Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH IMAN KEPADA QADHA DAN QADHAR

Untuk Memenuhi Tugas dari Dosen Pengampu Matakuliah Pelajaran Al- Islam I

Drs. DIDI SUNARDI, MA

Disusun Oleh:

1. Ninda Nitasari ( 20200410500023 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari setiap
agama. Bila sistem Iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam
agama Islam Iman ini terbagi menjadi enam, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada
Rasulullah SAW, Iman kepada malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada
hari akhir, dan Iman kepada qadha & qadar.

Qadha dan qadar merupakan rukun Iman yang ke enam. Kita umat muslim harus benar-
benar meyakininya, artinya setiap manusia (muslim dan muslimah) wajib mempunyai niat
dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja maupun tidak
telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan tidak ada campur tangan dari siapapun. Orang yang
benar-benar beriman adanya qadha dan qadar akan senantiasa menjaga agar perilakunya
baik dan berusaha menjauhi hal-hal yang buruk. Begitu juga sebaliknya. Dalam makalah ini
akan diuraikan mengenai persoalan qadha dan qadar. Dari pembahasan makalah ini
diharapkan kita semua bisa mendapatkan pemahaman yang bisa meningkatkan kadar
keimanan kita terhadap rukun Iman yang telah di tetapkan khususnya Iman kepada qadha
dan qadar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian qadha dan qadar?


2. bagaimanakah hubungan takdir dengan usaha ?
3. Apakah hikmah Iman kepada qadha dan qadar?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan yaitu, agar kita dapat mengetahui dan memahami apa itu
qadha dan qadar, mengetahui macam-macamnya, mengetahui tingkatan-tingkatannya,
hikmah beriman kepada qadha dan qadar, dan untuk mempermudah memperdalam ilmu
mengenai Iman kepada qadha dan qadar serta untuk dijadikan referensi kepada para
pembaca yang ingin mendalami tentang Iman kepada qadha dan qadar.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Qadha dan Qadhar


a. Pengertian Qadha dan Qadhar

Dari segi bahasa, qadha artinya memutuskan, menentukan atau memerintahkan,


sedangkan menurut istilah qadha adalah keputusan terhadap sesuatu rencana yang telah
ditentukan. Dengan demikian qadha merupakan pelaksanaan dari suatu rencana yang
telah ditetapkan berdasar qadar Allah.
Dari segi bahasa qadar berarti ketentuan. Sedangkan menurut istilah qadar adalah rencana
yang telah ditentukan oleh Allah SWT. pada masa azali (masa dahulu,sebelum manusia
lahir) dan segala sesuatu yang akan terjadi menurut qadar yang telah ditentukan.
Qadar adalah realisasi Allah atas qada terhadap diri kita sesuai kehendak-Nya

Ibnu Atsir memberi defenisi tentang qadar di dalam kitab An-Nihayah (4/22) sebagai
berikut: Qadar (takdir) adalah ketentuan Allah SWT. untuk seluruh makhluk dan
ketetapannya atas segala sesuatu. Ia adalah bentuk masdar dari akar kata: qadara-
yaqduru-qadaran (kadang-kadang huruf dal-nya dimatikan, sehingga menjadi qadran).
Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa qadha dan qadhar itu sinonim (sama). Hal ini
sesuai pendapat sebagian ulama bahasa yang menafsirkan qadha dan qadhar.
Syeih Bar Rahimakumullah
“Qadha dan Qadhar adalah satu. Seuatu yang telah Allah tentukan dahulu dan ditakdirkan
dahulu bisa dikatakan ini qadha dan bisa dikatakan ini qadhar “
Sebagian ulama lainnya berpendapat dengn membedakan diantara keduanya, sebagian
pendapat dengan membedakan diatara keduany, sebagian berpendapat bahwa qadha lebih
dahulu daripada qadhar. Qadha adalah apa yang Allah beritahukan dan ditentukan dimasa
zaman azali. Sementara Qadar adalah keberadaan makhluk yang sesuai dengan ilmu dan
ketetapan tersebut.
Raqib Al-Asfahani dalam kitab Al- Mufradat, hal- 645
“Qadha dari allah lebih khusus dari qadar, karena ia terperinci dari takdir. Maka qadar
adalah takdir perincin dan pentuan.
Keterangan mengenai qadha dan qadar tersebut dijelaskan dalam firman Allah berikut:

ِ ُ‫هَلْ يَ ْنظُرُونَ إِاَّل أَ ْن يَأْتِيَهُ ُم هَّللا ُ فِي ظُلَ ٍل ِمنَ ْال َغ َم ِام َو ْال َماَل ئِ َكةُ َوق‬
‫ض َي اأْل َ ْم ُر ۚ َوإِلَى هَّللا ِ تُرْ َج ُع اأْل ُ ُمو ُر‬

Artinya:

“Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu kecuali datangnya (azab) Allah bersama
malaikat dalam naungan awan, sedangkan perkara (mereka) telah diputuskan. Dan
kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan” ( Q.S Al- Baqarah :210 )

Pada Surah Al-Hadid ayat 22

‫ب ِمنْ قَ ْب ِل اَنْ نَ ْب َرأَهَا‬ ِ ‫ص ْيبَ ٍة فِى ْاألَ ْر‬


ِ ُ‫ض َوالَ فِى اَ ْنف‬
ٍ َ‫س ُك ْم اِالَّ فِى ِكت‬ ِ ‫اب ِمنْ ُم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َماأ‬

Artinya:

“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan
sudah tersurat dalam kitab (Lauh Mahfudh) dahulu sebelum kejadiannya.” (Q.S. Al-
Hadid: 22)

Pada Surah ar-Rad ayat 8

‫َو ُك ُّل ش َْى ٍء ِع ْن َدهُ بِ َم ْقدَا ٍر‬

Artinya:

“Dan segala sesuatu, bagi Tuhan telah ada hinggaannya (jangkanya).” (Ar-Rad:8)

Dalam Al Qur'an surah Al-Hijr ayat 21

ٍ ُ‫َر َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ‫َوإِ ْن ِم ْن َش ْي ٍء ِإاَّل ِع ْن َدنَا َخ َزائِنُهُ َو َما نُنَ ِّزلُهُ إِاَّل بِقَد‬

Artinya:

"Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kamu-lah khazanahnya, dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu"
Dalam ayat ayat tersebut dijelaskan bahwa semua perkara, ketetapan yang terjadi sudah
diputuskan oleh Allah SWT.
Hubungan Qada dan Qadar juga tidak bisa dipisahkan. Qada merupakan rencana dan
Qadar adalah perwujudan atau kenyataan yang akan terjadi seperti yang sudah ditetapkan
Allah SWT.

b. Pengertian iman kepada qadha dan qadhar

Beriman kepada Qada dan Qadar adalah salah satu rukum Iman yang ke 6. Beriman
kepada Qada dan Qadar memiliki makna bahwa kita meyakini, mempercayai, dan
memiliki ketetapan hati bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini baik hal yang buruk
maupun hal yang baik telah ditentukan dan ditetapkan oleh Allah SWT. Seperti firman
Allah sebagai berikut

۟ ‫ت ِّم ۢن بَ ْين يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِِۦه يَحْ فَظُونَ ۥهُ ِم ْن أَ ْمر ٱهَّلل ِ ۗ إ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر ما بقَوْ ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬
ُ ‫ُوا َما بِأَنفُ ِس ِه ْم ۗ َوإِ َذٓا أَ َرا َد ٱهَّلل‬ ٌ َ‫لَ ۥهُ ُم َعقِّ ٰب‬
ِ َ ِ ِ ِ
ٍ ‫بِقَوْ ٍم س ُٓو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهۥُ َو َما لَهُم ِّمن دُونِ ِهۦ ِمن َو‬
‫ال‬

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia (Q. S Ar-Rad: 11)

2. Hubungan Takdir Dan Usaha

Iman kepada qadha dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih populer dengan sebutan
Iman kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di
alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang
tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan
Allah SWT.

Sedangkan takdir dalam bahasa Al-Qur’an, kata takdir (taqdir) terambil dari kata qaddara
berasal dari akar kata qadara yang berarti antara lain: mengukur, memberi kadar atau
ukuran. Sehingga jika ada yang berkata,“ Allah SWT. telah menakdirkan demikian,”
maka itu berarti,” Allah SWT. telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri,
sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya.

Hukum beriman kepada takdir adalah fardu ‘ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi
tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad
Diriwayatkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya :

"Sesungguhnya seseorang diciptakan dari perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian
Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh didalamnya dan menuliskan empat
ketentuan yaitu tentang rezeki, ajal, amal, dan (jalan kehidupan) sengsara atau bahagia."
( H.R Bukhari dan Muslim )

Dari hadits diatas dapat kita kekahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah SWT
sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya tidak
berarti bahwa manusia hanya tinggal diam dan menunggu nasib tanpa berikhitar dan
berdoa. Manusia tetap memilik kewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan seseorang
tidak akan datang dengan sendirinya.

Mengenai hubungan antara qadha dan qadhar dengan ikhtiar, para ulama berpendapat
bahwa taqdir itu ada dua macam:

a. Taqdir Mu’allaq

Taqdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT yang masih dapat diusahakan
kejadianya oleh manusia. Sebagai contoh dalam kehidupan ini, seorang siswa
bercita cita ingin menjadi seorang arsitek. Untuk mencapai cita cita itu maka ia
belajar dengan tekun dan berdoa. Akhirnya apa yang dia cita citakan menjadi
kenyataan. Ia menjadi seorang arsitek

b. Takdir Mubram
Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan
kejadiannya. Dapat kita beri contoh nasib manusia, lahir, kematian, jodoh,
terjadinya kiamat dan sebagainya.
Qadha dan qadar Allah SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah
rahasia Allah SWT hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia
diperintahkan mengetahui qadha dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar

3. Hikmah Iman Kepada Qadha Dan Qadar


Berikut ini adalah beberapa hikmah beriman kepada qada dan qadar yang perlu diketahui:

1. Termasuk orang beriman

Untuk masuk ke dalam golongan orang beriman tentu harus memiliki rasa iman
kepada qada dan qadar.

Dari Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu,

‫اإل ْي َما ِن قَا َل أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِ–ه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َواليَوْ ِم‬
ِ ‫ فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َِن‬: ‫ص ِّدقُهُ قَا َل‬
َ ُ‫ص َد ْقتَ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَسْأَلُهُ َوي‬ َ َ‫ق‬
َ : ‫ال‬
‫َر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬ ‫د‬َ ‫ق‬‫ال‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ َ ِ ِ َ‫ن‬ ‫م‬ ‫ؤ‬ْ ُ ‫ت‬‫و‬ ‫ر‬ ‫اآلخ‬

Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu
membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah,
kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari
Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata,
“Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 8)

2. Lebih banyak bersyukur

Mereka yang beriman kepada qada dan qadar adalah orang yang akan lebih banyak
bersyukur.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

َ‫َو َما بِ ُك ْم ِم ْن نِ ْع َم ٍة فَ ِمنَ هَّللا ِ ۖ ثُ َّم إِ َذا َم َّس ُك ُم الضُّ رُّ فَإِلَ ْي ِه تَجْ أَرُون‬

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu
ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-
Nahl/16:53]

3. Sabar

Beriman kepada qada dan qadar juga akan meningkatkan kesabaran. Ia akan
menyadari bahwa segala sesuatunya yang terjadi adalah ketetapan dari Allah SWT dan
hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik untuk hambaNya.

‫َّار‬
ٍ ‫صب‬ ٍ ‫ظه ِْر ِه ۚ إِ َّن فِي ٰ َذلِكَ آَل يَا‬
َ ‫ت لِّ ُك ِّل‬ َ ‫ار فِي ْالبَحْ ِر َكاأْل َعْاَل ِم إِن يَ َشأْ يُ ْس ِك ِن الر‬
ْ َ‫ِّيح فَي‬
َ ‫ظلَ ْلنَ َر َوا ِك َد َعلَ ٰى‬ ِ ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه ْال َج َو‬
ٍ ‫َش ُك‬
‫ور‬

“Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut


seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin,
maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap orang yang bersabar
dan banyak bersyukur”. [Asy-Syura : 32-33]

4. Selalu berusaha

Keimanan kepada qada dan qadar membuat seseorang akan selalu berusaha melakukan
yang terbaik. Dengan usaha dari seorang manusia, maka Allah akan memberikan jalan
yang ringan baginya. Allah Maha Adil pada setiap hal yang dilakukan oleh hambaNya.
Allah berfirman dalam At Taubah ayat 105,

ِ ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ ۖ َو َستُ َر ُّدونَ إِلَ ٰى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan.

5. Terhindar dari sifat sombong

Hikmah selanjutnya yang akan didapatkan dari beriman kepada qada dan qadar adalah
terhindar dari sifat sombong. Segala yang terjadi pada kita, baik maupun buruk adalah
ketetapan dari Allah sehingga sudah seharusnya kita tidak bersifat sombong.

Allah Ta’ala berfirman,

‫َال فَجُوْ ٍر‬ ِ ْ‫ش فِي الألَر‬


ٍ ‫ض َم َرحا ً إِ َّن هللاَ الَ يُ ِحبُّ ُك َّل ُم ْخت‬ ِ َّ‫صعِّرْ خَ َّدكَ لِلن‬
ِ ‫اس َوالَ تَ ْم‬ َ ُ‫َوالَ ت‬

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan


janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)

6. Selalu berharap pada Allah

Tidak akan pernah putus asa dari rahmat Allah SWT seseorang yang beriman kepada
qada dan qadar karena ia percaya bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik
bagi tiap orang yang beriman.

Allah ta’ala berfirman,

َ‫ح هَّللا ِ إِاَّل ْالقَوْ ُم ْال َكافِرُون‬


ِ ْ‫إِنَّهُ اَل يَيْأَسُ ِم ْن َرو‬

“Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir.” (QS. Yusuf [12]: 87)

7. Jiwa yang tenang


Beriman kepada qada dan qadar akan membuat jiwa menjadi lebih tenang. Hidupnya
akan jauh dari kesusahan. Bahkan meski ujian yang ia hadapi sangat sulit, namun
keyakinannya pada takdir Allah akan membuatnya selalu merasa tenang dan damai.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ْ ‫َط َمئِ ُّن قُلُوبُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ أَال بِ ِذ ْك ِر هَّللا ِ ت‬


ُ‫َط َمئِ ُّن ْالقُلُوب‬ ْ ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوت‬

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir
(mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”
(Qs. ar-Ra’du: 28).

8. Lebih tawakal

Hikmah lain dari beriman pada qada dan qadar adalah mampu menjadi lebih tawakal.
Kita akan menjadi lebih iklas dan rela menerima setiap keputusan Allah SWT. Allah
berfirman,

َ‫َو َعلَى هَّللا ِ فَت ََو َّكلُوا إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬

“Dan hanya kepada Allah-lah kalian betawakal, jika kalian benar-benar orang yang
beriman” (QS. Al-Maidah : 23).

ُ‫َو َم ْن يَت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَه َُو َح ْسبُه‬

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah Yang Mencukupinya”
(QS. Ath-Thalaq: 3).
BAB III
PENUTUP

1 Kesimpulan

Dari tulisan makalah di atas, maka dapatlah kita simpulkan sedemikian di bawah ini:

1. Qadha dan qadar adalah ketetapan Allah SWT. yang wajib kita imani.

2. Qadha berarti penetapan hukum, atau pemutusan penghakiman sesuatu. Seorang qadhi
(hakim) di namakan demikian sebab ia bertugas atau bertindak menghakimi dan
memutuskan perkara antara kedua orang yang bersengketa di muka pengadilan.

3. Takdir terbagi menjadi dua yaitu: Pertama takdir mu’allaq, yaitu qadha yang
diketahui, ditulis dan dikehendakai-Nya. Akan tetapi, Allah menggantungkan
(masyarakat) penciptaannya (terjadinya), baik dengan adanya sebab atau tidak adanya
sebab. Kedua takdir qadha mubram yang ia adalah qadha yang pasti terjadi dan tidak
bisa di tolak dengan sebab apapun. Ini terbagi menjadi dua; pertama, yang dipengaruhi
oleh sebab dalam mencapai akibat dengan izin Allah SWT. Kedua, yang tidak bisa
dipengaruhi sebab, dan sebab tersebut tidak akan bermanfaat baginya.

4. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar adalah orang yang bisa qona’ah, ikhlas,
dan ridha dalam menyikapi setiap persoalan yang datang. Yang hasil dari pada itu
adalah terciptanya kehidupan yang sehat lahir dan batin.

2 Saran

Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan yang terdapat di dalamnya baik berupa bahasa maupun cara penyusunannya.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna menciptakan penyusunan makalah yang
lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai