Anda di halaman 1dari 8

Qada’ dan Qadar

Pengertian Qada’ dan Qadar


Ada dua pandangan tentang Qada’ dan Qadar.
Yang pertama bahwa Qada’ dan Qadar adalah hal berbeda, sedangkan menurut pendapat lain
menyatakan bahwa Qada’ dan Qadar adalah sama.
Pertama yang mendefiniskan Qada’ dan Qadar berbeda, menyatakan bahwa Qadar adalah
“ilmu Allah Swt. tentang apa yang akan terjadi pada makhluk di masa
mendatang.” Sedangkan Qada’ adalah “segala sesuatu yang Allah Swt. wujudkan
(adakan atau berlakukan) sesuai dengan ilmu dan kehendaknya.”
 
Pendapat yang menyamakan Qada’ dan Qadar memberikan definisi: ”Aturan baku yang
diberlakukan oleh Allah Swt. terhadap alam ini, undangundang yang bersifat umum,
dan hukum-hukum yang mengikat sebab dan akibat”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Qada’ menurut bahasa berarti
“menentukan atau memutuskan”, sedangkan menurut istilah artinya “segala ketentuan Allah
Swt. sejak zaman azali”.
Adapun pengertian Qadar menurut bahasa adalah “memberi kadar, aturan, atau ketentuan”.
Sedangkan menurut istilah berarti ”ketetapan Allah Swt. terhadap seluruh makhluk-Nya
tentang segala sesuatu”.
Iman kepada Qada’ dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah Swt. telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya.
 
Prinsip Iman Kepada Qada’ dan Qadar
Ada empat prinsip terkait iman kepada Qada’ dan Qadar, yaitu:
 Iman kepada ilmu Allah Swt. yang Qadīm (tidak berpermulaan), dan Dia mengetahui
perbuatan manusia sebelum mereka melakukannya;
 Iman bahwa semua Qadar Allah Swt. telah tertulis di Lauh Mahfuzh;
 Iman kepada adanya kehendak Allah Swt. yang berlaku dan kekuasaan- Nya yang
bersifat menyeluruh;
 Iman bahwa Allah Swt. adalah Zat yang mewujudkan makhluk. Allah Swt. adalah
Sang Pencipta dan yang lain adalah makhluk.
 
Dalil-Dalil tentang Qada’ dan Qadar
Dalil al-Qur’an tentang Qada’ dan Qadar
Ada beberapa dalil al-Qur’an tentang Qada’ dan Qadar, yaitu:
 “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran (takdir).” (Q.S. al-Qamar/54:49)
 “Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
diri kalian melaikan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Q.S. al-
Hadīd/57:22)
 “Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya.” (Q.S. al-Isra’/17:13)
 “Tidak ada sesutu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah.” (Q.S. at-Tagabun/64:11)
Dalil As-Sunah (Hadis Rasulullah)
Adapun penjelasan Rasulullah saw. tentang Qada’ dan Qadar antara lain diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam hadis berikut:
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya
selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah (sperma), kemudian berubah menjadi
‘alaqah (segumpal darah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi mudghah
(sepotong daging) selama empat puluh hari, kemudian malaikat dikirim kepadanya
kemudian malaikat meniupkan ruh padanya, dan malaikat tersebut diperintahkan empat
hal: menuliskan rizkinya, menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya, dan
menuliskan apakah ia celaka, atau bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan
amal perbuatan penghuni surga, hingga ketika jaraknya dengan surga cuma satu lengan,
tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni
neraka, dan ia pun masuk neraka. Sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti
mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, hingga ketika jaraknya dengan neraka
cuma satu lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal
perbuatan penghuni surga, dan ia masuk surga.” (H.R. Muslim)
Hadis lainnya yaitu:
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian
Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat
ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya)
sengsara atau bahagia.” (H.R.al-Bukhari dan Muslim)
 
Kewajiban beriman kepada Qada’ dan Qadar
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah Swt. atas diri kita.
Takdir Allah Swt. merupakan iradah (kehendak) Allah Swt..
Oleh sebab itu, takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita.
 
Macam-Macam Takdir
Para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam yaitu:
 Takdir Mua’llaq
 Takdir Mubram
Takdir Mua’llaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.
Takdir Mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau
tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh manusia.
 
Makna Beriman kepada Qada’ dan Qadar
Qada’ dan Qadar atau takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”.
Artinya keberhasilan hidup seseorang sangat tergantung sejalan atau tidak dengan
sunnatullah.
Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah Swt. yang disampaikan untuk umat manusia melalui
para Rasul, yang tercantum di dalam al-Qur’an berjalan tetap dan otomatis.
Beriman kepada takdir selalu terkait dengan 4 (empat) hal yang selalu berhubungan dan tidak
terpisahkan.
Keempat hal itu adalah:
 iman kepada takdir itu sendiri,
 ikhtiar,
 do’a,
 tawakal.
 
Hikmah Beriman kepada Qada’ dan Qadar
Beberapa hikmah beriman kepada Qada’ dan Qadar adalah:
 Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari
sunnatullah;
 Semakin termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam
mengejar cita-citanya.
 Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha;
 Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang sungguh-
sungguh;
 Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha
sehingga tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan;
 enyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini dibatasi oleh peraturan-peraturan
Allah Swt., yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri.
 
Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku seseorang yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah
Swt. adalah:
 Selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
 Banyak bersyukur dan bersabar
 Bersikap optimis dan giat bekerja
 Selalu tenang jiwanya
Beriman kepada Hari Akhir
Hari Akhir menurut bahasa artinya “Hari Penghabisan” (Q.S. al-Baqarah/2:177), juga disebut
“Hari Pembalasan” (Q.S. al-Fatihãh/1:4).
Sedangkan menurut istilah, Hari Akhir adalah hari mulai hancurnya alam semesta berikut
isinya dan berakhirnya kehidupan semua makhluk Allah Swt.
Hari Akhir juga disebut hari Kiamat, yaitu hari penegakan hukum Allah Swt. yang seadil-
adilnya (Q.S. al- Mumtahanah/60:3).
 
Hari Akhir Menurut al-Qur’an
Hari Akhir atau Hari Kiamat menurut al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua:
 Kiamat Sugra
 Kiamat Kubra
Kiamat Sugra
Kiamat Sugra adalah peristiwa datangnya kematian bagi semua makhluk termasuk manusia
yang bersifat lokal dan individu.
Sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imran ayat 185:

Yang artinya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
 
Sebelum terjadi hari kiamat, mereka yang telah mati mengalami proses awal kehidupan
akhirat yang disebut alam barzakh (Q.S. ar-Rum/30:55-56).
Barzakh adalah alam yang menjadi batas antara alam dunia dan alam akhirat.
Pada masa itu roh manusia sudah menyadari akan kebenaran janji Allah Swt. (Q.S. al-
Mu’minun/23:99-100), bahkan kepada mereka yang jahat sudah diperlihatkan neraka dan
siksa (Q.S. al-Mu’min/40:45-46).
Peristiwa-peristiwa yang harus diimani yang akan terjadi sesudah mati antara lain:
 Fitnah kubur: yaitu beragam pertanyaan yang diajukan kepada orang yang
meninggal tentang Tuhannya, agamanya, nabinya, imannya, dan kiblatnya.
 Siksa dan nikmat kubur: siksa kubur diperuntukkan bagi orang yang zalim,
munafik, kafir dan musyrik (Q.S. al-An’ām/6:93, Q.S. al- Mu’min/40:46, Q.S.
Fussilat/41:30, Q.S. al-Ahqāf/46:83-89). “Nikmat kubur diperuntukkan bagi orang
yang baik amal ibadahnya di dunia” (Q.S. Ali ‘Imran/3:169-170 dan Q.S. al
Baqarah/2:154).
 
Kiamat Kubra
Kiamat kubra adalah peristiwa berakhirnya seluruh kehidupan makhluk dan hancur leburnya
alam semesta secara total dan serentak.
Seperti firman Allah pada Q.S. at-Takwír ayat 1-3:
Yang artinya:
“Apabila matahari digulung, apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-
gunung dihancurkan”
Selain itu terdapat pula pada Q.S. az-Zalzalah/99:1-5 dijelaskan peristiwa terjadinya kiamat
dimulai dengan datangnya gempa yang sangat dahsyat.
Dan juga pada Q.S. al-Qari’ah/101:1-5 dijelaskan keadaan manusia bagaikan anai-anai yang
bertebaran dan gunung-gunung bagai bulu yang dihamburhamburkan.
 
Hari Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan
Menurut Geologi
Bumi beredar karena adanya daya tarik matahari.
Ketika daya tarik matahari terhadap bumi berkurang, akibatnya bumi akan bergeser dari
matahari sehingga putaran bumi semakin cepat dan akan mengalami nasib seperti meteor
(menyala/hancur).
Menurut Teori Fisika
Kalau suatu ketika matahari tidak muncul atau cahayanya redup karena tenaga/sinarnya
habis, maka tidak ada angin dan awan yang berakibat hujan tidak akan turun.
Selanjutnya gunung-gunung akan meletus, ombak bergulung-gulung, air laut naik sehingga
hancurlah bumi ini.
 
Bukti Indrawi Terjadinya Hari Akhir
Imam Ath Thabari dan Ibnu Katsir berpendapat bahwa telah diperlihatkan peristiwa-
peristiwa yang menakjubkan di dunia seperti:
 Peristiwa pembunuhan yang dipermasalahkan oleh Bani Israil, akan di hidupkan
kembali oleh Allah Swt. hanya dengan perantaraan daging sapi yang dipukulkan ke
tubuh orang yang terbunuh (Q.S. al- Baqarah/2:72-73 )
 Peristiwa Nabi Ibrahim dan burung-burung yang dicincangnya kemudian diletakkan
di tiap-tiap bagian di atas bukit lalu Allah Swt. berfirman: “Panggillah! niscaya
mereka datang kepadamu dengan segera” (Q.S. al-Baqarah/2:260).
 
Periode Hari Akhir
Setelah alam semesta hancur secara total dan kehidupan semua makhluk Allah berakhir,
maka mulailah manusia menjalani tahapan kehidupan baru dan proses menuju alam baqa’.
Ada beberapa tahapan, yaitu:
 Yaumul Ba’ats
 Yaumul Hasyr
 Buku Catatan
 Yaumul Hisab dan Mizan
 As-Sirat
 Yaumul Jaza’
 Balasan Perbuatan Baik dengan Surga
 Balasan Perbuatan Buruk dengan Neraka
Mari kita bahas tahapan demi tahapan.
Yaumul Ba’ats
Sesudah hancur dan musnahnya alam semesta termasuk manusia, terjadilah hari kebangkitan.
Hari kebangkitan adalah proses dibangkitkannya seluruh makhluk dari alam kubur.
Sesuai dengan Firman Allah Swt. yang artinya :
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepada
mereka apa saja yang mereka telah kerjakan, dan Allah mengumpukan semua amal
perbuatan mereka padahal mereka sudah melupakannya dan Allah menyaksikan atas
segala sesuatu.” (Q.S. al-Mujadalah/58:6).
 
Yaumul Hasyr
Yaumul Hasyr yaitu hari berkumpulnya manusia setelah dibangkitkan dari kuburnya masing-
masing.
Kemudian semua manusia digiring ke tempat yang luas yaitu Padang Mahsyar (tempat
berkumpul).
Sesuai dengan Firman Allah Swt. yang artinya:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu
akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami
tinggalkan seorang pun dari mereka.” (Q.S. al-Kahfi/18:47).
 
Buku Catatan
Setiap manusia di alam mahsyar mempunyai buku catatan (kitab perjalanan hidup) yang
sudah dicatat Malaikat Raqīb dan ‘Atīd.
Kitab catatan ini berisi semua perbuatan dan perkataan manusia sewaktu hidup di dunia.
Sesuai dengan Firman Allah Swt. yang artinya:
“Dan diletakkan kitab, lalu akan kamu lihat rang-orang bersalah ketakutan terhadap apa
yang tertulis di dalamnya dan mereka berkata “Wahai celaka kami, kitab apakah ini yang
tidak melupakan yang kecil dan tidak pula yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.
Mereka memperoleh di hadapan mereka apa-apa yang telah mereka kerjakan. Dan
Tuhanmu tidak akan menganiaya seseorang pun.” (Q.S. al-Kahfi/18:49).
 
Yaumul Hisãb dan Mizan
Yaumul Hisab adalah hari ketika Allah Swt. memperlihatkan semua amalan di akhirat untuk
dihisab. Segala dosa besar dan kecil dihitung dengan seksama dan teliti.
Ketika amalan mereka dihitung, anggota tubuh mereka ikut menjadi saksi.
Sesuai dengan Firman Allah Swt. yang artinya:
“Pada hari itu lidah, tangan, dan kaki masing-masing menjadi saksi atas perbuatan yang
telah mereka kerjakan.” (Q.S. an-Nur/24:24).
Tahapan selanjutnya adalah Mizan.
Mizan adalah timbangan yang adil berisi kebajikan dan kejahatan yang telah diperbuat setiap
manusia.
Setiap orang ditimbang amalnya dengan seadil-adilnya.
Sesuai dengan Firman Allah Swt. yang artinya:
“Dan Kami letakkan timbangan yang tepat (adil) pada hari kiamat dan tidak seorang pun
dirugikan walau sedikit. Dan jika amalan itu hanya seberat zarrah pasti kami berikan
(pahalanya). Dan cukuplah kami saja yang memperhitungkannya.” (Q.S. al-
Anbiya’/21:47).
 
As-Sirat
As-Sirat adalah jembatan yang terbentang di atas neraka menuju surga.
Mudah atau sulitnya melewati As-Sirat itu tergantung kepada amal setiap manusia.
Rasulullah saw. bersabda:
“Terbentanglah jembatan (As-Sirat) itu di antara dua tepi Neraka Jahanam.” (H.R.
Muslim).
 
Yaumul Jaza’
Yaumul Jaza’ yaitu suatu hari ketika semua manusia akan menerima balasan Allah Swt.
Balasan yang diterima seseorang sesuai dengan amalnya selama ia hidup di dunia.
Sesuai dengan Firman Allah Swt. yang artinya:
“Pada hari itu tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang telah diusahakannya. Tidak
seorang pun dirugikan pada hari tersebut. Sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-
Nya.” (Q.S al-Mukmin/40:17).
 
Balasan Perbuatan Baik dengan Surga
Adapun bagi mukmin yang bertakwa kepada Allah Swt. pasti akan menerima balasan yang
setara,yaitu berupa surga.
Surga disediakan Allah Swt. sebagai karunia kepada hamba-Nya.
Sesuai dengan isi dari Q.S. al-Hāqqah/69:21-24 dan Q.S. al-Wāqi’ah/56:8-40.
 
Balasan Perbuatan Buruk dengan Neraka
Adapun orang yang selama hidup di dunia lebih banyak mengerjakan perbuatan jahat,maksiat
tercela,dan kafir terhadap Allah Swt. kufur kepada ajaran dan nikmat Allah Swt., maka akan
menerima balasan yang jahat pula.
Sebagian kegetiran dan kerasnya siksaan neraka, digambarkan melalui firman Allah Swt.
dalam Q.S. al Gāsyiyah/88:4-7 yang artinya:
“Memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minuman dengan air dari sumber yang
sangat panas. Mereka tidak memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri yang
tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.”
 
Hakikat Beriman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang kelima yang harus diyakini oleh setiap
umat Islam.
Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan kita agar meyakini datangnya Hari Akhir, di
antaranya adalah firman Allah Swt. pada Q.S. al-Baqarah ayat 4 berikut:

Yang artinya:
“dan mereka yang beriman kepada (al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad)
dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya
akhirat”.
Kemudian dalam percakapan Rasulullah dengan malaikat Jibril yang panjang tentang iman,
Islam, dan Ihsan, beliau bersabda (ketika ditanya tentang iman):

Yang artinya:
“Beliau menjawab: ‘Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat- Nya, kitab-kitab-
Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk”. (H.R. Muslim).
 
Hikmah Beriman kepada Hari Akhir
Ada beberapa hikmah beriman kepada Hari Akhir, diantaranya:
 Muncul rasa kebencian yang dalam kepada kemaksiatan dan kebejatan moral yang
mengakibatkan murka Allah Swt. di dunia dan di akhirat.
 Menyejukkan dan menggembirakan hati orang-orang mukmin dengan segala
kenikmatan akhirat yang sama sekali tidak dirasakan di alam dunia ini.
 Senantiasa tertanam kecintaan dan ketaatan terhadap Allah Swt. dengan
mengharapkan mau’nah-Nya pada hari itu.
 Senantiasa termotivasi untuk beramal baik dengan ikhlas.
 Senantiasa menghindari niat-niat yang buruk apalagi melaksanakannya.
 Menjauhkan diri dari asumsi-asumsi yang mengkiaskan apa yang ada di dunia ini
dengan apa yang ada di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai