PENDAHULUAN
1
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), cet. Ke-2, h. 11
dipengaruhi oleh pendidikan formal, informal dan non-formal. Penerapan
pendidikan akhlak pada anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar kualitas
anak yang berakhlak mulia sebagai bekal khusus bagi dirinya, umumnya bagi
keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Sehubungan dengan paparan diatas
maka penulis memfokuskan pada judul “Sopan Santun”.2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami paparkan maka kami akan
menentukan rumusan masalah dalam makalah ini ;
1.2.1 Apakah sopan santung itu
1.2.2 Apa saja penyebab lunturnya nilai sopan santun
1.2.3 Bagaiman peran guru pendidikan agama Islam dalam menumbuhkan nilai
sopan santun
2
nannnannan
BAB II
PEMBAHASAN
Sopan santun merupakan suatu sikap atau tingkah laku baik yang
menghormati orang lain. Sikap sopan santun terhadap orang lain sangatlah
penting ditumbuhkan, karena sopan santun merupakan unsur penting dalam
kehidupan bersosialisasi sehari-hari. Dengan menunjukkan sikap santunlah,
seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai
makhluk sosial dimanapun ia berada. Sopan santun merupakan sikap yang
terpuji yang harus dimiliki oleh seseorang ataupun siswa
2.1.3 Menurut Kurniasih dan Sani (2014:72) indikator sopan dan santun
adalah sebagai berikut:
a) Menghormati orang yang lebih tua,
b) Tidak berkata kotor, kasar dan takabur,
c) Tidak meludah di sembarang tempat,
3
Kuraesin,”Masyarakat Sopan”, (Bandung: Tarate1975),h.6
4
Chazawi Adami, “Tindak Pidana Kesopanan”,(Jakarta:Jarawali Pers , 2007), h.12.
d) Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat,
e) Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain,
f) Bersikap 3s (salam, senyum, sapa),
g) Meminta izin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau
menggunakan barang orang lain,
h) Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.”
Manfaat dari nilai-nilai kesopanan sangatlah penting dalam hidup
bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga orang lain juga
dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga kesopanan dikalangan
orang banyak. Dengan menjaga nilai-nilai kesopanan kita, para remaja yang
disebut-sebut sebagai penerus bangsa, juga dapat memajukan bangsa
Indonesia dengan menjaga nilai-nilai tradisional yang sudah dibawa dari dulu.
Finayatul (2010). Kesopanan Dalam Lingkup Al-Qur’an Kesopanan akan
menjadikan pemiliknya mulia. Orang yang melihat akan terpesona, karena dialah
jalan yang dapat menghubungkan hati. Sikap yang sopan akan melahirkan
akhlak mulia, keindahan estetika, serta sikap jantan yang sempurna. Kesopanan,
sebagaimana yang didefisinikan oleh Al-Jurjani adalah : "Kekuatan dari dalam
diri yang merupakan awal dari semua perbuatan terpuji, baik dari sisi agama,
logika maupun budaya.5
5
Finayatul, “Etika Sopan santun”(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2010)
Kemerosotan akhlak di kalangan para remaja dikenal sebagai kenakalan
remaja. Sebagai akibatnya, seperti yang dapat disaksikan, banyak sekali
keluarga yang kehilangan ketentaraman dan keharmonisan pada rumah tangga
mereka.6
Merosotnya nilai sopan santun seseorang dipengaruhi banyak faktor, baik
faktor tersebut dari diri sendiri, dari orang lain. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi terkadang sering menjadi kambing hitam dalam masalah ini,
yang menjadi faktor eksternal, pengaruh moderenisasi kultur, pergaulan juga
mengambil peranan dalam proses hilangnya sopan santun seseorang terhadap
orang lain.
2.2.1 Contoh-contoh pembiasaan yang biasa menjadi penyebab lunturnya nilai
sopan santun seseorang.
a) Berkata kasar, perkataan yang kasar akan membat pandangan negatif
seseorang terhadap orang lain.
b) Suka memerintah terhadap orang lain diwaktu dan tempat yang tidak
sepantasnya.
c) c. Bertindak semena-mena, terkadang seseorang diluar diri kita hanyalah
manusia biasa dimana ada masalah antara di rumah yang sering terbawa
di luar rumah. Perlunya sikap profesional seseorang untuk membedakan
masalah rumah dengan masalah luar rumah.7
8
Mahfudz, “Budaya Sopan Santun yang Semakin Dilupakan” (Bandung: Tarate 2010), h.3.
9
https://adoc.pub/peran-guru-dalam-menanamkan-karakter-sopan-santun-siswa-di-s.html
Kumpulan dari berbagai orang pasti mempunyai perilaku yang
berbeda,
apalagi baru memasuki masa remaja, biasanya masih labil. Begitu pula, masing-
masing orang pasti mempunyai perbedaan tingkah laku. Sebagian dari
mereka ada yang mempunyai akhlak yang baik, sopan terhadap guru,
teman dan lingkungan sekitar. Ada juga yang akhlak nya kurang dalam
pengertian kesopanan terhadap guru bisa dikataka nminus (-); berselisih antar
teman; mencontek ketika ada PR atau bahkan ketika ulangan harian, uts, dan
uas ; mencorat-coret tembok atau meja, pakaian tidakrapi, suka telat,
bahkan ada yang bolos sekolah, tidak mematuhi peraturan sekolah. Hal
demikian tidak diharapkan oleh sekolah, tapi apalah daya
meskipun sudah ada peraturan dan pelajaran agama yang banyak
disampaikan tetap saja kurang kesadaran dari mereka.
Hal tersebut bisa disebabkan oleh latar belakang tempat tinggal mereka.
Lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi perilaku siswa, karena
pada
hakikatnya siswa adalah seorang anak yang lahir tidak membawa apa-apa. Dia
juga tidak mengetahui apa-apa, karena dilakirkan dalam keadaan suci,
akan
tetapi memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan forrmal
dan nonformal. Secara fitrahnya manusia merupakan makhluk yang disebut
makhluk beragama10
Lingkungan lembaga formal maupun nonformal memberi pengaruh
terhadap perkembangan akhlak anak, dari lingkungan tersebut terdapat
adanya kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap dan teladan guru
sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai berperan
menanamkan kebiasaan baik
11
Harun Nasution, “Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran”, (Bandung Mizan, 1999, h. 42
12
Usman,”Menjadi Guru Profesional”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 19990, h.13
b) Guru dapat sekalu mengitegrasikan perilaku sopan santun ini dlam setiap
mata pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembanagn anak didik tidak
hanya menjadi beban guru agama, pendidikan moral pancasila, dan guru
BP.
c) Guru agama, guru pendidikan moral pancasila dan guru BP dapat
melakukan pembiasaan yang dikaitkan dalam penillain secara afektif.
Penilaian pencapain kompetensi dalam 3 matapelajaran ini hendaknya
difokuskan pada pencapain kompetensi afektif. Kompetensi kognitif hanya
sebagai pendukung mengusaan secara afektif. “Dari sudut substansi,
guru pembimbing mempunyai dasar keilmuan yang relevan sebagai
jembatan menuju prilaku yang berbudi pekerti luhur. Mungkin yang perlu
diperkaya dan dikembangkan adalah pemahaman tentang berbagai nilai
dan norma serta aturan yang berlaku dalam masyarakat. Demikian pula
halnya dengan metodologi, semua metode dan pendekatan yang bisa
digunakan dalam bimbingan dan konseling berpeluang besar untuk
membentuk dan memantapkan budi pekerti peserta didik.
Pembiasaan Sopan Santun dan Pendidikan karakter sebenarnya bukan
merupakan hal baru bagi pendidikan di Indonesia. Jika kita tengok ke belakang
proses pendidikan karakter sebenarnya telah dilakukan oleg para guru pada saat
itu, bahkan pembiasaan sopan santun telah terjadi pada sat itu. Namun dengan
perkembangan kehidupan semakin modern ini dan para guru yang pada saat itu
telah diganti dengan guru-guru pada era modern nampaknya kecenderungan
proses pendidikan lebih mengutamakan pada pendidikan untuk pencapaian
kemampuan intektual semata. Proses pendidikan karakter seakan terlupakan.
Proses pendidikan karakter bukan berarti pengubahan kurikulum atau
menentukan satu bidang pelajaran tentang karakter, akan tetapi pendidikan
karakter lebih pada proses pembentukan karakter siswa melalui penerapan
dalam kehidupan di sekolah dan dirumah. Oleh karena itu proses pendidikan
karakter ini semestinya dilakukan bersama antara orang tua di rumah dan pihak
sekolah. Kerjasama dapat dilakukan dalam implementasi dan bembiasaan.
Pada dasarnya pendidikan karakter di sekolah tidak dapat dikatakan tidak
ada sama sekali. Keberadaan matapelajaran agama, pendidikan moral
pancasila, bimbingan dan penyuluhan adalah wujud nyata bahwa sekolah telah
memberikan porsi pendidikan karakter pada siswa. Namun demikian
pelaksanaan dari pembelajaran matapelajaran-matapelajaran tersebut lebih
mengutamakan pada aspek pengetahuan, sehingga penilaian pencapaian
kompetensi juga pada aspek pengethuan, bukan pada aspek penerapan yang
ditunjukkan pada sikap siswa. Oleh karena itu, mungkin fokus penilaian pada
mata pelajaran tersebut perlu ditambahkan dengan penilaian aspek efektif
melalui pengamatan dari guru. Indikatorindikator peneilaain yang berkaiatan
dengan pembentukan karakter siswa perlu dibuat agar arah dari pembentukan
karakter siswa lebih mudah dilakukan dan terukur. 13
DAFTAR PUSTAKA
13
http://repository.ut.ac.id/2568/1/fkip201034.pdf
Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada :
Jakarta.
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), cet.
Ke-2, h. 11
https://adoc.pub/peran-guru-dalam-menanamkan-karakter-sopan-santun-siswa-
dhttp://repository.ut.ac.id/2568/1/fkip201034.pdfi-s.html
https://adoc.pub/peran-guru-dalam-menanamkan-karakter-sopan-santun-siswa-
di-s.htmlndidikan