Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam perkembangan psikologi, remaja dikenal sedang dalam fase
pencarian jati diri yang penuh kesukaran dan persoalan. Fase ini berlangsung
mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Dikatakan
sebagai fase yang penuh kesukaran dan persoalan karena dalam fase ini remaja
sedang berada di dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang
dewasa. Dimana mereka terkadang masih bertingkah laku seperti anak-anak,
namun tuntutan sosial mengharuskannya bertingkah laku seperti orang dewasa.
Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada
kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan
kepada orangtunya dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas
orangtuanya (ide pemberontakan-teori formal masa remaja oleh G. Stanley
1904-1916).
Kesukaran dan persoalan yang terjadi pada masa remaja ini bukan hanya
muncul dari diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan
masyarakat. Sebagaimana yang sering kita lihat pertentangan antara remaja
dengan orangtua, remaja dengan guru dan remaja dengan kalangannya sendiri.
Semua ini terjadi karena remaja masih berada di dua persimpangan tadi. Dapat
dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan ke keadaan yang lain
atau baru seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat
berakibat buruk bahan fatal terhadap remaja itu sendiri maupun orang lain.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa semua kesukaran dan persoalan yang
muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan
dihilangkan jika orangtua, guru dan masyarakat mampu memahami
perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan, mental remaja dan mampu
meningkatkan kepercayaan diri remaja.
Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan,
mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian. Semakin lama

1
seseorang mengalami depresi, semakin lemah daya tahan mentalnya, makin
habis energinya, makin habis semangatnya, tidak bisa melihat ke depan, tidak
menemukan harapan dan tidak bisa berfikir positif. Ini menyebabkan remaja
melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi gambaran tentang psikologi remaja.
2. Mencegah semakin banyaknya kasus bunuh diri yang di lakukan remaja.
3. Meyakinkan bahwa bunuh diri adalah tindakan yang salah dari sudut
pandang agama dan moral.

C. Pembatasan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa faktor penyebab kecenderungan bunuh diri pada remaja ?
2. Bagaimana proses terjadinya bunuh diri ?
3. Bagaimana ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri ?
4. Bagaimana cara mengurangi kecenderungan bunuh diri dan untuk mencegah
tindakan bunuh diri pada remaja ?
5. Bagaimana trend dan isu bunuh diri pada remaja?

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan dan pemerolehan data , saya menggunakan metode kajian
pustaka. Kajian pustaka adalah metode observasi dengan meneliti dan
menelaah sumber-sumber dari buku, Koran, maupun artikel-artikel yang ada
atau membahas tentang remaja atau pun yang berkaitan dengan masalah
remaja.  

2
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Remaja
Masa Remaja atau Masa puber adalah masa penghubung antara masa
anak-anak dengan dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini
berlangsung pada usia 11-16 tahun pada laki-laki dan 10-15 tahun pada
perempuan. Anak perempuan lebih cepat dewasa di bandingkan anak laki-laki.
Pada masa pubertas mulai ada rasa tertarik terhadap lawan jenisnya.
Berikut ada beberapa pengertian remaja menurut para ahli :
1. Menurut Siti Sundari :  Masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau
fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara
umur 12 -21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria.
2. Menurut Zakiah Darajat : Remaja (Adolescene) di artikan sebagaimasa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
perubahan biologis, kognitif dan sosial-emasional.
3. Menurut Hurlock : Remaja berasal dari kata lain Adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik.
4. Menurut Calon :  Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak.
5. Menurut Sri Rumini :  Masa remaja di tandai dengan adanya perkembangan
fisik. Perkembangan fisik pada remaja paling pesat di antara tahap-tahap
perkembangan manusia. Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga
mengalami perubahan secara psikologis. Perkembangan jiwa pada masa
remaja juga semakin mantap. Pada akhir masa remaja,jiwanya sudah tidak
mudah terpengaruh serta sudah mampu memilih dan menyeleksi . Remaja

3
juga mulai belajar bertanggung jawab pada dirinya, keluarga dan
lingkungan . Remaja mulai sadar akan dirinya sendiri dan tidak mau di
perlakukan seperti anak-anak.

Dari pendapat para ahli pengertian remaja dapat disimpulkan yaitu Remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ketahap dewasa.

B. Pengertian Bunuh Diri


Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan
oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Pada dasarnya, segala
sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat. Dalam hubungan sebab akibat ini
akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif.
Macam-macam motif  bunuh diri, yaitu:
1. Dilanda keputusasaan dan depresi.
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3. Gangguan kejiwaan atau tidak waras (gila).
4. Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta, iman dan ilmu).
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

Dalam ilmu sosiologi ada tiga penyebab bunuh diri :

1. Egoistic suicide yaitu bunuh diri karena urusan pribadi.


2. Altruistic suicide yaitu bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain.
3. Anomic suicide yaitu bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi
kebingungan.

Dari pengertian bunuh diri diatas dapat disimpulkan bahwa bunuh diri
adalah perbuatan untuk menghentikan kehidupan. Adapun motif bunuh diri
yaitu : Adanya keputusasaan dan depresi, cobaan hidup dan tekanan
lingkungan, gangguan kejiwaan, masalah ekonomi dan akibat penyakit yang
berkepanjangan. Penyebab bunuh diri ada tiga dalam ilmu sosiologi yaitu :
Egoistic suicide, Altruistic suicide, dan Anomic suicide.

4
C. Sejarah Bunuh Diri
Sejarah perilaku bunuh diri sempat di telaah sampai ribuan tahun
melingkupi berbagai agama, ras, dan budaya. Sejarahrawan Romawi Flavius
Josephus (+/-m100SM ) dan kajian atas pentateauch (lima kitab pertama dalam
Alkitab perjanjian lama) dalam agama yahudi ternyata ditemukan adanya 6
kasus yang dapat dikategorikan perilaku bunuh diri. Sedangkan diketahui
bahwa 3 agama besar dunia, katolik/Kristen, islam dan yahudi sangat keras
melarang seseorang melakukan bunuh diri, tetapi pelanggaran ini bersifat
plastis. Perilaku bunuh diri ternyata sering dilakukan dan diberi arti positif jika
dilekatkan predikat martir atau menjaga kesucian iman.
Perubahan sikap budaya yang terus berkembang membuat pandangan
masyarakat terhadap bunuh diri mempunyai spektrum melebar, sehingga bunuh
diri di berbagai negara tidak bersifat illegal dengan faktor agama sebagai
pembatas. Karena pelanggaran agama yang sangat keras membuat angka bunuh
diri di negara-negara islam atau katolik konservatif sangat rendah walau masih
sering dipertanyakan keakuratan pencatatannya.

D. Pandangan Islam Tentang Bunuh Diri


Agama islam dengan tegas melarang dan mengharamkan perbuatan bunuh
diri dan melenyapkan nyawa sendiri. Sebagaimana ditegaskan Allah melalui
firman-Nya dalam kitab suci Al-qur’an : “ Hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S An-nissa :291)
Ada beberapa hadits pula yang menyebutkan bahwa bunuh diri itu
merupakan suatu tindakan yang salah dan sangat diarang dalam agama islam
yaitu:
Rasulullah bersabda :
“ Sebelum kamu pernah ada seorang laki-laki luka, kemudian marah sambil
mengambil sebuah pisau dan dipotongnya tangannya , darahnya terus mengalir

5
sehingga dia mati. Maka berkatalah Allah :” Hamba ku ini mau mendahulukan
dirinya dari takdir ku oleh karena itu kuharamkan syurga atasnya”.
(HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda :
“ Barang siapa yang membunuh diri dengan besi, maka didalam neraka nanti
dia akan memegang besi itu lalu menusuk-nusuknya keperutnya sendiri dan dia
kekal abadi didalamnya. Dan barang siapa yang membunuh diri dengan
meminum racun, maka di dalam neraka dia akan meneguknya terus menerus
dan dia akan kekal abadi di dalamnya dan barang siapa yang bunuh diri dengan
membuang dirinya dari gunug di dalam neraka nanti dia akan menjatuhkan
dirinya terus menerus dan dia akan kekal abadi di dalamnya”. (HR.Muslim,
Tarmidzi dan Ibnu majah)
Dalam hadits yang lain , Rasulullah bersabda :
“ Barang siapa yang bunuh diri dengan alat tertentu, maka Allah mengazabnya
dengan alat itu pada hari kiamat”. (HR.Muslim)
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pandangan
islam bunuh diri itu sangat dilarang dan diharamkan perbuatannya, karena
dengan menghilangkan nyawa dengan sengaja sama saja mendahului takdir
Allah Swt. Hal tersebut sudah dijelaskan dalam al-qur’an dan hadits.

E. Hikmah Pelarangan dan Keharaman Bunuh Diri Dalam Islam


Dalam perspektif pandangan dunia islam (Islamic word view) dan
berdasarkan ajaran-ajaran al-qur’an, terdapat poin penting bahwa hikmah
pelarangan dan keharaman bunuh diri dalam islam bukanlah semata-mata
penjagaan kehidupan seseorang yang ingin bunuh diri, melainkan dengan
menetapkan hokum ini. Islam ingin menjaga dan memelihara kehidupan
seluruh umat manusia dari bahaya kepunahan dan kemusnahan.
Tatkala perbuatan bunuh diri ditetapkan sebagai perbuatan haram dan
terlarang, siapapun tidak dibenarkan membunuh dirinya sendiri. Yang dalam
pandangannya bukan pemilik dan penguasa atas dirinya, tentu saja tidak akan
ada izin untuk membunuh orang lain. Pelanggaran dan keharaman merupakan

6
penghalang dan pencegah perkembangannya penyakit. Sejenis ini dalam
masyarakat pada orang-orang seperti ini. Orang-orang yang melakukan
tindakan bunuh diri adalah orang-orang yang terjangkit penyimpangan dan
penyakit.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hikmah pelarangan dan
keharaman bunuh diri dalam islam yaitu Menjaga dan memelihara kehidupan
seluruh umat manusia dari bahaya kepunahan dan kemusnahan.

F. Tipe-Tipe bunuh diri


Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang
perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan
masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau
tidak dengan masyarakatnya. Berdasarkan hubungan tersebut, Durkheim
(dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) membagi bunuh diri menjadi 4 tipe yaitu:
1. Bunuh diri Egoistik (egoistic suicide).
Ini adalah jenis bunuh diri yang terjadi di mana tingkat integrasi sosial
yang rendah dalam masyarakat. Individu tidak cakap melakukan pengikatan
diri dengan kelompok-kelompok sosial (bergaul/berinteraksi dengan
kelompok sosial/masyarakat). Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai tradisi,
norma-norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk dijadikan
panduan hidupnya. Dalam masyarakat modern, kesadaran kolektif lemah
berarti bahwa orang tidak dapat melihat arti yang sama dalam hidup mereka,
dan mengejar kepentingan individu tak terkendali dapat menyebabkan
ketidakpuasan yang kuat. Salah satu hasil ini dapat bunuh diri. Individu
yang sangat terintegrasi ke dalam struktur keluarga, kelompok agama, atau
beberapa jenis lain dalam kelompok integratif cenderung menghadapi
masalah ini, dan yang menjelaskan tingkat bunuh diri lebih rendah di antara
mereka. Dalam masyarakat tradisional, dengan solidaritas mekanis, ini tidak
mungkin menjadi penyebab bunuh diri. Ada kesadaran kolektif yang kuat
memberikan seseorang atau individu arti/makna bagi kehidupan mereka.

7
Bagi Durkheim, ini adalah fakta social. Seorang individu tidak pernah
bebas dari kekuatan kolektivitas: ‘Namun seorang pria individual mungkin,
selalu ada sesuatu yang tersisa kolektif – depresi sangat dan melankolis
yang dihasilkan dari individualisme berlebihan yang sama.
2. Bunuh diri altruistik
Ini adalah jenis bunuh diri yang terjadi ketika integrasi terlalu besar,
terlalu kuat kesadaran kolektif, dan “individu dipaksa menjadi bunuh diri”.
Integrasi mungkin bukan penyebab langsung bunuh diri di sini, tetapi
perubahan sosial yang sangat tinggi dapat mengakibatkan integrasi ini. Pada
tipe kedua, individu secara ekstrim melekat pada masyarakat dan karena hal
inilah dia tidak lagi memiliki kehidupan pribadinya. Dengan integrasi sosial
yang terlampau kuat, individu tidak lagi dipandang kedudukannya, namun
justu dipaksa untuk tunduk/patuh sepenuhnya pada tuntutan kelompok-
kelompok. Contoh : Para pengikut Jim Jones dari Kuil Rakyat atau anggota
Kuil Solar, seperti juga bunuh diri ritual di Jepang. Contoh dalam
masyarakat primitif yang dikutip oleh Durkheim adalah bunuh diri dari
mereka yang sudah tua dan sakit, bunuh diri perempuan setelah kematian
suami mereka, dan bunuh diri pengikutnya setelah kematian seorang kepala
suku. Menurut Durkheim jenis bunuh diri sebenarnya mungkin “springs
from hope, for it depends on the belief in beautiful perspectives beyond this
life.”
3. Bunuh diri Anomi.
Anomie atau anomy berasal dari bahasa Yunani yang berarti
pelanggaran hukum. Nomos berarti penggunaan, adat, atau hukum dan
nemein sarana untuk mendistribusikan. Anomy demikian adalah
ketidakstabilan sosial yang dihasilkan dari pemecahan standar dan nilai-
nilai. (Webster’s Dictionary). Bunuh diri tipe ini terjadi karena tatanan,
hukum-hukum, serta berbagai aturan moralitas sosial mengalami
kekosongan. Kelemahan aturan sosial antara norma-norma sosial dan
individu dan mesti bisa membawa pada perubahan sosial ekonomi yang
dramatis bagi individu. Atau dengan kata lain, tidak cukupnya aturan yang

8
ada sebagai ‘penampung’ aspirasi individu. Dari sini kemudian terjadilah
semacam frustasi sosial yang kemudian meningkatkan keinginan orang
untuk bunuh diri.
Seperti halnya dengan anomi pembagian kerja, ini dapat terjadi ketika
bentuk normal pembagian kerja terganggu, dan “kolektivitas untuk
sementara tidak mampu melaksanakan kewenangan atas individu-individu.”
(Ritzer, hal 92). Hal ini dapat terjadi baik selama periode terkait dengan
depresi ekonomi (pasar modal kecelakaan tahun 1930-an) atau ekspansi
ekonomi yang cepat. Situasi baru dengan beberapa norma, efek regulatif
struktur melemah, dan individu mungkin merasa tanpa akar. Dalam situasi
ini, seseorang dapat dikenakan arus sosial anomik. Orang-orang yang
dibebaskan dari kendala menjadi “budak nafsu mereka, dan sebagai
hasilnya, menurut pandangan Durkheim, melakukan berbagai tindakan
destruktif, termasuk bunuh diri dalam jumlah yang lebih besar.” (Ritzer, hal,
92).
Ada empat jenis bunuh diri akibat dari tipe anomik ini, antara lain:
a. Anomi ekonomis akut (acute economic anomie) yakni kemerosotan
secara sporadis pada kemampuan lembaga-lembaga tradisional (seperti
agama dan sistem-sistem sosial pra-industrial) untuk meregulasikan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.
b. Anomi ekonomis kronis (chronic economic anomie) adalah kemerosotan
regulasi moral yang berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Misalnya saja revolusi industri yang menggerogoti aturan-aturan sosial
tradisional. Tujuan-tujuan untuk meraih kekayaan dan milik pribadi
ternyata tidak cukup untuk menyediakan perasaan bahagia. Saat itu
angka bunuh diri lebih tinggi terjadi pada orang yang kaya daripada
orang-orang yang miskin.
c. Anomi domestik akut (acute domestic anomie) yang dapat dipahami
sebagai perubahan yang sedemikian mendadak pada tingkatan
mikrososial yang berakibat pada ketidakmampuan untuk melakukan

9
adaptasi. Misalnya saja keadaan menjadi janda (widowhood) merupakan
contoh terbaik dari kondisi anomi semacam ini.
d. Anomi domestik kronis (chronic domestic anomie) dapat dilihat pada
kasus pernikahan sebagai institusi atau lembaga yang mengatur
keseimbangan antara sarana dan kebutuhan seksual dan perilaku di antara
kaum lelaki dan perempuan. Seringkali yang terjadi adalah lembaga
perkawinan secara tradisional sedemikian mengekang kehidupan
kalangan perempuan sehingga membatasi peluang-peluang dan tujuan-
tujuan hidup mereka.
4. Bunuh diri fatalistik.
Aturan sosial adalah sesuatu yang ditanamkan secara lengkap pada
individu. Di sana kemudian tidak ada lagi harapan dari perlawanan
perubahan pada disiplin yang menyesakkan dari masyarakat. Maka bunuh
diri dirasakan sebagai cara untuk lari dari kenyataan ini. “To bring out the
ineluctable and inflexible nature of a rule against which there is no appeal,
and in contrast with the expression “anomy” which has just been used, we
might call it fatalistic suicide”(Durkheim, 239).

G. Metode Bunuh Diri


Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam Maris
dkk., 2000).  Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan
intensi mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa
metode memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu.
Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:
1. obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
2. menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
3. senjata api dan peledak
4. menenggelamkan diri
5. melompat
6. memotong (menyayat dan menusuk)

10
H. Faktor Penyebab Remaja Bunuh Diri
Ada kalanya alasan remaja bunuh diri sangat sederhana dan tidak serumit
alasan bunuh diri pada orang dewasa. Tetapi penghayatan dari motif keinginan
untuk bunuh diri bagi seorang remaja sangat serius atau dinilai sangat
memdalam. Hal tersebut terjadi karena mereka sedang berada pada masa
transisi dari masa anak ke masa dewasa.
Pada dasarnya faktor-faktor yang dapat memicu bunuh diri pada remaja
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor Intern
Faktor intern meliputi masalah yang berasal dari dalam remaja itu sendiri.
a. Keterbatasan intelektual
Keterbatasan intelektual mengakibatkan si remaja mudah putus asa.
Mereka cenderung untuk berfikir singkat tanpa diolah terlebih dahulu.
Ketika menemui jalan buntu, mereka mengira tidak ada seorangpun
yang peduli dan sanggup menolong mereka. Di mata mereka solusinya
hanya satu, mengakhiri hidup supaya masalah juga berakhir dan segera
terbebas dari stress dan depresi.
b. Gangguan kepribadian
Hal ini terlihat pada remaja yang bersikap agresif. Sikap agresif,
pemberontak dan tidak bertanggung jawab adalah salah satu ciri
psikologi remaja yang sangat umum.
c. Sakit fisik
Kecelakaan yang mengakibatkan luka atau cacat seumur hidup
membuat remaja dalam keadaan depresi dan rendah diri. Hal yang sama
juga terjadi pada remaja yang mempunyai penyakit serius yang divonis
dokter tidak dapat disembuhkan. Perasaan malu dan “tidak sama”
dengan teman-teman menimbulkan stress pada diri remaja. Contoh
sederhana dapat dilihat pada seorang remaja putri yang mempunyai
bekas luka operasi pada lututnya. Ia malu jika ada temannya yang tahu
dan berkomentar betapa menjijikkannya bekas luka itu. Ia merasa iri
dengan teman-temannya yang bisa memakai rok mini untuk

11
memamerkan paha mereka. Hal inilah yang dapat mengakibatkan
depresi.
d. Gangguan mental
Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan dimana penderitanya merasa
mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Remaja
yang megidap skizofrenia sebenarnya dapat disembuhkan dengan
bantuan ahli jiwa, pelayanan kesehatan yang baik, obat-obatan dan
dukungan keluarga.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern ini meliputi masalah yang timbul dari luar diri remaja
a. Lingkungan rumah
Keluarga adalah tempat pertama remaja mendapatkan kasih sayang.
Keluarga seharusnya memberi rasa aman dan nyaman bagi remaja.
Keluarga seharusnya mencurahkan perhatian dan memberi
penghiburan. Tetapi sering kita jumpai bahwa keluarga kita bukanlah
keluarga impian. Ada beberapa contoh masalah dalam keluarga yang
memicu keinginan untuk bunuh diri, misalnya :
1. Perceraian orang tua
Remaja ingin mendapat kasih sayang dan perhatian yang seimbang
dari ayah dan ibunya. Tetapi ketika orang tua memutuskan untuk
bercerai, keseimbangan itu menjadi retak. Remaja harus
memutuskan untuk hidup mandiri, atau tinggal dengan ayah atau
ibu. Apalagi dengan munculnya ayah tiri atau ibu tiri, remaja akan
semakin tertekan dan merasa bahwa rumahnya adalah neraka.
2. Ekonomi keluarga yang minim
Remaja memang belum dewasa dalam pikiran. Masalah ekonomi ini
tentu merupakan masalah yang memusingkan. Pergaulan yang
tinggi, gaya hidup yang mewah dan glamour serta trend yang selalu
bergerak adalah lingkungan hidup remaja. Untuk mengikuti semua
itu pasti membutuhkan uang. Hal ini pasti tidak akan terpenuhi jika
penghasilan orang tua pas-pasan atau dibawah standart.

12
Remaja menjadi frustasi. Mereka marah pada orang tuanya yang
tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak
pernah berpikir untuk mendapatkan uang dengan bekerja sambilan.
Mungkin solusinya adalah dengan berhutang kepada teman. Namun
hutang semakin menumpuk dan remaja bingung tidak tahu harus
berbuat apa. Lalu remaja menggunakan uang SPP untuk berfoya-
foya. Mereka baru sadar saat mereka tahu tidak akan bisa menebus
uang sebanyak itu. Disinilah remaja yang agresif dapat bertindak
kriminal untuk mendapatkan uang. Tetapi pada remaja yang lain,
yang sudah lelah dan putus asa, bunuh diri menjadi satu-satunya
pilihan.
3. Ketidak harmonisnya hubungan anak dengan orang tua 
Pertengkaran anak dengan orang tua semakin sering terjadi ketika si
anak mulai remaja. Kebanyakan pertengkaran terjadi
bukan karena masalah kesenjangan umur, tetapi lebih mengarah
pada kesenjangan kebudayaan. Hal-hal yang dilakukan remaja
masa kini, misalnya berpelukan di depan umum adalah sangat tabu
pada jaman orang tuanya remaja dulu.
Tuntutan orang tua juga dirasakan terlalu berat bagi remaja. Kamu
harus begini, kamu harus begitu, lakukan ini, lakukan itu. Akhirnya
remaja merasa tidak mampu memikul tanggung jawab. Remaja
merasa ia bukanlah anak yang diharapkan orang tuanya. Rumah
terasa tidak nyaman dan solusinya adalah pergi sejauh-jauhnya atau
tindakan bunuh diri.
b. Lingkungan sekolah
Salah satu kasus di sekolah yang membuat remaja putus asa adalah
tidak lulus ujian. Remaja yang tidak lulus ujian merasa kuatir dengan
masalah yang akan dihadapinya. Perasaan malu, takut dimarahi orang
tua, kuatir dengan hinaan dan yang terakhir adalah perasaan marah pada
diri sendiri. Hal-hal semacam itu akhirnya mengarah pada sikap
histeris, agresif atau percobaan bunuh diri.

13
c. Lingkungan teman-teman sebaya
Arti teman sangat penting bagi remaja. Remaja yang banyak memiliki
teman atau menjadi anggota kelompok yang dianggap “wah”, merasa
bangga dan percaya diri. Sebaliknya, kehancuran karena ditinggalkan
teman berakibat fatal. Remaja bergaul dengan teman. Sangat
menyakitkan jika suatu kesalahan kecil membuat teman-teman menjauh
dan membencinya. Mungkin juga cemohan yang pedas dari seorang
teman, terutama teman spesial menimbulkan luka hati yang dalam.
Tanpa menutup kemungkinan, peristiwa tersebut diakhiri dengan bunuh
diri.

I. Proses Terjadinya Bunuh Diri


Ada beberapa proses mental yang terjadi pada diri remaja sebelum mereka
memutuskan untuk bunuh diri. Prosesnya adalah sebagai berikut :
Mengalami hambatan peran lingkungan sangat besar untuk mengentervensinya.
Kebutuhan remaja yang paling menonjol adalah ingin di hargai, butuh
pengakuan serta butuh perhatian. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan
identitas dirinya karena mereka sedang berada dalam persimpangan jalan, dari
seorang individu yang tergantung pada lingkungannya menjadi seorang yang
mandiri. Arti kemandirian di sini di lihat dari beberapa aspek seperti aspek
fisik,  emosi, sosial maupun ekonomi. Untuk dapat mencapai makna dari
kemandirian tersebut di perlukan lingkungan yang dapat membimbing,
mengarahkan, mendorong serta member contoh yang baik bagi remaja. Bila
lingkungan kurang peduli dan kurang peka maka remaja akan semakin rapuh.
Akhirnya pada saat remaja menghadapi masalah atau kegagalan,  reaksinya
semakin parah. Pada saat remaja mengalami konflik yang berkepanjangan,
maka perasaan stress nya semakin dalam dan akhirnya mengalami depresi.
Depresi adalah perasaan kecewa yang sangat mendalam di sertai perubahan
tingkah laku seperti lebin pendiam, sering menyendiri,  marah-marah tanpa
sebab ,  susah tidur, kurang memiliki selera makan,  perasaan malu berlebihan,

14
kurang percaya diri bahkan dapat menderita psikosomatik (Sakit maag, sakit
kepala, dada berdebar,sakit badan,mual dan sebagainya).
Bila remaja di biarkan hidup dalamya dunianya sendiri dalam waktu yang
cukup lama dapat timbul perasaan  “Hopeless”  yang akhirnya bisa mengarah
pada gangguan kepribadian atau percobaan bunuh diri.

J. Ciri-ciri Remaja Yang Akan Bunuh Diri


Remaja yang berencana akan bunuh diri menunjukkan perubahan yang
drastis pada sikap dan tingkah laku nya.Ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri
adalah :
1. Perubahan sikap menjadi lebih pendiam
Kebanyakan remaja yang akan bunuh diri tidak suka bicara dan mengurung
diri di dalam kamar. Mereka terlihat lesu dan tidak bersemangat.Apabila ada
seseorang yang menanyakan keadaannya, remaja tersebut akan berkata ia
baik-baik saja atau cukup menanggukan kepala. Pada remaja yang
sebelumnya sangat ceria, perubahan sikap ini terlihat sangat mencolok.
Diam menunjukkan remaja tersebut tidak ingin membagi bebannya dengan
orang lain karena ia percaya tidak ada yang sanggup menolongnya.
2. Sering menyendiri
Remaja tersebut menarik diri dari pergaulannya. Sering ia terduduk lesu
sambil melamun di sudut yang sepi.
3. Minta maaf pada semua kenalannya.
4. Membagi-bagikan barang kesayangannya.

Cara mengurangi kecenderungan bunuh diri dan mencegah tindakan bunuh diri
pada remaja, remaja perlu dukungan dalam :
1. Pematangan emosi
Orang tua atau orang dewasa lainnya (bisa kakak atau guru) membantu
remaja dalam bersikap positif terhadap kebutuhan-kebutuhan emosi yang di
butuhkan remaja . Misalnya dalam bentuk perhatian, rasa aman,
penghargaan, pengelolaan serta pengontrolan emosi yang timbul.

15
2. Menerima kelebihan dan kekurangan diri
Orang tua atau orang dewasa lain dapat menerima kekurangan dan
menghargai kelemahan remaja. Selain itu, turut membantu remaja dalam
mencari solusi agar kelemahan itu bisa diperkecil atau dikompensasikan
menjadi kelebihan.
3. Menghadapi konflik
Orang tua atau dewasa lain turut menyelesaikan konflik yang ada, sehingga
remaja merasa di damping pada saat ia mengalami “Break down”.
4. Pemecah Masalah
Orang tua atau dewasa lain turut membantu remaja pada saat remaja
mengalami masalah, seperti menjadi pendengar yang baik, menjadi teman
yang baik dan membimbing mereka dalam mengidentifikasikan sehingga
masalah dapat terselesaikan dengan cepat, tepat dan tuntas.    

16
BAB III

TREND and CURRENT ISSUES

A. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja


Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam
Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya
meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan
Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37
orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal
akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar
dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend
bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja.
Di Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering
diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri
(menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk
melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan
Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling
terkenal kasus bunuh dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka,
ketika skandal suap Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi
menjaga kehormatan pimpinannya.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003
mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau
terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga
penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan.

17
B. CURRENT ISSUES
GADIS PUTUS CINTA LOMPAT DARI JEMBATAN TERINDAH KAMPUNG
HABIBI
Liputan6.com, Parepare - Gara-gara kisah cintanya berakhir, seorang gadis
di Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare, Sulawesi Selatan nekat mencoba
mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari jembatan pada Selasa malam,
23 November 2016, sekitar pukul 22.15 Wita.
Adalah Erfina, gadis berusia 20 tahun itu melompat di jembatan terindah
di kota kelahiran presiden ke-3 RI BJ Habibie, yakni Jembatan Sumpang
Minangae Kota Parepare.
"Iya dia (Erfina) nekat melompat dari jembatan Sumpang Minangae ke
Sungai Karajae pada Rabu lalu," kata Kabid Humas Polda Sulsel Kombes
Frans Barung Mangera, Jumat (25/11/2016).
Frans melanjutkan aksi nekat Erfina kemudian diketahui salah seorang
warga yang kemudian menyelamatkan nyawa Erfina. "Warga itu namanya
Anto, melihat Erfina melompat ke Sungai Anto kemudian ikut melompat dan
menolong Erfina," tutur dia.
Mengetahui ada percobaan bunuh diri, aparat kepolisian setempat
kemudian menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang melarikan Erfina
ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Andi Makkasau, Kota Parepare.
"Aparat Polsek Bacukiki setelah mengetahui aksi nekat itu langsung ke
TKP lalu melarikan korban ke Rumah Sakit," kata dia.
Setelah sadar, lanjut Frans Barung, Erfina kemudian diinterogasi.
Berdasarkan pengakuannya, ia nekat melompat dari jembatan itu lantaran
diputus cinta oleh sang kekasih berinisial AL (23). "Dia mengaku sakit hati
karena diputuskan pacarnya berinisial AL," ujar Frans.

18
BAB IV

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan karya tulis dan meneliti kembali sumber-sumber yang
ada , akhirnya saya dapat kesimpulan yaitu:
1. Bunuh diri adalah masalah yang serius yang harus di tanggapi dengan serius
pula.
2. Jumlah kasus bunuh diri di Indonesia semakin meningkat.
3. Faktor penyebab bunuh diri pada remaja yaitu : Konflik dengan keluarga,di
tolak dalam pergaulan, berpisah dengan orang yang di cintai, karena di
permalukan, konflik dengan pacar, menghindari masalah dan tidak lulus
ujian.
4. Remaja yang mengalami konflik yang berkepanjangan maka perasaan stress
semakin dalam dan mengalami depresi.
5. Ciri-ciri remaja yang akan bunuh diri yaitu : Perubahan sikap menjadi lebih
pendiam, serimg menyendiri, minta maaf pada semua kenalannya dan
membagi-bagikan barang kesayangannya.
6. Tindakan bunuh diri dapat di cegah dengan adanya perhatian dari
lingkungan sekitar.

B. Saran
Saya menyarankan kepada anda agar :
1. Para orang tua agar lebih memperhatikan anak remaja nya, terutama jika
terjadi perubahan sikap dan tingkah laku .
2. Para remaja agar member nasihat yang benar kepada teman yang sedang
bermasalah.
3. Para remaja harus lebih mendekatkan diri lagi kepada Sang Pencipta agar
tidak terjerumus oleh bisikan syaitan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock,Eliabet B.1996.Psikologi Perkembangan.Jakarta: Erlangga. Rajawali.


Nopember 2004.

Hutchord.Edisi Oktober-Nopember 2003.

Yuniarsa, M. Fahrul Alam. 2013. Sejarah bunuh diri.


http://www.blog.alamfay.com/. (diakses 28 mei 2013).

Zakapedia. 2013. Pengertian remaja menurut para ahli. (diakses 22 agustus 2013).

Richard P.Halgin dan Whitbourne. 2011. Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba


Humanika.

Gerald C.Davidson dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawalipers.

Bimo Walgito. 1989. Pengantar Psikologiumum. Yogyakarta: Penerbit Andi.


http://piipiiodd.wordpress.com/2010/04/06/analisis-kasus-depresi-remaja.

20

Anda mungkin juga menyukai