Anda di halaman 1dari 20

PENAFSIRAN QADA DAN

QADAR DALAM AL-QUR’AN

Oleh
Muhammad Rifal Amin
(2018080013)
Pengertian Qada dan Qadar
 Dari segi bahasa Qadha berasal dari kata Qadha-
yaqdhi- qadha’an yang mengandung arti
menentukan , memutuskan, dan memerintahkan
sesuatu. Secara istilah qadha adalah ketetapan Allah
SWT yang ditentukan sejak zaman azali mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk.
 Dari segi bahasa qadar berasal dari kata qadar-
yaqduru- qadran dengan berbagai tasrifnya
mempunyai berbagai arti yaitu kuasa,ketetapan,
aturan, ketentuan, ukuran dan lain-lainnya. Secara
menurut istilah Qadar adalah perwujudan dari qada’
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
 Hubungan qada’ dan qadar sangatlah kuat,
karena qada’ merupakan rencana, ketetapan
atau hukum Allah SWT yang ditetapkan sejak
zaman ajali,
 sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari
hukum atau ketetapan Allah SWT. Jadi, qada’
dan qadar itu dapat diibaratkan seperti
rencana dan pelaksanaan. Maka dari itu qada’
dan qadar disatukan menjadi istilah yang
disebut dengan istilah Takdir.
Pengertian takdir menurut Quraish shihab ada
3 yaitu :
1.takdir merupakan ilmu yang amat luas meliputi
segala apa yang ada terjadi pasti telah diketahui dan
ditentukan sejak semula.
 2. sesuatu yang sudah dipastikan, kepastian itu lahir
dari penciptaannya dimana eksistensinya sesuai
dengan apa yang telah diketahui sebelumya.
 3. Takdir berarti menerbitkan, mengatur, dan
menentukan sesuatu menurut batas-batasnya
dimana akan sampai kepadanya
Sebagaimana tercermin dalam al-Qur’an surat Fusilat ayat 10 ,
Allah berfirman :
)10( ‫َو َجَعَل ِفْيَها َر َو ا ِس َي ِم ْن َفْو ِقَها َو َباَر َك ِفْيَها َو َقَّد َر ِفْيَها َأْقَو َتَها ِفى َأْر َبَعِة َأَّياِم َس َو اًء ِلّلَّساِئِلْيَن‬
Artinya :
“Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan( penghuni)nya dalam empat masa.( penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya”.(QS. Fushilat(41/
10).
Jadi, pengertian takdir disini berbeda dengan pemahaman
umat islam pada umumnya yang cenderung mengartikan
takdir dari aspek negative, yang berupa musibah atau bencana.
Istilah lain tentang takdir adalah Qada’ dan Qadar.
Macam- macam Takdir
Hubungan antara qada’ dan qadar dengan ikhtiar,
para ulama berpendapat bahwa takdir itu ada 2
macam, yaitu takdir Mu’allaq dan takdir mubram.
1. Takdir Mu’allaq, yaitu takdir yang masih
tergantung pada usaha yang dilakukan
manusia, maksudnya takdir tersebut masih
dapat diubah sesuai dengan usaha yang telah
dilakukan manusia itu sendiri. Misalnya,
seseorang ingin menjadi dokter maka orang
tersebut harus belajar dengan tekun sesuai
dengan jurusannya
Sebagaimana dalam surat Ar- Ra’d : (12/ 11). Allah
berfirman:
)11( ‫ِإَّن َهللا اَل ُيَغ ِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح َّتى ُيَغ ْيُر ْو ا َم ا ِبَأْنُفِس ِهْم‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri”.
2. Takdir Mubram, yaitu takdir seseorang yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi dan tidak dapat diusahan
lagi. Misalnya, kelahiran, kematian, jenis kelamin,
jodoh.
Sebagaimana dalam Q.S. Yunus (10/49). Allah
Berfirman :
‫ُقْل اَل َأْمِلُك ِلَنْفِس ى َض ًّر ا َو اَل َنْفًع ا ِإاَّل َم ا َش اَء ُهلَلا ِلُك ِّل أَّم ٍة َأَج ٌل ِإَذ ا َج اَء َأَج ُلُهْم َفاَل‬
)49( ‫َيْسَتْأِخ ُر ْو َن َو اَل َيْسَتْقِدُم ْو َن‬
Artinya :
Katakanlah( Muhammad), “ Aku tidak kuasa
menolak mudarat maupun mendatangkan
manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah
kehendaki bagi setiap umat mempunyai ajal (
batas waktu), apabila ajalnya tiba, mereka tidak
dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat
apapun”.(Q.S. Yunus (10/ 49).
Kewajiban Mengimani Qada dan Qadar
 Umat Islam percaya terhadap qada’ dan qadar, terhadap
hikmah dan kehendak Allah yang merupakan suatu aqidah
yang dibina oleh umat islam berdasarkan keimanan kepada
Allah Swt.
 Bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi dialam ini, bahkan
semua perbuatan hamba yang diusahakannya, kecuali ada
dalam Ilmu Allah dan ketentuannya. Dan bahwa Allah
maha Adil dalam Qada’ dan Qadarnya, Maha bijaksana
dalam tindakan dan perencanaanya. Kebijaksanaanya Allah
mengikuti kehendak-nya sehingga apa yang dikehendaki-
nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakinya pasti
tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan ketentuan kecuali
dari Allah. Hal itu didasarkan kepada dalil-dalil naqli dan
aqli.
Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar

Allah swt mewajibkan umat manusia untuk


beriman kepada Qada dan Qadar ( takdir), yang
tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau
manfaat), yaitu antara lain :
 Memperkuat keyakinan bahwa Allah Swt, pencipta
alam semesta adalah Tuhan yang Maha Esa, maha
kuasa, maha adil dan maha bijaksana.
 Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan
segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Allah Swt (sunnatullah) atau hukum alam.
 Menumbuhkan sikap perilaku Akhlak terpuji, serta
menghilangkan sikap prilaku Akhlak tercela.
Ciri- ciri orang yang beriman Qada dan
Qadar
Adapun ciri –ciri orang yang beriman kepada
qada dan qadarnya Allah swt adalah :
 Menaati perintah Allah Swt dan menjauhi serta
meninggalkan segala macam larangan Allah Swt.
 Qana’ah dan memuliakan diri
 Berusaha dan bekerja secara maksimal.
 Tawakal kepada Allah Swt secara menyeluruh dan
berdoa.
 Mengisi kehidupan didunia dengan hal-hal positif
untuk mencapai kebahagiaan hidup diakhirat.
 Memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan
kebesaran Allah Swt.
Hikmah Mengimani Qada dan Qadar
 Hikmah beriman kepada takdir (qada dan
qadar) membuahkan hasil dan dampak yang
baik untuk umat dan individu, di antaranya :
 Akan membuahkan berbagai macam amal saleh dan
sifat yang terpuji seperti : ikhlas, tawakal dan lain-
lain.
 Seorang mukmin dengan takdir akan berjalan dalam
hidupnya di atas jalan kebenaran.
 Beriman kepada takdir, melindunginya dari sebab-
sebab yang menjerumuskan kepada kesesatan dan
suul khatimah (pengakhiran hidup yang jelek).
Ayat- ayat Menjelaskan Qada dan
Qadhar dalam al-Qur’an
Berikut ini ayat- ayat yang menjelaskan tentang Qada dan
Qadar, antara lain :
1. Surat al-Imran ayat 145, Allah berfirman :
‫َو َم ا َك اَن ِلَنْفٍس َأْن َتُم ْو َت ِإاَّل ِبِإْذ ِن ِهللا ِكَتاًبا ًم َؤ َّج ًال َو َم ْن ُيِر ْيْد َثَو اَب اَألِخ َرِة ًنْؤ ِتْيِه ِم ْنَها َو َم ْن ُيِر ْيْد‬
)145( ‫َثَو اَب اَألِخ َرِة ُنْؤ ِتْيِه ِم ْنَها َو َس َنْج ِز ي الَّشا ِكِر ْيَن‬
Artinya :
“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali
dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya
kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, kami berikan pula kepadanya
pahala akhirat itu, dan kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur”.(Q.S. Ali- Imran (3/ 145).
 Tafsir at h- Thabari
Menurut Abu ja’far , makna ayat tersebut adalah “
Muhammad dan Makhluk Allah lainnya tidak akan mati
sebelum tiba ajalnya yang telah Allah tetapkan. Jelasnya, jika
ia telah sampai kepada ajalnya, maka ketika itu pula dia
akan mati. Sedangkan jika ia belum sampai ajalnya, maka
tidak akan terjadi, kendati yang lain melakukan makar atau
berusaha membunuhnya.
 Tafsir Al- Maraghi
Masalah ajal seseorang tidak termasuk urusan manusia atau
tatanan Allah untuk alam semesta ini. Seseorang Mustahil
mati tanpa seizin dan kehendak Allah. Tatanan kehidupan
ini bersumber dari Allah, dan sebab musababnya saling
berkait di dalamnya.
2. Surat An- nisa’ ayat 78-79, Allah berfirman :
‫َأْيَنَم ا َتُك ْو ُنْو ا ُيْد ِر ْك ُك ُم اْلَم ْو ُت َو َلْو ُكْنُتْم ِفْي ُبُرْو ٍج ُم َش َّيَد ٍة َو ِإْن ُتِص ْبُهْم َحَس َنٌة َيُقْو ُلْو ا َهِذِه ِم ْن ِع ْنِد‬
‫ِهللا َو ِإْن ُتِص ْبُهْم َس ِّيَئٌة َيُقْو ُلْو ا َهِذِه ِم ْن ِع ْنِد َك ُقْل ُك ٌّل ِم ْن ِع ْنِد ِهللا َفَم اِل َهُؤاَل ِء الَقْو ِم اَل َيَك اُد ْو َن‬ ‫َيْفَقُهْو َن‬
‫) َم آ َأَص اَبَك ِم ْن َحَس َنٍة َفِم َن ِهللا َو َم ا َأَص اَبَك ِم ْن َس ِّيَئٍة َفِم ْن َنْفِس َك َو َأْر َس ْلَناَك‬78( ‫ِلْلَّناِس َر ُسْو اَل َحِد ْيًثا‬
)79(‫َو َك َفى ِبلّلِه َش ِهْيًد ا‬
Artinya :
“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendatipun berada kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.
Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “ ini dari sisi
Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan,
“ ini dari engkau( Muhammad), katakanlah “ semuanya ( datang) dari sisi
Allah”. Maka mengapa orang-orang itu( orang- orang munafik) hampir
tidak memahami pembicaraan ( sedikit pun). Kebajikan apapun yang
kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang
menimpamu, itu dari ( kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
( Muhammad)menjadi rasul kepada seluruh manusia, dan cukuplah Allah
yang menjadi saksi.(Q.S.An- nisa’(4/ 78-79).
 Tafsir Ibnu Kasir
Seperti halnya firman Allah, yaitu : “dimana saja kamu
berada, kematiann akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi dan kokoh”, yaitu kalian pasti
akan menemui kematian, tidak ada seorang pun yang
akan selamat darinya. sebagaimana firman Allah : ‫كل من‬
‫“( عليها فان‬semua yang ada di bumi itu akan binasa”.)Artinya,
setiap orang pasti akan mati. Kematian adalah suatu
kepastian, dan tidak ada sesuatu pun yang mampu
menyelamatkan diri dari kematian, baik ia pergi
berjihad ataupun tidak. Karena setiap orang telah
memiliki ajal yang telah ditetapkan baginya dan setiap
orang memiliki kedudukan sendiri yang telah dibagi-
bagi.
3. Surat yunus ayat 49, Allah berfirman :
)49( ‫ِإَذ ا َج آَء َأَج ُلُهْم َفَل َيْسَتْئِخ ُر ْو َن َس اَع ًة َو اَل َيْسَتْقِدُم ْو َن‬
Artinya :
“Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta
penundaan atau percepatan sesaat pun”.(Q.S.
yunus (10/49).
 Tafsir fi zhilalil Qur’an
Ajal itu kadang-kadang berakhir dengan kehancuran
secara duniawi, seperti dibabat habisnya sebagian umat
terdahulu. Ajal kadang-kadang berakhir dengan
kehancuran secara maknawi, mengalami kerusakan dan
hilang dari peredaran, seperti yang terjadi pada beberapa
bangsa.
4. Surat ar- ra’d ayat 39, Allah berfirman :
)39(‫َيْم ُحو ُهلَلا َم ا َيَش اُء َو ُيْثِبُت َو ِع ْنَد ُه ُأُّم اْلِكَتاِب‬
Artinya :
“Allah menghapus dan menetapkan apa yang
dia kehendaki. Dan di sisi-nya terdapat Ummul-
Kitab( Lauh Mahfuzh)”.(Q.S.ar- Ra’d(13/39).
Tafsir al- Wasith
Seperti halnya firman Allah : “ Allah menghapus dan
menetapkan apa yang dia kehendaki”. Maksudnya,
mengganti segala sesuatu dan mengalihkannya, seperti
pengampunan dosa setelah penetapannya,
penghapusan ayat setelah pembacaannya dan
pengimplemantasikan hukumnya,
dan di sisi Allah kitab pokok yang berlaku selamanya,
yaitu Lauhul Mahfuzh dan ilmu Allah yang
menyeluruh yang tidak terdapat perubahan padanya
meskipun terdapat perubahan pada manusia. Itulah
hal-hal yang telah ditetapkan sejak dulu yang tercatat
didalam Ummul kitab yang tidak dibenarkan adanya
penghapusan tidak pula penggantian didalamnya,
karena keputusan telah ditetapkan, yaitu yang telah
ditetapkan pada akhirnya, meskipun dalam
perjalanannya mengalami perubahan. Ummul kitab
adalah catatan berbagai hal yang tersimpan dan telah
diputuskan sejak dulu didalamnya terkait apa-apa yang
terjadi tanpa penggantian.
Sekian
Dan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai