Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni
kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab
“Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang
mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah
SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai
ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya
pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba
menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi
yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir
adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun yang buruk.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Definisi iman kepada qada’ dan qadar ?
2. Dalil tentang iman kepada qada dan qodar ?
3. Pengaruh iman kepada qodo dan qodar ?
4. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar
2. Untuk memahami dalil-dalil tentang iman kepada qodo dan qodar
3. Untuk memahami pengaruh iman kepada qada’ dan qadar

1|qodo qadar
4. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar

1.4 Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode dengan studi kepustakaan
yaitu menggunakan beberapa literatur yang digunakan sebagai referensi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beriman Kepada Qada’ Dan Qadar

2|qodo qadar
Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali
Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan
Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan
ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian
sering kita sebut dengan takdir.
Sedangkan arti qodo dan qodar menurut al-quran yaitu :
 Arti Qada
1. Qada berarti hukum atau keputusan terdapat ( Q.S. Surat An- Nisa’ ayat 65 )
2. Qada berarti mewujudkan atau menjadikan ( Q.S. Surat Fussilat ayat 12 )
3. Qada berarti kehendak ( Q.S. Surat Ali Imron ayat 47 )
4. Qada berarti perintah ( Q.S. Surat Al- Isra’ ayat 23
 Arti Qadar
1. Qadar berarti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya ( Q.S.
Surat Fussilat ayat 10 )
2. Qadar berarti ukuran ( Q.S. Surat Ar- Ra’du ayat 17 )
3. Qadar berarti kekuasaan atau kemampuan ( Q.S. Surat Al- Baqarah ayat 236 )
4. Qadar berarti ketentuan atau kepastian ( Q.S. Al- Mursalat ayat 23 )
5. Qadar berarti perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua makhluk-Nya
dalam bentuk-bentuk batasan tertentu ( Q.S. Al- Qomar ayat 49)
Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi,
sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak
jaman azali.
Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW
bersabda
)‫ااإل يمان أ ن تو من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اال خر وتومن با لقد ر خيره وسره (رواه مسلم‬
Artinya : “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya,
para Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baiknya ataupun yang
buruk”. (H.R. Muslim)
Dan sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah yang
telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya
berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ‘ Maka ditetapkanlah

3|qodo qadar
(salah satu dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya Tuhanku, apakah nanti
ia ini laki-laki ataukah perempuan? ‘ Maka ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya,
ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu
dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” (HR. Muslim).

2.2 Dalil – Dalil Tentang Iman Kepada Qada’ dan Qadar


Dalil yang menunjukkan rukun yang agung dari rukun-rukun iman ini ialah al-Qur-an, as-
Sunnah dan akal.
1. Dalil-Dalil Dari Al-Qur-an
Dalil-dalil dari al-Qur-an sangat banyak, di antaranya firman Allah Azza wa Jalla

‫َو َك اَن َأْم ُر ِهَّللا َقَدًرا َم ْقُدوًرا‬

"…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."
[Al-Ahzab/33 :38]
Juga firman-Nya:

‫ِإَّنا ُك َّل َش ْي ٍء َخ َلْقَناُه ِبَقَد ٍر‬

"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." [Al-Qamar/54 :


49]

Dan juga firman-Nya yang lain:

‫َو ِإْن ِم ْن َش ْي ٍء ِإاَّل ِع ْنَدَنا َخ َزاِئُنُه َو َم ا ُنَنِّز ُلُه ِإاَّل ِبَقَد ٍر َم ْع ُلوٍم‬

"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya, dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." [Al-Hijr/15 : 21]

2. Dalil-Dalil Dari As-Sunnah

4|qodo qadar
Sementara dari sunnah ialah seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagaimana yang terdapat dalam hadits Jibril Alaihissalam

‫َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَقَد ِر َخْيِر ِه َو َش ِّر ِه‬


“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk… .” [1]

Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia mengatakan, “Saya
mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
mengatakan, ‘Segala sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia melanjutkan, “Dan aku
mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, ‘Segala sesuatu itu dengan ketentuan
takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau kecerdasan dan kelemahan.’”[2]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َقَدُر ِهللا َو َم ا َش اَء َفَعَل‬: ‫ َو َلِكْن ُقْل‬،‫ َك اَن َك َذ ا َو َك َذ ا‬، ‫ َلْو َأِّنْي َفَع ْلُت‬:ْ‫َو ِإْن َأَص اَبَك َش ْيٌئ َفَال َتُقل‬

“…Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, ‘Se-andainya aku


melakukannya, niscaya akan demikian dan demikian.’ Tetapi ucapkanlah, ‘Sudah
menjadi ketentuan Allah, dan apa yang dikehendakinya pasti terjadi… .’” [3]

3. Dalil-Dalil Dari Akal


Sedangkan dalil akal, maka akal yang sehat memastikan bahwa Allah-lah
Pencipta alam semesta ini, Yang Mengaturnya dan Yang Menguasainya.
Jika ini terbukti secara akal bahwa Allah adalah Pencipta, maka sudah pasti
sesuatu tidak terjadi dalam kekuasaan-Nya melainkan apa yang dikehendaki dan
ditakdirkan-Nya.
Di antara yang menunjukkan pernyataan ini ialah firman Allah Azza wa Jalla:

‫ُهَّللا اَّلِذ ي َخ َلَق َس ْبَع َس َم اَو اٍت َوِم َن اَأْلْر ِض ِم ْثَلُهَّن َيَتَنَّز ُل اَأْلْم ُر َبْيَنُهَّن ِلَتْع َلُم وا َأَّن َهَّللا َع َلٰى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر َو َأَّن َهَّللا َقْد‬
‫َأَح اَط ِبُك ِّل َش ْي ٍء ِع ْلًم ا‬

5|qodo qadar
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."
[Ath-Thalaaq/65 : 12]

2.3 Pengaruh iman kepada qada’ dan qadar


Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita.
Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha
dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan
atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)
Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu
sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita,
hendaklah kita bersyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada
kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka
hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu
ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa
yang diperbuatnya

2.4 Hikmah orang yang beriman kepada qada’ dan qadar


a. Banyak Bersyukur dan Bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan,
maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut
merupakan ujian. Firman Allah :
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan
bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. ”
( QS. An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya
sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh

6|qodo qadar
kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah
ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
c. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja,
tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar
senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firman Allah :
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d. Jiwanya Tenang
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa
dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia
bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah kedalam sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

BAB III

7|qodo qadar
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,
sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Olehkarena itu,jika
kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu
buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut
Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal
yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk
mencari takdir yang terbaik dari Allah.

3.2 Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.
Oleh karena itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa
kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan
AllahSWT. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi
meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar, berikhtiar dan
bertawakal dalam menghadapi takdir Allah

8|qodo qadar
DAFTAR PUSTAKA

A. Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP.

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.

Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.

Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.

9|qodo qadar

Anda mungkin juga menyukai