakalan remaja baik di kota maupun di desa, akan nyata bahwa
nilai-nilai ajaran agama telah diabaikan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk telah
Di beberapa kota sering terjadi pelajar-pelajar SMP atau SMA secara perorangan maupun
kelompok saling bermusuhan, bahkan sering terjadi pertengkaran antar kelompok dan antar
sekolah. Gejala lain dapat dijumpai, anak-anak remaja melakukan perbuatan kekerasan
seperti penganiayaan dan pembunuhan. Pada hakikatnya perbuatan tersebut melanggar nilai-
tertentu yang dilakukan oleh anak-anak remaja pada umumnya diawali oleh pertengkaran
kecil. Kadang-kadang pertengkaran tersebut berkembang menjadi lebih serius dan lebih
kompleks efek negatifnya. Sering terjadi pertengkaran antara anak sekolah dengan sesame
anak sekolah, anatara kelompok pemuda yang tgerorganisir dengan kelompok pemuda yang
lainnya.
Barangsiapa membunuh orang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka
)١٩٤( اعتَ ُدوا َعلَْي ِه مِبِثْ ِل َما ْاعتَ َدى َعلَْي ُك ْم
ْ َ…فَ َم ِن ْاعتَ َدى َعلَْي ُك ْم ف
(Q.S. Al-Baqarah:194).
Dari beberapa ayat Al-Qur’an tersebut nyatalah adanya pedoman yang bersifat mutlak
Allah Swt.
Di era sekarang ini, banyak diantara remaja puteri yang memakai pakaian
dengan ajaran Islam. Cara berpakaian dan gaya berbusana remaja tersebut satu dari banyak
dekadensi moral yang tingkah lakunya menimbulkan efek merangsang hawa nafsu.
Gaya hidup yang serba bebas ini dianggap sebagai gaya hidup yang menyenangkan dan
memuaskan. Sehingga gaya hidup seperti ini telah mengakar dalam kehidupan mereka.
maka tidak sedikit dari mereka yang menyelesaikannya melalui jalan yang salah yaitu dengan
mengonsumsi obat-obatan terlarang bahkan NAPZA. Menurut kebanyakan remaja, cara ini
adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan kegelisahan hatinya. Bahkan karena pergaulan
yang kurang baik dan pemahaman agama yang kurang menyebabkan mereka menjadi pelaku
Dekadensi moral yang terjadi dikalangan remaja sekarang ini pada dasarnya dipengaruhi oleh
Pertama, faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam. Faktor internal tersebut yaitu
faktor yang dating dari diri remaja sendiri. Seperti potensi, kepribadian, karakter atau sifat.
Remaja yang memilki peluang untuk berpotensi melakukan kebaikan maka tidak akan
1. Lingkungan Keluarga
tetapi pengaruh itu, tidaklah terbatas kepada waktu ia telah menjadi remaja saja, akan tetapi
telah dimulai sejak dari bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Mungkin dapat dikatakan
bahwa pengaruh yang diterimanya waktu kecil itu, jauh lebih besar dan lebih menentukan
dalam kehidupannya di kemudian hari. Karena pengalamannya waktu kecil, ikut membentuk
kepribadiannya: apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya dalam kehidupan waktu kecil.
Apakah ia sering menyaksikan atau mendengar hal-hal yang kurang serasi dalam
keluarganya, misalnya ketidakcocokan ibu-bapaknya, seringnya terjadi ketegangan dan salah
pengertian antara satu dengan lainnya dalam keluarga, maka si anak yang baru bertumbuh itu
akan mengalami jiwa yang goncang, karena seringnya merasa cemas dan takut.
Bahkan lebih jauh, dapat dikatakan bahwa kepercayaannya kepada Tuhan atau keyakinan
beragamnya akan sangat dipengaruhi oleh suasana hubungan dalam keluarga waktu kecil itu.
Keluarga yang hidup jauh dari agama, tidaklah mungkin memberikan pembinaan jiwa agama
bagi anak-anaknya. Dalam pembinaan agama, sebenarnya faktor orang tua sangat
menentukan, karena rasa agama akan masuk terjalin ke dalam pribadi anak bersamaan
dengan sejak kecilnya. Apabila agama itu hanya didapatnya kemudian melalui pengajaran
yang dangkal saja, maka agama itu akan dikenalnya, akan tetapi kurang meresap dalam
jiwanya. Dan lebih berbahaya lagi, apabila anak-anak telah memasuki usia remaja, yang
penuh persoalan dan kegoncangan itu, masih belum mengenal agama, maka segala kesukaran
dan tekanan-tekanan perasaan yang mereka alami, tidak akan dapat diatasi atau dikuranginya
sendiri, karena ia tidak mampu berdoa dan minta tolong kepada Tuhan. Di sinilah mulai
larinya remaja ke pelbagai cara yang kadang-kadang tidak mengindahkan nilai moral.[6]
hubungan persahabatan memilki pengaruh sangat penting dalam pembentukkan sikap dan
kepribadian remaja. Namun, tak banyak orangtua dan guru yang menyadarinya. Mereka baru
sadar ketika semuanya terlambat. Karena kuatnya pengaruh ikatan persahabatan, orangtua
dan guru bisa mengetahui keyakinan dan kepribadian seorang anak remaja dari teman-teman
dekatnya.
Hal ini dijelaskan oleh sabda Rasulullah Saw., “Kepribadian seseorang dapat diketahui
dengan melihat teman dekatnya. Kenalilah salah satu dari kalian dengan melihat teman
dekatnya.” (HR.Al-Turmudzi)
Dalam hadits lain, beliau bersabda, “Seseorang itu serupa dengan orang yang dicintainya.”
3. Kebudayaan Asing
Remaja adalah golongan masyarakat yang paling mudah terkena pengaruh dari luar,
karena mereka mudah mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan pertumbuhan
yang mereka lalui. Dalam hubungan kebudayaan asing maka remaja pulalah yang lebih
Pengaruh kebudayaan asing ada yang bersifat positif dan negatif. Namun, jika dilihat di
kalangan remaja pengaruh negatif jauh lebih mendominasi. Di mana , pengaruh negatiflah
yang menyebabkan adanya dekadensi moral pada remaja. Pengaruh kebudayaan asing yang
negatif terhadap remaja Indonesia, sebenarnya tidak terlalu besar, jika diingat bahwa
4. Lingkungan Masyarakat
Apabila dalam masyarakat tidak tampak lagi keunggulan moral, di mana sopan-santun
hidup kurang terpelihara, agama dan nilai-nilai pasti tidak terlihat lagi, serta penipuan,
percekcokan dan pelanggaran atas hak-hak orang lain menjadi biasa saja, maka jiwa remaja
akan semakin tertekan dan berontak. Andaikata remaja-remaja yang penuh idealisme itu,
tidak mendapat didikan agama sejak kecilnya dulu, atau dalam pribadinya sangat kurang
unsur-unsur agama, maka tekanan perasaan atau rasa frustasinya yang bersangkutan dengan
itu akan mudah diungkapkan dalam bentuk serangan dan kekerasan, karena pengendali yang
timbul dari dalam diri sendiri sangat kurang. Maka sasaran mereka mungkin meluas sampai
kepada menentang agama, bahkan mungkin tidak percaya lagi kepada Tuhan.[8]
5. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah sekolah. Sekolah yang baik seharusnya
memberikan banyak pendidikan moral dan agama. Sehingga akan menciptakan generasi
pemuda yang baik akhlaknya juga intelek. Namun, di zaman sekarang ini. Banyak dari sekian
sekolah yang ada, tidak memberikan pendidikan tersebut kepada anak didiknya, yang
kurikulum yang mengutamakan akhlak atau moral anak dan pendidikan agama. Di Indonesia
sekarang ini sudah menerapkan kurikulum 2013 yang inti pengajarannya yaitu keagamaan,
D. Peran Agama dalam Mengatasi Dekadensi Moral Remaja pada Era Globalisasi
unsur mutlak dalam national and character building” (sumahamijaya dkk.2003:45). Hal ini
diperkuat dengan pendapat Sumkahamijaya itu sendiri yang mengatakan bahwa karakter
harus mempunyai landasan yang kokoh dan jelas. Tanpa landasan yang jelas, karakter
kemandirian tidak punya arah, mengambang, keropos sehingga tidak berarti apa-apa. Oleh
karenanya, fundamen atau landasan dari pendidikan karakter itu tidak lain haruslah agama.[9]
Ajaran islam memiliki tiga fondasi pokok yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Akidah
berkenaan dengan keimanan, keyakinan. Syari’ah berkenaan dengan aturan-aturan yang harus
dilaksanakan manusia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah. Sedangkan akhlak
hubungannya dengan Alah, manusia atau makhluk lainnya. Ketiga fondasi pokok itu
berkaitan antara satu dengan yang lain sehingga ia menjadi satu kesatuan. Akidah tidak
banyak artinya jika seseorang tidak menjalankan syari’ah, begitu sebaliknya dan juga syari’ah
tidak berarti jika ia tidak berakhlak. Akidah juga terkait erat dengan akhlak.
Kaitan atau hubungan dari ketiga fondasi Islam diatas yaitu bahwa agama dalam hal
ini berperan sebagai penanggulang dari segala bentuk dekadensi moral yang dialami oleh
remaja.
Oleh karenanya, pikiran keagamaan yang diambil dari sumber yang benar tidak akan
bercampur aduk dan tidak akan dimasuki unsur-unsur lain di dalamnya. Dengan keasliannya
ia menolak unsur-unsur asing yang bersifat menyerang karena ia mempunyai benteng sendiri
yakni perlindungan Ilahi. Sehingga, tidak akan berbahaya bagi remaja dengan adanya unsur-
unsur asing yang kurang baik bila mereka telah dibekali dengan sejumlah besar peradaban
Islam yang benar dan memperoleh pendidikan agama yang cukup memadai serta diluruskan
kelengkapan akal mereka dengan bimbingan dan dasar-dasar agama yang benar, sehingga
mereka tidak akan menerima kecuali ide-ide dan ajaran agama yang menunjukkan jalan yang
Tidak ada jalan lain yang dapat membebaskan pemuda atau remaja dari segala
dekadensi moral kecuali kembali berpegang kepada ajaran agama yang hanif. Agamalah yang
dapat memelihara dan melindungi mereka. Dan tidak ada perlindungan atau pertahanan bagi
remaja untuk melawan berbagi pengaruh yang datang dari luar, kecuali berpegang teguh pada
sejenisnya di kalangan anak muda atau remaja yang direalisasikan dalam bentuk pendidikan
yang bertemakan keagamaan atau menghidupkan roh spiritualitas di lingkungan sekolah dan
pergaulan remaja, supaya dalam komunitas ini bisa terbentuk visi dan budaya yang berporos
Mereka perlu dilibatkan dalam kegiatan bercorak “pengalih perhatian” atau aktivitas yang
bercorak perlawanan (gerakan kritis dan praksis) terhadap segala bentuk kultur yang
menyesatkan dan menghancurkan. Remaja yang terbentuk kepribadiaanya menjadi kekuatan
perlawanan ini akan dengan mudah mengimbangi dan mengalahkan pengaruh yang
bermuatan mengalahkannya.
Secara keseluruhan peran agama dalam mengatasi dekadensi moral pada remaja
direalisasikan dalam bentuk pendidikan, yaitu proses pembentukan kepribadian remaja yang
baik sesuai ajaran-ajaran Islam. Baik melalui pendidikan formal maupun non
pendidikan lain yang dalam naungan pemerintah. Sedang, pendidikan non formal dapat
diperoleh melalui orang-orang terdekat. Seperti perhatian orang tua atau orang dewasa
bahkan orang lain, dengan memberikan perlakuan dan sikap baik, serta bimbingan yang
dilaksanakan dengan cara yang sangat bijaksana dan sesuai dengan ciri khas remaja itu
sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Masa ini
merupakan usia yang sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang dari dalam
maupun luar. Dekadensi moral remaja dapat berupa pergaulan bebas dan free sex,
Sehingga, agama memilki peran penting dalam mengatasi dekadensi moral remaja.
Yaitu sebagai pengontrol sekaligus mencegah, bahkan membentuk kepribadian remaja yang
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Perealisasiannya dapat melalui pendidikan formal maupun
non formal.
DAFTAR PUSTAKA
Cipta,2008
Basya, Hassan Syamsi, Kayfa Turabbi Abna’aka Fi Hadza Al-Zaman, Damaskus: Dar al-
Qalam,2009
hlm.54-55
2012
Aditama,2009