Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Tafsir Ayat Aqidah: Konsep Takdir”

Dosen Pengampu:
Malpha Della Thalita, S.H., M.H.

Disusun oleh :
1. Abu Nawar Sayuti 21651002
2. Amelia Puspita Sari 21651004
3. Annisa Maghfira 21651006
4. Meyti Yansih 21651010
5. Prima Saputra 21651014
6. Redho Billah 21651016
7. Siti Alya Qonita 21651019
8. Wulan Karuniawati 21651020

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
2023 M / 1444 H

1
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir
Takdir berasal dari akar kata qadara yang berarti memberi kadar, mengukur atau
ukuran. Yang mana Allah telah menetapkan kadar, ukuran atau batas tertentu pada diri, sifat
dan kemampuan makhluk-Nya.1 Semua makhluk Allah Swt telah ditetapkan takdirnya dan
Allah menunjukkan arah yang mereka tuju.
Sedangkan kata takdir dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah ketentuan atau
ketetapan Allah yang sudah ditetapkan sejak zaman azali. Akan tetapi manusia diwajibkan
untuk tetap berikhtiar dan bertawakkal, selebihnya tetap diserahkan kepada Dzat yang
menentukan takdir yakni Allah. 2
Secara istilah takdir adalah segala yang terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi,
telah ditentukan oleh Allah, baik sesuatu yang baik maupun sesuatu yang buruk. Segala
sesuatu yang terjadi atas rencananya yang pasti dan tentu, yang mana terjadinya atas
kehendak-Nya. Namun, manusia diberi hak untuk berusaha sekuat tenaga, Allah lah yang
menentukan.3
Takdir merupakan kekuasaan dari Allah terhadap kehidupan yang manusia dijalani
saat ini, takdir wajib diimani oleh setiap muslim karena iman kepada takdir merupakan
salah satu dari rukun iman.
Perlu diketahui bahwa takdir terbagi menjadi dua yakni takdir mubram dan
mu'allaq. Takdir mubram adalah ketentuan atau hukum qadha dan qadar Allah yang pasti
akan terjadi kepada siapapun yakni merupakan suatu hukum yang pasti dan tidak bias di
hindari, seperti ketentuan tentang kelahiran, kematian, serta hari kiamat. Sementara takdir
mu'allaq adalah takdir yang kejadiannya tergantung pada usaha manusia dan hal ini tidak
terlepas dari kehendak Allah.
Untuk mengetahui sebuah qadar/takdir yang tidak berubah dan yang berubah, maka
dalam makalah ini dikaji dua term dalam al-Qur’an yaitu, ‫ ّرقد‬ber-tasydid dan ‫ قدر‬dan tidak

1 Arnesih, “Konsep Takdir Dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik)”, Diya al-Afkar, Vol. 4 No. 1, 2016, h. 117
2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), hlm. 992
3 Rian Hidayat El-Bantany, Kamus Pengetahuan Islam Lengkap (Depok: Mutiara Allamah

Utama, 2014), hlm. 540

2
ber-tasydid. Term ‫ ّرقد‬،‫ ّريقد‬،‫ تقدير‬dalam al-Qur’an berulang sebanyak 13 kali, yang
pengertiannya adalah memberi qadar, ukuran dan batas-batas tertentu atau menetapkan
serta menentukan.
Konteks term ‫ ّرقد‬ditujukan kepada alam raya, seperti matahari, bulan dan gunung,
serta ditujukan pula kepada alam manusia. Itulah sebabnya, Al-Raqib al-Asfahani
berpendapat bahwa takdir Allah Swt, itu ada dua macam: 4
(1) takdir Allah kepada sesuatu (alam raya/kosmos) yang sejak awal penciptaannya
tidak pernah berubah dan tertunda kecuali yang menciptakannya berkehendak atau
merubah, menunda atau menggantinya.
(2) takdir Tuhan, yang maksudnya adalah memberi qadar, ukuran, batas-batas dan
kekuatan.
Takdir Allah yang pertama adalah takdir yang irasional (tidak dapat berubah) oleh
siapa pun kecuali Allah Swt. Bagaimana pun usaha manusia, baik usaha fisik maupun usaha
doa, tidak akan berubah sedikit pun.
Manusia hanya dapat menerima segala apa yang terjadi sebatas kemampuan yang
dimilikinya. Dalam hal ini ibarat manusia berada dalam: suatu jembatan penyebrangan,
manusia boleh memilih dan berikhtiar dari jembatan mana yang akan ia lalui. Pilihan itu
tetap terbatas dalam jembatan Dan tidak bisa lewat atau keluar batas tersebut dengan artian
kehidupan manusia berada dalam lingkaran takdir Allah.
Ayat-ayat yang berkenaan dengan takdir ada 120 ayat 58 surat, dari 120 ayat
tersebut ada ayat-ayat yang turun di Mekkah disebut ayat makkiyyah dan ada juga ayat-
ayat yang turun di Madinah disebut ayat madaniyyah, ayat-ayat makkiyyah ada 80 ayat
dan ayat-ayat madaniyyah ada 40 ayat.

B. Tafsir Ayat-Ayat Konsep Takdir


a. QS Al-Hijr [ 51] : 21

‫يءٍ ا اَِّل ِع ْن َدنَا خَزَ ۤا ِٕىنُهٗ َو َما نُن َِزلُهٗ ٓٗ ا اَِّل بِقَد ٍَر ام ْعلُ ْو ٍم‬
ْ ‫َوا ِْن م ِْن َش‬

4 Muh Dahlan Thalib, “Takdir Dan Sunnatullah (Suatu Kajian Tafsir Maudhu’i)”, Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 13, No. 1, 2015, hlm. 34

3
Artinya: Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

• Mufradat (Arti Perkata)

ٍ‫ىء‬
ْ ‫َش‬ ‫مِن‬ ‫َوإِن‬
sesuatu dari Dan tidak
‫خَزَ آٗئِنُهُۥ‬ ‫عِن َدنَا‬ ‫ِإ اَّل‬
perbendaharaannya Disisi kami melainkan
‫بِقَد ٍَر‬ ٗٓ‫نُن َِزلُهُۥ‬ ‫َو َما‬
Dengan ukuran kami turunkan Dan tidak
‫ِبقَد ٍَر‬
tertentu
• Munasabah Ayat
QS Al-Hijr ayat 21-24 berbicara mengenai sifat Allah yang mana Dia lah Allah
yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya, Maha Mengetahui yang gaib
dan yang nampak, tidak ada sesuatu pun dari hal itu yang luput dari-Nya. Maha
Pengasih di dunia dan Akhirat serta Maha Penyayang di dunia dan Akhirat. Rahmat-
Nya meliputi seluruh alam, Maharaja, Mahasuci dan bersih dari semua kekurangan,
Mahaselamat dari semua aib, Yang membenarkan para Rasul-Nya dengan ayat-ayat
yang jelas, Mahateliti atas amal perbuatan hamba-hamba-Nya, Maha Perkasa yang
tidak ada sesuatu pun yang mengalahkan-Nya, Mahakuasa yang bisa memaksa segala
sesuatu dengan kekuasaan-Nya dan Maha Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah
dan Mahabersih dari apa yang disekutukan oleh orang-orang musyrik berupa berhala-
berhala dan lainnya.
• Tafsir Al – Mishbah karya Quraish Shihab

Segala kebaikan yang ada pada Kami bagaikan khazanah yang penuh, dari segi
penyiapan dan pemberian pada waktunya. Tidak ada musibah yang menimpa manusia

4
kecuali sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, sejalan dengan hikmah dan
kebijaksanaan Kami di alam raya. 5

• Tahlil Al-Tafsir

Ayat ini menerangkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah ciptaan
Allah. Semua berasal dari khazanah atau simpanan perbendaharaan Allah, sehingga
dapat pula diartikan bahwa yang dimaksud ialah manusia bukanlah orang-orang yang
memeliharanya, tetapi Allah-lah yang menurunkannya dan yang memeliharanya untuk
manusia. Sehingga ayat ini mengajarkan kita bahwa segala yang terjadi sudahlah
ditentukan oleh Allah dan ketentuan itu pun sudah penuh perhitungan yang mana tidak
akan menyalahi yang terjadi itu disebabkan Allah sang Maha Bijaksana yang telah
merancangnya.

b. QS Al- ‘Ala [87] : 1-3


َ ْ َ‫ح ا س َْم َربِك‬
)١( ‫اَّل ْعلَ ۙى‬ ِ ِ‫َسب‬
)٢( ‫ِي َخلَقَ فَ َس ّٰو ۖى‬ ْ ‫الَّذ‬
ْ ‫َوالَّذ‬
)٣( ‫ِي قَد ََّر فَ َه ٰد ۖى‬

1. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi


2. Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya),
3. Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,
• Mufradat ( Arti Perkata )

َ‫َربِك‬ ‫ٱس َْم‬ ‫ح‬


ِ ِ‫َسب‬
tuhanmu nama Sucikanlah
َ‫َخلَق‬ ‫ٱلاذِى‬ ‫ْٱْل َ ْعلَى‬
Dia menciptakan yang Maha tinggi
‫فَ َهدَى‬ ‫قَد َار‬ ‫فَ َس اوى‬
Lalu dia beri petunjuk Dia menentukan

5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah dalam Aplikasi, Tafsir Al-Mishbah: Pusat Studi Quran Versi 9.2, 2023

5
Lalu dia
menyempurnakan

• Munasabah Ayat

QS Al-A'la ayat 1 berhubungan langsung pada QS Al-A'la ayat 1 sampai 10,


Allah Swt telah berfirman bahwa hanya diriNya lah yang merupakan zat satu-satunya
yang dapat menciptakan segala makhluknya. Surat Al A'la ayat 1 sampai 10 juga
menceritakan ketika Allah Swt menyuruh Rasulullah SAW untuk melafalkan Alquran
dan dimudahkan dalam mengingatnya.

• Tafsir Jalalain
Berikut tafsirannya:6

ِ ‫ٱ ۡۡلَعۡ لَى َر ِبكَ ٱسۡ َم َس ِب‬


‫ح‬

Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi,

Al-A'laa (Yang Maha Tinggi) (Sucikanlah nama Rabbmu) maksudnya


sucikanlah Dia dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya lafal Ismu adalah lafal Za'id
(Yang Maha Tinggi) lafal Al-A'laa berkedudukan sebagai kata sifat bagi lafal Rabbika.

‫فَ َس َّو ٰى َخلَقَ ٱلَّذِى‬

yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya),

Yang menciptakan lalu menyempurnakan) ciptaan-Nya, yakni Dia menjadikan


makhluk-Nya itu seimbang semua bagian-bagiannya dan tidak pincang atau berbeda-
beda.

‫فَ َهد َٰى قَد ََّر َوٱلَّذِى‬

6Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Mahalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakar Suyuthi, Tafsir Jalalain
dalam Aplikasi, Kitab Tafsir Jalalain Terjemah: Puggi Versi 1.0, 2021

6
yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,

(Dan Yang menentukan) apa yang dikehendaki-Nya (dan Yang memberi


petunjuk) kepada apa yang telah ditentukan-Nya berupa amal kebaikan dan amal
keburukan.

• Tahlil Al-Tafsir

Ayat ini menyatakan bahwa Allah lah yang menciptakan segala ciptaannya dan
menyempurnakannya, serta Dia juga yang mengaturnya juga memberi petunjuk dengan
menentukan hal yang baik dan buruk, lalu memberikan manusia hak untuk memilih.
Hal ini sebagai penegasan dan pernyataan yang paling hak dan benar mengenai bahwa
Allah itu Maha Tinggi. Maka dari itu ketiga ayat ini mengajarkan kita alasan-alasan
untuk menyucikan nama Allah. Karena hanya Dia yang satu-satunya layak disembah
dan suci dari tuduhan-tuduhan yang tidak layak. Maka dari itu, bertasbihlah dengan
menyebutkan nama Allah yang Maha Tinggi.

c. QS Al-Insan [76] : 30

)٣٠ : ‫ع ِل ْي ًما َح ِك ْي ًم ۖا ( اَّلنسان‬ ُ ّٰ ‫َِّل اَ ْن يَّش َۤا َء‬


َ ّٰ َّ‫ّٰللا ۗاِن‬
َ َ‫ّٰللا كَان‬ ٓ َّ ‫َو َما تَش َۤا ُء ْونَ ا‬

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

• Mufradat ( Arti Perkata )

‫أَن‬ ٗٓ‫ِإ اَّل‬ َ‫تَ َشا ٓٗ ُءون‬ ‫َو َما‬


bahwa kecuali Kamu Dan tidak
menghendaki
َ‫كَان‬ ‫ِإنا‬ ُ‫اه‬
‫ٱلل‬ ‫يَ َشا ٓٗ َء‬
Ia adalah sesungguhnya allah menghendaki
‫َحكِي ًما‬ ‫علِي ًما‬
َ
Maha bijaksana

7
Maha
mengetahui
• Munasabah Ayat

QS Al-Insan 30 berhubungan dengan QS Al-Insan ayat 31 merupakan ayat


terakhir berbentuk ta'kid diakhiri dengan janji kepada orang orang yang taat serta
ancaman bagi pembangkang. Oleh karena itu, surat al-Mursalāt ini memulai uraiannya
dengan sumpah yang bertujuan untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang
membangkang. Munasabah surat al-Insãn dengan surat al-Qiyamah yaitu berbentuk
munāsabah tafsīr. Dijelaskan bahwa akhir surat al Qiyāmah berbicara tentang
keniscayaan kiamat dan kuasa Allah membangkitkan kembali manusia, dan
memperingatkan semua pendurhaka bahwa Allah maha kuasa membangkitkan manusia
sambil mengecam mereka yang mengira bahwa ia tercipta tanpa tujuan dan bahwa ia
akan dibiarkan begitu saja tanpa beban tugas dan tanggung jawab. Selanjutnya, di awal
surat al-Insãn mengingatkan manusia tentang kehadirannya di muka bumi serta
menjelaskan tujuan penciptaannya.

Adapun munāsabah surat al-Insān dengan surat al-Mursalāt, terdapat


munasabah berbentuk ta'kid. Pada akhir surat al-Insãn diakhiri dengan janji kepada
orang-orang yang taat serta ancaman bagi pembangkang. Oleh karena itu, surat al
Mursalāt ini memulai uraiannya dengan sumpah yang bertujuan untuk memberi
peringatan kepada orang-orang yang membangkang.

• Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka


Berikut tafsirannya:7
“Dan tidaklah mereka akan suka, kecuali jika Allah menghendaki."

Ujung ayat ini memperingatkan manusia bahwa kekuasaan tertinggi atas manusia tetap
Allah juga. Manusia diberi Allah kekuatan dan kesanggupan buat memilih sendiri, jalan
mana yang akan ditempuhnya. Sungguhpun demikian Allah juga yang lebih
mengetahui.

7 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar dalam Aplikasi, Tafsir Al-Azhar Hamka Lengkap: Mantan Santri Versi 2.0, 2023

8
“Sesungguhnya Allah adalah Mahatahu, Mahabijaksana."

Ayat 29 seakan-akan memberikan seluruh kebebasan bagi manusia memilih ke mana


jalan yang akan ditujunya. Tetapi ayat 30 seakan-akan mencabut sama sekali kebebasan
memilih itu. Ayat 29 condong kepada Qadariyah, yang berpendirian bahwa manusia
bebas merdeka memilih sendiri. Ayat 30 condong kepada Jabbariyah, yang mencabut
kemerdekaan daripada manusia dan seluruh kekuasaan pada Allah. Tetapi kedua ayat
adalah pertemuan yang seimbang di antara ikhtiar manusia dan tawakal kepada Allah.
Itu sebabnya maka manusia hendaklah selalu memohon kepada Allah agar hati
dibukakan, kekuatan diberi untuk maju dan diberi pula taufiq, yaitu persesuaian di
antara cita-cita sebagai manusia dengan qudrat iradat, ilmu dan kebijaksanaan Allah.

• Tahlil Al-Tafsir

Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Allah yang dapat memberi petunjuk kepada
manusia atau menyesatkannya. Tidak ada seorang pun yang mampu memberi petunjuk
kepada dirinya sendiri dan tidak juga masuk ke dalam iman serta tidak juga mengambil
manfaat untuk dirinya sendiri. Hal ini karena Allah yang Maha Mengetahui siapa yang
berhak mendapatkan petunjuk sehingga Dia akan memberi kemudahan kepadanya serta
membentangkan sarana untuk menggapainya. Dan Allah lah yang memiliki hikmah
yang sangat besar dan ketetapan yang pasti. Oleh karena itu barang siapa yang Allah
beri petunjuk, maka tidak ada seorang pun yang mampu menyesatkannya.

d. QS Al-Kahfi [18] : 29

ٍ‫ط ِب ِه ْم س َُرا ِدقُ َه ۗا َوا ِْن يَّ ْستَ ِغ ْيث ُ ْوا يُغَاث ُ ْوا ِب َم ۤاء‬
َ ‫ار ۙا اَ َحا‬
ً َ‫مِن َّو َم ْن ش َۤا َء ف َْل َي ْكفُ ْۚرْ اِنَّا ٓ اَ ْعتَدْنَا لِلظّٰلِمِ يْنَ ن‬
ْ ْ‫مِن َّر ِبكُ ۗ ْم فَ َم ْن ش َۤا َء ف َْليُؤ‬
ْ ‫َوقُ ِل ْال َح ُّق‬
)٢٩ : ‫س ال َّش َرابُ َو َسا َءتْ ُمرْ تَفَقًا ( الكهف‬ ۤ ۗ َ ْ‫ك َْال ُم ْه ِل يَ ْش ِوى ال ُوج ُْو ۗهَ بِئ‬
ْ

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka

9
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
• Mufradat (Arti Perkata)

‫ار ِب ُك ْم‬ ‫مِن‬ ‫ْٱل َحق‬ ‫َو ُق ِل‬


Tuhan kalian dari kebenaran Dan katakanlah
ْ‫ف َْليَ ْكفُ هر‬ ‫ف َْليُؤْ مِن‬ ‫َشا ٓٗ َء‬ ‫فَ َمن‬
Maka kafirlah Maka berimanlah menghendaki Maka barang
siapa
‫َارا‬
ً ‫ن‬ ‫لِل ا‬
َ‫ظلِمِ ين‬ ‫أَ ْعتَ ْدنَا‬ ٗٓ ‫إِناا‬
neraka Bagi orang2 zalim Kami telah Sesungguhnya
menyediakan kami
‫َوإِن‬ ‫س َُرا ِدقُ َه ها‬ ‫بِ ِه ْم‬ َ ‫أَ َحا‬
‫ط‬
Dan jika Gejolaknya/asapnya Dengan mereka meliputi
‫ك َْٱل ُم ْه ِل‬ ٍ‫ِب َمآء‬ ‫يُغَاثُوا‬ ‫يَ ْستَغِيثُوا‬
Seperti logam Mereka diberi Mereka meminta
Dengan air
yang mendidih minum minum
ُ‫ٱل اش َراب‬ َ ‫بِ ْئ‬
‫س‬ َ‫ْٱل ُوجُو هه‬ ‫يَ ْش ِوى‬
minuman Paling jelek Wajah-wajah menghanguskan
‫ُمرْ تَفَقًا‬ ْ‫َو َسا ٓٗ َءت‬
Paling buruk
Tempat istirahat

• Munasabah Ayat
Alif dan lam dalam lafaz Al-Madinah menunjukkan makna 'Ahd, yakni
sudah diketahui oleh lawan bicara, yaitu kota bekas tempat tinggal mereka. “Dan
hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik.” (Al-Kahfi: 19) Azka
ta'aman, makanan yang bersih. Makna yang dimaksud ialah yang halal lagi baik.
Seperti pengertian yang ada dalam firman-Nya: “Sekiranya tidaklah karena karunia
Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian
bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya.” (An-Nur:21)
Dan firman Allah ‫ ﷻ‬yang mengatakan: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang

10
membersihkan diri (dengan beriman).” (Al-A'la: 14) Termasuk ke dalam pengertian
ini zakat, karena zakat membersihkan dan menyucikan harta benda (dari
kekotorannya).Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud dari ayat ini adalah
yang terbanyak makanannya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan
mereka, "Zakaz zar'u," artinya tanaman itu banyak hasilnya. Seorang penyair dari
mereka mengatakan dalam bait syairnya: “Puak kabilah kami ada tujuh, sedangkan
puak kalian hanya tiga; sudah barang tentu tujuh itu jauh lebih banyak dan lebih
baik dari tiga.” Pendapat yang benar adalah yang pertama tadi, karena yang
dimaksudkan oleh mereka hanyalah makanan yang halal lagi baik, tanpa
memandang sedikit atau banyaknya.
• Tafsir Kementerian Agama
Berikut tafsirannya:8
Dan katakanlah wahai nabi Muhammad, kepada siapa saja bahwa
kebenaran, yakni Al-Qur’an yang kusampaikan kepadamu itu datangnya dari
tuhanmu; maka barangsiapa di antara kamu yang ingin beriman kepada wahyu yang
kusampaikan hendaklah dia beriman, keuntungan dan manfaatnya akan kembali
kepada diri mereka sendiri, dan barang siapa di antara kamu yang ingin kafir,
menolak kebenaran itu, biarlah dia kafir, kerugian dan mudaratnya akan kembali
kepada diri mereka sendiri. Allah menerangkan kerugian yang akan menimpa
mereka dengan menyatakan, sesungguhnya kami telah menyediakan neraka bagi
orang zalim, yakni mereka yang angkuh dan menolak kebenaran yang
kusampaikan, yang gejolaknya mengepung mereka dari segala penjuru. Jika
mereka meminta pertolongan dari panasnya api neraka itu, mereka akan diberi
minum dengan air seperti cairan besi atau minyak yang keruh yang mendidih yang
panasnya menghanguskan wajah bila didekatkan kepadanya. Itulah minuman yang
paling buruk dan neraka tempat dihidangkan minuman itu adalah tempat istirahat
yang paling jelek. Sesungguhnya mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya
dan membuktikan keimanannya dengan mengerjakan kebajikan sesuai tuntunan

8Kemenag RI, Tafsir Kemenag dalam Aplikasi, Qur'an Kemenag: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran Versi 2.4,
2023

11
kami. Kepada mereka kami memberikan pahala yang besar. Kami benar-benar tidak
akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu.
• Tahlil Al-Tafsir
Ayat ini sebenarnya menyatakan suatu ancaman keras. Saat Allah menyuruh
kepada Rasulullah SAW untuk mengatakan kepada manusia bahwa risalah yang
dibawanya itu benar dan tidak ada keraguan di dalamnya, dikatakan pula bahwa
ada dua pilihan yang manusia bisa ambil yaitu beriman dan tidak. Lalu Allah
mengabarkan juga bahwa sesungguhnya telah disiapkan neraka bagi orang yang
kafir. Di sini jelaslah bahwa Allah memang memberi manusia pilihan untuk
mengambil langkah yang ingin dijalaninya, tapi karena suatu bentuk kasih sayang-
Nya juga Dia berikan ancaman agar hamba-hamba-Nya tidak gegabah dengan
memilih untuk menjadi kafir karena azab yang akan diterima sangatlah pedih.

e. QS Fushshilat [41] : 11

)١١ : ‫ط ۤا ِٕى ِعيْنَ ( فصلت‬


َ ‫ط ْوعًا اَ ْو َكرْ ه ًۗا قَالَتَا ٓ اَتَ ْينَا‬
َ ‫ض ائْتِيَا‬ َ ‫ى اِلَى ال َّس َم ۤاءِ َوه‬
َ ْ ‫ِي دُخَانٌ فَقَا َل لَ َها َول‬
ِ ْ‫ِْلر‬ ٓ ‫ث ُ َّم ا ْست َٰو‬
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati"
• Mufradat (Arti Perkata)

ِ‫ٱل اس َمآٗء‬ ‫ِإلَى‬ ‫ٱ ْست ََو ٓٗى‬ ‫ث ُ ام‬


langit kepada Dia menuju kemudian
‫لَ َها‬ ‫فَقَا َل‬ ‫ُدخَان‬ ‫ِى‬
َ ‫َوه‬
kepadanya Lalu dia asap Dan dia
berkata
‫أَ ْو‬ َ
‫ط ْوعًا‬ ‫ٱئْتِيَا‬ ِ ْ‫َول ِْْلَر‬
‫ض‬
Atau Suka hati Datanglah Dan kepada
kamu berdua bumi
َ
َ‫طا ٓٗ ِئعِين‬ ‫أَتَ ْينَا‬ ٗٓ ‫قَالَتَا‬ ‫َكرْ هًا‬
Kami datang terpaksa

12
Dengan suka Keduanya
hati berkata

• Munasabah Ayat
Ayat ini masih menjelaskan tentang penciptaan langit. Lalu diciptakan-Nya
tujuh langit dalam waktu dua masa, dan pada setiap langit dia mewahyukan dan
menetapkan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat dengan bumi,
kami hiasi dengan bintang-bintang yang bersinar cemerlang, dan kami ciptakan
bintang-bintang itu untuk memelihara langit dengan pemeliharaan yang sempurna.
Demikianlah ketentuan Allah berlaku, dan dia adalah zat yang mahaperkasa lagi
maha mengetahui.
Dia telah menundukkan (pula) untukmu apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir.” (al-jatsiyah:13)
• Tafsir Ibnu Katsir
Berikut tafsirannya:9
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-
gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya
kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa genap. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju langit
dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.
Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka hati. Maka Dia
menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah

9 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir dalam Aplikasi, Al Quran dan Tafsir Ibnu Katsir: Muslim Media Versi 6.0.4, 2023

13
ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Ini merupakan keingkaran
dari Allah ‫ ﷻ‬terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang menyembah selain-
Nya di samping Dia, padahal Allah-lah Yang menciptakan segala sesuatu, Yang
Maha Mengalahkan segala sesuatu, Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Untuk itu
Allah ‫ ﷻ‬berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?
(Fushshilat: 9) Yakni kamu membuat-buat tandingan dan sekutu yang kalian
sembah bersama dengan Allah ‫ ﷻ‬Yang demikian itulah Tuhan semesta alam.
(Fushshilat: 9) Yaitu Yang menciptakan segala sesuatu itu adalah Tuhan semesta
alam. Dalam ayat ini terkandung perincian dari apa yang disebutkan di dalam ayat
lain melalui firman-Nya: Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.
(Yunus: 3) Dalam ayat ini diperincikan hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan
bumi secara terpisah dari hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan langit.
Disebutkan bahwa pada mulanya Allah menciptakan bumi karena bumi bagaikan
fondasi, dan untuk membangun sesuatu itu dimulai dari fondasinya dahulu, setelah
itu baru atap, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Dialah Allah, yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. (Al-Baqarah: 29), hingga akhir ayat.
Adapun mengenai firman Allah ‫ ﷻ‬yang menyebutkan: Apakah kamu yang
lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia
meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan
malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi
sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan kokoh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu. (An-Nazi'at: 27-33) Disebutkan padanya bahwa penghamparan bumi itu
terjadi sesudah penciptaan langit. Penghamparan itu dijelaskan oleh firman-Nya: Ia
memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
(An-Nazi'at: 31) Ini terjadi sesudah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi,
kejadiannya sebelum penciptaan langit menurut keterangan nas Al-Qur'an. Dan
dengan nas inilah Ibnu Abbas r.a. mengemukakan jawabannya (terhadap orang

14
yang bertanya kepadanya), menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Bukhari
dalam tafsir ayat ini, bagian dari kitab sahihnya. Disebutkan di dalamnya bahwa
Al-Minhal telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa
pernah ada seorang lelaki berkata kepada Ibnu Abbas r.a. bahwa dirinya benar-
benar menemui hal-hal yang menyulitkannya di dalam Al-Qur'an karena
menurutnya simpang siur. Lelaki itu membaca firman-Nya: maka tidaklah ada lagi
pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling
bertanya. (Al-Muminun: 101); Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian
yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Dan dalam ayat lain disebutkan:
dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-
Nisa: 42) Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-
An'am: 23) Dalam ayat ini mereka menyembunyikan keadaan yang sebenarnya
pada diri mereka.
Dan Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman: Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya
ataukah langit? (An-Nazi'at: 27) sampai dengan firman-Nya: Dan bumi sesudah itu
bertanya. (Al-Muminun: 101); Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian
yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Dan dalam ayat lain disebutkan:
dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-
Nisa: 42) Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-
An'am: 23) Dalam ayat ini mereka menyembunyikan keadaan yang sebenarnya
pada diri mereka. Dan Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman: Apakah kamu yang lebih sulit
penciptaannya ataukah langit? (An-Nazi'at: 27) sampai dengan firman-Nya: Dan
bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30) Maka Allah menyebutkan
penciptaan langit sebelum penciptaan bumi. Lalu dalam ayat lainnya Allah ‫ ﷻ‬telah
berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua masa. (Fushshilat: 9) sampai dengan firman-Nya:
Kami datang dengan suka hati. (Fushshilat: 11) Dalam ayat ini disebutkan bahwa
penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit. Dan Allah ‫ ﷻ‬telah berfirman: Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 5) Dalam ayat
yang lainnya disebutkan: Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-
Fath: 19) Dan dalam ayat yang lainnya lagi disebutkan: Dan adalah Allah Maha

15
Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa: 134) Yakni memakai kana yang artinya
dahulu, setelah itu tidak lagi menyandang sifat-sifat tersebut. Maka Ibnu Abbas r.a.
menjawab, bahwa firman Allah ‫ﷻ‬: maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara
mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Muminun:
101) Kejadian yang disebutkan dalam ayat ini ialah di saat tiupan sangkakala yang
pertama. langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan
Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan.
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan. (Qaf: 38-39)
Hadis ini mengandung garabah. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh
Ibnu Juraij dari Ismail ibnu Umayyah dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu
Rafi', dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬memegang
tangannya, lalu bersabda: Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu dan
menciptakan padanya gunung-gunung pada hari Ahad, dan menciptakan
pepohonan pada hari Senin, dan menciptakan hal yang tidak disukai pada hari
Selasa,dan menciptakan cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan hewan-hewan
padanya pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat sesudah ashar,
yang merupakan makhluk terakhir, diciptakan pada saat yang terakhir dari waktu
hari Jumat, yaitu dalam waktu antara ashar sampai malam.Maka hadis ini telah
diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Nasai di dalam kitabnya masing-
masing melalui hadis Ibnu Juraij dengan sanad yang sama, dan hadis ini merupakan
salah satu dari hadis-hadis garib yang ada dalam kitab sahih. Imam Bukhari di
dalam kitab Tarikhnya telah menganalisisnya, untuk itu ia mengatakan bahwa
sebagian dari mereka meriwayatkannya melalui Abu Hurairah r.a. dan Ka'bul
Ahbar, dan ini adalah yang paling sahih."
• Tahlil Al-Tafsir

Ayat ini adalah contoh yang Allah hendak tunjukkan kepada manusia. Jika
langit dan bumi yang ia ciptakan dengan megah dan begitu hebatnya saja patuh dan
menurut akan ketentuan Allah, seharusnya manusia pun juga melakukan hal yang sama.
Maka dari itu, kita harusnya harus menerima ketentuan sebagaimana yang Allah telah
tentukan untuk kita saat Dia menciptakan kita dengan menjalankan perintah-Nya dan
tidak melawan apalagi sampai melanggar larangan-Nya.

16
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara istilah takdir adalah segala yang terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi, telah
ditentukan oleh Allah, baik sesuatu yang baik maupun sesuatu yang buruk. Segala sesuatu yang
terjadi atas rencananya yang pasti dan tentu, yang mana terjadinya atas kehendak-Nya. Namun,
manusia diberi hak untuk berusaha sekuat tenaga, Allah lah yang menentukan.

Ayat-ayat yang berkenaan dengan takdir ada 120 ayat 58 surat, dari 120 ayat tersebut ada
ayat-ayat yang turun di Mekkah disebut ayat makkiyyah dan ada juga ayat-ayat yang turun di
Madinah disebut ayat madaniyyah, ayat-ayat makkiyyah ada 80 ayat dan ayat-ayat madaniyyah
ada 40 ayat.

Sedangkan yang dijelaskan dalam makalah hanya sebagian kecilnya saja yaitu; Surah Al-
Hijr ayat 21, Al-A’la ayat 1-3, Al-Insan ayat 30, Al-Kahfi ayat 29, dan Fushshilat ayat 11.

B. Saran

Kami menyadari banyaknya kekurangan bahkan mungkin kesalahan dalam makalah kami
ini, dengan itu kami mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kami
memperbaiki menjadi lebih baik ke depannya. Juga sedikit banyaknya kami berharap, tulisan kami
ini bisa memberi manfaat untuk kita semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996).

El-Bantany, Rian Hidayat, Kamus Pengetahuan Islam Lengkap (Depok: Mutiara Allamah Utama,
2014).

Arnesih, “Konsep Takdir Dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik)”, Diya al-Afkar, Vol. 4 No. 1,
2016.

Thalib, Muh Dahlan, “Takdir Dan Sunnatullah (Suatu Kajian Tafsir Maudhu’i)”, Al-Ishlah: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 13, No. 1, 2015.

Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar dalam Aplikasi, Tafsir Al-Azhar Hamka Lengkap: Mantan Santri
Versi 2.0, 2023.

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir dalam Aplikasi, Al Quran dan Tafsir Ibnu Katsir: Muslim Media
Versi 6.0.4, 2023.

Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Mahalli dan Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakar Suyuthi,
Tafsir Jalalain dalam Aplikasi, Kitab Tafsir Jalalain Terjemah: Puggi Versi 1.0, 2021.

Kemenag RI, Tafsir Kemenag dalam Aplikasi, Qur'an Kemenag: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Quran Versi 2.4, 2023.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah dalam Aplikasi, Tafsir Al-Mishbah: Pusat Studi Quran Versi
9.2, 2023.

18

Anda mungkin juga menyukai