Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat


yangpenting sekali, baik secara individu maupun sebagai anggota
masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh dan bangunnya, jaya dan hancurnya,
serta sejahtera dan rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung
kepada bagaimana akhlak bangsa itu. Apabila akhlaknya baik, akan
sejahteralah suatu bangsa. Namun jika akhlaknya buruk, maka rusaklah
bangsa tersebut.

Kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan akhlaknya


yang baik. Dan jatuhnya nasib seseorang, masyarakat dan bangsa adalah
karena hilangnya akhlak yang baik. Akhlak bukan hanya sekedar sopan
santun, tata krama yang bersifat lahiriyah dari seseorang terhadap orang
lain, melainkan lebih dari itu1

Dalam kehidupan sehari-hari sopan santun sangatlah penting untuk


dijunjung karena manusia sebagai makhluk yang berbudaya harus menjunjung
tinggi etika sopan santun. Pada masa yang modern, di era globalisasi ini
banyaklah perubahan-perubahan yang berpengaruh juga pada akhlak sopan
santun anak maupun remaja yang semakin berkurang diakibatkan oleh adanya
alat-alat komunikasi yang sangat mudah didapat, contohnya internet yang dapat
di akses seluruh dunia. Sehingga adanya perubahan ataupun turunnya sopan
santun dikarenakan pengaruh budaya luar dan pergaulan pada kehidupan
sehari-hari. Banyak terjadinya penyimpangan dan turunnya sopan santun pada
anak dan remaja, yang diakibatkan adanya pergaulan anak dan remaja yang
kurang terkontrol oleh orang tua.
Pergaulan ini biasanya dalam pergaulan teman sebaya dan lingkungan
sekitar. Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat

1
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), cet. Ke-2, h. 11
dipengaruhi oleh pendidikan formal, informal dan non-formal. Penerapan
pendidikan akhlak pada anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar kualitas
anak yang berakhlak mulia sebagai bekal khusus bagi dirinya, umumnya bagi
keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Sehubungan dengan paparan diatas
maka penulis memfokuskan pada judul “Sopan Santun”.2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami paparkan maka kami akan
menentukan rumusan masalah dalam makalah ini ;
1.2.1 Apakah sopan santung itu
1.2.2 Apa saja penyebab lunturnya nilai sopan santun
1.2.3 Bagaiman peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan nilai
sopan santun

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui makna sopan santun itu sendiri
1.3.2 Untuk mendeskripsikan penyebab lunturnya nilai-nilai sopan santung
1.3.3 Untuk Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
menumbuhkan nilai-nilai sopan santun

2
nannnannan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Apakah Sopan Santun itu.

Sopan santun merupakan suatu sikap atau tingkah laku baik yang
menghormati orang lain. Sikap sopan santun terhadap orang lain sangatlah
penting ditumbuhkan, karena sopan santun merupakan unsur penting dalam
kehidupan bersosialisasi sehari-hari. Dengan menunjukkan sikap santunlah,
seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai
makhluk sosial dimanapun ia berada. Sopan santun merupakan sikap yang
terpuji yang harus dimiliki oleh seseorang ataupun siswa

2.1.1 Pengertian Sopan Santun


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sopan adalah hormat dan
takzim (akan,kpd) atau tertib menurut adat yang baik. Santun adalah halus dan
baik (budi bahasanya, tingkah lakunya) atau sabar dan tenang.
Pengertian Sopan Santun dinyatakan Abdul Muhammad Nur Hafizh
(1988:9) menyatakan sopan santun adalah suatu etika/norma terhadap tingkah
laku kita dalam kehidupan sehari – hari. Pendapat lain mengenai sopan santun
dikemukakan  oleh Erislan (2005) menyatakan sopan santun adalah suatu norma
hidup yang timbul dari sebuah hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam
masyarakat dan dianggap sebagai pedoman pergaulan sehari-hari masyarakat
itu.
. Menurut Djuwita (2017) “Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang
amat populer dan nilai yang natural. Sopan santun yang dimaksud adalah
suatu sikap atau tingkah laku individu yang menghormati serta ramah terhadap
orang yang sedang berinteraksi dengannya.” Sopan santun merupakan
suatu penghormatan terhadap orang lain baik itu melalui sikap, perbuatan,
atau tingkah laku.
Menurut Suryani (2017) “Sopan santun merupakan istilah bahasa Jawa
yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi
nilai-nilai menghormati, menghargai, dan berakhlak mulia. Sopan santun
bisa dianggap sebagai norma tidak tertulis yang mengatur bagaimana
seharusnya kita bersikap atau berperilaku”. Sikap sopan santun haruslah
ditanamkan sejak dini kepada siswa agar mereka memiliki kepribadian yang
baik. Disinilah peran seorang guru untuk menanamkan sikap tersebut.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sopan santun
adalah tata cara atau sikap yang diciptakan sekelompok orang dalam kehidupan
sehari-hari dalam memperlakukan orang lain secara halus dan baik, baik itu budi
bahasa maupun tingkah laku dengan menggunakan akal budi dan nurani

2.1.2 Macam-Macam Kesopanan


a) Kesopanan Berbahasa Bahasa menunjukan bangsa, di dalam ilmu
komunikasi bahasa merupakan alat komunikasi penting yang
menjembatani seseorang dengan orang lainnya. Santun bahasa
menunjukan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dalam
kehidupannya secara lisan. Setiap orang harus menjaga santun bahasa
agar komunikasi dan interaksi dapat berjalan baik. Bahasa yang
dipergunakan dalam sebuah komunikasi sangat menetukan keberhasilam
pembicaraan (Kuraesin, 1975: 6) 3
b) Sopan Santun Berperilaku Santun adalah satu kata sederhana yang
memiliki arti banyak dan dalam, berisi nilai-nilai positif yang dicerminkan
dalam perilaku dan perbuatan positif. Perilaku positif lebih dikenal dengan
santun yang dapat diimplementasikan pada cara berbicara, cara
berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara mengekspresikan diri
dimanapun dan kapan pun. Santun yang tercermin dalaman perilaku
bangsa Indonesia ini tidak tumbuh dengan sendirinya namung juga
merupakan suatu proses yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa
yang luhur. Chazawi (2007: 12)4

2.1.3 Menurut Kurniasih dan Sani (2014:72) indikator sopan dan santun
adalah sebagai berikut:
a) Menghormati orang yang lebih tua,
b) Tidak berkata kotor, kasar dan takabur,
c) Tidak meludah di sembarang tempat,

3
Kuraesin,”Masyarakat Sopan”, (Bandung: Tarate1975),h.6
4
Chazawi Adami, “Tindak Pidana Kesopanan”,(Jakarta:Jarawali Pers , 2007), h.12.
d) Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat,
e) Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain,
f) Bersikap 3s (salam, senyum, sapa),
g) Meminta izin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau
menggunakan barang orang lain,
h) Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.”
Manfaat dari nilai-nilai kesopanan sangatlah penting dalam hidup
bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga orang lain juga
dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga kesopanan dikalangan
orang banyak. Dengan menjaga nilai-nilai kesopanan kita, para remaja yang
disebut-sebut sebagai penerus bangsa, juga dapat memajukan bangsa
Indonesia dengan menjaga nilai-nilai tradisional yang sudah dibawa dari dulu.
Finayatul (2010). Kesopanan Dalam Lingkup Al-Qur’an Kesopanan akan
menjadikan pemiliknya mulia. Orang yang melihat akan terpesona, karena dialah
jalan yang dapat menghubungkan hati. Sikap yang sopan akan melahirkan
akhlak mulia, keindahan estetika, serta sikap jantan yang sempurna. Kesopanan,
sebagaimana yang didefisinikan oleh Al-Jurjani adalah : "Kekuatan dari dalam
diri yang merupakan awal dari semua perbuatan terpuji, baik dari sisi agama,
logika maupun budaya.5

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Lunturnya budaya sopan santun


Semakin merosotnya akhlak warga negara telah menjadi salah satu
keprihatinan bangsa. Hal ini juga menjadi keprihatinan para
pemerhatipendidikan, terutama para pemerhati pendidikan Islam. Globalisasi
kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan
akhlaktersebut. Memang kemajuan filsafat, sains, dan teknologi telah
menghasilkankebudayaan yang semakin maju pula. Proses tersebut
dinamakan globalisasi Namun kebudayaan yang semakin mengglobal itu
ternyata sangat berdampak terhadap aspek akhlak manusia.
Kemerosotan akhlak terjadi pada semua lapisan masyarakat.
Meskipun demikian, pada lapisan remajalah kemerosotan akhlak itu lebih
nyata terlihat.

5
Finayatul, “Etika Sopan santun”(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2010)
Kemerosotan akhlak di kalangan para remaja dikenal sebagai kenakalan
remaja. Sebagai akibatnya, seperti yang dapat disaksikan, banyak sekali
keluarga yang kehilangan ketentaraman dan keharmonisan pada rumah tangga
mereka.6
Merosotnya nilai sopan santun seseorang dipengaruhi banyak faktor, baik
faktor tersebut dari diri sendiri, dari orang lain. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi terkadang sering menjadi kambing hitam dalam masalah ini,
yang menjadi faktor eksternal, pengaruh moderenisasi kultur, pergaulan juga
mengambil peranan dalam proses hilangnya sopan santun seseorang terhadap
orang lain.
2.2.1 Contoh-contoh pembiasaan yang biasa menjadi penyebab lunturnya nilai
sopan santun seseorang.
a) Berkata kasar, perkataan yang kasar akan membat pandangan negatif
seseorang terhadap orang lain.
b) Suka memerintah terhadap orang lain diwaktu dan tempat yang tidak
sepantasnya.
c) c. Bertindak semena-mena, terkadang seseorang diluar diri kita hanyalah
manusia biasa dimana ada masalah antara di rumah yang sering terbawa
di luar rumah. Perlunya sikap profesional seseorang untuk membedakan
masalah rumah dengan masalah luar rumah.7

2.2.2 Faktor – faktor eksternal yang mempengaruhi merosotnya nilai-nilai sopan


santun yaitu :
a) Pengaruh perkembangan TIK, kebebasan meng-akses informasi yang
didukung oleh akses dari internet yang mudah sehingga mempengaruhi
pikiran seseorang.
b) Moderenisasi kultur, kemudahan akses internet membuat seseorang
bisa melihat budaya dari negara lain. Yang secara tidak langsung
mereka mengaplikasikan dikehidupan sehari – hari tanpa adanya
filterisasi terhadap budaya yang diambil.
c) Pergaulan, merupakan efek dari moderenisasi kultur yang tidak sesuai
dengan adat istiadat Indonesia. Hal ini akan menimbulkan sifat meniru
6
Ahmad Tafsir, “Pendidikan Agama dalam Keluarga” (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000,
h.1
7
aaaa
budaya barat yang cendrung bebas tanpa ada ikatan adat istiadat yang
telah lama berlaku dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
d) Kurangnya pembiasaan sopan santun di rumah. Terkadang sebagian
besar waktu seseorang dihabiskan di rumah atau dilingkungan keluarga
sehingga sikap orang tua yang tidak mencerminkan norma-norma
kesopanan akan mudah ditiru.8

2.2.3 Berikut adalah faktor internal penyebab lunturnya budaya sopan santun


seseorang :
a. Posisi sosial lebih tinggi dari orang lain, hal ini sering terjadi bila mana
seseorang berasal dari keluarga yang terpandang atau orang tuanya merupakan
pejabat. Jadi dengan posisi orang tuanya tersebut seseorang seakan tidak takut
pada siapapun.
b. Seseorang merasa lebih memiliki pengetahuan luas dari orang lain. Pada
masa sekarang pendalaman materi bukan hanya didapat dari jenjang pendidikan
formal melainkan juga di dapat dari jenjang pendidikan non-formal. Karena
merasa memiliki pengetahui dari sumber yang tidak terkendali dari media sosial
atau forum-forum yang tidak terkontrol sehingga menggap dirinya lebih bisa dan
lebih hebat dari orang lain dan tidak memperhatikan etika sopan santun
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi lunturnya nilai-nilai kesopanan Menurut
Mahfudz (2010:03), berpendapat bahwa kurangnya sopan santun pada anak
disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a) Anak-anak tidak mengerti aturan yang ada, atau ekspektasi yang
diharapkan dari dirinya jauh melebihi apa yang dapat mereka cerna pada
tingkatan pertumbuhan mereka saat itu
b) Anak-anak ingin melakukan hal-hal yang diinginkan dan kebebasannya
c) Anak-anak meniru perbuatan orang tua
d) Adanya perbedaan perlakuan disekolah dan dirumah
e) Kurangnya pembiasaan sopan santun yang sudah diajarkan oleh orang
tua sejak dini9

8
Mahfudz, “Budaya Sopan Santun yang Semakin Dilupakan” (Bandung: Tarate 2010), h.3.
9
https://adoc.pub/peran-guru-dalam-menanamkan-karakter-sopan-santun-siswa-di-s.html
Kumpulan dari berbagai orang pasti mempunyai perilaku yang
berbeda,
apalagi baru memasuki masa remaja, biasanya masih labil. Begitu pula, masing-
masing orang pasti mempunyai perbedaan tingkah laku. Sebagian dari
mereka ada yang mempunyai akhlak yang baik, sopan terhadap guru,
teman dan lingkungan sekitar. Ada juga yang akhlak nya kurang dalam
pengertian kesopanan terhadap guru bisa dikataka nminus (-); berselisih antar
teman; mencontek ketika ada PR atau bahkan ketika ulangan harian, uts, dan
uas ; mencorat-coret tembok atau meja, pakaian tidakrapi, suka telat,
bahkan ada yang bolos sekolah, tidak mematuhi peraturan sekolah. Hal
demikian tidak diharapkan oleh sekolah, tapi apalah daya
meskipun sudah ada peraturan dan pelajaran agama yang banyak
disampaikan tetap saja kurang kesadaran dari mereka.
Hal tersebut bisa disebabkan oleh latar belakang tempat tinggal mereka.
Lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi perilaku siswa, karena
pada
hakikatnya siswa adalah seorang anak yang lahir tidak membawa apa-apa. Dia
juga tidak mengetahui apa-apa, karena dilakirkan dalam keadaan suci,
akan
tetapi memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan forrmal
dan nonformal. Secara fitrahnya manusia merupakan makhluk yang disebut
makhluk beragama10
Lingkungan lembaga formal maupun nonformal memberi pengaruh
terhadap perkembangan akhlak anak, dari lingkungan tersebut terdapat
adanya kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan teladan guru
sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan
menanamkan kebiasaan baik

2.3 Peran Guru dalam Menumbuhkan Karakter Sopan santun


Pendidikan yang dibutuhkan dunia modern sekarang ini adalah
pendidikan yang didasarkan pada konsepsi manusia sebagaimana yang
telah diajarkan dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Konsep manusia yang
mempunyai daya fikir yang disebut akal dan daya rasa yang disebut qalbu.
10
Arifin, “Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama” (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal.23.
Akal yang dikembangkan melalui pendidikan sains dan daya rasa melalui
pendidikan agama.11
Lingkungan lembaga formal maupun nonformal memberi pengaruh
terhadap perkembangan akhlak anak, dari lingkungan tersebut terdapat
adanya kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan teladan guru
sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan
menanamkan kebiasaan baik.
.Cara Guru Dalam Menanamkan Karakter Sopan Santun yaitu,Seorang
guru tidak hanya sebagai perencana, tetapi juga sebagai pelaksana, mulai dari
diri guru itu sendiri, sebelum menjadi model keteladanan siswa guru juga harus
mendisiplinkan diri, artinya apabila menginginkan peserta didiknya patuh
terhadap aturan yang berlaku baiknya aturan yang bersifat formal atau non
formal maka guru harus terlebih dulu mematuhinya.sebagai seorang guru
tentunya harus menjadi contoh teladan bagi siswanya di sekolah. Hal tersebut
senada dengan apa yang dikatakanMenurut Usman (1999:13) peran guru di
pandang dari segi diri pribadinya adalah “ sebagai model teladan, artinya guru
adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh para peserta didik”. Apabila guru
sudah menunjukkan perilaku yang tidak sopan maka siswa pun akan berperilaku
seperti itu karena siswa biasanya meniru apa yang dilakukan oleh guru. Selama
peneliti berada di lapangan peneliti melihat semua guru itu benar-benar menjadi
contoh teladan bagi semua siswa, jadi cara yang mereka terapkan dalam
menanamkan karakter sopan santun ini tidak terlalu susah12.
Pembudayaan sikap sopan santun di sekolah dapat dilakukan melalui
program yang dibuat oleh sekolah untuk mendesain skenario pembiasaan sikap
sopan santun. Sekolah dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peran sekolah dalam membiasakan sikap sopan santun dapat dilakukan
dengan memberikan contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukkan
oleh guru. Siswa sebagai pembelajar dapat menggunakan guru sebagai
model. Dengan contoh atau model dari guru ini siswa dengan mudah
dapat meniru sehingga guru dapat dengan mudah menananmkan sikap
sopan santun.

11
Harun Nasution, “Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran”, (Bandung Mizan, 1999, h. 42
12
Usman,”Menjadi Guru Profesional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 19990, h.13
b) Guru dapat sekalu mengitegrasikan perilaku sopan santun ini dlam setiap
mata pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembanagn anak didik tidak
hanya menjadi beban guru agama, pendidikan moral pancasila, dan guru
BP.
c) Guru agama, guru pendidikan moral pancasila dan guru BP dapat
melakukan pembiasaan yang dikaitkan dalam penillain secara afektif.
Penilaian pencapain kompetensi dalam 3 matapelajaran ini hendaknya
difokuskan pada pencapain kompetensi afektif. Kompetensi kognitif hanya
sebagai pendukung mengusaan secara afektif. “Dari sudut substansi,
guru pembimbing mempunyai dasar keilmuan yang relevan sebagai
jembatan menuju prilaku yang berbudi pekerti luhur. Mungkin yang perlu
diperkaya dan dikembangkan adalah pemahaman tentang berbagai nilai
dan norma serta aturan yang berlaku dalam masyarakat. Demikian pula
halnya dengan metodologi, semua metode dan pendekatan yang bisa
digunakan dalam bimbingan dan konseling berpeluang besar untuk
membentuk dan memantapkan budi pekerti peserta didik.
Pembiasaan Sopan Santun dan Pendidikan karakter sebenarnya bukan
merupakan hal baru bagi pendidikan di Indonesia. Jika kita tengok ke belakang
proses pendidikan karakter sebenarnya telah dilakukan oleg para guru pada saat
itu, bahkan pembiasaan sopan santun telah terjadi pada sat itu. Namun dengan
perkembangan kehidupan semakin modern ini dan para guru yang pada saat itu
telah diganti dengan guru-guru pada era modern nampaknya kecenderungan
proses pendidikan lebih mengutamakan pada pendidikan untuk pencapaian
kemampuan intektual semata. Proses pendidikan karakter seakan terlupakan.
Proses pendidikan karakter bukan berarti pengubahan kurikulum atau
menentukan satu bidang pelajaran tentang karakter, akan tetapi pendidikan
karakter lebih pada proses pembentukan karakter siswa melalui penerapan
dalam kehidupan di sekolah dan dirumah. Oleh karena itu proses pendidikan
karakter ini semestinya dilakukan bersama antara orang tua di rumah dan pihak
sekolah. Kerjasama dapat dilakukan dalam implementasi dan bembiasaan.
Pada dasarnya pendidikan karakter di sekolah tidak dapat dikatakan tidak
ada sama sekali. Keberadaan matapelajaran agama, pendidikan moral
pancasila, bimbingan dan penyuluhan adalah wujud nyata bahwa sekolah telah
memberikan porsi pendidikan karakter pada siswa. Namun demikian
pelaksanaan dari pembelajaran matapelajaran-matapelajaran tersebut lebih
mengutamakan pada aspek pengetahuan, sehingga penilaian pencapaian
kompetensi juga pada aspek pengethuan, bukan pada aspek penerapan yang
ditunjukkan pada sikap siswa. Oleh karena itu, mungkin fokus penilaian pada
mata pelajaran tersebut perlu ditambahkan dengan penilaian aspek efektif
melalui pengamatan dari guru. Indikatorindikator peneilaain yang berkaiatan
dengan pembentukan karakter siswa perlu dibuat agar arah dari pembentukan
karakter siswa lebih mudah dilakukan dan terukur. 13

DAFTAR PUSTAKA
13
http://repository.ut.ac.id/2568/1/fkip201034.pdf
Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada :
Jakarta.

Arifin, “Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama” (Jakarta: Bulan Bintang,


1976)

Ahmad Tafsir, “Pendidikan Agama dalam Keluarga” (Bandung: PT. Remaja


Rosda Karya, 2000

Chazawi Adami, “Tindak Pidana Kesopanan”,(Jakarta:Jarawali Pers , 2007)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985. Aturan Sopan Santun Dalam


Pergaulan. Ria Pembangunan: Jakarta.

Finayatul, “Etika Sopan santun”(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2010)Harun Nasution,


“Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran”,(BandungMizan,1999)

Kuraesin,”Masyarakat Sopan”, (Bandung: Tarate1975)

Mahfudz, “Budaya Sopan Santun yang Semakin Dilupakan” (Bandung: Tarate


2010),

Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), cet.
Ke-2, h. 11

Usman,”Menjadi Guru Profesional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999

https://adoc.pub/peran-guru-dalam-menanamkan-karakter-sopan-santun-siswa-
dhttp://repository.ut.ac.id/2568/1/fkip201034.pdfi-s.html
https://adoc.pub/peran-guru-dalam-menanamkan-karakter-sopan-santun-siswa-
di-s.htmlndidikan

Anda mungkin juga menyukai